Ruang Lingkup Penelitian Metode Pengumpulan Data Operasional Variabel Penelitian

50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya Arikunto, 2002:10. Penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri sebagai berikut : 1. Variabel dependen, yaitu : pengangguran 2. Variabel independen, yaitu : inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dihimpun menggunakan data sekunder dimana data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain sudah tersedia yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. Jenis data yang digunakan adalah time series runtun waktu dari tahun 1988-2008. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS dan Bank Indonesia BI. Data tersebut meliputi : 1. Inflasi 2. Pertumbuhan ekonomi 3. Pengangguran 51

C. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square OLS yang dirumuskan sebagai berikut : Linier   =  +  1 X 1 +  2 X 2 +  Dimana :  = Pengangguran X 1 = Inflasi X 2 = Pertumbuhan ekonomi L = Logaritma  0, = konstanta  1,  2 = koefisien penjelas masing - masing input nilai parameter  = eror term Model Ordinary Least Square OLS diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Friedrich Gauss, metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut Kuncoro,2003:216. Menurut Gujarati 1995:72-73, setiap estimator OLS harus memenuhi kriteria BLUE, yaitu : 1. Best adalah yang terbaik 52 2. Linier adalah kombinasi linier dari sampel jika ukuran sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. 3. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya. 4. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara pemerkira lain yang tidak bias. Untuk memenuhi analisis regresi tersebut perlu diuji asumsi klasik dan uji hipotesis teori sehingga hasil estimasi tersebut dapat terhindar dari masalah regresi lancang.

1. Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari : a. Uji Normalitas Digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Menggunakan Jarque-Bera test atau J-B test, membandingkan JB hitung dengan X 2 tabel. Jika JB hitung nilai X 2 tabel maka data berdistribusi normal atau nilai Probability derajat kepercayaan yang ditentukan Insukindro, 2003:61. 53 b. Uji Multikoliniaritas Uji multikoliniaritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna di antara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Uji multikoliniaritas menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregresi terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1tolerance dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Lebih ditegaskan oleh Ghozali bila korelasi antara dua variabel bebas melebihi 90 maka VIF-nya diatas 10 maka dapat dikatakan bahwa model tersebut terkena multikolinieritas Ghozali, 2001: 63-66. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test uji LM. Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan 54 terjadi autokorelasi jika nilai X 2 Obs R-Squared hitung X 2 tabel atau nilai Probability derajat kepercayaan yang ditentukan Insukindro, 2003:60. d. Uji heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris yang sedang diamati juga merupakan langkah penting sehingga dapat terhindar dari masalah regresi lancung. Metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris dengan menggunakan uji White Insukindro, 2003:62. Untuk menguji heteroskedastisitas, program olah data Eviews menyediakan metode pengujian dengan menggunakan uji White, dimana dalam program olah data Eviews dibedakan menjadi dua bentuk uji White Hetedoskedasticity no cross term dan White Hetedoskedasticity cross term. Dikatakan terdapat masalah heteroskedastisitas dari hasil estimasi model OLS, jika X 2 Obs R- Squared untuk uji White baik cross term ataupun no cross term X 2 tabel atau nilai Probability derajat kepercayaan yang ditentukan Insukindro, 2003:62. 55

2. Pengujian Statistik

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik meliputi Uji t, Uji F dan koefisien determinasi R 2 . a. Uji Signifikansi Individual Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick Look, yaitu : melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t tabel dengan t hitungnya. Jika nilai Probability derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya Kuncoro, 2003:219. b. Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Untuk melakukan uji F dengan cara Quick Look , yaitu : melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t tabel dengan F hitungnya. Jika nilai Probability derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai F hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu 56 variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya Kuncoro, 2003:219. c. Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya Kuncoro, 2003:220.

D. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas Independent Variabel Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui Azwar, 2001:62. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain : 57 a. inflasi X1 Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah inflasi. Dimana inflasi merupakan kenaikan harga keseluruhan dan terjadi secara berkelanjutan serta mempengaruhi harga barang dan jasa yang lainnya Boediono,1989:155. b. Pertumbuhan ekonomi X2 Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat Sukirno, 1994:10. 2. Variabel Terikattergantung Dependent Variabel Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar- mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain Azwar,2001:62. Pengangguran dalam penelitian ini menggunakan pengertian pengangguran terbuka, yaitu orang-orang yang tidak bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik dan orang-orang yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan. Tingkat penganggura terbuka merupakan jumlah pengangguran terbuka dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja dalam satu periode. 58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menganalisis pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rentang waktu analisis mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 2008. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak sofware komputer Eviews 6.1 dengan metode analisis Ordinary Least Square OLS. Maka oleh itu, perlu dilihat bagaimana gambaran perkembangan secara umum dari inflasi, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.

4. Tingkat Pengangguran

Pengangguran Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran Indonesia pada umumnya di bawah 5 persen. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.