Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat pada masa George W Bush Junior di Afghanistan

19

BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI

TERORISME INTERNASIONAL DI AFGHANISTAN PADA MASA GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA

II.1. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat pada masa George W Bush Junior di Afghanistan

George W Bush menjabat sebagai presiden Amerika Serikat selama dua periode yaitu pada 20 Januari 2001 sampai 20 Januari 2009. Pada masa jabatannya di Amerika Serikat terjadi sebuah peristiwa yang sangat mencengangkan dunia, yaitu runtuhnya gedung menara kembar WTC pada 11 September 2001. Atas peristiwa tersebut maka Bush mengambil sebuah tindakan untuk menyerang setiap pihak yang ikut secara langsung atau tidak langsung dalam penyerangan tersebut. Pengertian secara langsung disini adalah orang yang terlibat langsung dalam penyerangan gedung menara tersebut, sedangkan orang yang disebut-sebut sebagai dalang dari aksi penyerangan tersebut adalah Osama bin Laden. Osama merupakan pemimpin al- Qaeda yang berbasis di Afghanistan. 27 Adapun pengertian secara tidak langsung adalah bagi negara-negara yang mendukung aksi tersebut, yang memberikan bantuan baik dari segi materi ataupun persenjataan. Oleh karena itu George W Bush yang menjabat sebagai presiden Amerika serikat waktu itu mengambil sebuah kebijakan, diantaranya: 1. Mengisolasi setiap negara yang memberikan dukungan terhadap kelompok teroris agar negara tersebut menghentikan bantuannya. 27 Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001, h. 86. 20 2. Memperkuat peraturan dan hukum dalam melawan tindakan terorisme melalui berbagai kerjasama internasional. 3. Bersikap tegas dan menolak upaya tawar-menawar maupun negosiasi yang diminta oleh kelompok teroris. 4. UU the Anti-terrorism and Effective Death Penalty Act tahun 1996. 28 5. Undang-undang Patriot Act 2001, yaitu undang-undang yang secara keras menyatakan menentang terorisme, dan berbagai kegiatan yang mendukungnya atau bersentuhan dengan aksi terorisme dinyatakan sangat dilarang, terutama dalam pemberian bantuan. 6. Berusaha agar PBB juga ikut bertindak tegas dalam masalah teroris, karena Amerika Serikat sadar bahwa upaya dalam memerangi terorisme tidak akan berjalan efektif jika tidak dilakukan secara kolektif 29 . 7. Kebijakan unilateralisme, pre-emption strike dengan doktrin strike first. 30 Peristiwa 11 September 2001 tersebut menjadi titik balik kebijakan luar negeri Amerika Serikat, sehingga selain mengubah pola hubungan antara dunia muslim dengan Amerika namun juga telah mengubah pola hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara di Eropa. Hal ini diungkapkan pula oleh Philip Stephens dalam artikel harian Financial Times edisi tanggal 5 September 2002 yaitu akan adanya sebuah benturan “mindsets”. Negara-negara Eropa juga merasakan bahwa Amerika Serikat 28 Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi P3I DPR RI, 2002, h. 163-166. 29 Usaha Amerika Serikat dalam mempengaruhi PBB yaitu dengan dikeluarkannya resolusi 1368 PBB yang mengutuk serangan tersebut dan mengajak semua negara untuk mendukung tindakan Amerika Serikat pada 12 September 2001. A. Safril Mubah, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 162. 30 Unilateralisme: suatu tindakan yang tidak harus mendapat persetujuan dari badan internasional atau dari negara sekutu; pre-emption strike: suatu tindakan untuk menyerang terlebih dahulu sebelum diserang oleh negara lain terhadap segala bentuk potensi ancaman terhadap warga negaranya. 21 setelah peristiwa tersebut nampak seperti unilateralisme yaitu dengan membentuk sebuah aliansi untuk melawan gerakan teroris. 31 Seperti yang dikutip diatas, Amerika Serikat juga melakukan kebijakan secara sepihak unilateralisme dalam upaya memerangi terorisme, yaitu seperti pertama mengisolasi negara-negara yang memberikan bantuan terhadap kelompok teroris baik bantuan berupa dukungan dana, pemasokan senjata, pelatihan militer, menyediakan tempat persembunyian. Kedua memperkuat hukum-hukum yang ada dengan menekankan pada perlawanan terhadap terorisme melalui kerjasama-kerjasama internasional, dikarenakan masalah terorisme ini sudah sangat kompleks dan harus ditanggulangi dengan cara bersama-sama. Ketiga bersikap tidak mau berkompromi dalam hal apapun dengan kelompok teroris. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat ini tidak lain adalah karena influence dari neo-konservatif. Karena sejak periode pertama pemerintahan Bush sudah dikelilingi oleh tokoh-tokoh neo-konservatif yang dipimpin oleh Cheney. Dick Cheney ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam keikutsertaan penentuan kebijakan luar negeri dikarenakan kedudukannya sebagai wakil presiden AS pada masa George W Bush. Pada dasarnya George W Bush beraliran realis, namun banyak dari staf-stafnya yang beraliran neo-konservatif dan keduanya lebih menekankan terhadap militer. Namun keinginan mereka setelah terjadi penyerangan 11 September tersebut berbeda. Realis menginginkan untuk menyerang Afghanistan sebagai sasaran utamanya yaitu terhadap Taliban sebagai pemimpin pemerintahan pada waktu itu sekaligus disinyalir sebagai pelindung dari Osama bin Laden, selain itu juga terdapatnya aliran al-Qaeda yang disinyalir sebagai jaringan yang turut serta melindungi Osama bin Laden 31 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish Jakarta: Kompas, 2005, h. 85 22 dikarenakan menurut mereka Osama yang memberikan dana guna pelatihan al-Qaeda. Alasan menyerang Afghanistan juga untuk menyelamatkan rakyat yang tidak berdosa dari rezim Taliban sekaligus memusnahkan kerajaan Taliban. Sedangkan neo-konservatif mempunyai keinginan untuk menyerang Irak terlebih dahulu, karena mereka atau neo-konservatif ingin memusnahkan dari sumber pembuatan senjata pemusnah masal yang diduga Irak adalah pemasok senjata pasukan Taliban dan al-Qaeda. 32 Namun, karena Bush lebih berambisi untuk menyerang Afghanistan terlebih dahulu akhirnya neo-konservatifpun mengikutinya yang pada akhirnya nanti tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu mematikan jaringan al-Qaeda dan terorisme. 33 Disinilah terlihat bagaimana Bush junior lebih menekankan konssep hard power yaitu dengan mengutamakan militer melalui pre emptive strike. Kemudian bagaimana dengan masyarakat muslim yang berada di Amerika Serikat? Menurut Farhana Khera aktivis muslim AS mengatakan bahwa ternyata warga muslim di Amerika Serikat mendapatkan perlakuan pendiskriminasian oleh pemerintah Amerika Serikat baik dari kubu Republik maupun dari kubu Demokrat, hal ini semakin terlihat terutama setelah terjadinya peristiwa WTC 11 September 2001 lalu. Dikutip dari sumber Metro TV meski di Amerika hanya terdapat sekitar 1 dari warga AS atau sekitar 3 juta pendiskriminasian warga muslim di AS sudah berlangsung sejak lama, tidak hanya itu warga kulit hitam, warga yahudi, bahkan warga bangsa India yang sebagai bangsa asli Amerika Serikat baru diakui tahun 1924. 34 32 A Safril Mubah, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 218 33 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish Jakarta: Kompas, 2005, h. 221. 34 Metro Siang Kamis 31 Maret 2011, pkl. 13.00 at Metro TV 23

II.2. Kebijakan Luar Negeri Amerika seriklat pada masa Barack Obama di Afghanistan