Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan Dan Dora

(1)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

SKRIPSI Oleh:

SEPT HAMONANGAN MANIK 060301056

BDP – AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN DAN DORA

SKRIPSI Oleh:

SEPT HAMONANGAN MANIK 060301056

BDP – AGRONOMI

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

(Ir. Hj.Sabar Ginting, MS) (Ir. Jasmani Ginting, MP ) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine the appropriate dose of organic fertilizer for crop growth and production in mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan and Dora. The research was conducted at the Simpang local government, Village Simpang Brief, Medan District Tuntungan with altitude + 25 meters above sea level in March-May 2011. The research was carried out by the method of factorial randomized block design in two varieties

with six treatments, namely R0 (control), R1 (1.25 g / plant), R2 (1.875 g / plant), R3 (2.5 g / plant), R4 (3.125 g / plant), R5 (3.75 g / plant). The parameters observed were

plant height, leaf area (cm2), number of leaves, total leaf chlorophyll (units / 6 mm3), Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), harvest index. The best organic fertilizer in plant height was observed at doses of 3.75 g / plant with a height of 21.13 cm, weight observations persampel plant biomass was highest at a dose of

3.125 g / plant with a weight of 407.50 g. fresh weight was the highest selling crop

varieties which amounted to 350.51 g tosakan.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan dan Dora. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial pada dua Varietas dengan enam perlakuan yaitu R0 (Kontrol), R1 (1,25 g/ tanaman), R2 (1,875 g/ tanaman), R3 (2,5 g / tanaman), R4 (3,125 g/ tanaman), R5 (3,75 g/ tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Daun, Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk organik yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada dosis 3,75 g/tanaman dengan tinggi 21,13 cm, pengamatan bobot biomassa tertinggi tanaman persampel adalah pada dosis 3,125 g/ tanaman dengan bobot 407,50 g. bobot segar jual tertinggi tanaman adalah pada varietas tosakan yakni sebesar 350,51 g.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Sept Hamonangan Manik dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 7 September 1986 yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari ayahanda Drs. Togar Manik, Ak, CPA dan ibunda Ida Rostati Br. Lumban Tobing

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Cahaya Medan dan pada tahun 2006 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA), sebagai asisten mata kuliah Tanaman Pangan (2009-2010)

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 3 Kebun Silau Dunia pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan dan Dora ” tepat waktu. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga Skripsi ini tidak mungkin disebut sebagai suatu Karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semua tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing penulis, Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS selaku ketua komisi pembimbing penulis dan kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku anggota komisi pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu yang banyak dan memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini,

2. Orang tua penulis, St. Drs. Togar Manik, Ak, CPA dan Ida Rostaty br. Tobing, serta kepada abang-abang dan kakak kandung penulis, Marthin Banzai Alwis Manik, SE, Ak, Sarah Margareth br. Manik, S.Sos, dan Maria Ulfa Gabriella Manik yang telah memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan studi penulis termasuk penyelesaian skripsi ini,


(7)

3. Amangboru Ir Maroloan Simaibang yang telah membantu penulis dalam penelitian untuk skripsi ini

4. Ruth Simanungkalit,SP dan Henny Pasaribu, SP yang telah menyemangati dan mendoakan penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga memohon maaf apabila ada kekurangan dalam skripsi ini . Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, 7 Januari 2012

Penulis, Sept H Manik 060301056


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Tanah ... 6

Iklim ... 7

Pupuk Organik ... 10

Varietas ……….. 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 17

Persemaian ... 17

Aplikasi Pupuk dasar... 17

Penanaman ... 17

Penjarangan Tanaman ... 18


(9)

Pemeliharaan Tanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18

Panen ... 19

Parameter Pengamatan ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Luas Daun (cm2) ... 19

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 19

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 20

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 20

Indeks Panen ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi ... 10 2. Tinggi tanaman sawi pada berbagai taraf pupuk organik

pada pengamatan 3-6 MST ………. 21 3. Luas daun tanaman sawi pada berbagai taraf

pupuk organik dan varietas ………... 22 4. Jumlah daun tanaman sawi pada berbagai taraf

pupuk organik dan varietas ………... 23 5. Jumlah klorofil daun tanaman sawi pada berbagai

taraf pupuk organik dan varietas ……….. 25 6. Bobot Biomassa per tanaman sampel sawi pada

berbagai taraf pupuk organik dan varietas ……… 27 7. Bobot Segar Jual per tanaman sampel sawi pada

berbagai taraf pupuk organik dan varietas ……… 29 8. Indeks panen tanaman sawi pada berbagai taraf


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan interaksi varietas dan pupuk organik terhadap

tinggi tanaman sawi ... 22 2. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organic terhadap luas daun ... 23 3. Hubungan jumlah daun tanaman sawi dengan berbagai taraf

pupuk organik ... 24 4. Hubungan jumlah daun tanaman sawi dengan kedua

perlakuan varietas ………... 25 5. Hubungan jumlah klorofil daun tanaman sawi dengan

berbagai taraf pupuk organik ……….. 26 6. Hubungan jumlah klorofil daun tanaman sawi terhadap

dua varietas yang berbeda ……….. 27 7. Hubungan bobot biomassa per tanaman sampel sawi dengan

berbagai taraf pupuk organik ………. 28 8. Hubungan antara bobot biomassa terhadap varietas yang berbeda ………... 29 9. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel sawi dengan

berbagai taraf pupuk ……….. 30 10. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel dengan

perlakuan dan varietas yang berbeda ………. 31 11. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm). ... 39

2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 39

3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 40

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 40

5. Data PengamatanTinggi Tanaman 5 MST (cm)... 41

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 41

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ... 42

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 42

9. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) ... 43

10.Daftar Sidik Ragam Luas Daun ... 43

11.Data Pengamatan Jumlah Daun ... 44

12.Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun ... 44

13.Data Pengamatan Klorofil Daun (unit/ 6 mm3) ... 45

14.Daftar Sidik Ragam Klorofil Daun ... 45

15.Data Pengamatan Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 46

16.Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g) ... 46

17.Data Pengamatan Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 47

18.Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g) ... 47

19.Data Pengamatan Indeks Panen ... 48


(13)

21.Jadwal Penelitian ……….. 49

22.Plot Penelitian ………... 50

23.Bagan Penelitian ……….. 51

24.Deskripsi Sawi Varietas Tosakan ... 52

25.Deskripsi Sawi Varietas Dora ………..…. 53

26.Data BMG ... 54

27.Analisis Tanah ……… ……… 55


(14)

ABSTRACT

This study aimed to determine the appropriate dose of organic fertilizer for crop growth and production in mustard (Brassica juncea L.) varieties Tosakan and Dora. The research was conducted at the Simpang local government, Village Simpang Brief, Medan District Tuntungan with altitude + 25 meters above sea level in March-May 2011. The research was carried out by the method of factorial randomized block design in two varieties

with six treatments, namely R0 (control), R1 (1.25 g / plant), R2 (1.875 g / plant), R3 (2.5 g / plant), R4 (3.125 g / plant), R5 (3.75 g / plant). The parameters observed were

plant height, leaf area (cm2), number of leaves, total leaf chlorophyll (units / 6 mm3), Weight Per Plant Biomass Samples (g), Fresh Weight Per Plant Sale Sample (g), harvest index. The best organic fertilizer in plant height was observed at doses of 3.75 g / plant with a height of 21.13 cm, weight observations persampel plant biomass was highest at a dose of

3.125 g / plant with a weight of 407.50 g. fresh weight was the highest selling crop

varieties which amounted to 350.51 g tosakan.


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis pupuk organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi pada tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan dan Dora. Penelitian ini dilakukan di Simpang Pemda, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial pada dua Varietas dengan enam perlakuan yaitu R0 (Kontrol), R1 (1,25 g/ tanaman), R2 (1,875 g/ tanaman), R3 (2,5 g / tanaman), R4 (3,125 g/ tanaman), R5 (3,75 g/ tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, Luas daun (cm2), Jumlah Daun, Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3), Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g), Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g), Indeks Panen. Pupuk organik yang terbaik dalam pengamatan tinggi tanaman adalah pada dosis 3,75 g/tanaman dengan tinggi 21,13 cm, pengamatan bobot biomassa tertinggi tanaman persampel adalah pada dosis 3,125 g/ tanaman dengan bobot 407,50 g. bobot segar jual tertinggi tanaman adalah pada varietas tosakan yakni sebesar 350,51 g.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas. Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sawi mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga, dan brokoli. Sawi diduga berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Rukmana, 2002).

Ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk

bisnis sayuran . Laju

pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis sayuran, seperti bawang merah, petsai/sawi, dan mentimun peningkatan produksinya merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya (Suwandi, 2009).

Sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur panen sawi relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai (Rahman dkk, 2008).

Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit (Haryanto dkk, 2006).

Sawi hijau, sering kita temui dalam menu makan sehari-hari. Biasanya sawi diolah menjadi tumisan sayur atau pelengkap makan bakso. Sayuran sehat ini tentu punya banyak


(17)

manfaat. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan memiliki banyak vitamin. Menurut pakar, sawi seperti juga sayur hijau lainnya berfungsi sebagai pencegah kanker. Bagi perempuan sawi punya banyak manfaat di masa menopouse, karena bisa melindungi kaum hawa dari penyakit jantung dan kanker payudara. Kandungan nutrisi seperti kalsium, asam folat, dan magnesium juga dapat mendukung kesehatan tulang. Bagi Anda yang tak suka makan sayur, tak perlu khawatir kehilangan semua manfaat sehat ini. Karena ternyata, sawi tak hanya bisa dimakan sebagai sayur, namun juga diramu menjadi minuman sehat yang menyegarkan (Zatnika, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi sawi selama periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami penurunan minus 1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan. Pada tahun 2008 produksi sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton, bila dibandingkan produksi sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton. Sawi terdapat hampir di semua daerah di Sumatera Utara.

Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang keberhasilan hidup tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi, 2009). Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah

saja. Oleh karena itu, tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk (Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat ditempuh melalui

prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi, dan berimbang sesuai kebutuhan tanaman (Syafruddin dkk, 2009).

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara esensial adalah nutrisi yang berperan


(18)

penting sebagai sumber unsur harabagi tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman (Suwandi, 2009).

Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Pada hal meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim (Lingga dan Marsono, 2007).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk Organik cap Dua Tani yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi pada sawi (Brassica juncea L.) varietas Tosakan dan Dora.

Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh dosis pupuk Organik cap Dua Tani terhadap pertumbuhan dan produksi sawi.

2. Ada pengaruh perbedaan varietas sawi terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. 3. Ada interaksi antara pupuk organik cap Dua Tani dan jenis sawi terhadap


(19)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sawi (Brassicajuncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya.

Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).

Klasifikasi sawi dalam Divisi : Spermatophyta

(Rukmana, 2002) sebagai berikut :

Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledonae Ordo : Papavorales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassicajuncea L.

Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003).

Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2002).


(21)

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

Syarat Tumbuh Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006)

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin kecil (Hasibuan, 2010).

Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa


(22)

unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila sawi ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut (Cahyono, 2003).

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990).

Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2)

Iklim

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan sawi hijau adalah


(23)

1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. . (Cahyono, 2003)

Sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002).

Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk

kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak

memadai. Akhirnya proses fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun. (Cahyono, 2003).

Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah (asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya adalah air distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6 karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan menyebabkan pH 5,6 (Madjid,2009).

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida, dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah (Yulianti, 2007).


(24)

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).

Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi sawi hijau pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003).

Sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghuja Kandungan gizi pada sawi serta manfaatnya

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g bahan yang dapat dimakan pada sawi hijau adalah :


(25)

Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi

No Komposisi Jumlah

1 Kalori 22,00 k

2 Protein 2,30 g

3 Lemak 0,30 g

4 Karbohidrat 4,00 g

5 Serat 1,20 g

6 Kalsium (CA) 220,50 mg

7 Fosfor (P) 38,40 mg

8 Besi (FE) 2,90 mg

9 Vitamin A 969,00 SI

10 Vitamin B1 0,09 mg

11 Vitamin B2 0,10 mg

12 Vitamin B3 0,70 mg

13 Vitamin C 102,00 mg

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

Pupuk Organik

Pupuk organik sebagai kegiatan mikrobiologis bukanlah pupuk biasa ( kimia anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan

nutrisi ke dalam tanah

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki


(26)

kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman

)

kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kenci mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur pupuk kandang di antaranya

dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya darifaktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing factor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman ( Sutedjo dan Kartosapoetra, 1987 )

Varietas

Penggunaan varietas merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi. Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifat-sifat agronomis penting lainnya. Dengan menggunakan varietas unggul tahan hama dan penyakit adalah merupakan cara paling murah untuk menekan pengganggu


(27)

tanaman tanpa adanya kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan tertentu (Fakultas Pertanian UNS, 2011).

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan(Shvoong, 2011).


(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan masyarakat Jl.Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret – mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas Tosakan dan Dora, pupuk Organik cap Dua Tani dan pupuk Kompos.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menggemburkan dan membersihkan lahan, handsprayer, pipet skala untuk menakar pupuk dan insektisida yang diaplikasikan, timbangan analitik, gembor, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, leaf area meter untuk mengukur luas daun, klorofilmeter untuk mengukur jumlah klorofil daun, alat tulis, kertas label dan kalkulator.


(29)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 2 Faktor perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan pertama adalah konsentrasi pupuk organik cap Dua Tani, sedangkan perlakuan ke 2 adalah varietas.

Perlakuan Pertama : Pupuk Organik cap Dua Tani dengan 6 perlakuan, R 0 = Kontrol

R 1 : ½ dosis anjuran = 1,25 g/ tanaman R 2 : ¾ dosis anjuran = 1,875 g/ tanaman R 3 : dosis anjuran = 2,5 g/ tanaman R 4 : 5/4 dosis anjuran = 3,125 g/ tanaman

R 5 : 6/4 dosis anjuran = 3,75 g/ tanaman

Perlakuan kedua : Varietas 2 jenis yakni, V1 = Varietas Tosakan

V2 = Varietas Dora

Dengan demikian didapat 12 kombinasi perlakuan yaitu : R0V1 R0V2

R1V1 R1V2 R2V1 R2V2 R3V1 R3V2 R4V1 R4V2 R5V1 R5V2


(30)

Jumlah Ulangan : 4 ulangan

Jumlah Plot : 48 plot

Jumlah Tanaman/Plot : 25 tanaman Jumlah Tanaman Sampel/Plot: 5 tanaman Jumlah Sampel Seluruhnya : 240 tanaman Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1200 tanaman Jarak Tanam : 25 cm x 20 cm Jarak Antar Plot : 30 cm

Jarak Antar Ulangan : 50 cm


(31)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + βk +Єijk Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi pupuk hijau pada taraf ke-j µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian pupuk organik pada taraf ke-j

βk = Pengaruh penggunaan varietas pada taraf ke-k

Єijk = Pengaruh error pada blok ke-i komposisi dengan komposisi pupuk organik pada taraf ke-j dengan varietas pada taraf ke-k.

Jika dari hasil sidik ragam diperoleh data yang berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%


(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Disiapkan lahan penelitian seluas 25 m x 7 m. Dibuat plot dengan ukuran 125 cm x 100 cm dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Kemudian tanah dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm.

Penyemaian Benih

Benih direndam dengan air ,dibiarkan 1 malam kemudian langsung di tanam di tempat penyemaian dengan ukuran 2m x 3m yang telah diberi pupuk organik kompos terlebih dahulu kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2 minggu, kemudian dibuka.. dan siap di pindahkan ke lapangan.

Aplikasi Pupuk Dasar

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dilapangan. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk urea sebagai pupuk dasar. Dosis yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran dilokasi penelitian yaitu 150kg/ha (18,75g/plot).

Penanaman

Bibit sawi yang telah berdaun tiga (berumur ± 14 hari) siap dipindahkan ke lapangan. Penanaman bibit dapat dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman lubang tanam 3 cm. Bibit ditanam dua bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm. Sebelum bibit dimasukkan kedalam lubang tanam terlebih dahulu dimasukkan kompos sebanyak 3,5 gram/lubang tanam.


(33)

Penjarangan Tanaman

Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu di lapangan dengan mencabut tanaman yang pertumbuhannya tidak sempurna, dan sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik.

Aplikasi Pupuk Organik cap Dua Tani

Pengaplikasian Pupuk Organik cap Dua Tani diberikan sebanyak 1 kali pemberian saja. Pengaplikasian pupuk Organik ini dilakukan setelah tanaman berumur seminggu setelah pindah tanam, dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan). Penyiangan ini dilakukan sebanyak 2 kali seminggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman terserang dan terinfeksi. Bila tanaman terserang hama maka dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida matador sesuai dengan dosis anjuran yakni 3 g/l air . Sedangkan untuk pengendalian penyakit menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l air. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali selama penelitian.


(34)

Panen

Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, dengan cara membongkar tanah agar akar tanaman tidak patah dan tidak tertinggal di dalam tanah, setelah dicabut akar di bersihkan dengan menggunakan air bersih agar akar bersih dari tanah. Sesuai dengan deskripsi, panen dilakukan pada umur tanaman 45 hari untuk varietas tosakan dan 55 hari untuk varietas dora.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun tertinggi yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman sampel mulai saat tanaman berumur 7 HST hingga 44 HST dengan interval pengamatan 7 hari sekali.

Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat Leaf Area Meter. Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen.

Jumlah Daun Segar ( Helai )

Perhitungan jumlah daun segar dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan beberapa daun yang segar tiap tanaman, yang layak untuk dikonsumsi.

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan alat klorofil meter. Penghitungan dilakukan dengan cara mengukur jumlah klorofil pada tiga titik yaitu pada pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian dirata-ratakan. Perhitungan jumlah klorofil daun dilakukan pada saat panen.


(35)

Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)

Bobot biomassa per tanaman sampel adalah seluruh bagian tanaman sampel termasuk akar dan daun yang tidak layak dikonsumsi ditimbang bobotnya. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan pada saat panen.

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Bobot segar jual per tanaman sampel adalah bagian tanaman yang layak untuk dijual dengan kriteria membuang daun bagian bawah yang rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan dilakukan pada saat panen.

Indeks Panen

Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot biomassa. Dapat ditulis dengan rumus :

Bobot Segar Jual Indeks Panen

Bobot Biomassa =


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Data tinggi tanaman umur 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 1, 3, 5, 7 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6, dan Lampiran 8. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pupuk organik dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3-6 MST.

Tabel 2. Tinggi sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 18.44d 16.87a 17.65 R1 17.72a-d 17.36a-c 17.54 R2 18.31cd 17.26ab 17.78 R3 20.31e 18.04b-d 19.17 R4 22.39f 18.86d 20.62 R5 23.87g 18.40d 21.13 Rataan 20.17 17.79

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak .

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pengamatan tinggi tanaman V1R0 berbeda tidak nyata terhadap V1R1,V1R2,V2R3 selain itu berbeda nyata terhadap V1R3,V1R4,V1R5,V2R0,V2R1 dan V2R2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pengamatan paling tinggi diperoleh pada V1R5 yang berbeda nyata terhadap pengamatan lainnya.

Pengaruh pupuk organik dengan varietas terhadap parameter tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar berikut ini,


(37)

Gambar 1. Hubungan interaksi varietas dan pupuk organik terhadap tinggi sawi

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pupuk organik berinteraksi nyata terhadap varietas pada parameter tinggi tanaman, dimana interaksi tersebut tampak pada pengamatan R3 yakni pada pemberian dosis pupuk organik sebanyak 1,25 gr/tanaman.

Luas Daun (cm2)

Data luas daun tanaman sawi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa peningkatan pemberian pupuk organik terhadap pengamatan luas daun berpengaruh nyata .

Tabel 3. Luas daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 235.55cd 145.10a 190.33 R1 210.65bc 120.38a 165.51 R2 248.90de 119.03a 183.96 R3 281.70ef 225.28cd 253.49 R4 288.30f 178.48b 233.39 R5 304.45f 204.35bc 254.40 Rataan 261.59 165.43

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT


(38)

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa luas daun sawi tertinggi pada R5V1 yaitu 304,45 cm2 dan terendah pada R2V2 yaitu sebesar 119,03 cm2. Pemberian pupuk organik pada R5V1 berbeda nyata dengan perlakuan R0V1, R1V1, R2V1 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3V1.

Pengaruh pupuk organik dengan varietas terhadap luas daun sawi dapat dilihat melalui gambar dibawah ini,

Gambar 2. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik terhadap luas daun

DariGambar 2 dapat dilihat bahwa pupuk organik berinteraksi nyata terhadap varietas pada parameter luas daun, dimana interaksi tersebut tampak pada pengamatan R3 yakni pada pemberian dosis pupuk organik sebanyak 2,5 gr/tanaman.

Jumlah Daun

Data jumlah daun tanaman pada saat dipanen dapat dilihat pada Lampiran 11 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa


(39)

Tabel 4. Jumlah daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas.

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 6.60 4.90 5.75a R1 6.85 4.85 5.85a R2 7.25 5.30 6.28ab R3 8.40 5.40 6.90bc R4 8.75 6.70 7.73c R5 8.05 6.35 7.20bc Rataan 7.65b 5.58a

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun sawi tertinggi pada perlakuan R4 yaitu 7,73 dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu sebesar 5,75. Pemberian pupuk organik pada taraf R4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan R0, R1 dan R2.

Tabel 4 juga menunjukkan jumlah daun sawi berbeda nyata pada kedua perlakuan varietas dimana jumlah daun tertinggi pada perlakuan V1 (Varietas Tosakan) sebesar 7,40 dan terendah pada perlakuan V2 (Varietas Dora) sebesar 5,47.

Pengaruh pemberian dosis pupuk terhadap peningkatan jumlah daun segar sawi dapat dilihat melalui gambar 3 berikut ini,


(40)

Gambar 3. Hubungan jumlah daun sawi dengan berbagai taraf pupuk organik.

Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah daun sawi dengan berbagai taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis pupuk organic yang diberikan, maka jumlah daun juga akan semakin meningkat.

Perbedaan jumlah daun yang diperoleh antara varietas tosakan dan dora dapat dilihat melalui histogram pada gambar 4 berikut dibawah ini,

Gambar 4. Hubungan jumlah daun tanaman dengan kedua perlakuan varietas.

Gambar 4 menunjukkan hubungan jumlah daun dengan perlakuan varietas dimana jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas Tosakan yaitu 7,40.


(41)

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3)

Data jumlah klorofil daun tanaman pada saat panen dapat dilihat pada Lampiran 13 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk organik pada pengamatan jumlah klorofil daun berpengaruh nyata.

Tabel 5. Jumlah klorofil daun sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 41.03 38.21 39.62a R1 42.79 38.28 40.53b R2 43.29 39.13 41.21b R3 45.59 40.42 43.00c R4 45.46 40.70 43.08c R5 46.29 40.96 43.62c Rataan 44.07b 39.61a

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah klorofil daun sawi tertinggi pada perlakuan R5 yaitu 43,62 dan terendah pada perlakuan R0 yaitu sebesar 39,62. Pemberian pupuk organik pada taraf R5 berbeda nyata dengan perlakuan R0, R1 dan R2 tetapi nyata dengan perlakuan R3 dan R4.

Tabel 5 juga menunjukkan jumlah klorofil daun sawi berbeda nyata pada kedua perlakuan varietas dimana jumlah klorofil daun tertinggi pada perlakuan V1 (Varietas Tosakan) sebesar 43,65 dan terendah pada perlakuan V2 (Varietas Dora) sebesar 39,50.

Pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap peningkatan jumlah klorofil dapat dilihat melalui gambar 5 berikut ini,


(42)

Gambar 5. Hubungan jumlah klorofil daun sawi dengan berbagai taraf pupuk organik.

Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah klorofil daun sawi dengan berbagai perlakuan yang berbeda berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan, maka jumlah klorofil juga akan semakin meningkat.

Untuk mengetahui perbedaan jumlah klorofil yang diperoleh antara varietas tosakan dan dora dapat dilihat melalui histogram gambar 6 berikut dibawah ini,


(43)

Gambar 6 menunjukkan hubungan jumlah klorofil daun dengan varietas yang berbeda dimana jumlah klorofil daun tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas Tosakan yaitu 43,65 dan terendah diperoleh pada perlakuan varietas Dora yaitu 39,50 .

Bobot Biomassa per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot biomassa tanaman per sampel dilakukan pada saat tanaman dipanen. Data biomassa tanaman dapat dilihat pada Lampiran 15 dan sidik keragaman dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk organik dan perlakuan kedua varietas terhadap bobot biomassa berpengaruh nyata.

Tabel 6. Bobot Biomassa per tanaman sampel sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 381.50 272.55 327.03a R1 383.05 272.00 327.53a R2 392.70 269.15 330.93a R3 414.90 291.75 353.33ab R4 450.00 365.00 407.50b R5 414.55 333.45 374.00ab Rataan 406.11b 300.65a

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa bobot biomassa per tanaman sampel sawi tertinggi pada perlakuan R4 yaitu 407,50 g dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu sebesar 327,03 g. Pemberian pupuk organik pada taraf R4 berbeda nyata dengan perlakuan R0,R1,R2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5.

Tabel 6 menunjukkan bobot biomassa per tanaman sampel sawi berbeda nyata pada kedua perlakuan varietas dimana bobot biomassa per tanaman sampel sawi tertinggi pada perlakuan V1 sebesar 396,14 g dan terendah pada perlakuan V2 sebesar 295,63 g.

Untuk melihat pengaruh pemberian pupuk organik terhadap peningkatan bobot biomassa per tanaman sampel yang diperoleh dapat dilihat melalui gambar 7,


(44)

Gambar 7. Hubungan bobot biomassa per tanaman sampel sawi dengan berbagai tarafpupuk Organik

Gambar 7 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot biomassa per tanaman sampel sawi dengan berbagai taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin tinggi dosis pupuk organik yang diberikan maka bobot biomassa yang diperoleh akan semakin tinggi.

Untuk dapat melihat perbedaan jumlah bobot biomassa yang diperoleh antara varietas tosakan dan varietas dora dapat dilihat melalui histogram gambar 8 berikut dibawah ini,

Gambar 8. Hubungan antara bobot biomassa terhadap varietas yang berbeda


(45)

Gambar 8 menunjukkan hubungan bobot biomassa per tanaman sampel dengan perlakuan varietas dimana bobot biomassa per tanaman sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas Tosakan yaitu 396,14 g.

Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)

Pengambilan data bobot segar per tanaman sampel dilakukan pada saat tanaman dipanen. Data bobot segar dapat dilihat pada Lampiran 17 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk organik dan perlakuan varietas terhadap bobot segar jual berpengaruh nyata.

Tabel 7. Bobot Segar Jual per tanaman sampel sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 341.75 235.80 288.78a R1 349.90 229.35 289.63a R2 360.10 245.60 302.85a R3 375.20 260.30 317.75ab R4 416.50 323.85 370.18b R5 380.10 302.20 341.15ab Rataan 370.59b 266.18a

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT.

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar jual per tanaman sampel sawi tertinggi pada perlakuan R4 yaitu 370,18 g dan terendah pada perlakuan pupuk organik R0 yaitu sebesar 288,78 g. Pemberian pupuk organik pada taraf R4 berbeda nyata dengan perlakuan R0,R1,R2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan R3 dan R5.

Tabel 7 menunjukkan bobot segar jual per tanaman sampel sawi berbeda nyata pada kedua perlakuan varietas dimana bobot segar jual per tanaman sampel tertinggi pada perlakuan V1 sebesar 360,51 g dan terendah pada perlakuan V2 sebesar 260,40 g.

Untuk dapat melihat pengaruh pemberian dosis pupuk organik terhadap peningkatan jumlah bobot segar yang diperoleh dapat dilihat melalui gambar 9 berikut ini,


(46)

Gambar 9. Hubungan bobot segar jual per tanaman sampel sawi dengan berbagai taraf pupuk organik

Gambar 9 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot segar jual per tanaman sampel sawi dengan berbagai taraf pupuk organik berbentuk linear dimana semakin banyak pemberian dosis pupuk organik maka bobot segar jual juga semakin meningkat.

Untuk melihat perbedaan jumlah bobot segar yang diperoleh antara varietas tosakan dan dora dapat dilihat melalui histogram gambar 10 berikut dibawah ini,


(47)

Gambar 10 menunjukkan hubungan bobot segar jual per tanaman sampel dengan perlakuan varietas dimana bobot segar jual per tanaman sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas Tosakan yaitu 360,51 g.

Indeks Panen

Indeks panen merupakan hasil bagi bobot segar jual dengan bobot biomassa. Data indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 19 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi keduanya berpengaruh nyata

Tabel 8. Indeks panen sawi pada berbagai taraf pupuk organik dan varietas

Perlakuan

Varietas

Rataan

V1 V2

R0 0,89ab 0,86ab 0,87 R1 0,90ab 0,82a 0,86 R2 0,9ab 0,95b 0,93 R3 0,89ab 0,87ab 0,88 R4 0,92b 0,88ab 0,90 R5 0,90ab 0,88ab 0,89 Rataan 0,90 0,87

Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT

Dari tabel 8 menunjukkan interaksi kedua perlakuan pupuk organik dengan berbagai taraf dan varietas berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Indeks panen tertinggi pada perlakuan R2V2 (pupuk organik dengan taraf 1,875 g/tanaman pada varietas Dora) yaitu sebesar 95,67 yang berbeda nyata dengan perlakuan R1V2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.


(48)

Gambar 11. Hubungan interaksi varietas dengan pupuk organik terhadap indeks panen

Gambar 11 menunjukkan bahwa terjadi interaksi pupuk organik dengan varietas terhadap indeks panen pada R5(pemberian dosis pupuk organik sebanyak 3,75 gr/tanaman).


(49)

Pembahasan

Pupuk organik

Pengaruh pupuk organik terhadap Luas Daun (cm2), Klorofil Daun (unit/ 6 mm3) di duga akibat pengaruh sifat fenotip tanaman yang tidak memerlukan suhu

yang tinggi pada proses pertumbuhan. Pada Lampiran 24 dapat dilihat bahwa suhu tergolong tinggi saat penelitian ini berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengungkapkan bahwa suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna).

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh pengaruh pupuk organik dengan berbagai taraf pada kedua varietas berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman 3-6 MST, luas daun, jumlah daun, jumlah klorofil daun, bobot biomassa per tanaman sampel dan bobot segar jual per tanaman sampel. Perlakuan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter indeks panen.

Pengaruh perlakuan pupuk Organik terhadap tinggi tanaman bersifat linear dimana semakin banyak konsentrasi yang diberikan maka tinggi tanaman akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum peningkatan hasil yang makin berkurang oleh Mitcherlich yang menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis hasil justru menurun.

Varietas

Hasil pengamatan dan analisis data secara statistik, diperoleh perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil, bobot segar jual per tanaman dan bobot biomassa. Perbedaan varietas mempengaruhi fase vegetatif


(50)

statistik diperoleh bahwa Tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh varietas tosakan yakni sebesar 36,01 cm, luas daun sebesar 304,45 cm2,jumlah daun segar sebanyak 8,75, jumlah klorofil sebesar 46,29 unit/6mm3, bobot biomassa sebesar 450 gr, bobot segar jual sebesar 416,5 gr dan indeks panen sebesar 92,56. Hal ini dikarenakan varietas merupakan sekelompok tanaman sejenis yang memiliki karakter yang sama. Hal ini dapat di lihat dari rataan tinggi tanaman. Shvoong (2011) menyatakan Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan.

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual per tanaman. Rataan bobot segar jual per tanaman tertinggi diperoleh dari varietas V1 yaitu 360,51 gram dan yang terendah pada varietas V2 yaitu 260,40

gram. Hal ini disebabkan karena bobot segar jual per tanaman merupakan sifat genetis tanaman yang mampu dipengaruhi oleh faktor luar sehingga dalam pembudidayaan tanamannya sebaiknya memakai benih varietas unggul. Hal ini dapat dilihat dari rataan bobot segar jual per tanaman. Fakultas Pertanian UNS (2011) menyatakan Penggunaan varietas merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi. Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifat-sifat agronomis penting lainnya. Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman


(51)

senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan tertentu.

Interaksi

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas dan pemberian dosis pupuk organik berinteraksi terhadap tinggi tanaman pada pemberian dosis sebanyak 1,25 gr/tanaman ; luas daun pada pemberian dosis sebanyak 2,5 gr/tanaman dan indeks panen pada pemberian dosis sebanyak 3,75 gr/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa antara varietas dengan pemberian dosis saling mempengaruhi sehingga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun dan indeks panen pada sawi. Hal ini didukung oleh pernyataa pupuk biasa (kimia anorganik) yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah.

Hasil analisis secara statistik menunjukkan varietas dan pupuk organik tidak berinteraksi nyata terhadap jumlah daun, bobot biomassa dan bobot segar jual. Hal ini menunjukkan bahwa antara varietas dan pupuk organik tidak saling mempengaruhi satu sama lain yang dapat disebabkan oleh salah satu faktor perlakuan yang lebih besar pengaruhnya dibandingkan factor yang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutedjo dan Kartosapoetra (1987) yang menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing – masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruh dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.


(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun segar, bobot segar jual, bobot biomassa,jumlah klorofil dan indeks panen.

2. Interaksi pupuk organik dengan varietas berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter tinggi tanaman pada dosis pupuk 1,25 g/tanaman, luas daun tanaman pada dosis pupuk 2,5 gr/tanaman dan indeks panen pada dosis pupuk 3,75 gr/tanaman . 3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas tosakan sebagai varietas terbaik yakni,

untuk tinggi tanaman sebesar 23,87 cm pada dosis 3,75 gr/tanaman, luas daun sebesar 304,45 cm2 pada dosis 3,75 gr/tanaman , jumlah daun segar sebesar 8,75 pada dosis 3,125 gr/tanaman, jumlah klorofil sebesar 46,29 unit/6mm3 pada dosis 3,75 gr/tanaman, bobot biomassa sebesar 450 gr pada dosis 3,125 gr/tanaman, bobot segar jual sebesar 416,5 gr pada dosis 3,125 gram/tanaman dan indeks panen sebesar 0,92 pada dosis 3,125 gr/tanaman.

Saran

1. Untuk mendapatkan produksi terbaik pada sawi disarankan menggunakan varietas tosakan dengan pemberian pupuk organik sebanyak 3,75 gr/tanaman.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara. 2009. Analisis Potensi Komoditas Unggulan Hortikultura Sumatera Utara.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1997. Daftar Komposisi Bahan Makanan Penerbit Bhatara Karya Aksara.

Fakultas Pertanian UNS. 2011. Proses Pelepasan Varietas Unggul.

Gomez dan Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta

Haryanto, W., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta. Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian.

Medan

Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Gramedia. Jakarta.

maret 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik

Lingga, P. 2003 Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisis Revisi Penebar Swadaya, Jakarta

Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, (3) Teknologi Pupuk Hayati, dan (4) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri dan Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

Rahman, A., Hermaya, dan Lisa. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Sawi Dengan Pemberian Bokashi, Jurnal Agrisisten 4(2): 75-80


(54)

Sastrahidajat, I, H dan Soemono. 1996. Budidaya Tanaman Association. 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publishers. INC, Illinois Suhardi, 1990. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. .

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147

Shvoong, 2011. Pengertian Varietas. Diakses

tanggal 21 Juli 2011

Syafruddin., Faesal, dan M. Akil. 2009. Pengelola Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Hal 205-215

Yulianti, N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43. Zatnika, I. 2010. Media Indonesia. Jakarta


(55)

Lampiran 1. Tinggi tanaman pada pengamatan 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 6,04 5,82 5,86 5,76 23,48 5,87

R1V1 6,46 5,82 6,04 7,26 25,58 6,40

R2V1 6,24 6,32 6,24 6,72 25,52 6,38

R3V1 6,80 6,62 6,50 6,66 26,58 6,65

R4V1 6,92 6,92 7,36 6,78 27,98 7,00

R5V1 7,00 6,90 7,20 6,74 27,84 6,96

R0V2 4,24 3,96 3,92 4,16 16,28 4,07

R1V2 4,20 4,18 3,88 4,36 16,62 4,16

R2V2 4,30 4,38 4,32 5,08 18,08 4,52

R3V2 4,60 5,06 4,82 4,54 19,02 4,76

R4V2 5,06 5,10 5,20 5,30 20,66 5,17

R5V2 5,00 5,26 5,36 4,68 20,30 5,08

Total 66,86 66,34 66,70 68,04 267,94

Rataan 5,57 5,53 5,56 5,67 5,58

Lampiran 2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 0,14 0,05 0,55 tn 2,89

Perlakuan 11 51,89 4,72 57,31 * 2,09

R 5 7,50 1,50 18,23 * 2,49

Linier 1 7,14 7,14 86,71 * 4,14

Kuadratik 1 0,10 0,10 1,20 tn 4,14

Sisa 1 89,99 89,99 1093,31 * 4,14

V 1 44,12 44,12 536,05 * 4,14

Interaksi R x V 5 0,26 0,05 0,63 tn 2,49

Error 33 2,72 0,08

Total 47 54,75

FK = 1495,66 KK = 5,06 %


(56)

Lampiran 3. Tinggi tanaman pada pengamatan 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 12,20 12,18 12,32 12,30 49,00 12,25

R1V1 13,30 11,66 11,70 11,52 48,18 12,05

R2V1 13,28 12,52 12,58 12,54 50,92 12,73

R3V1 12,88 13,52 13,98 13,30 53,68 13,42

R4V1 14,08 13,82 14,14 13,96 56,00 14,00

R5V1 13,88 14,12 14,26 14,22 56,48 14,12

R0V2 10,62 10,94 10,98 10,98 43,52 10,88

R1V2 11,28 11,16 11,02 11,14 44,60 11,15

R2V2 11,16 11,40 11,46 11,28 45,30 11,33

R3V2 11,56 12,06 12,04 12,14 47,80 11,95

R4V2 12,38 12,30 12,30 12,36 49,34 12,34

R5V2 12,44 11,68 12,34 11,78 48,24 12,06

Total 149,06 147,36 149,12 147,52 593,06

Rataan 12,42 12,28 12,43 12,29 12,36

Lampiran 4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 0,23 0,08 0,64 tn 2,89

Perlakuan 11 48,57 4,42 37,14 * 2,09

R 5 20,92 4,18 35,18 * 2,49

Linier 1 19,29 19,29 162,24 * 4,14

Kuadratik 1 0,01 0,01 0,09 tn 4,14

Sisa 1 464,35 464,35 3905,09 * 4,14

V 1 26,20 26,20 220,30 * 4,14

Interaksi RxV 5 1,46 0,29 2,46 tn 2,49

Error 33 3,92 0,12

Total 47 52,72

FK = 7327, 5 KK = 2,8 %


(57)

Lampiran 5. Tinggi tanaman pada pengamatan 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 16,04 15,90 16,40 16,16 64,50 16,13

R1V1 17,28 15,66 14,56 14,58 62,08 15,52

R2V1 16,62 17,36 16,28 14,58 64,84 16,21

R3V1 17,74 17,96 18,08 18,24 72,02 18,01

R4V1 18,52 19,50 19,76 19,08 76,86 19,22

R5V1 20,20 20,14 20,34 20,50 81,18 20,30

R0V2 14,40 14,52 14,30 14,34 57,56 14,39

R1V2 15,56 14,30 14,52 14,24 58,62 14,66

R2V2 14,66 15,12 14,88 14,92 59,58 14,90

R3V2 15,98 16,28 16,68 15,36 64,30 16,08

R4V2 16,36 16,28 16,90 17,06 66,60 16,65

R5V2 16,53 15,82 16,30 15,86 64,51 16,13

Total 199,89 198,84 199,00 194,92 792,65

Rataan 16,66 16,57 16,58 16,24 16,51

Lampiran 6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 1,22 0,41 1,11 tn 2,89

Perlakuan 11 143,98 13,09 35,74 * 2,09

R 5 77,66 15,53 42,41 * 2,49

Linier 1 70,24 70,24 191,80 * 4,14

Kuadratik 1 1,49 1,49 4,07 tn 4,14

Sisa 1 816,21 816,21 2228,74 * 4,14

V 1 52,73 52,73 143,99 * 4,14

Interaksi RxV 5 13,59 2,72 7,42 * 2,49

Error 33 12,09 0,37

Total 47 157,29

FK = 13089,46 KK = 3,68 %


(58)

Lampiran 7. Tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 18,50 18,62 18,32 18,30 73,74 18,44

R1V1 19,54 17,66 16,98 16,68 70,86 17,72

R2V1 18,54 19,86 17,96 16,86 73,22 18,31

R3V1 20,86 20,82 19,26 20,28 81,22 20,31

R4V1 21,78 21,74 23,14 22,88 89,54 22,39

R5V1 23,46 23,84 24,12 24,04 95,46 23,87

R0V2 16,90 16,70 16,80 17,06 67,46 16,87

R1V2 17,76 18,40 16,94 16,34 69,44 17,36

R2V2 17,62 17,94 16,76 16,72 69,04 17,26

R3V2 18,16 18,60 18,30 17,08 72,14 18,04

R4V2 18,78 18,62 18,80 19,24 75,44 18,86

R5V2 18,86 18,62 18,30 17,82 73,60 18,40

Total 230,76 231,42 225,68 223,30 911,16

Rataan 19,23 19,29 18,81 18,61 18,98

Lampiran 8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 3,88 1,29 2,82 tn 2,89

Perlakuan 11 203,46 18,50 40,34 * 2,09

R 5 101,21 20,24 44,14 * 2,49

Linier 1 89,95 89,95 196,16 * 4,14

Kuadratik 1 6,01 6,01 13,10 * 4,14

Sisa 1 1026,74 1026,74 2239,04 * 4,14

V 1 67,50 67,50 147,19 * 4,14

Interaksi R x V 5 34,76 6,95 15,16 * 2,49

Error 33 15,13 0,46

Total 47 222,47

FK = 17296,09 KK = 3,57 %


(59)

Lampiran 9. Luas daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 234,30 235,60 234,00 238,30 942,20 235,55

R1V1 219,00 184,40 219,90 219,30 842,60 210,65

R2V1 251,30 246,70 246,70 250,90 995,60 248,90

R3V1 278,10 279,60 280,30 288,80 1126,80 281,70

R4V1 281,40 285,40 290,00 296,40 1153,20 288,30

R5V1 298,90 300,30 309,80 308,80 1217,80 304,45

R0V2 113,50 114,40 117,80 234,70 580,40 145,10

R1V2 126,20 119,90 117,40 118,00 481,50 120,38

R2V2 119,80 118,40 118,80 119,10 476,10 119,03

R3V2 224,60 219,60 227,40 229,50 901,10 225,28

R4V2 180,60 177,00 174,10 182,20 713,90 178,48

R5V2 197,40 251,00 200,20 168,80 817,40 204,35

Total 2525,10 2532,30 2536,40 2654,80 10248,60

Rataan 210,43 211,03 211,37 221,23 213,51

Lampiran 10. Daftar sidik ragam luas daun

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 959,23 319,74 0,72 tn 2,89

Perlakuan 11 175964,56 15996,78 36,05 * 2,09

R 5 59037,33 11807,47 26,61 * 2,49

Linier 1 40259,65 40259,65 90,72 * 4,14

Kuadratik 1 534,64 534,64 1,20 tn 4,14

Sisa 1 161213,81 161213,81 363,26 * 4,14

V 1 110957,10 110957,10 250,02 * 4,14

Interaksi R x V 5 5970,13 1194,03 2,69 * 2,49

Error 33 14645,22 443,79

Total 47 191569,01

FK = 2188204 KK = 9,86 %


(60)

Lampiran 11. Data Jumlah Daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 6,80 6,60 6,40 6,60 26,40 6,60

R1V1 5,60 7,40 7,20 7,20 27,40 6,85

R2V1 6,80 7,40 7,20 7,60 29,00 7,25

R3V1 8,00 8,40 8,60 8,60 33,60 8,40

R4V1 8,40 8,40 8,80 9,40 35,00 8,75

R5V1 9,00 9,40 9,20 4,60 32,20 8,05

R0V2 5,00 4,60 4,80 5,20 19,60 4,90

R1V2 5,20 5,00 5,20 4,00 19,40 4,85

R2V2 5,60 5,60 5,60 4,40 21,20 5,30

R3V2 6,20 5,60 5,60 4,20 21,60 5,40

R4V2 6,40 6,60 6,60 7,20 26,80 6,70

R5V2 6,60 7,40 7,20 4,20 25,40 6,35

Total 79,60 82,40 82,40 73,20 317,60

Rataan 6,63 6,87 6,87 6,10 6,62

Lampiran 12. Daftar sidik ragam jumlah daun

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 4,71 1,57 1,99 tn 2,89

Perlakuan 11 78,41 7,13 9,05 * 2,09

R 5 24,84 4,97 6,31 * 2,49

Linier 1 20,83 20,83 26,44 * 4,14

Kuadratik 1 0,22 0,22 0,28 tn 4,14

Kubik 1 152,49 152,49 193,59 * 4,14

V 1 51,25 51,25 65,07 * 4,14

Interaksi R x V 5 2,32 0,46 0,59 tn 2,49

Error 33 25,99 0,79

Total 47 109,11

FK = 2101,45 KK = 13,42 %


(61)

Lampiran 13. Data jumlah klorofil daun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 42,10 40,20 40,20 41,60 164,10 41,03

R1V1 43,40 42,20 42,70 42,84 171,14 42,79

R2V1 43,10 42,40 44,40 43,24 173,14 43,29

R3V1 45,80 46,50 46,10 43,94 182,34 45,59

R4V1 45,00 44,30 47,20 45,32 181,82 45,46

R5V1 45,30 46,40 47,60 45,86 185,16 46,29

R0V2 38,00 37,50 38,60 38,72 152,82 38,21

R1V2 38,80 38,40 37,50 38,42 153,12 38,28

R2V2 39,30 38,90 39,30 39,02 156,52 39,13

R3V2 39,90 40,60 41,10 40,08 161,68 40,42

R4V2 39,50 40,30 41,50 41,48 162,78 40,70

R5V2 39,60 40,10 41,90 42,22 163,82 40,96

Total 499,80 497,80 508,10 502,74 2008,44

Rataan 41,65 41,48 42,34 41,90 41,84

Lampiran 14. Daftar sidik ragam jumlah klorofil daun

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 5,02 1,67 2,42 tn 2,89

Perlakuan 11 351,53 31,96 46,33 * 2,09

R 5 104,91 20,98 30,42 * 2,49

Linier 1 99,19 99,19 143,80 * 4,14

Kuadratik 1 1,73 1,73 2,51 tn 4,14

Sisa 1 4975,87 4975,87 7213,75 * 4,14

V 1 238,34 238,34 345,54 * 4,14

Interaksi R x V 5 8,27 1,65 2,40 tn 2,49

Error 33 22,76 0,69

Total 47 379,31

FK = 84038,15 KK = 1,98 %


(62)

Lampiran 15. Bobot biomassa per tanaman sampel

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 384,40 383,20 381,00 377,40 1526,00 381,50

R1V1 382,20 384,20 383,40 382,40 1532,20 383,05

R2V1 400,80 390,60 391,20 388,20 1570,80 392,70

R3V1 413,60 417,20 412,40 416,40 1659,60 414,90

R4V1 441,60 445,20 455,20 458,00 1800,00 450,00

R5V1 481,80 489,20 489,40 197,80 1658,20 414,55

R0V2 275,60 272,60 270,20 271,80 1090,20 272,55

R1V2 305,60 309,20 307,60 165,60 1088,00 272,00

R2V2 320,80 316,80 316,20 122,80 1076,60 269,15

R3V2 329,00 335,60 337,00 165,40 1167,00 291,75

R4V2 361,00 367,60 366,00 365,40 1460,00 365,00

R5V2 388,60 396,20 392,20 156,80 1333,80 333,45

Total 4485,00 4507,60 4501,80 3468,00 16962,40

Rataan 373,75 375,63 375,15 289,00 353,38

Lampiran 16. Daftar sidik ragam bobot biomassa per tanaman sampel

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 66346,38 22115,46 7,06 * 2,89

Perlakuan 11 178641,53 16240,14 5,19 * 2,09

R 5 41771,65 8354,33 2,67 * 2,49

Linier 1 28252,32 28252,32 9,02 * 4,14

Kuadratik 1 104,34 104,34 0,03 tn 4,14

Sisa 1 416690,57 416690,57 133,08 * 4,14

V 1 133478,61 133478,61 42,63 * 4,14

Interaksi R x V 5 3391,27 678,25 0,22 tn 2,49

Error 33 103324,32 3131,04

Total 47 348312,23

FK = 5994229,5 KK = 15,83 %


(63)

Lampiran 17. Data bobot segar jual per tanaman sampel

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 349,60 338,60 347,60 331,20 1367,00 341,75

R1V1 354,80 351,40 348,80 344,60 1399,60 349,90

R2V1 373,80 355,80 364,80 346,00 1440,40 360,10

R3V1 366,60 374,40 378,60 381,20 1500,80 375,20

R4V1 408,40 415,00 420,40 422,20 1666,00 416,50

R5V1 447,40 455,80 452,00 165,20 1520,40 380,10

R0V2 231,20 243,60 234,60 233,80 943,20 235,80

R1V2 269,80 268,00 257,20 122,40 917,40 229,35

R2V2 280,40 273,60 281,00 147,40 982,40 245,60

R3V2 303,40 299,40 310,40 128,00 1041,20 260,30

R4V2 317,60 328,40 329,00 320,40 1295,40 323,85

R5V2 353,00 360,80 369,80 125,20 1208,80 302,20

Total 4056,00 4064,80 4094,20 3067,60 15282,60

Rataan 338,00 338,73 341,18 255,63 318,39

Lampiran 18. Daftar sidik ragam bobot segar jual per tanaman sampel

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 63076,06 21025,35 7,44 * 2,89

Perlakuan 11 174613,42 15873,95 5,62 * 2,09

R 5 41168,63 8233,73 2,92 * 2,49

Linier 1 30715,94 30715,94 10,88 * 4,14

Kuadratik 1 5,25 5,25 0,00 tn 4,14

Sisa 1 344566,41 344566,41 121,99 * 4,14

V 1 130813,20 130813,20 46,31 * 4,14

Interaksi R x

V 5 2631,59 526,32 0,19 tn 2,49

Error 33 93206,87 2824,45

Total 47 330896,35

FK = 4865789 KK = 16,69%


(64)

Lampiran 19. Data indeks panen

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

R0V1 0,90 0,88 0,91 0,87 3,56 0,89

R1V1 0,92 0,91 0,90 0,90 3,63 0,90

R2V1 0,93 0,91 0,93 0,89 3,66 0,91

R3V1 0,88 0,89 0,91 0,91 3,59 0,89

R4V1 0,92 0,93 0,92 0,92 3,69 0,92

R5V1 0,92 0,93 0,92 0,83 3,60 0,90

R0V2 0,83 0,89 0,86 0,86 3,44 0,86

R1V2 0,88 0,86 0,83 0,73 3,30 0,82

R2V2 0,87 0,86 0,88 1,20 3,81 0,95

R3V2 0,92 0,89 0,92 0,77 3,50 0,87

R4V2 0,87 0,89 0,89 0,87 3,52 0,88

R5V2 0,90 0,91 0,94 0,79 3,54 0,88

Total 10,74 10,75 10,81 10,54 39,24

Rataan 0,89 0,89 0,90 0,87 0,88

Lampiran 20. Daftar sidik ragam indeks panen

Sidik Ragam db JK KT F.Hit Ket F 0.5

Blok 3 38,04 12,68 0,33 tn 2,89

Perlakuan 11 440,93 40,08 1,05 tn 2,09

R 5 -362364,63 -72472,93 -1890,58 tn 2,49

Linier 1 1,42 1,42 0,04 tn 4,14

Kuadratik 1 2,37 2,37 0,06 tn 4,14

Sisa 1 1547,56 1547,56 40,37 * 4,14

V 1 -362372,69 -362372,69 -9453,12 tn 4,14

Interaksi R x V 5 362387,31 72477,46 1890,70 * 2,49

Error 33 1265,01 38,33

Total 47 1743,98

FK = 386536,07 KK = 6,89 %


(65)

Lampiran 21. Jadwal Penelitian N

o

Kegiatan Hari Ke-

1 2 16 23 25 30 37 40 42 44 51 58 1. Persiapan Lahan x

2. Penyemaian Benih x

3. Penanaman x

4. Penjarangan x

5. Aplikasi Pupuk Organik cap Dua Tani

x 6. Pemeliharaan

Penyiraman Sesuai kondisi di lapangan Penyiangan Sesuai kondisi di lapangan Pengendalian Hama

dan Penyakit

Sesuai kondisi di lapangan 7. Pengamatan Parameter

Penelitian

1.Tinggi Tanaman (cm) x x x x

2. Luas Daun (cm2) x

3. Jumlah Daun x

4. Jumlah Klorofil (unit/ 6 mm3)

x 5. Bobot Biomassa Per

Tanaman Sampel (g)

x 6. Bobot Segar Jual Per

Tanaman Sampel (g)

x


(66)

Lampiran 22 : Plot Penelitian dan cara mengambil sampel secara acak

×

25cm

× × × ×

× × ×

× × × ×

× × ×

× × × × ×

10 cm

X

X

X X

X

100 cm

125 cm

12,5cm


(67)

Lampiran 23 Bagan Penelitian

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

30cm

U

S

50cm

R V1 R1V1 R3V2 R4V1 R2V1 R5V2 R1V2 R5V1 R4V2 R V2 R3V1 R2V2 R0V1 R0V2 R0V1 R5V1 R V2 R1V2

R4V2

R0V1 R1V1 R0V2

R V1

R4V1 R2V1 R3V1 R2V2 R1V1 R3V2 R0V2 R5V2 R4V1 R2V1 R5V1 R3V1 R1V2 R V2 R2V2 R4V2 R2V1 R3V2 R V1 R5V2 R5V2 R4V1 R3V2 R5V1 R3V1 R0V2 R V1 R2V2 R1V2 R0V1 R4V2 R1V1 R V2


(68)

Lampiran 24. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan

Nama Lain : Caisim (Bangkok)

Umur Tanaman : 40-50 Hari Setelah Tanam Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai Bunga : Panjang dan langsing

Warna Tangkai Bunga : Hijau tua

Bentuk Daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata

Warna Daun : Hijau

Potensi Produksi : 400 g/ tanaman


(69)

Lampiran 25. Deskripsi Sawi Varietas Dora Nama Lain : Sawi Pahit

Umur Tanaman : 50-60 Hari Setelah Tanam Tinggi Tanaman : 30 cm

Warna Tangkai Daun : Hijau Muda

Ukuran Daun : 25 – 28 cm

Bentuk Daun : Agak Bulat

Warna Daun : Hijau Tua

Potensi Produksi : 800 gram per krop


(70)

(71)

(72)

(1)

Lampiran 23

Bagan Penelitian

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

30cm

U

S

50cm

R V1 R1V1 R3V2 R4V1 R2V1 R5V2 R1V2 R5V1 R4V2 R V2 R3V1 R2V2 R0V1 R0V2 R0V1 R5V1 R V2 R1V2

R4V2

R0V1 R1V1 R0V2

R V1

R4V1 R2V1 R3V1 R2V2 R1V1 R3V2 R0V2 R5V2 R4V1 R2V1 R5V1 R3V1 R1V2 R V2 R2V2 R4V2 R2V1 R3V2 R V1 R5V2 R5V2 R4V1 R3V2 R5V1 R3V1 R0V2 R V1 R2V2 R1V2 R0V1 R4V2 R1V1 R V2


(2)

Lampiran 24. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan

Nama Lain : Caisim (Bangkok)

Umur Tanaman : 40-50 Hari Setelah Tanam Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai Bunga : Panjang dan langsing

Warna Tangkai Bunga : Hijau tua

Bentuk Daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata

Warna Daun : Hijau

Potensi Produksi : 400 g/ tanaman


(3)

Lampiran 25. Deskripsi Sawi Varietas Dora

Nama Lain : Sawi Pahit

Umur Tanaman : 50-60 Hari Setelah Tanam Tinggi Tanaman : 30 cm

Warna Tangkai Daun : Hijau Muda

Ukuran Daun : 25 – 28 cm

Bentuk Daun : Agak Bulat

Warna Daun : Hijau Tua

Potensi Produksi : 800 gram per krop


(4)

(5)

(6)