2.3.3 Konsep kepemimpinan Kharismatik
Karisma dari Bahasa Yunani“Anugerah istimewa”atau “Bakat yang
terinspirasi secara agung”, seperti kemampuan melakukan suatu “keajaiban”
atau “memprediksi masa depan”. Istilah dan konsep Karisma dicetuskan Max Weber untuk mengkarakterisasi pemimpin yang mengangkat diri
sendiri dan diikuti oleh mereka yang dirundung kesulitan berat dan butuh mengikuti pemimpin karena mereka mempercayainya sebagai memiliki
keutamaan yang luar biasa. Contoh: para Nabi, pahlawan militer yang perkasa, dan tokoh-tokoh yang dianggap memiliki karunia yang istimewa,
yang berasal dari Tuhan atau kekuatan supranatural. Konsep pemimpin Karismatik bagi Weber“lebih tergantung pada
kelompok pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan pemimpin karismatik”. Menurut Ritzer, 1983; 2004 jika para pengikut
mendefinisikan pemimpin mereka sebagai seseorang yang berkarisma, maka ia cenderung sebagai pemimpin karismatik terlepas dari benar dan
tidaknya ia memiliki ciri yang menonjol, yang krusial dalam proses ini adalah ketika seorang pemimpin yang dipisahkan dari orang biasa dan
diperlakukan seolah-olah ia memiliki kekuatan atau kualitas supranatural, supermanusia atau sekurang-kurangnya kekuatan tidak lazim yang tidak
dimiliki oleh orang biasa”. Kharisma lebih sebagai konstruksi ketimbang realitas di dalam dirinya.
Tetapi kepemimpinan Nyai Us di Pesantren bukan hanya semata-mata beliau keturunan dari keluarga ulama yang ternama, tetapi dari perilaku
beliau, ilmu, serta pendidikan yang beliau punya, beliau mampu mendapat kepercayaan para masyarakat dan dapat membuktikan bahwa keberadaan
seorang Nyai tidak hanya duduk dan berdiam diri saja tetapi juga bisa berperan di Pesantren dan di luar Pesantren. Seorang pemimpin atau
penguasa yang benar-benar kharismatik harus membuktikan bahwa dirinya benar-benar sanggup bertanggung jawab kepada meraka yang dipimpin.
a. Tipe Kepemimpinan Kharismatik