Pembiayaan Murabahah Manfaat Pembiayaan Murabahah

potensi resiko terbesar dalam aktivitas bank. Pembiayaan atau kredit dilakukan dengan tujuan bagi bank untuk mendapatkan laba.

2. Pembiayaan Murabahah

Ba’I al Murabahah Bai murabahah defferend payment sale, adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang di sepakati . 16 Dalam bai’ al-murabahah, penjual dalam hal ini adalah bank harus memberitahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Pada saat inilah produk pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh bank syariah karena inilah praktek yang paling mudah dalam implementasinya dibandingkan dengan produk pembiayaan yang lainnya. Bank syariah yang bertugas untuk membelikan barang modal yang dibutuhkan. Adapun dasar hukum dari bai’ al-murabahah antara lain:                           Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. QS An-Nisa: 29 16 M. Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Mustasiq, Beirut: Darul Qalam, 1998, vol. II, h. 216.

3. Manfaat Pembiayaan Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis tija rah, transaksi bai‟ al-murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Bai’al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, system bai’al- murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko ynag harus diantisipasi antara lain sebagai berikut: a. Default atau kelainan; nasabah sengaja tidak membayar angsuran b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. d. Dijual; karena bai’al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. Secara umum, aplikasi dari bai’al-murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.1 6.Negosiasi dan Persyaratan

C. Teori Efektifitas