Teori Efektifitas LANDASAN TEORI

bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. Secara umum, aplikasi dari bai’al-murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.1 6.Negosiasi dan Persyaratan

C. Teori Efektifitas

Efektifitas merupakan salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja performance efisien dan efektifitas. Menurut ahli manajemen Peter Brucker yang dikutip dari buku Manajemen karangan T. Hani Handoko, efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar doing the right things. Efektifitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan. 17 17 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1998, cet.2, h.7. BANK SUPPLIER PENJUAL NASABAH 5. Akad jual beli 1. Bayar 4. Beli barang 3. Kirim 2. Terima barang dokumen Efektifitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain: 1. Adanya efek akibatnya, pengaruh dan kesan. 2. Manjur dan mujarab. 3. Membawa hasil, berhasil guna usaha tindakan dan mulai berlaku. Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan dengan kerelaan, hal terkesan, kemajuan dan keberhasilan 18 . Sedangkan dalam Ensiklopedi Umum, efektifitas diartikan dengan menunjukan taraf tercapainya sesuatu tujuan. Maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai tujuannya. Secara ideal, efektif dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti tercapai tujuannya. 1. Indikator Efektivitas Dalam buku Sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsur-unsur sebagai berikut: a. Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. b. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu, maka biaya tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan, 18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h.219. dan lain-lainnya telah dipergunakan dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan serta penyelewengan. c. Pembagian Kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktunya yang tersedia. d. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari dengan adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lainnya. e. Prosedur Kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan lancar. 19 Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran yang dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya tersebut dikelola secara tepat dan benar. Efisiensi yang tinggi dalam mencapai sasaran akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dan salah urus dalam mengelola usaha atau organisasi dapat mengakibatkan rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi. 19 Sujudi, F.X, O M, Penunjang Keberhasilan Proses Management, Jakarta: CV. Masagung, 1990, cet ke-3,h.36-39. Efektivitas dengan efisiensi rendah dapat mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, sebaliknya efisiensi tinggi tetapi tidak efektif berarti tidak tercapainya sasaran atau terjadinya penyimpangan sasaran. 20 Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut: 21 a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar juga tidak berlebih-lebihan, serta tidak kikir dan pelit. b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan agamanya. c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu, dan tenaga tidak digunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut ekonomi, sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen. d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah belaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan adil dalam semua perbuatannya. 20 Kisdanto Atmo Soeprapto, Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan, Jakarta: Media Komputindo, 2000, h. 15. 21 Mochtar Efendy, Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam, h.153-158

BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA

BSMI

A. Sejarah Pembentukan

Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah berawal dari akusisi PT Bank Umum Tugu oleh CT Corpora dh PT Mega Corpora dan PT Para Rekan Investama pada tahun 2001. Sejak awal, pemegang saham berkeinginan untuk mengkonversi bank yang berdiri tahun 1990 ini menjadi bank umum syariah. Pada tanggal 25 Agustus 2004, bank hasil konversi PT Bank Umum Tugu resmi beroperasi secara syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega Indonesia BSMI. Selanjutnya pada Tanggal 7 November 2007, Bank Mega Syariah yang merupakan sister company dari PT. Bank Mega Tbk. mengganti logo baru yang memiliki bentuk yang sama dengan Bank Mega. Namun logo Bank Mega Syariah mempunyai ciri khusus yaitu warna logo rich magenta dan yellow gold. Sebagai pemegang saham mayoritas, CT Corpora memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan pemegang saham yang terus memperkuat modal bank. Dengan permodalan yang kuat Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik guna menghadapi persaingan perbankan yang semakin ketat dan kompetitif.