Kajian Pustaka .1 Literature Review

7 dan politik. Dimana agama memilki kemampuan untuk memperkuat atau melemahkan legitimasi pemerintah. Kedua, agama mengacu pada sumber identitas yang memenuhi kebutuhan manusia untuk mengembangkan identitas yang aman untuk individu atau kelompok. Ketiga, agama merupakan sumber mobilisasi politik atau organisasi politik, sehingga agama yang dapat menyebabkan sebuah pemerintahan itu diterima atau ditolak. selain hal tersebut James memperlihatkan permasalahan agama dalam perspektif ethno-religios conflik. Ethno-religiost ini kemudian didasarkan pada aspek penting seperti kolaborasi dari psikologi, ekonomi, dan politik. Carolyn juga melihat konflik Kashmir ini dengan pendekatan Foreign Policy, yaitu dengan memperlihatkan bahwasannya konflik Kashmir ini sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri India. Penelitian kedua oleh Ita Mutiara Dewi yang berjudul “Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India- Pakistan” 11 adalah dengan menggunakan konsep Foreign Policy dan teori politik domino, dimana India telah memasukan Kashmir dalam kebijakan luar negerinya. India yang saat ini telah menguasai dua pertiga wilayah Kashmir tidak akan menyerahkan Kashmir kepada Pakistan sebab India juga melihat teori politik domino yaitu jika Kashmir lepas maka akan diikuti oleh tuntutan pelepasan wilayah-wilayah lainnya. sedangkan bagi Pakistan Kashmir merupakan lambang, simbol atau identitas, 11 Ita Mutiara Dewi.Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan. Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lihat pada http:www.google.comurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=1cad=rjauact=8ved=0 CCYQFjAAurl=http3A2F2Fstaff.uny.ac.id2Fsystem2Ffiles2Fpenelitian2FIta2520Mu tiara2520Dewi2C2520SIP2C2520MSi.2FKashmir.pdfei=X1omU626BsWNrgfT5IDwDg usg=AFQjCNG_ryL4fqFY-CnpaQNamR- 1LCumUQsig2=oQUpCGG7Si779noesGnqxAbvm=bv.62922401,d.bmk 8 sebab mayoritas penduduk Kashmir beragama islam. Hal inilah yang menyebabkan naik-turunya intesitas konflik Kashmir, kemudian polemik yang terjadi dalam perebutan wilayah Kashmir sampai akhirnya terjadi perang Indi- Pakistani War I. Dalam penelitian ini juga melihat adanya gerakan separatisme dalam tubuh Kashmir dimana ada beberapa kelompok seperti JKLF Jammu-Kashmir Liberation Front yang ingin mendirikan negara baru tanpa adanya ikut campur India maupun Pakistan yang membuat konflik Kashmir semakin kompleks. Penelitian ketiga, yang berjudul “Kashmir Dalam Hubungan India- Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik ”, 12 dalam penelitian ini Irmawan lebih banyak menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Pakistan untuk mengambil alih wilayah Kashmir dari India dan dampaknya terhadap hubungan bilateral antara kedua negara sehingga menyebabkan kedua negara Pakistan dan India saling berlomba memperkuat militernya dengan mencoba menciptakan teknologi nuklir yang kemudian disusul dengan percobaan peluncuran nuklir masing-masing negara. Pakistan mengembangkan nuklir sebagai deterrence dari ancaman India, khawatir jika sewaktu-waktu India menyerang mereka dengan senjata nuklirnya, maka Pakistan sudah siap untuk menyerang balik. Walaupun masing-masing negara mengembangkan senjata nuklir tetap ada upaya dari kedua negara mencoba mencapai kesepatan untuk menemukan jalan damai yang tetap saja pada ujungnya selalu menemukan jalan 12 Effendi Irmawan. Kashmir dalam Hubungan India-Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Jurnal Siklus Volume I No.3 Tahun 2005 ISSN 0216-5635. Lihat pada http:www.academia.edu4154759Kashmir_Dalam_Hubungan_India-Pakistandiakses pada tanggal 18 November 2013 pkl 22.00 wib 9 buntu. Akan tetapi, India maupun Pakistan tetap mencoba untuk berdamai dengan jalan dimana Vajpaye yang merupakan perdana menteri India membuka jalur “diplomasi bus”. Dimana jalur bus tersebut dapat melewati perbatasan India- Pakistan dan hal inipun diterima dengan baik oleh pemerintah Pakistan sendiri. Selain itu kedua perdana menteri dari dari dua negara tersebut juga telah membuat kesepakatan yaitu, pertama , perjanjian mengenai KTT yang bertajuk “Deklarasi Lahore” dan kedua, kerjasama peningkatan rasa saling percaya. Setidaknya kesepakatan tersebut dapat meredam konflik tersebut. Penelitian keempat yang berjudul “Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India Dalam Mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Dingin ”, 13 dalam tesis ini juga hampir sama dengan penelitian sebelumnya dimana Finsa melihat situasi ketengangan yang terjadi dalam tubuh Kashmir seperti aksi penculikan maupun pembunuhan. Finsa juga menjelaskan bagaimana kepentingan geopolitik Pakistan di Kashmirdengan menggunakan strategi pembelaan nilai demokrasi dan hak asasi manusia sedangkan pihak India sendiri bertahan untuk tidak melepaskan Kashmir menjadi bagian dari Pakistan dengan menggunakan strategi Counter Terorism di wilayah Kashmir, yaitu India memperkuat polisi lokal dengan sejumlah besar pasukan Central Reserve Police Force CRPF yang merupakan pasukan para militer negara yang tujuannya untuk menghentikan aksi teroris yang menurut mereka adalah orang-orang Pakistan. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ferry Dwi Provianto yang berjudul “Kepentingan Pakistan Dalam Kerjasama Militer dengan China”, 14 13 M.Finsa Arahman. 2007.Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India Dalam mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Dingin. Universitas Airlangga. 14 Ferry Dwi Provianto.2007.Kepentingan Pakistan dalam kerjasama Militer dengan China. Universitas Muhammadiyah malang. 10 menggambarkan bahwa kerjasama militer Pakistan dengan China menguntungkan bagi Pakistan sendiri baik secara politik maupun ekonomi. Pakistan merasa dengan adanya China dibelakang mereka dapat meminimalisiasi hegemoni India dikawasan Asia Selatan dan sebagai balancing sebab Pakistan yang sampai sekarang terlibat konflik Kashmir dengan India. Dalam penelitian ini Ferry menggunakan pendekatan teori politik luar negeri dimana melihat upaya Pakistan untuk mendapatkan keuntungan dari lingkungan eksternalnya yaitu dengan menjalin kerjasama militer dengan China. Selain itu Ferry juga menggunakan konsep kepentingan nasional, konsep deterrence dan aliansi. Sedangkan penelitian ini dengan judul “Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan ” melihat dampak yang ditimbulkan akibat pengembangan nuklir India terhadap intesitas konflik India Pakistan. peneliti melihat dengan menggunakan pendekatan Balance of power dan teori nuklir deterrence sebab India mengembangkan nuklir dan melakukan uji coba rudal balistiknya untuk mencegah agresi dari Pakistan. Selain itu karena India maupun Pakistan sama-sama memiliki senjata pemusnah massal, intensitas dari konflik India- Pakistan netral, walaupun tidak menyelesaikan konflik, setidaknya genjatan senjata dapat diminimalisir. 11 Tabel I.I Posisi Penelitian No JUDUL DAN NAMA PENELITI JENIS PENELITIAN DAN ANALISA HASIL 1 Buku : Religion as a Factor in Ethnic Conflict: Kashmirand Indian Foreign Policy Oleh: Carolyn C. James Deskriptif Pendekatan :Etno Religius dan Foreign Policy  Akar penyebab Konflik Kashmir yaitu agama dan Politik  Konflik Kashmir sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri India 2 Tesis : Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India Pakistan Oleh : Ita Mutiara Dewi Deskriptif Pendekatan : foreign Policy dan teori politik domino  India maupun pakistan telah memasukan agenda Kashmir dalam kebijakan luar negerinya  Adanya gerakan separatisme dalam tubuh kashmir yang dilakukan oleh kelompok JKLF Jammu-Kashmir Liberation front yang menginginkan negara merdeka tanpa adanya camput tangan India maupun Pakistan 3 Jurnal : Kashmir dalam Hubungan India-Pakistan : Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan Latar Belakang dan Perkembangann Menuju Penyelesaian Konflik Oleh : Irmawan Effendi Deskriptif Pendekatan : Nuclear Detterrence  Pakistan maupun India sama-sama menciptakan senjata nuklir, akan tetapi tetap ada upaya damai yang dilakukan  Pemerintah India membuka jalur diplomasi bus yang dapat melewati perbatasan India-Pakistan  Pakistan dan India membuat kesepakatan yaitu mengenai perjanjian KTT yang bertajuk “Deklarasi Lahore” dan kerjasama peningkatan rasa saling percaya 4 Tesis : Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India dalam Mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Deskriptif Pendekatan : Konsep kepentingan geopolitik  Pakistan menggunakan strategi pembelaan nilai demokrasi dan hak asasi manusia untuk kepentingan geopolitiknya diwilayah kashmir 12 Dingin Oleh : M Finsa Arahman  India menggunakan strategi counter terorism diwilayah Kashmir untuk mencapai kepentingan geopolitiknya 5 Skripsi : Kepentingan Pakistan dalam Kerjasama Militer dengan China Oleh : Ferry Dwi Provianto Deskriptif Pendekatan : teori politik luar negeri, kepentingan nasional, konsep deterrence dan konsep aliansi  Dalam melakukan kerjasama dengan China, Pakistan mengalami kemajuan dalam hal modernisasi alusista militer pasca kerjasama militer dengan China  Pasca kerjasama dengan China, Pakistan mengembangkan sistem persenjataan berbasis nuklir  Aliansi antara Pakistan dengan China adalah untuk mengurangi hegemoni India di Asia Selatan selain itu, aliansi tersebut merupakan wujud dari bandwagoning yang dilakukan oleh Pakistan 6 Skripsi : Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan Oleh : Hariati Eksplanatif Pendekatan : Balance Of Power dan teori nuklir deterrence  Dengan mengembangkan senjata berbasis nuklir, India bisa melakukan deterrence terhadap Pakistan yang terlebih dahulu mengembangkan senjata nuklir  Tidak akan terjadi perang nuklir antara India dan pakistan karena masing- masing negara mempunyai senjata nuklir yang jika terjadi perang maka dampak yang ditimbulkan akan sangat fatal. India maupun Paksitan juga menggunakan senjata nuklir sebagai balance of power. 13

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Balance of Power

Negara yang kuat adalah negara yang maju baik dalam kapasitas militer maupun ekonomi. Ada beberapa hal yang membentuk power suatu negara yaitu potensi sumber daya alam, populasi sebab cukup besar populasi dapat memberikan potensi kekuasaan dan status kekuatan besar untuk suatu negara dan ukuran geografis dan posisi, Alfred Mahan berpendapat bahwa negara yang mengontrol rute laut berarti mengontrol dunia sedangkan Sir Halford Mackinder berpendapat bahwa negara yang memiliki kekuatan yang paling kuat adalah orang yang menguasai jantung tersebut. 15 Power terbagi menjadi 2 macam yaitu 16 Power tangible meliputi, pembangunan industri dengan kapasitas industri maju, ditandai dengan kuatnya ekonomi suatu negara, populasi dan peningkatan kekuatan militer sedangkan Power intagible meliputi dukungan publik, kekuatan negara diperbesar ketika tampaknya ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya misalnya, kekuatan China yang diperbesar di bawah Mao Zedong karena ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya untuk kepemimpinan komunis, Kepemimpinan visioner dan pemimpin karismatik seperti Mohandas Gandhi dan Franklin Roosevelt mampu meningkatkan potensi kekuatan negara mereka dengan mengambil inisiatif berani. 15 Essentials Of International Relation lihat pada http:www.wwnorton.comcollegepolisciessentials-of-international- relations5ch05summary.aspx diakses pada tanggal 10 Februari pkl 13.00 Wib 16 ibid 14 Kekuatan militer dan ekonomi dapat membentuk negara menjadi sebuah negara yang lemah maupun negara yang kuat super power. Negara-negara super power biasanya selalu ingin mendominasi dan menghegemoni negara-negara kecil untuk mencapai kepentingan nasionalnya sedangkan bagi negara-negara kecil untuk menghindari hegemoni dari negara-negara kuat harus menyeimbangkan kekuatan negaranya Balance of Power baik dengan cara meningkatkan ekonomi dan militer maupun membentuk sekutu atau aliansi dengan negara-negara besar. Pada era kejayaan pemikiran kaum realis, hegemon dianggap sebagai sebuah ancaman bagi negara-negara lainnya. Dapat dikatakan Balance Of Power Keseimbangan kekuatan muncul dengan asumsi dasar bahwa ketika sebuah negara atau aliansi negara meningkatkan atau mengunakan kekuatannya secara lebih agresif, negara-negara yang merasa terancam akan merespon dengan meningkatkan kekuatan mereka. 17 Negara-negara saling memperkuat powernya supaya tidak mudah dikendalikan atau diintervensi oleh negara-negara lainnya. Keseimbangan kekuasaan berfungsi secara efektif melalui dua cara. Pertama, beberapa negara dapat membentuk balance of power dengan beraliansi atau bersekutu dengan negara yang lebih kuat, sebab aliansi dengan negara-negara lain dapat memperkuat pertahanan negara yang lebih lemah dan menyeimbangkan terhadap ancaman umum. Para pendukung “Balance of Power” teori mengemukakan bahwa perdamaian umumnya dipertahankan bila keseimbangan kekuasaan ada di antara kekuatan-kekuatan besar. 18 17 Dr. Christoph Rohde: Introduction: The balance-of-power BOP in international relations theory.lihat padahttp:www.politischer-realismus.detextbopinintbez.pdf diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.00 wib 18 Rizwan Naseer, Musarat Amin.Berkeley Journal of Social Sciences Vol. 1, No. 10, 2011.Balance of Power: A Theoretical explanation and Its Relevance in Contemporary Era. Lihat pada