BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner PJK sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di berbagai benua mulai dari Amerika Utara, Eropa dan Asia yang
meliputi juga Indonesia. Meskipun sudah digunakan bermacam strategi farmakologis atau perubahan gaya hidup, namun dari tahun ke tahun angka penderitanya selalu
cenderung meningkat. Pada ketika ini, kira-kira 13.670.000 orang menderita penyakit jantung, angina pectoris nyeri dada atau kedua-duanya. Dari keseluruhan jumlah,
6.930.000 orang adalah lelaki dan 6.750.000 orang adalah perempuan. Sekurang- kurangnya 250.000 orang meninggal dunia setiap tahun dalam masa satu jam setelah
serangan jantung dan sebelum sampai ke hospital. Di Amerika Sarikat pula, setiap tahun kira-kira 478.000 orang meninggal dunia karena serangan jantung. 1,5 juta
orang mendapat serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi peralihan dan 300.000 orang menjalani angioplasty. Jika dilihat dari sudut umur, lima persen dari
semua jenis serangan jantung terjadi pada orang di bawah umur 40 tahun, manakala 45 persen orang yang mendapat serangan jantung berumur kurang dari 65 tahun. 84.6
persen orang yang meninggal karena serangan jantung berusia lebih 65 tahun. Kira- kira 80 persen orang di bawah umur 65 tahun yang meninggal dunia karena penyakit
jantung koroner adalah pada serangan pertama. Pada 48 persen lelaki dan 63 persen perempuan yang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner ini, mereka tidak
menunjukkan sebarang symptom penyakit ini. Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner menjadi semakin tinggi yakni semakin bertambah penderitanya.
Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT yang dilakukan secara berkala oleh Departemen Kesehatan menunjukkan, penyakit jantung memberikan kontribusi
sebesar 19,8 persen dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993. Angka tersebut
Universitas Sumatera Utara
meningkat menjadi 24,4 persen pada tahun 1998. Hasil SKRT tahun 2001, penyakit jantung koroner telah menempati urutan pertama dalam deretan penyebab utama
kematian di Indonesia. Penderita dengan sindroma koroner akut SKA yang merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner, mempunyai risiko untuk
mendapat komplikasi yang serius bahkan bisa berujung pada kematian. HIMAPID, 2008
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. DM yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan komplikasi vaskuler yang
dibedakan menjadi komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer dan stroke, mikrovaskuler seperti retinopati,
nefropati dan neuropati. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Debrytha, 2009 Saya memilih penelitian ini karena atas peningkatan kasus Penyakit Jantung
Koroner di Indonesia dan kekurangan kesedaran masyarakat akan hubungan Diabetes Melitus dengan Penyakit Jantung Koroner. Penelitian sebegini juga belum pernah
dilakukan lagi. Maka ini dapat membantu mahasiswa kedokteran dan tenaga kesehatan. Saya memilih Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUPHAM
Medan adalah karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan di kota Medan ini.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah