28
jX R
θ I
V E
1 1
o 1
1
+ ∠
− ∠
=
ϕ
Volt 3.5 n
r0
adalah kecepatan rotor pada saat beban nol. Daya yang didissipasikan oleh R
c
dinyatakan dengan :
1 2
c
R I
P P
− =
Watt 3.6
1
R didapat pada saat percobaan dengan tegangan DC. Harga R
c
dapat ditentukan dengan
2 1
c
P E
R =
Ω 3.7
Dalam keadaan yang sebenarnya R
1
lebih kecil dibandingkan dengan X
m
dan juga R
c
jauh lebih besar dari X
m
, sehingga impedansi yang didapat dari percobaan beban nol dianggap jX
1
dan jX
m
yang diserikan.
nl
Z =
3
1 nl
I V
≅
1 m
X X
j +
Ω 3.8
Sehingga didapat
1 1
3 X
I V
X
nl m
− =
Ω 3.9
3.1.3 Percobaan Rotor Tertahan
Pada pengukuran ini rotor dipaksa tidak berputar
r
n = 0, sehingga s = 1 dan kumparan stator dihubungkan dengan tegangan seimbang. Karena slip s = 1,
maka pada Gambar 3.4, harga
2 2
R s
R = . Karena
m c
2 2
jX R
jX R
+ maka
arus yang melewati
m c
jX R
dapat diabaikan. Sehingga rangkaian ekivalen motor
Universitas Sumatera Utara
29 induksi dalam keadaan rotor tertahan atau hubung singkat seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.6
jX
1
+jX’
2
R
1
+ R’
2
V
1
I
1
Gambar 3.6 Rangkaian ekivalen pada saat rotor tertahan
Impedansi perfasa pada saat rotor tertahan
BR
Z dapat dirumuskan
sebagai berikut:
BR BR
2 1
2 1
BR
jX R
X X
j R
R Z
+ =
+ +
+ =
Ω 3.10 Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil
pengukuran ini meliputi : arus input I
1
=
BR
I , tegangan input V
1
=
BR
V dan daya input perfasa
BR
P = P
in
. Karena adanya distribusi arus yang tidak merata pada batang rotor akibat efek kulit, harga
2
R menjadi tergantung frekuensi. Maka umumnya dalam praktek, pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan
mengurangi frekuensi eksitasi menjadi
BR
f untuk mendapatkan harga
2
R yang sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip rating. Dari data-data tersebut, harga
BR
R dan
BR
X dapat dihitung :
2 1
BR BR
I P
R =
Ω 3.11
2 1
R R
R
BR
+ =
Ω 3.12
BR BR
BR
I V
Z =
Ω 3.13
Universitas Sumatera Utara
30
2 BR
2 BR
BR
R Z
X −
=
Ω 3.14
Untuk menentukan harga X
1
dan X
2
digunakan metode empiris berdasarkan IEEE standar 112. Hubungan X
1
dan X
2
terhadap Xbr dapat dilihat pada Tabel 3.1[3]
Tabel 3.1 Distribusi empiris dari X
br
Disain Kelas Motor X
1 2
X A
0,5 Xbr 0,5 Xbr
B 0,4 Xbr
0,6 Xbr C
0,3 Xbr 0,7 Xbr
D 0,5 Xbr
0,5 Xbr Rotor belitan
0,5 Xbr 0,5 Xbr
di sini besar X
BR
harus disesuaikan dahulu dengan frekuensi rating f.
BR
X f
f X
BR BR
=
Ω 3.15
2 1
X X
X
BR
− =
Ω 3.16
3.2 Komponen Simetris
Pada tahun 1913, metode komponen simetris telah dikembangkan oleh Charles L. Fortescue dari Westinghouse saat menyelidiki pengoperasian motor
induksi pada kondisi suplai tidak seimbang. Kemudian pada konvensi tahunan ke 34 AIEE tahun 1918, ia menyajikan makalah yang berjudul “ Method of
Symmetrical Coordinates Applied to the Solution of Polyphase Network” yang
Universitas Sumatera Utara