pengairan terganggu, kelembaban tanah tinggi, pH 5,4-7,5 dan suhu 24
Hujan dan kelembaban tinggi merupakan faktor terpenting bagi perkembangan lanas dimana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu
penyebaran P. nicotianae. Karena tidak adanya pengairan irigasi di kebun-kebun Tembakau Deli, lanas tidak meluas di daerah tersebut Semangun, 1996.
C adalah keadaan yang kondusif untuk penyebaran penyakit Singh, 2001.
Pengendalian 1. Pemakaian pupuk organik yang tidak mengandung patogen
Phytophthora yang terdapat dalam pupuk kandang atau kompos akan mati bila pupuk suhunya mencapai sampai 60
2. Pengaturan kondisi lingkungan
C. makin lama waktu pembuatan kompos, kandungan Phytophthora makin rendah Semangun, 1996.
Sistem pengairan harus direncakan sedemikian rupa agar air dari satu pohon tidak mengalir ke pohon yang lain. Pembersihan kebun sangat penting.
Semua bagian tanaman yang terinfeksi harus dikumpulkan dan dibakar Singh, 2001, Dalam Semangun, 2000.
3. Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotianae
Penggunaan varietas tahan P. nicotianae selain dapat menghasilkan daun yang lebih baik, juga dapat mengurangi resiko terserang P. nicotianae
Semangun, 2000.
4. Penggunaan fungisida yang tepat dan efektif
Selama musim panas dan musim hujan, kebun harus disemprot secara teratur dengan fungisida tembaga seperti campuran Bordeaux, Blitox-50.
Universitas Sumatera Utara
Metalaxyl sistemik majemuk, Fostyl-Al Phosethyl-Al dan Sodium tetrathiocarbonate yang dilepaskan di tanah dapat mengurangi spora di tanah
sampai 90 Singh, 2001 Dalam Semangun, 2000.
5. Penggunaan bubur bordo bordeaux
Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan jamur P. nicotianae secara konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari
terusi CuSO4, kapur tohor CaCO3 dan air Semangun, 2000.
Mikoriza Vesikuler-Asbuskular MVA
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman Brundrett et al, 1996 Dalam Feronika 2003. Hampir pada semua
jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumnya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza pada jenis tanaman pertanian, ektomikoriza
pada jenis tanaman kehutanan, dan ektendomikoriza. Menurut Harley Smith 1983, ada enam tipe asosiasi mikoriza, yaitu:
Vesicular-arbuscular mycorrhiza VAM
Ectomycorrhiza ECM
Ectendomycorrhiza Arbutoid
Orchid mycorrhiza
Ericoid mycorrhiza
Thysanotus mycorrhiza
Cendawan mikoriza arbuskula adalah salah satu tipe cendawan mikoriza dan termasuk ke dalam golongan endomikoriza. Cendawan mikoriza arbuskula
Universitas Sumatera Utara
termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 sub-ordo, yaitu Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili
gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomineae mempunyai 4 famili, yaitu Glomaceae dengan genus Glomus, famili
Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, famili Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan famili Archaeosporaceae dengan
genus Archaeospora seperti tampak pada gambar 3 INVAM, 2009.
Gambar 3. Phylogeni perkembangan dan taksonomi Ordo Glomales Sumber : http:invam.caf.wvu.edufungitaxonomyclassification.htm
Nuhamara 1994 mengatakan bahwa sedikitnya ada 5 hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini yaitu :
1. Mikoriza dapat meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah.
2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap
infeksi patogen akar.
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan
kelembaban yang ekstrim. 4.
Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auxin.
5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.
Scannerini dan Bonfante-Fosolo 1983 menggambarkan karakteristik MVA sebagai berikut, yaitu a sistem perakaran tanaman yang terinfeksi MVA tidak
membesar, b cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar, c hifa masuk ke dalam sel jaringan korteks, dan
d pada umumnya ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut arbuskula arbuscules dan struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikula vesicles.
Anatomi sederhana dari MVA dapat dilihat pada gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi MVA Sumber : Brundrett et al, 1994
Arbuskula adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon- pohon kecil yang mirip haustorium. Arbuskula ini berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2- 3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk
oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang Feronika, 2003.
Vesikula menurut Pattimahu 2004, merupakan struktur cendawan yang berasal dari menggelembungnya hifa internal dari MVA, kebanyakan berbentuk
lonjong atau bulat, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ reproduktif atau organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan yang kemudian diangkut ke dalam sel dimana pencernaan oleh sel berlangsung.
Mirip dengan cendawan patogen, hifa cendawan CMA akan masuk ke dalam akar menembus atau melalui celah antar sel epidermis, kemudian
apresorium akan tersebar baik inter maupun intraseluler di dalam korteks sepanjang akar. Setelah proses-proses tersebut berlangsung, kemudian
terbentuklah arbuskula, vesikel dan akhirnya spora Mosse, 1981. Ada tiga alasan mengapa MVA dapat meningkatkan penyerapan hara
dalam tanah, yaitu karena MVA dapat : 1 mengurangi jarak bagi hara untuk memasuki akar tanaman, 2 meningkatkan rata-rata penyerapan hara dan
konsentrasi hara pada permukaan penyerapan, dan 3 merubah secara kimia sifat- sifat hara sehingga memudahkan penyerapannya ke dalam akar tanaman
Karagiannidis et al, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Daniels dan Menge 1981, species MVA mempunyai perbedaan dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara bagi pertumbuhan
tanaman. Ada empat faktor yang berhubungan dengan keefektifan dari suatu species MVA, yaitu: a kemampuan MVA untuk membentuk hifa yang ekstensif
dan penyebaran hifa yang baik di dalam tanah, b kemampuan MVA untuk membentuk infeksi yang ekstensif pada seluruh sistem perakaran yang
berkembang dari suatu tanaman, c kemampuan dari hifa MVA untuk menyerap fosfor dari larutan tanah, dan d umur dari mekanisme transpor sepanjang hifa ke
dalam akar tanaman. Asosiasi Vesicular Asbuscular VA Endomikoriza terjadi dalam banyak
species tanaman, antara lain dari kombinasi tipe endo dan ekto mikoriza. Jenis VA mikoriza sering terdapat pada tanaman gandum, kacang-kacangan, tomat,
kentang, strawberry, apel, jeruk, anggur, dan sebagainya. MVA terdapat pada tanaman Angiospermae, Gymnospermae, Pteridophyta, dan Bryophyta. Hifa dari
intraseluler dan ekstraseluler terdapat pada bagian korteks dan infeksi akar terjadi pada miselium eksternal. Secara umum bentuk miselium bebas berada di dalam
tanah. Asosiasi MVA menghasilkan posphat, juga memperbaiki ion-ion seperti zink, sulfur, dan amonium di dalam tanah Atlas, 1981.
Jamur MVA mempunyai pengaruh fisiologis pada inang juga dapat melindungi akar serabut yang tidak bersuberin terhadap serangan patogen.
Perbaikan status hara akibat asosiasi jamur MVA menunjukkan toleransi tanaman lebih tinggi terhadap keracunan, logam berat, kekeringan, suhu, pH tanah, dan
serangan beberapa patogen tular tanah Soenartiningsih dan Talanea, 1997. Keuntungan dari mikoriza terbaik dari tanah yang miskin unsur hara adalah
Universitas Sumatera Utara
tanaman akan tumbuh subur. Pada tanah yang kaya akan nutrisi, mikoriza tidak tumbuh
lebih baik
dan pertumbuhannya
pun akan
lebih lambat
Brock and Brock, 1978. Sistem MVA dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu tanaman, tanah, dan
jamur. Interaksi diantara ketiga komponen tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. MVA menekan pertumbuhan tanaman pada lokasi tanah
yang subur, karena infeksi patogen lebih sering gagal terjadi, karena tingginya nutrisi internal akan menghasilkan nitrogen dan phospor yang dapat menjadikan
tanaman menjadi kebal dari infeksi Mikola, 1980. Menurut Clark 1997, peningkatan persentase akar terinfeksi mikoriza
berhubungan dengan dosis CMA yang diberikan. Peningkatan jumlah inokulum mikoriza dapat meningkatkan jumlah akar terinfeksi mikoriza. Pemanfaatan CMA
dengan dosis yang lebih besar menyebabkan akar tanaman terinfeksi lebih awal dan lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman bisa maksimum. Selanjutnya
Bagyarajaj 1984 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah mikoriza yang diberikan telah menyebabkan semakin kecil persentase serangan penyakit. Hal ini
disebabkan karena hifa-hifa mikoriza menyelubungi akar tanaman sehingga berfungsi menghalangi penetrasi patogen tersebut. Disamping itu tanaman yang
bermikoriza umumnya mempunyai sistem vascular yang kuat sehingga mampu memberikan kekebalan mekanik guna mengurangi efek suatu patogen.
Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan tanaman inangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya simbiosis mutualistis.
Bagi tanaman inang, adanya asosiasi ini, dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung, cendawan mikoriza berperan dalam perbaikan struktur tanah, meningkatkan kelarutan hara dan proses pelapukan bahan induk. Sedangkan salah
satu cara untuk meningkatkan fungsi akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara adalah dengan memberikan mikoriza. Mikoriza ini mampu meningkatkan serapan
unsur hara dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai laju pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan
patogen Santoso, 1994, Dalam Tirta, 2006. Simbiosis mikoriza dengan akar tanaman dapat dibuktikan melalui infeksi akar atau melalui spora di dalam tanah
dan simbiosis tersebut berlangsung selama tanaman hidup. Peningkatan pertumbuhan tanaman oleh mikoriza karena mikoriza dapat meningkatkan serapan
N, P, dan K Setiadi,1991 Dalam Tirta, 2006. Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada
yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah
periode kekurangan air water stress, akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada
pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang
diambil meningkat Anas, 1997 Dalam Octavitani
Sifat tahan tanaman terbentuk sebelum patogen menginfeksi inang, artinya mikoriza sudah terlebih dahulu mengkolonisasi akar. Ketahanan ini berupa
, 2009. Pada umumnya tanaman bermikoriza mengalami kerusakan lebih sedikit dibandingkan dengan
tanaman tidak bermikoriza dan serangan penyakit berkurang atau perkembangan patogen dihambat Dehne, 1982.
Universitas Sumatera Utara
perubahan struktur akar dan terbentuknya penghalang infeksi patogen. Akar terselimuti oleh hifa eksternal, terjadi pada epidermis, dan terbentuknya lignifikasi
atau berubahnya struktur kimia lapisan eksodermis akar sehingga akar dapat terhindar dari serangan patogen tanah Rompas, 1997. Resistansi tanaman
disebabkan hanya oleh adanya penghalang mekanis yang diberikan oleh mantel jamur mikoriza Rao, 1994. Simanungkalit, 1994 dalam Nurhayati, dkk, 1997
menyatakan jamur MVA mempunyai korelasi positif terhadap beberapa aspek fisiologis tanaman inang diantaranya dalam menurunkan serangan penyakit. MVA
dapat menghalangi atau menurunkan penyakit yang disebabkan oleh “soil borne- pathogen”. Salah satu keuntungan dari fisiologis dari adanya mikoriza adalah
perlindungan yang diberikan oleh mantel jamur terhadap patogen akar seperti Phytophthora, Pythium,Rhizoctonia, dan Fusarium Rao, 1994. Mikoriza sangat
berperan sebagai pengendali hayati yang aktif terutama terhadap serangan patogen
akar seperti Phytopthora cenamoni Huang et al., 1983 Dalam Octavitani
Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro Anas, 1997 Dalam , 2009.
Umumnya mikoriza dapat menekan penyakit akar jika mikoriza tersebut sudah terbentuk dan berfungsi sebelum invasi patogen Linderman, 1996.
Octavitani, 2009. Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya dan suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan CMA serta kebrrhasilan simbiosisnya dengan inang Brundrett, 1991 Dalam Delvian 2006. Intensitas
cahaya yang tinggi akan meningkatkan suhu tanah, selanjutnya suhu tanah akan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kapasitas dan derajat perkembangan CMA dalam menginfeksi akar tanaman Smith and Read, 1997; Brundrett, 1991, Dalam Delvian, 2006.
Dalam teknik pemberian mikoriza, dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : dengan menggunakan tanah yang sudah mengandung mikoriza,
dengan menggunakan akar yang sudah mengandung mikoriza, dengan menggunakan miselia cendawan atau spora mikoriza yang sudah dikemas dalam
bentuk kapsul, dengan cara menaburkannya pada lubang tanam sebelum penanaman, dan dengan cara menaburkan tanah yang terinfeksi mikoriza disekitar
akar tanaman Hardiatmi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli BPTTD Sampali, dengan ketinggian tempat
25 ± m dpl.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Tembakau Deli varietas F1-45, kompos, Mikoriza, tanah, air, pasir, pupuk mixed, insektisida,
polibag, dan bahan pendukung lainnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, plang
nama, label nama, alat tulis, gembor, lop, petridish, sendok, kertas tissue, drum, selang air, pacak, timbangan, plat pembibitan, dan bahan pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu :
Faktor I adalah Dosis Mikoriza A A1
: 1 gr tanaman A2
: 3 gr tanaman A3
: 5 gr tanaman
Universitas Sumatera Utara
Faktor II adalah Cara Aplikasi Mikoriza D D1
: Ditabur D2
: Drencing D3
: Ditugal Kombinasi perlakuan adalah :
A1D1 A2D1
A3D1 A1D2
A2D2 A3D2
A1D3 A2D3
A3D3 Banyak ulangan yang akan dilakukan adalah :
t-1 r-1 15 ≥
10-1 r-1 15 ≥
9 r-1
24 ≥
9 r
24 ≥
r
66 ,
2 ≥
Banyak ulangan adalah 3. Jumlah Perlakuan
: 9 x 3 = 27 perlakuan Jarak Antar Perlakuan
: 70 cm Luas Lahan
: p x l = 4,40 m x 3,55 m = 15,62 m
Jarak Antar Polibag : 15 cm x 15 cm
2
Jumlah Tanaman per Perlakuan : 4 tanaman Jumlah Seluruh Tanaman
: 108 tanaman Model linier yang digunakan adalah ;
Yijk = α
µ + i + β j + αβ ij +
∑
ijk
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j pada faktor II dan ulangan ke-k µ
= Nilai tengah umum α i = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I
β j = Pengaruh taraf ke-j dari faktor II αβ = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I dan Pengaruh taraf ke-j dari faktor II
∑
ijk = Pengaruh galat pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor II dan ulangan ke-k
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Pembibitan
Persemaian dibuat bedengan dengan ukuran 1 x 6 m dengan arah Utara- Selatan. Naungan pembibitan dengan arah Timur-Barat dan tinggi tiang sebelah
Timur 80 cm dan sebelah Barat 60 cm. Sebelum benih disemaikan, tanah diolah terlebih dahulu sampai gembur,
kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Benih yang disemaikan telah direndam terlebih dahulu selama ± 72 - 98 jam sampai benih pecah. Sebelum benih yang
sudah direndam ditabur, media persemaian dipupuk 1 hari sebelum penaburan benih. Pada persemaian digunakan kompos + top soil + pasir 5 : 3 : 2 yang
sudah disterilisasi terlebih dahulu. Kemudian setelah bibit berumur 22 hari di plat pembibitan, tanaman siap dipindahkan ke polibag.
Universitas Sumatera Utara
Sterilisasi Tanah Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang sudah
disterilisasi terlebih dahulu termasuk tanah persemaian. Proses sterilisasi tanah dilakukan dengan cara mengukus tanah dengan menggunakan drum pada suhu
105
Inokulasi Patogen C dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian tanah dibongkar dan dibiarkan
sampai dalam keadaan kering angin. Setelah tanah dalam keadaan kering angin, kemudian diisi ke dalam polibag 15 kg.
Inokulasi Patogen P. nicotianae dilakukan satu hari sebelum bibit ditanam ke polibag. Setelah inokulasi patogen, kemudian dilakukan aplikasi mikoriza.
Aplikasi Mikoriza Pengaplikasian mikoriza dilakukan setelah inokulasi patogen P. nicotianae
dua hari sebelum bibit ditanam ke polibag dengan dosis 1gr, 3gr, dan 5gr sesuai perlakuan, dan dengan cara aplikasi ditabur, drenching, dan ditugal sesuai
perlakuan.
Cara aplikasi ditabur dilakukan dengan cara menabur mikoriza diatas permukaan tanah yang telah diisi ke dalam polibag dengan dosis sesuai
perlakuan. Untuk aplikasi penaburan mikoriza, digunakan media tanah sebanyak 10gr sebagai campuran mikoriza untuk memudahkan
aplikasi.
Cara aplikasi drenching dilakukan dengan melarutkan mikoriza ke dalam air dengan volume 100 ml dengan dosis sesuai perlakuan,
kemudian diaplikasikan di sekitar akar tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Cara aplikasi ditugal dilakukan dengan cara menugal di sekitar
perakaran tanaman dengan kedalaman 2-3 cm dengan dosis sesuai perlakuan.
Penanaman Tanaman dipindahkan ke polibag setelah bibit berumur 22 hari di plat
pembibitan. Sebelum penanaman dilakukan sudah terlebih dahulu diinokulasi dengan patogen P. nicotianae dan sudah dilakukan aplikasi mikoriza.
Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap hari yang dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Penyiangan gulma dilakukan satu minggu setelah pemupukan. Pengendalian hama dilakukan apabila tanaman tembakau terserang hama,
disemprot dengan delta metrin 0,5 ccl. Pupuk yang digunakan adalah pupuk mixed 12,5 : 7,5 : 10. Pemupukan
dilakukan sebelum tutup kaki bumbun atau pada saat umur tanaman 16 hari di polibag.
Peubah Amatan
1. Persentase serangan P. nicotianae yaitu dengan mengamati gejala layu
pada daun. Pengamatan pertama dilakukan satu minggu setelah aplikasi Mikoriza dilakukan pada pagi hari. Jumlah pengamatan sebanyak 7 kali
dengan interval 7 hari sekali. Persentase serangan P. nicotianae dihitung dengan menggunakan rumus :
P = a
x 100 a+b
Universitas Sumatera Utara
Dimana : P
= Persentase serangan P. nicotianae de Hann. a
= Jumlah tanaman yang terserang P. nicotianae b
= Jumlah tanaman yang sehat 2.
Pengamatan pada akar, dilakukan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap akar. Pengamatan ini dilakukan pada pengamatan terakhir dengan
cara mencabut setiap tanaman sampel untuk mengetahui keberadaan mikoriza di akar.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 1. Persentase Serangan Phytophthora nicotianae vBdH
a. Pengaruh Dosis Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli
Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam mst dapat dilihat pada
lampiran 1-7. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian mikoriza dengan dosis yang berbeda pada pengamatan 5 mst berbeda nyata serta
berbeda sangat nyata pada pengamatan 6-9 mst. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Mikoriza Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu
Pengamatan
Perlakuan Pengamatan mst
3 4
5 6
7 8
9 A1
2.78 13.89
36.11a 58.33A
77.78A 97.22A
100.00A A2
0.00 8.33
16.67a 27.78A
36.11B 41.67B
52.78B A3
0.00 2.78
2.78b 8.33B
13.89B 19.44B
19.44B Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata, pada taraf 5 notasi huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 notasi huruf besar menurut Uji Jarak Duncan
b. Pengaruh Cara Aplikasi Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli
Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam mst dapat dilihat pada
lampiran 1-7. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian
Universitas Sumatera Utara
mikoriza dengan cara aplikasi yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan P. nicotianae. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Cara Aplikasi Mikoriza Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap
Waktu Pengamatan
Perlakuan Pengamatan mst
3 4
5 6
7 8
9 D1
8.33 13.89
30.56a 47.22A
50.00A 55.56A
61.11A D2
0.00 5.56
16.67a 27.78A
44.44A 55.56A
58.33A D3
0.00 5.56
8.33a 19.44A
33.33A 47.22A
52.78A Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata pada taraf 5 notasi huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 notasi huruf besar menurut Uji Jarak Duncan
c. Pengaruh Pemberian Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman Tembakau Deli
Data pengamatan persentase serangan P. nicotianae pada setiap waktu pengamatan mulai dari 3-9 minggu setelah tanam mst dapat dilihat pada
lampiran 1-7. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian mikoriza dengan dosis dan cara aplikasi berbeda nyata pada pengamatan 5-9 mst.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Dosis dan Cara Aplikasi Mikoriza
Terhadap Persentase Serangan P. nicotianae Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan
Perlakuan Pengamatan mst
3 4
5 6
7 8
9 A1D1
8.33 25.00
58.33a 91.67a
100.00a 100.00a
100.00a A1D2
0.00 8.33
33.33a 50.00b
75.00a 100.00a
100.00a A1D3
0.00 8.33
16.67b 33.33b
58.33b 91.67a
100.00a A2D1
0.00 8.33
25.00a 33.33b
33.33b 41.67b
58.33b A2D2
0.00 8.33
16.67b 25.00b
41.67b 50.00b
58.33b A2D3
0.00 8.33
8.33b 25.00b
33.33b 33.33b
41.67b A3D1
0.00 8.33
8.33b 16.67b
16.67b 25.00b
25.00c A3D2
0.00 0.00
0.00b 8.33c
16.67b 16.67b
16.67c A3D3
0.00 0.00
0.00b 0.00c
8.33c 16.67b
16.67c Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata pada taraf 5 notasi huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 notasi huruf besar menurut Uji Jarak Duncan
Universitas Sumatera Utara
2. Keberadaan Mikoriza di Akar Pada Tanaman Tembakau Deli