Uji Efektivitas Trichoderma Harzianum Dan Pemberian Arang Sebagai Pengendalian Hayati Penyakit Lanas (Phytophthora Nicotianae De Hann) Pada Tanaman Tembakau Deli
UJI EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum DAN PEMBERIAN
ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI
PENYAKIT LANAS (Phytophthora nicotianae de Hann) PADA
TANAMAN TEMBAKAU DELI
SKRIPSI
Oleh :
INDRA HARDIAN MATONDANG 070302037
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
UJI EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum DAN PEMBERIAN
ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI
PENYAKIT LANAS (Phytophthora nicotianae de Hann) PADA
TANAMAN TEMBAKAU DELI
SKRIPSI
Oleh :
INDRA HARDIAN MATONDANG 070302037
HPT
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh: Komissi Pembimbing
(Ir. Lahmuddin Lubis, MP)
Ketua Anggota
(Ir. Mukhtar I. Pinem, M.Agr)
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
Indra Hardian Matondang , “Uji Efektivitas Trichoderma harzianum dan Pemberian Arang Batok Kelapa Sebagai Pengendalain Hayati Penyakit Lanas (Phytophtora Nicotianae de Hann ) Pada Tanaman Tembakau Deli“. Dibimbing oleh Ir.Lahmuddin Lubis, MP dan Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi T. harzianum dan pemberian arang yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit P.nicotianae pada tanaman Tembakau Deli. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali, Medan. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama permberian T. harzianum (T) terdiri dari (T0) tanpa perlakuan , (T1) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 10 gr/tanaman, (T2) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gr/tanaman, (T3) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman dan faktor kedua (A) pemberian arang terdiri dari (A0) tanpa perlakuan , (A1) arang batok kelapa dengan dosis 20 gr/tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan T0A0 yaitu sebesar 99,71% dan persentase serangan terendah terdapat pada perlakuan T3A1 (T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman dan arang batok kelapa dengan dosis 20 gr/tanaman) sebesar 0,71 %. Jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan T3 ( T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman sebesar 11,67 helai dan terendah pada perlakuan T0 ( kontrol ) sebesar 7,17 helai.
(4)
ABSTRACT
Indra Hardian Matondang, "Test Effectiveness of Trichoderma harzianum and Coconut Shell Charcoal Granting of control Biological Disease As Lanas (Phytophtora nicotianae de Hann) In Tobacco Plants Deli". Supervised by Ir.Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. The study aims to determine the concentration of T. harzianum and charcoal administration is most effective in controlling diseases in plants Tobacco P.nicotianae Deli. The experiment was conducted at the Experimental Farm Deli Sampali Tobacco Research Institute, Medan. This research used a randomized block design factorial with two factors and three replications. The first factor T. harzianum (T) consists of (T0) without treatment, (T1) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 10 g / plant, (T2) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 15 g / plant, (T3) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 20 g / plant and the second factor (a) consists of charcoal administration (A0) without treatment, (A1) coconut charcoal with a dose of 20 g / plant.
The results showed the highest percentage of attacks are on treatment T0A0 amounting 99.71% and the lowest percentage of attacks are on treatment T3A1 (T.harzianum that in corn cultured on medium with a dose of 20 g / plant and coconut shell charcoal with a dose of 20 g / plant ) by 0.71%. The highest number of leaves found in treatment T3 (T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 20 g / plant strands at 11.67 and the lowest at treatment T0 (control) of 7.17 strands. . Keywords: T.harzianum, Coconut Shell Charcoal, P.nicotianae, Tobacco Deli
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Judul dari skripsi ini adalah “ UJI EFEKTIVITAS Trichoderma
harzianum DAN PEMBERIAN ARANG SEBAGAI PENGENDALIAN
HAYATI PENYAKIT LANAS (Phytophthora nicotianae de Hann) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir.Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Mukhtar I. pinem, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2013
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR... ... iii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesa Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Biologi Penyebab Penyakit ... 8
Gejala Serangan ... 9
Daur hidup penyakit ... 11
Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 13
Pengendalian ... 13
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian ... 18
Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan ... 20
Penanaman Benih ... 20
Pemupukan ... 21
Pemeliharaan ... 21
Parameter Pengamatan ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae………….. 23
Jumlah daun tanaman ……… 29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ………. 33
Saran ……… 34 DAFTAR PUSTAKA
(7)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hlm
1. Beda uji rataan pengaruh pemberian T. harizanum terhadap
persentase serangan (%) P. nicotianae pada pengamatan 2 - 6 hsa...23 2. Beda uji rataan pengaruh pemberian arang batok kelapa
terhadap persentase serangan (%) P. nicotianae pada
pengamatan 2 – 6 hsa...25 3. Beda uji rataan pengaruh aplikasi jamur dan arang terhadap
persentase tanaman tembakau yang terserang P. nicotianae
pada pengamatan 2 - 6 has………..27 4. Beda uji rataan pengaruh T. harizianum terhadap jumlah
daun tembakaupada pengamatan 1 - 6 has………30
5. Beda uji rataan pengaruh arang batok kelapa terhadap jumlah daun tembakaupada pengamatan 1 – 6
(8)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm
.
1. Phytophthora sp. A : Sporangia B : Zoospora. C: Chlamidospora.
D.Oospora... 9
2. Gejala serangan Phytophthora nicotianae... 10
3. Gejala serangan Phytopthora nicotianae pada batang dan akar... 10
4. Daur hidup jamur Phytophtora nicotianae Breda de Hann.... ... 12
5. Foto Mikrograf Trichoderma harzianum... ... 15
6. Histogram pengaruh pengaplikasian T. harzianum... ... 25
7. Histogram pengaruh pengaplikasian arang batok kelapa... 26
8. Histogram pengaruh aplikasi jamur dan arang terhadap persentase tanaman tembakau terserang P. Nicotianae... 29
9. Histogram pengaruh T. harzianum terhadap jumlah daun tembakau….. 31
10. Histogram pengaruh arang batok kelapa terhadap jumlah daun Tembakau... 32
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hlm
1. Bagan Penelitian……… 35
2. Deskripsi tanaman tembakau….……… 36
3. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%) 1 HSA...……… 37 4. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%)
2 HSA……….. 40 5. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%)
3 HSA………... 43 6. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%)
4 HSA………... 46 7. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%)
5 HSA………. 49 8. Data Pengamatant tanaman tembakau yang terserang P.nicotianae (%)
6 HSA ………. 52 9. Jumlah Daun yang terserang P.nicotianae……… 55 10.Foto Penelitian
(10)
ABSTRAK
Indra Hardian Matondang , “Uji Efektivitas Trichoderma harzianum dan Pemberian Arang Batok Kelapa Sebagai Pengendalain Hayati Penyakit Lanas (Phytophtora Nicotianae de Hann ) Pada Tanaman Tembakau Deli“. Dibimbing oleh Ir.Lahmuddin Lubis, MP dan Ir.Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi T. harzianum dan pemberian arang yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit P.nicotianae pada tanaman Tembakau Deli. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali, Medan. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama permberian T. harzianum (T) terdiri dari (T0) tanpa perlakuan , (T1) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 10 gr/tanaman, (T2) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gr/tanaman, (T3) T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman dan faktor kedua (A) pemberian arang terdiri dari (A0) tanpa perlakuan , (A1) arang batok kelapa dengan dosis 20 gr/tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan T0A0 yaitu sebesar 99,71% dan persentase serangan terendah terdapat pada perlakuan T3A1 (T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman dan arang batok kelapa dengan dosis 20 gr/tanaman) sebesar 0,71 %. Jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan T3 ( T.harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr/tanaman sebesar 11,67 helai dan terendah pada perlakuan T0 ( kontrol ) sebesar 7,17 helai.
(11)
ABSTRACT
Indra Hardian Matondang, "Test Effectiveness of Trichoderma harzianum and Coconut Shell Charcoal Granting of control Biological Disease As Lanas (Phytophtora nicotianae de Hann) In Tobacco Plants Deli". Supervised by Ir.Lahmuddin Lubis, MP and Ir.Mukhtar Pinem Iskandar, M. Agr. The study aims to determine the concentration of T. harzianum and charcoal administration is most effective in controlling diseases in plants Tobacco P.nicotianae Deli. The experiment was conducted at the Experimental Farm Deli Sampali Tobacco Research Institute, Medan. This research used a randomized block design factorial with two factors and three replications. The first factor T. harzianum (T) consists of (T0) without treatment, (T1) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 10 g / plant, (T2) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 15 g / plant, (T3) T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 20 g / plant and the second factor (a) consists of charcoal administration (A0) without treatment, (A1) coconut charcoal with a dose of 20 g / plant.
The results showed the highest percentage of attacks are on treatment T0A0 amounting 99.71% and the lowest percentage of attacks are on treatment T3A1 (T.harzianum that in corn cultured on medium with a dose of 20 g / plant and coconut shell charcoal with a dose of 20 g / plant ) by 0.71%. The highest number of leaves found in treatment T3 (T.harzianum that in cultures on corn media with a dose of 20 g / plant strands at 11.67 and the lowest at treatment T0 (control) of 7.17 strands. . Keywords: T.harzianum, Coconut Shell Charcoal, P.nicotianae, Tobacco Deli
(12)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian andalan yang dapat memberikan kesempatan kerja dan memberikan penghasilan bagi masyarakat. Peranan tembakau dan industri hasil tembakau cukup strategis dalam perekonomian nasional. Dari segi sosial, peranan hasil industri tembakau juga cukup strategis karena mampu menyediakan lapangan kerja cukup besar, sistem dan usaha agribisnis tembakau mulai dari hulu sampai hilir yang banyak menyerap tenaga kerja serta banyak petani yang menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha budidaya tembakau tersebut. Selain itu, tembakau menunjang pembangunan nasional berupa pajak dan devisa Negara. Sebagai bahan cerutu, tembakau besuki Na-Oogst telah mempunyai pasaran produksi 8.385,26 ton dengan luas areal 7.686,11 ha dan produktifitasnya mencapai 1,091 ton/ha (Dalmadiyo, 2001).
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Penggunaan tembakau berasal dari bangsa Indian, yang menggunakan tembakau untuk upacara-upacara keagamaan mereka. Kata tembakau berasal dari bahasa Indian yaitu tobacco, yang merupakan pipa yang di gunakan untuk merokok daun tanaman ini. Tembakau juga digunakan untuk menghilangkan rasa lapar, mengurangi ra sa kantuk dan mengobati beberapa penyakit (Matnawi, 1997).
(13)
Untuk menghasilkan tembakau yang berkualitas diperlukan bibit tembakau yang berkualitas juga. Pembibitan merupakan awal dari keberhasilan dalam budidaya tanaman tembakau. Oleh karena itu perlakuan-perlakuan selama pembibitan sangatlah perlu mendapatkan perhatian khusus, karena apabila pembibitan mengalami kegagalan maka tahap pekerjaan selanjutnya akan sulit tercapai. Untuk penanaman tembakau diperlukan bibit yang baik yaitu bibit yang sudah cukup umur, seragam tingginya yaitu sekitar 15 cm(siap dipindah dilapang), diameter ± 0,5 cm serta bebas dari serangan hama dan penyakit. Bibit sudah dapat dipindah tanam ke kebun apabila telah berumur 35-55 hari setelah benih ditanam (Cahyono, 1998).
Tembakau ini digunakan sebagai bahan pembungkus dan pengisi cerutu. Pada saat ini juga digunakan sebagai pembalut yang harganya jauh lebih mahal terutama dari tembakau bawah naungan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok Penyakit yang sering menyerang bibit tembakau adalah penyakit lanas. Penyakit lanas pada tembakau disebabkan oleh cendawan Phytophthora nicotianae vBdh var. nicotianaeWaterhouse (Semangun, 2000). Phytophthora nicotianae merupakan penyakit yang mematikan mulai pembibitan sampai tanaman dewasa di lapangan. Penyakit lanas mulai terjadi pada tanaman tembakau berumur 35 hst sampai 105 hst hingga mencapai rata-rata 4,88 % - 63,96 % (Roeswitawati dkk, 2004).
Jamur P. nicotianae yang sering disebut busuk batang maupun penyakit black shank tidak hanya menyerang di Indonesia melainkan menyerang daerah penanaman tembakau di Afrika, USA, Uni Eropa dan wilayah Asia (Erwin dkk, 2004)
(14)
Untuk menanggulangi penyakit lanas yang disebabkan oleh P. nicotianae maka perlu dilakukan suatu cara pengendalian yang tepat. , salah satu cara pengendalian P. nicotianae dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, pemakaian fungisida baik di pembibitan maupun di pertanamann, membersihkan sisa-sisa tembakau serta penanaman varietas tahan. Alternatif cara pengendalian lainnya adalah menggunakan suppressive soil (Semangun, 2000).
Penelitian tentang pengaruh Trichoderma sp. Untuk menekan populasi patogen telah banyak dilakukan. Antara lain menunjukkan bahwa Trichoderma harzianum dapat menekan perkembangan penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) pada tanaman tomat sebesar 80 % dan dapat mempertahankan presentase bunga menjadi buah 71,47 % serta meningkatkan produksi tanaman. (Misni, 2004).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui konsentrasi Trichoderma harizianum, dan pemberian
arang yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit P.nicotianae pada
tanaman Tembakau Deli.
Hipotesa penelitian
• Ada pengaruh pemberian Trichoderma harizianum dan arang batok kelapa
untuk mengendalikan jamur P.nicotianae. pada tanaman Tembakau Deli. • Ada pengaruh Arang batok kelapa untuk mengendalikan P.nicotianae
(15)
• Ada pengaruh interaksi antara Trichoderma harzianum dan arang batok
kelapa untuk mengendalikan penyakit P.nicotianae. pada tanaman Tembakau Deli.
Kegunaan Penelitian
1. Untuk dapat mengetahui konsentrasi Trichoderma harizianum, dan pemberian arang yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit P.nicotianae pada tanaman Tembakau Deli.
2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
(16)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Matnawi (1997), tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Personatae Family : Solanaceae Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabaccum L.
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau dapat tumbuh sepanjang 0,75 m. selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk baik pada akar tunggang maupun pada akar serabut. Perakaran yang baik tergantung pada kesuburan tanah (Matnawi, 1997).
Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas – ruas batang mengalami penebalan yang di tumbuhi daun, batang tanamn bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain di tumbuhi daun, juga di tumbuhi tunak ketiak daun, diameter batang sekitar 1-2 cm ( Abdullah, 2010 ).
(17)
Bagian terpenting tembakau adalah daun dengan ciri-ciri antara lain daun berwarna hijau, berbentuk oval, ujung meruncing, tepi licin dan bertulang sirip. Dalam satu tanaman, jumlah daun yang dapat dimanfaatkan sekitar 32 helai. Ukuran daun tergantung dari jenis daun, varietas yang ditanam, kesuburan tanah dan pengelolaan. Daun bertangkai pendek, memanjang dengan pangkal yang menyempit dan ujung runcing ( Cahyono,1998) .
Tanaman tembakau memiliki Bunga termasuk bunga majemuk. Bunga berbentuk seperti terompet dengan panjang ≤ 5 cm, berwarna kemerah -merahan atau putih. Buah mencapai kemasakan sekitar 20 hari setelah terjadinya pembuahan. Satu tanaman tembakau dapat menghasilkan sekitar 300 buah. Dalam satu buah terdapat sekitar 2.500 butir biji. Biji tembakau berwarna coklat muda kehitam-hitaman.( Steenis, 1997).
Buah tmbakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil dan didalamnya terdapat biji yang mempunyai bobot yang ringan. Dalam setiap biji berisi 12 ribu butir biji. Setiap batang tembakau menghasilkan rata-rata 25 gr biji. 3 minggu setelah pembuahan buah tembakau akan masak dan biji tebakau mengalami masa istirahat (dormansi) 2-3 minggu untuk dapat bersemai (Abdullah dan Soedarmanto, 1998).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman. Pertumbuhan terbaik tanaman Tembakau Deli adalah di daerah tropik (Abdullah, 2010).
(18)
Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh
karena itu lokasi untuk tanaman tembakau di pilih di tempat terbuka ( Matnawi, 2007).
Pusat penanaman tembakau cerutu adalah Deli (Sumatra Utara ), Klaten (Jawa Tengah), Besuki dan Jember. Tembakau ini dikenal sebagai Tembakau Deli, Tembakau Vorstenland, dan Tembakau Besuki (NO, na oogst). Pada awalnya tembakau cerutu besuki ditanam pada akhir musim kemarau (Agustus - September) dan dipanen awal musim penghujan (Oktober – November) terutama untuk menhasilkan bahan pengisi (filler = vulsel) dan sedikit bahan pembungkus (binder = omblad). Akan tetapi pada saat ini terjadi perkembangan waktu tanam lebih maju yaitu mulai bulan Mei sehingga dipanen pada musim kemarau yang dikenal dengan nama Besuki Na Oogst tanam awal/Besnota (Dalmadiyo, 2001). Tanah
Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori, pasir halus ( tanah ringan) dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau, diharapkan tekstur tanah yang seperti ini dapat menghasilkan daun yang tipis, elastis, dan warna krosok yang cerah (Matnawi,1997).
Tanah yang dapat ditanami tembakau adalah jenis tanah ber pH 5-6. kesuburan tanah diberi batas sebagai mutu kemampuan suatu tanah menyediakan unsur hara secara berkesinambungan (Damanik dkk, 2010).
(19)
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat di buat menjadi arang aktif, antara lain : tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit, tempurung kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. (Tryana dan Sarma, 2007). Biologi Penyakit
Agrios (1996) mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :
Kingdom : Mycetae
Divisio : Eumycota
Sub Divisi : Mastigomycotina
Class : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Species : Phytophthora nicotianae
Miselium pada jamur parasit tanaman ini dapat tumbuh di dalam sel (intracelluler) atau antar sel (intercelluler). Sporangiofor biasanya bercabang-cabang dan biasanya dibentuk di permukaan tanah, pada tanaman, dan dapat muncul dari inang melalui efidermis atau stomata (Landecker, 1982).
Hifa dari species Phytophthora tidak mempunyai sekat dan mempunyai banyak cabang (Lucas, et al, 1985).
Miselium biasanya tidak bersepta, hyaline, diameter berubah-ubah, bercabang dan sangat berkembang dibawah epidermis (Weber, 1973).
Sporangium (zoosporangium) berbentuk bulat telur seperti buah pir (pyriform) yang mempunyai sebuah tonjolan (papil). Sporangium mempunyai
(20)
ukuran (32 – 52) x (29 – 41) µm. Sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung membentuk spora kembara (zoospora) yang keluar satu persatu dari dalam sporangium. Disamping itu sporangium berkecambah secara langsung dengan membentuk hifa atau pembuluh kecambah. Oleh karena itu sporangium Phytophthora disebut konidium (Semangun, 2000).
Gambar 1. Phytophthora sp. A : Sporangia. B : Zoospora. C: Chlamidospora. D.Oospora Zoospora yang dihasilkan sporangia berjumlah 5-30 zoospora yang berukuran 7 x 11 µm dan mempunyai dua flagel. Klamidospora sphaerical menuju oval dengan diameter 25 µm (Singh, 2001).
Gejala Penyakit
Serangan penyakit lanas pada pembibitan tembakau dapat dilihat dari gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain : diawali dengan adanya warna daun
(21)
hijau kelabu kotor pada daunnya. Pada kondisi cuaca yang sangat dingin dengan tingkat kelembaban udara cukup tinggi maka penyakit ini akan berkembang dengan sangat cepat dan bibit akan segera menjadi busuk. Pada pembibitan tembakau yang terserang penyakit lanas, tanamannya akan tampak seperti tersiram air panas (lonyot) (Gambar 2), sedangkan pada bibit tembakau yang terserang secara individual di bedengan, akar dan batangnya berwarna sebagian besar hitam pekat, potongan melintang juga berwarna hitam pekat, dan akan mengeluarkan cairan bening (Semangun, 2000).
Gambar 2.Gejala serangan Phytophthora nicotianae de Hann
Gambar 3. Gejala serangan Phytophthora nicotianae pada batang dan akar
Serangan pada batang, pada perbatasan akar dan batang terlihat cepat layu dan mati. Jika batang yang sakit tersebut dibelah memanjang, maka empelur yang
(22)
terkena serangan terlihat kering, empelur bawah kelihatan kusut dan berkerut dan berkamar-kamar (Abdullah dan Sudarmanto, 1982).
Apabila tanaman yang terserang adalah tanaman yang tumbuh kuat dengan ketinggian 30 cm atau lebih, maka indikasi penyakit pertama adalah pelayuan tiba-tiba atau pengguguran daun. Setelah beberapa hari, daun-daun mulai menguning dan menggantung pada cabang. Sistem perakaran serta dasar cabang akan berwarna hitam, busuk, dan kemudian mati (Lucas, et al, 1985).
Dalam banyak kejadian sulit untuk membedakan antara Phytophthora dengan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), kecuali pada pagi hari dapat terlihat perbedaannya, terutama pada bibit yang masih berumur sangat muda. Bila jamur menyerang permukaan daun, maka daun bibit akan terlihat berwarna hijau kelabu, bila pada malam hari kondisi cukup lembab maka pagi
harinya permukaan daun timbul serat-serat halus dari jamur tersebut (Abidin, 2004).
Daur Hidup Penyakit
Menurut Lucas, et al (1985), jamur Phytophthora nicotianae dapat bertahan di dalam tanah dan hidup sebagai safrofit dari bahan organik yang ada di dalam tanah. Pupuk kandang yang kurang matang juga dapat menjadi salah satu infeksi. Lanas sering terjadi pada keadaan tanah yang lembab. Zoospora dihasilkan dalam jumlah besar pada kelembaban tanah yang tinggi dan temperatur yang berkisar antara 200 – 300 C. Spora ini tercuci dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dan spora tersebut yang menyebabkan infeksi pada beberapa tanaman tembakau yang masih sehat.
(23)
Gambar 4. Daur hidup jamur Phytophthora nicotianae Breda de Hann.
Spora kembara tertarik oleh akar tembakau, dapat mengadakan penetrasi pada akar yang tidak mempunyai luka. Tetapi di Klaten spora kembara mempunyai daya infeksi yang rendah. Pada umumnya penularan lanas terjadi karena sedikit miselium jamur dengan sedikit tanah atau jaringan tanaman sakit. Air memegang peranan yang sangat penting dalam pemencaran penyakit. Untuk sementara waktu jamur dapat bertahan dalam tanah dengan hidup sebagai saprofit, apabila tanah mengandung bahan organik (Semangun, 1996).
Miselium ketika berada di air, membentuk zoosporangia selama 48 jam. Zoospora-zoospora tersebut berwarna jernih/bening dan terbagi-bagi dengan sporangium. Zoospora-zoospora itu dilepaskan di dalam air bila miselium tergenang air. Atheridium dapat dilihat pada bagian bawah zoospora. Oospora berbentuk spirakel, licin, berdinding ganda dan hialin. Jamur itu tumbuh baik pada media agar pada temperatur optimum 300
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit
C dan tumbuh baik pada pH 6,5 (Kolte, 1985).
Penyebaran spora dan zoospora adalah melalui angin, percikan hujan, air irigasi dan bahkan serangga. Tanah yang berstektur berat atau normal dimana
(24)
pengairan terganggu, kelembaban tanah tinggi, pH 5,4-7,5 dan suhu 240
Hujan dan kelembaban tinggi merupakan faktor terpenting bagi perkembangan lanas dimana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu penyebaran Phytophthora nicotianae. Karena tidak adanya pengairan (irigasi) di
kebun-kebun Tembakau Deli, lanas tidak meluas di daerah tersebut (Semangun, 1996).
C adalah keadaan yang kondusif untuk penyebaran penyakit (Singh, 2001).
Pengendalian
1. Pemakaian pupuk organik yang tidak mengandung patogen
Phytophthora yang terdapat dalam pupuk kandang atau kompos akan mati bila pupuk suhunya mencapai sampai 600
2. Pengaturan kondisi lingkungan
C. makin lama waktu pembuatan kompos, kandungan Phytophthora makin rendah (Semangun, 1996).
Sistem pengairan harus direncakan sedemikian rupa agar air dari satu pohon tidak mengalir ke pohon yang lain. Pembersihan kebun sangat penting.
Semua bagian tanaman yang terinfeksi harus dikumpulkan dan dibakar
(Singh, 2001).
3.Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotiana
Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotianae selain dapat menghasilkan daun yang lebih baik, juga dapat mengurangi resiko terserang Phytophthora nicotianae (Semangun, 2000).
(25)
4.Penggunaan fungisida yang tepat dan efektif
Selama musim panas dan musim hujan, kebun harus disemprot secara teratur dengan fungisida tembaga seperti campuran Bordeaux, Blitox-50. Metalaxyl sistemik majemuk, Fostyl-Al (Phosethyl-Al) dan Sodium tetrathiocarbonate yang dilepaskan di tanah dapat mengurangi spora di tanah sampai 90 % (singh, 2001).
5. Penggunaan bubur bordo (bordeaux)
Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan jamur Phytophthora nicotianae secara konvensional. Komposisi Bordeaux ini terdiri dari terusi (CuSO4), kapur tohor (CaCO3) dan air (Semangun, 2000). Trichoderma spp.
Sistematika Trichoderma spp. termasuk dalam kelas Euascomycetes dan famili Hypocreaceae. Konidiofor hyaline, bercabang dan pyramidal. Konidia dengan diameter rata-rata 3µm berbentuk sel tunggal dan bulat, permukaannya halus dan kasar.
Agrios (1996) mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Pezizomycetes
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
(26)
Gambar 5. Foto mikrograf Trichoderma spp.
Trichoderma spp. adalah salah satu jamur antagonis yang saat ini banyak dikembangkan untuk pengendali hayati. Jamur ini digunakan sebagai salah satu agen pengendali hayati karena mempunyai sifat mudah ditemukan di banyak lokasi, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat atau media tumbuh dan tidak bersifat patogenik terhadap tanaman.
Jamur marga Trichoderma spp. ini terdapat lima jenis yang mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichoderma
harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride, Trichoderma hamatum
dan Trichoderma polysporum. Namun jenis yang banyak dikembangkan Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride. Beberapa
jenis sudah ada yang dijual secara komersil dalam bentuk kemasan yang diproduksi oleh pabrik (Singh , 1998).
Ciri Trichoderma spp.
Jamur mempunyai konidiofor yang tegak, sendiri-sendiri atau berkelompok menjadi satu berkas, hialin, bersekat, percabangan teratur dengan saling berlawanan, phialid bentuknya lonjong atau seperti botol, satu-satu atau mengelompok, konidia hialin atau hijau muda, tidak bersekat (satu sel), pada umumnya berbentuk lonjong, bergerombol pada ujung phialid (Dalmadiyo, 2001).
(27)
Mekanisme Antagonis Cendawan Trichoderma spp.
Trichoderma spp. umumnya penghuni tanah, khususnya tanah organik. Cendawan ini dapat hidup sebagai saprofit atau parasitik terhadap jamur lain,
bersifat antagonistik dan banyak digunakan sebagai pengendali biologi (Sundheim dan Tromsno, 1988).
Trichoderma spp. dapat bersifat antagonis terhadap banyak jamur karena mempunyai banyak cara untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur lain. Ada tiga mekanisme antagonis jamur Trichoderma harzianum terhadap patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor baik ruang maupun nutrisi, antibiosis yaitu mengeluarkan ethanol yang berfungsi racun bagi patogen dan sebagai mikoparasit (Sudantha, 1995, dalam Sri Sukamto dkk, 1994).
Arang
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, di hasilkan dari bahan – bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu yang tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Anjuran pemakaian
arang batok kelapa untuk tanaman tembakau adsalah 20 gr/tanaman (Tryana dan Sarma 2007).
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat di buat menjadi arang aktif, antara lain : tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit, tempurung kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. (Tryana dan Sarma, 2007).
(28)
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan dilapangan Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTP Nusantara II Sampali,dan di laboratorium Penyakit Departemen Hama dan Penyakit Universitas Sumatera Utara. Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan air laut. Penelitian di laksanakan pada bulan Desember sampai dengan Februari 2012.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Tembakau Deli varietas F1- 45,Trichoderma harzianum, pupuk,tanah,arang dan bahan – bahan pendukung lainnya.
Adapun alat yang di gunakan pada penelitian ini adalah cangkul, meteran label nama, alat tulis, gembor, lup, cawan petridish, erlenmeyer, plat pembibitan dan bahan lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor tunggal perlakuan adalah aplikasi Trichoderma harzianum yang terdiri atas :
Faktor 1 : Pemberian Trichoderma harzianum ( T ) T0 : control ( tanpa perlakuan )
T1 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 10 gr / tanaman.
(29)
T2 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gr / tanaman.
T3 : Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman.
Faktor 2 : Pemberian Arang ( A ) A0 : Kontrol (Tanpa Perlakuan)
A1 : Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr / tanaman. Kombinasi Penelitian
T0 A0 T3 A0 T1 A0 T2 A1
T1 A1 T3 A1 T0 A1 T2 A0 Banyak perlakuan yang di gunakan adalah : (t-1) (r-1) ≥ 15
(8-1) (r-1) ≥ 15 7 (r-1) ≥ 15 7r-1 ≥ 15
7r ≥ 15
r ≥ 3.1 ( 3 )
Ulangan : 3 blok Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman Jumlah plot : 24 plot Jumlah tanaman sample seluruhnya : 96 tanaman
Model linier yang digunakan adalah :
(30)
Dimana :
Yijk = Data yang di hasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke – i dan perlakuan ke – j dan perlukan ke – k
µ = Nilai tengah / rataan
α j = Efek perlakuan ke – j βk = Efek perlakuan ke - k
(αβ )jk = Efek interaksi perlakuan ke – j da perlakuan ke - k
∑
ijk = Efek error dari ulangan pada taraf ke –i dan perlakuan ke – j dan perlakuan ke–k( Bangun,1980).
Pelaksanaan Penelitian Persiapan media tanam
Media yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Benih tembakau deli varietas F1-45 sebanyak ±2 gr ditaburkan dalam bedeng semaian yang telah terisi media tanam steril secara konvensional. Selama pembenihan, perawatan dan pemeliharaan dilakukan secara intensif agar tanaman tumbuh dengan baik. Kemudian tanaman dipindahkan ke dalam polibag sosis dan disortasi terlebih dahulu agar diperoleh tanaman yang baik dan seragam.
Jamur Trichoderma harzianum
Spesies Trichoderma yang akan didgunakan adalah Trichoderma harzianum. Jamur ini diperoleh dari Balai BP2TP Medan yang akan di biakan dalam media beras, jagung.sekam,dan dedak .
(31)
Jamur penyebab penyakit lanas (Pythophtora nicotianae)
Jamur Pythophtora nicotianae ini diperoleh dari laboratorium ( BPTD) PTP Nusantara II sampali , Medan yang berupa isolate aslinya yang masih virulen.
Pemberian Jamur Trichoderma harzianum dan Arang
Pemberian Trichoderma harzianum yang telah di campur dengan arang sesuai dosis yang di tentukan dilakukan 4 hari sebelum transplanting tanaman tembakau ke dalam polibag sosis dengan cara dibenamkan ke dalam tanah pada masing-masing polibag dengan dosis sesuai dengan baku teknis yang sudah dianjurkan ( 20 gr/ polibag ).
Pemberian P. nicotianae
Suspensi P.nicotianae pada tanaman tembakau dengan inokulasi langsung ke permukaan tanah. Konsentrasinya 1 gram / 100 ml. Untuk setiap polibag dosis diberikan 5 ml P. nicotianae. Pemberian P. nicotianae ini dilakukan 6 hari sebelum transplanting tanaman tembakau ke dalam polibag .
Parameter Pengamatan 1. Persentase serangan
Persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae ini dihitung dari jumlah tanaman yang terserang pada 7 hari setelah tanam (hst), 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst.
(32)
a
P = x 100 % a+b
Keterangan :
P = Persentase serangan P.nicotinae
a = Jumlah tanaman yang terserang P.nicotinae b = jumlah tanman yang sehat
( Muthahanas dkk, 2007).
2. Jumlah Daun tanaman
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada keseluruhan tanaman pada tanaman umur 7 hari setelah tanam (hst), 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst.
(33)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase Serangan (%)
a. Pengaruh pemberian T. harizanum terhadap persentase serangan P. nicotianae Dari pengamatan persentase serangan tanaman tembakau Deli dimulai pengamatan II-VI hsa dapat dilihat pada lampiran 2-10. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian T. harizanum terhadap persentase serangan P. nicotianae pada pengamatan 2hsa – 6hsa berpengaruh sangat nyata terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman tembakau (Tabel 1).
Tabel 1. Beda uji rataan pengaruh pemberian T. harizanum terhadap persentase serangan (%) P. nicotianae pada pengamatan 2 - 6 hsa
Perlakuan Pengamatan
II III IV V VI
T0 20,83a 41,67a 62,50a 83,33a 91,67a
T1 8,33b 16,67b 41,67b 66,67b 70,83b
T2 4,17b 12,5b 37,50b 62,50b 66,67b
T3 0,00c 8,33c 12,50c 25,00c 29,17c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji jarak Duncan hsa : hari setelah aplikasi
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2-6 hsa, perlakuan T0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua perlakuan yaitu dengan perlakuan T1 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 10
gram/tanaman) juga berbeda nyata dengan perlakuan T2 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gram/tanaman)
serta berbeda nyata dengan perlakuan T3 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gram/ tanaman).
(34)
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 2 – 6 hsa persentase serangan P. nicotianae tertinggi pada perlakuan K0 (kontrol) sebesar 91.67 %, dimana pada perlakuan ini tidak dilakukan pengaplikasian T. harzianum. Sehingga tidak ada yang menghambat pertumbuhan jamur P. nicotianae.
Persentase serangan P. nicotianae terendah pada perlakuan T3
(diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gram/ tanaman) sebesar 0 %. Rendahnya persentase serangan P. nicotianae dikarenakan pengaplikasian T. harzianum mempunyai kemampuan mikroparasit pada jamur. Hal ini sesuai dengan literature Erwin (2000) diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b-1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya tapi proses yang terpenting adalah kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengaplikasian T. harzianum yang di biakan pada media jagung untuk mengendalikan jamur P. nicotianae dosis yang paling efektif adalah 20 gr/tanaman dibandingkan dosis yang lain. Ini dikarenakan perbedaan dosis senyawa metabolit sekunder dalam T. harzianum tersebut.
Untuk dapat melihat perbedaan yang sangat nyata perlakuan T. harzianum yang di biakan pada media jagung untuk mengendalikan jamur P. nicotianae dapat dilihat pada gambar 6.
(35)
Gambar 6. Histogram pengaruh pengaplikasian T. harzianum yang di biakan pada media jagung untuk mengendalikan jamur P. nicotianae pada
pengamatan 2 – 6 hsa.
b.Pengaruh pemberian arang batok kelapa terhadap persentase serangan (%) P. nicotianae
Dari pengamatan persentase serangan tanaman tembakau Deli dimulai pengamatan II-VI hsa dapat dilihat pada lampiran 2-10. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian arang batok kelapa persentase serangan P. nicotianae pada pengamatan 2hsa – 6hsa berpengaruh sangat nyata terhadap persentase serangan P. nicotianae pada tanaman tembakau (Tabel 2).
Tabel 2. Beda uji rataan pengaruh pemberian arang batok kelapa terhadap persentase serangan (%) P. nicotianae pada pengamatan 2 - 6 hsa
Perlakuan Pengamatan
II III IV V VI
A0 12,5a 29,17a 50,00a 72,67a 74,67a
A1 4,17b 10,42b 27,08b 45,83b 54,17b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji jarak Duncan hsa : hari setelah aplikasi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
II III IV V VI
Pengamatan
T0 T1 T2 T3
(36)
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2-6 hsa, perlakuan A0 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan lain yaitu dengan perlakuan A1 (diaplikasikan arang batok kelapa dengan dosis 20 gram/tanaman).
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 2 – 6 hsa persentase serangan P. nicotianae tertinggi pada perlakuan A0 (kontrol) sebesar 74.67 %, dimana pada perlakuan ini tidak dilakukan pengaplikasian arang batok kelapa. Sehingga tidak ada yang menghambat pertumbuhan jamur P. nicotianae.
Persentase serangan P. nicotianae terendah pada perlakuan A1
(diaplikasikan arang batok kelapa dengan dosis 20 gram/ tanaman) sebesar 4.17 %. Rendahnya persentase serangan P. nicotianae dikarenakan pengaplikasian arang batok kelapa mengandung C/N (47,0) yang tinggi arang aktif tempurung kelapa ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif untuk menekan atau mengendalikan penyakit tanaman.
Untuk dapat melihat perbedaan yang sangat nyata perlakuan arang batok kelapa untuk mengendalikan jamur P. nicotianae dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 7. Histogram pengaruh pengaplikasian arang batok kelapa untuk mengendalikan jamur P. nicotianae pada pengamatan 2 – 6 hsa.
0 10 20 30 40 50 60 70 80
II III IV V VI
Pengamatan
A0 A1
(37)
c.Pengaruh interaksi T. harizianum dan arang batok kelapa terhadap persentase serangan (%) P. nicotianae
Data pengamatan persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae akibat aplikasi T. harzianum yang telah di campur dengan arang sesuai dosis dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak nyata, nyata, dan sangat nyata antar perlakuan. Hasil pengamatan persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae pada pengamatan II – VI hari setelah aplikasi. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beda uji rataan pengaruh aplikasi jamur dan arang terhadap persentase tanaman tembakau yang terserang P. nicotianae pada pengamatan 2 - 6 hsa.
Perlakuan Pengamatan
II III IV V VI
T0A0 34,04a 59,04a 84,04a 99,71a 99,71a
T1A0 9,04b 24,71b 50,71b 75,71b 84,04a
T2A0 9,04b 17,37b 42,37b 67,37b 67,37b
T3A0 0,71b 17,37b 25,71c 54,71c 50,71b
T0A1 9,04b 25,71b 42,37b 67,37b 84,04a
T1A1 9,04b 9,04b 34,04b 59,04b 59,04b
T2A1 0,71b 9,04b 34,04b 59,04b 67,37b
T3A1 0,71b 0,71c 0,71c 0,71c 9,04c
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.
hsa : hari setelah aplikasi
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pengamatan 2 hari setelah aplikasi persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae tertinggi terdapat pada perlakuan T0A0 (kontrol) yaitu sebesar 34.04 % dan terendah pada perlakuan T3A1 (diaplikasikan Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman dan Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr / tanaman) sebesar 0.71 %. pada pengamatan 5 hari setelah aplikasi persentase
(38)
tanaman tembakau terserang P. nicotianae tertinggi terdapat pada perlakuan T0A0 (kontrol) yaitu sebesar 99.71 % dan terendah pada perlakuan T3A1 (diaplikasikan Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman dan Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr / tanaman) sebesar 0.71 %. Hal ini menunjukkan bahwa Trichoderma harzianum lebih efektif digunakan untuk mengendalikan tanaman tembakau terserang P. Nicotianae adalah dengan dosis 20 gr / tanaman. Karena dilihat dari hasil penelitian aplikasi T. Harzianum yang dibiakkan di media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman hampir tidak ada serangan penyakit P. nicotianae pada tanaman tembakau. Kemudian perlakuan T1A0 sangat cepat sekali menekan perkembangan penyakit P. nicotianae terlihat dari persentase serangannya pada pengamatan I dan V serangannya tidak berkembang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudantha, 1995, dalam Sri Sukamto dkk, 1994 yang menyatakan bahwa Trichoderma spp. dapat bersifat antagonis terhadap banyak jamur karena mempunyai banyak cara untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur lain. Ada tiga mekanisme antagonis jamur T. harzianum terhadap patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor baik ruang maupun nutrisi, antibiosis yaitu mengeluarkan ethanol yang berfungsi racun bagi patogen dan sebagai mikoparasit.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pada pengamatan ke VI perlakuan T3A1 (diaplikasikan T. harzianum yang dibiakan pada media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman dan Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr / tanaman) sebesar 9.04 %. Hal ini disebabkan karena spora P. nicotianae tercuci dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dan spora tersebut yang menyebabkan infeksi pada beberapa tanaman tembakau yang masih sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(39)
Semangun (1996) yang menyatakan bahwa pada umumnya penularan lanas terjadi karena sedikit kontak miselium jamur dengan tanah atau jaringan tanaman sakit. Air memegang peranan yang sangat penting dalam pemencaran penyakit.
Beda rataan Beda uji rataan pengaruh aplikasi jamur dan arang terhadap persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada grafik garis 1.
Gambar 8: Histogram pengaruh aplikasi jamur dan arang terhadap persentasetanaman tembakau terserang P. nicotianae pada setiap waktu pengamatan.
2.Jumlah Daun tanaman (helai)
a. Pengaruh T. harizianum terhadap jumlah daun tembakau (helai)
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan Pengaruh T. harizianum pada pengamatan 1msa – 3msa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tembakau (Tabel 4) (Lampiran 2-10).
0 20 40 60 80 100 120
T0A0 T1A0 T2A0 T3A0 T0A1 T1A1 T2A1 T3A1
P
er
sen
ta
se Ser
a
n
g
a
n
(40)
Tabel 4. Beda uji rataan pengaruh T. harizianum terhadap jumlah daun tembakau pada pengamatan 1 - 6 hsa
Perlakuan Pengamatan
I II III
T0 3,50d 5,17d 7,17d
T1 4,67c 6,67c 8,67c
T2 5,00b 8,33b 10,33b
T3 5,50a 9,67a 11,67a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji jarak Duncan.
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada tiga kali pengamatan , perlakuan T0 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan T1 ((diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 10 gram/ tanaman) dan T2 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 15 gram/ tanaman) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T3 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gram/ tanaman).
Dari hasil dapat dilihat bahwa jumlah daun terendah pada perlakuan T0
(kontrol) sebesar 3.33 helai. Hal ini dikarenakan tanaman terserang jamur P. nicotianae. sehingga proses pertumbuhan tanaman terganggu dan daun yang
dihasilkan pun sedikit. Ini sesuai dengan literatur Abdullah dan Sudarmanto (1982) yang menyatakan bahwa penyakit lanas pada tembakau menyerang batang, pada perbatasan akar dan batang terlihat cepat layu dan mati. Jika batang yang sakit tersebut dibelah memanjang, maka empelur yang terkena serangan terlihat kering, empelur bawah kelihatan kusut dan berkerut dan berkamar-kamar membusuk.
(41)
Gambar 9. Histogram pengaruh T. harzianum terhadap jumlah daun tembakau pada pengamatan 1 – 6 hsa.
b. Pengaruh arang batok kelapa terhadap jumlah daun tembakau (helai)
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan arang batok kelapa pada pengamatan 1-6 hsa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tembakau (Tabel 5)(Lampiran 2-10).
Tabel 5. Beda uji rataan pengaruh arang batok kelapa terhadap jumlah daun tembakaupada pengamatan 1 – 6 hsa
Perlakuan Pengamatan
I II III
A0 4,17a 6,83a 8,83a
A1 5,08b 8,08b 10,08b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji jarak Duncan.
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 1 – 6 hsa, perlakuan A0 (kontrol) berbeda nyata dengan perlakuan A1 (diaplikasikan arang batok kelapa dengan dosis 20 gram/ tanaman). Tabel 5 menunjukkan bahwa pengaruh jenis varietas terhadap jumlah daun tembakau tertinggi pada perlakuan A1 (diaplikasikan arang batok kelapa dengan dosis 20 gram/ tanaman) sebesar 10.08
0 2 4 6 8 10 12 14
T0 T1 T2 T3
Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III
(42)
helai dan terendah A0 (kontrol) sebesar 4.17 helai. Arang batok kelapa mampu menyerap cairan yang keluar dari tanaman akibat penyakit lanas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warta (2010) yaitu Arang aktif tempurung kelapa mempunyai daya serap yang tinggi berkisar antara 400 dan 1000 mg/g. Rongga arang aktif yang berbentuk zig-zag memudahkan cairan yang keluar dari tanaman akibat penyakit lanas pada batang terserap.
Gambar 10. Histogram pengaruh arang batok kelapa terhadap jumlah daun tembakau pada pengamatan 1 – 6 hsa.
0 2 4 6 8 10 12
I II III
Pengamatan
A0 A1
(43)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase tanaman tembakau terserang P. nicotianae tertinggi terdapat pada perlakuan T0A0 (kontrol) yaitu sebesar 99.71 % dan terendah pada perlakuan T3A1 (diaplikasikan Trichoderma harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gr / tanaman dan Arang batok kelapa dengan dosis 20 gr / tanaman) sebesar 0.71 % pada pengamatan 6 hari setelah aplikasi
2. T. harzianum lebih efektif digunakan untuk mengendalikan penyakit P. nicotianae pada tanaman tembakau dengan dosis 20 gr / tanaman.
3. Persentase serangan P. nicotianae. tertinggi terhadap pengaplikasian T. harizianum pada perlakuan T0 (Kontrol) sebesar 91.67 % dan terendah pada perlakuan T3 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gram/ tanaman) sebesar 0.00 %.
4. Persentase serangan P. nicotianae tertinggi pada pengaplikasian arang batok kelapa perlakuan A0 (kontrol) sebesar 74.67 %, Persentase serangan P. nicotianae terendah pada perlakuan A1 (diaplikasikan arang batok kelapa dengan dosis 20 gram/ tanaman) sebesar 4.17 %.
5. Jumlah daun pada perlakuan T3 (diaplikasikan T. harzianum yang di biakan pada media jagung dengan dosis 20 gram/ tanaman) tertinggi yaitu 11,67 helai, dan terendah T0 (kontrol) sebesar 7, 17 helai .
(44)
Saran
Perlu diadakan penelitian lanjutan uji patogenitas jamur T. harzianum dengan meningkatkan dosis yang berbeda terhadap persentase serangan penyakit P. nicotianae di lapangan.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,T . 2010. Teknik Budidaya Tembakau. http://Budidaya /
tembakau.html. Di unduh 06 Februari 2011.
Abdullah, A dan Sudarmanto., 1982. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna, Jakarta.
Abidin, Z., 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman
Tembakau. Dalam Seminar Pertemuan Teknis Tembakau, Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli. PTPN II, Medan.
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Bangun, M. K., 1980. Perancangan Percobaan Untuk Analisa Data. Fakultas Pertanian. USU Press, Medan.24-25
Cahyono. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Dalmadiyo, G. 2001. Peranaan dan Tantangan Tembakau Cerutu Besuki.
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Ballittas). Malang. 1-26 hal.
Damanik, M.M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi Sarifuddin dan Hamidah, H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Erwin. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II. Medan. Hlm 52-54
Erwin, R. Sitepu dan S. H. Hastuty. 2004. Memerangi Penyakit Lanas pada Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli-PTP Nusantara II (Persero). Medan. Available at http://www.tanido.co.id/abdi 10/hal070.htm. (Verified 25 Februari 2009).
Kolte, S. J., 1985. Disease of Annual Adible Oil Seed Crops, Mustrad
Rapeseed and Sesame Disease. CRS Press. Volume II. p. 83-84
Landecker, E. M., 1982. Fundamental of Fungi. Prentice Hall Inc, Engelwood Cliffs, New Jersay. p. 73.
(46)
Lucas, G. B., Campbell, and Lucas, L. T., 1985. Introduction To Plant Diseases Indentification and Management. An Avi Book Published by Van Nustrand Reinhold, New York. p. 146-147
Matnawi. H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius,
Yogyakarta.
Misni, M. Martosudiro dan T. Hadiastono. 2004. T.harzianum (Rifai) sebagai Antagonis Fusarium Oxysporum (Schlecht) f.sp. lycopersici (Sacc.0 Penyebab Penyakit layu pada tanaman Tomat. Dalam Prosiding Sidang Fipatologi. Malang. 23-24 hal.
Muthahanas, I. dan M. Sarjan. 2007. Pemanfaatan Limbah Batang Tembakau Sebagai Pestisida Nabati dan Kompos Dalam Budidaya Beb€rapa Tanaman Sayuran. Proyek Peningkatan dan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) BPTP NTB. Available at http://www.deptan.go.id/inisiatif/one/13/file. (Verified 30 November 2009).
Roeswitawati, D., I. R. Sastrahidayat, Suwarsi dan A. L. Abadi. 2004. Pengaruh Tanah Suppresive terhadap Patogen P.parasitica var nocotianae Penyebab Penyakit Lanas pada Tanaman Tembakau. Dalam Prosiding Sidang Fitopatologi. Malang. 59-77 hal.
Semangun H. 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Singh, R. S., 1998. Plant Diseases. Seventh Edition. Oxford & IBH Publishing CO.PVT.LTD. New Delhi.
Steenis, C. G. G. J. 1997. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 485 hal.
Sundheium, L dan A. Tromsmo. 1988. Hyperparasities in Biological Control, In KG. Mukerji and K.L Garg (eds). Biolocontrol of Plant Diseases. CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida. Pp. 53-70
Sukamto, S., Qithfirul, A. dan supandi. 1994. Teknik Perbanyakan dan
Aplikasi Jamur spp. Pusat Penelitian Kopi dan kakau Indonesia. Jember. P. 7
Tim Bimbingan Teknis BPTP/LPTP, 1999. Metedologi Pengkajian Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Badan Penelitian dan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanaian, Jakarta.
Tryana,M.s., dan Sarma,T .S. 2007. Arang Batok Kelapa.diakses dari
http://google.com/arang batokkelapa.tanggal 02 maret 2011.
Weber, G. F., 1973. Bacterial and Fungal Diseases of Plant In The Tropics. University of Florida Press, USA. p. 90-582.
(47)
Lampiran 1:
BAGAN PENELITIAN
I III II
T0A0
T3A0 T1A1
T2A0
T2A1
T3A1
T1A0
T0A1
T2A1
T0A1 T0A0
T1A1
S
U
T3A0
T3A1
Keterangan : T0 = Kontrol
T1 = Trichoderma harzianum dosis 10gr/tanaman. T2 = Trichoderma harzianum dosis 15gr/tanaman. T3 = Trichoderma harzianum dosis 20gr/tanaman. A0 = Tanpa arang
A1 = Arang batok kelapa dosis 20 gr / tanaman. T1A1
T2A0
T3A1
T2A1
T0A1 T0A0
T1A0 T3A0
T2A0 T1A0
(48)
Lampiran 3. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang
P.nicotianae (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
T1A0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T2A0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T3A0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T0A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T1A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T2A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T3A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 25.00 0.00 0.00 25.00
Rataan 3.13 0.00 0.00 1.04
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
T1A0 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T2A0 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T3A0 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T0A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T1A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T2A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T3A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 30.66 5.66 5.66 41.97 13.99
Rataan 3.83 0.71 0.71 5.25 1.75
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 25.00 0.00 25.00 12.50
T1 0.00 0.00 0.00 0.00
T2 0.00 0.00 0.00 0.00
T3 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 25.00 0.00 25.00 12.50
(49)
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 8.33 0.00 8.33 4.17
T1 0.00 0.00 0.00 0.00
T2 0.00 0.00 0.00 0.00
T3 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 8.33 0.00 8.33 4.17
Rataan 2.08 0.00 2.08 1.04
TABEL DWI KASTA TOTAL
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 27.12 2.12 29.24 14.62
T1 2.12 2.12 4.24 2.12
T2 2.12 2.12 4.24 2.12
T3 2.12 2.12 4.24 2.12
Total 33.49 8.49 41.97 20.99
Rataan 8.37 2.12 10.49 7.00
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 9.04 0.71 9.75 4.87
T1 0.71 0.71 1.41 0.71
T2 0.71 0.71 1.41 0.71
T3 0.71 0.71 1.41 0.71
Total 11.16 2.83 13.99 7.00
Rataan 2.79 0.71 3.50 1.75
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 182.29
Trichoderma 3 125.48 41.83 1.61 tn 3.24 2.46
Arang 1 -67.61 -67.61 -2.60 tn 4.49 5.05
T X A 3 124.42 41.47 1.59 tn 3.24 2.46
Error 16 416.67 26.04
(50)
FK = 73.40
KK = 2.92 %
Ket :
tn
= tidak nyata
*
= nyata
**
(51)
Lampiran 4. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang P.nicotianae (%) 2 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 50.00 25.00 25.00 100.00 33.33
T1A0 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
T2A0 0.00 25.00 0.00 25.00 8.33
T3A0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T0A1 0.00 0.00 25.00 25.00 8.33
T1A1 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
T2A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
T3A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 100.00 50.00 50.00 200.00
Rataan 12.50 6.25 6.25 8.33
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 50.71 25.71 25.71 102.12 34.04
T1A0 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
T2A0 0.71 25.71 0.71 27.12 9.04
T3A0 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T0A1 0.71 0.71 25.71 27.12 9.04
T1A1 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
T2A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
T3A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 105.66 55.66 55.66 216.97 72.32
Rataan 13.21 6.96 6.96 27.12 9.04
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 100.00 25.00 125.00 62.50
T1 25.00 25.00 50.00 25.00
T2 25.00 0.00 25.00 12.50
T3 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 150.00 50.00 200.00 100.00
(52)
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 33.33 8.33 41.67 20.83
T1 8.33 8.33 16.67 8.33
T2 8.33 0.00 8.33 4.17
T3 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 50.00 16.67 66.67 33.33
Rataan 12.50 4.17 16.67 8.33
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 102.12 27.12 129.24 64.62
T1 27.12 27.12 54.24 27.12
T2 27.12 2.12 29.24 14.62
T3 2.12 2.12 4.24 2.12
Total 158.49 58.49 216.97 108.49
Rataan 39.62 14.62 54.24 36.16
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 34.04 9.04 43.08 21.54
T1 9.04 9.04 18.08 9.04
T2 9.04 0.71 9.75 4.87
T3 0.71 0.71 1.41 0.71
Total 52.83 19.50 72.32 36.16
(53)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 2500.00
Trichoderma 3 2794.84 931.61 7.15 * 3.24 2.46
Arang 1
-1787.90
-1787.90 -13.73 tn 4.49 5.05
T X A 3 1493.06 497.69 3.82 * 3.24 2.46
Error 16 2083.33 130.21
Total 23 4583.33
FK = 1961.51
KK = 1.26 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata
Uji Jarak Duncan Faktor Trichoderma
Sy 5.38
-16.14 -12.78 -9.04 3.08
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 16.14 16.94 17.37 17.75
Perlakuan T3 T2 T1 T0
Rataan 0.00 4.17 8.33 20.83
a
b. Faktor T X
A
Sy 5.38
-15.43 -16.24 -16.67 -8.71 -8.93 -9.09 -9.19 15.70
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 16.14 16.94 17.37 17.75 17.97 18.13 18.24 18.34
Perlakuan T3A1 T2A1 T3A0 T1A1 T0A1 T2A0 T1A0 T0A0
Rataan 0.71 0.71 0.71 9.04 9.04 9.04 9.04 34.04
a.
(54)
Lampiran 5. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang P.nicotianae (%) 3 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 75.00 50.00 50.00 175.00 58.33
T1A0 25.00 25.00 25.00 75.00 25.00
T2A0 25.00 25.00 0.00 50.00 16.67
T3A0 25.00 25.00 0.00 50.00 16.67
T0A1 25.00 0.00 50.00 75.00 25.00
T1A1 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
T2A1 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
T3A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 225.00 125.00 125.00 475.00
Rataan 28.13 15.63 15.63 19.79
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 75.71 50.71 50.71 177.12 59.04
T1A0 25.71 25.71 25.71 77.12 25.71
T2A0 25.71 25.71 0.71 52.12 17.37
T3A0 25.71 25.71 0.71 52.12 17.37
T0A1 25.71 0.71 50.71 77.12 25.71
T1A1 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
T2A1 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
T3A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 230.66 130.66 130.66 491.97 163.99
Rataan 28.83 16.33 16.33 61.50 20.50
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 175.00 75.00 250.00 125.00
T1 75.00 25.00 100.00 50.00
T2 50.00 25.00 75.00 37.50
T3 50.00 0.00 50.00 25.00
Total 350.00 125.00 475.00 237.50
(55)
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 58.33 25.00 83.33 41.67
T1 25.00 8.33 33.33 16.67
T2 16.67 8.33 25.00 12.50
T3 16.67 0.00 16.67 8.33
Total 100.00 41.67 141.67 79.17
Rataan 29.17 10.42 39.58 19.79
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 177.12 77.12 254.24 127.12
T1 77.12 27.12 104.24 52.12
T2 52.12 27.12 79.24 39.62
T3 52.12 2.12 54.24 27.12
Total 358.49 133.49 491.97 245.99
Rataan 89.62 33.37 122.99 82.00
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 59.04 25.71 84.75 42.37
T1 25.71 9.04 34.75 17.37
T2 17.37 9.04 26.41 13.21
T3 17.37 0.71 18.08 9.04
Total 119.50 44.50 163.99 82.00
(56)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 6640.63
Trichoderma 3 14303.54 4767.85 22.89 * 3.24 2.46
Arang 1 -9338.27
-9338.27 -44.82 tn 4.49 5.05
T X A 3 1675.35 558.45 2.68 * 3.24 2.46
Error 16 3333.33 208.33
Total 23 9973.96
FK = 10084.79
KK = 0.70 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata Uji Jarak Duncan
Faktor Trichoderma
Sy 6.80
-12.08 -8.93 -5.31 19.21
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 20.41 21.43 21.98 22.45
Perlakuan T3 T2 T1 T0
Rataan 8.33 12.50 16.67 41.67
a.
b
Faktor T X A
Sy 6.80
-19.71 -12.39 -12.94 -5.08 -5.35 2.78 2.64 35.84
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 20.41 21.43 21.98 22.45 22.73 22.93 23.07 23.20
Perlakuan T3A1 T2A1 T1A1 T3A0 T2A0 T0A1 T1A0 T0A0
Rataan 0.71 9.04 9.04 17.37 17.37 25.71 25.71 59.04
a.
b
(57)
Lampiran 6. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang P.nicotianae (%) 4 has
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 100.00 75.00 75.00 250.00 83.33
T1A0 50.00 50.00 50.00 150.00 50.00
T2A0 50.00 50.00 25.00 125.00 41.67
T3A0 50.00 25.00 0.00 75.00 25.00
T0A1 50.00 25.00 50.00 125.00 41.67
T1A1 50.00 25.00 25.00 100.00 33.33
T2A1 50.00 25.00 25.00 100.00 33.33
T3A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 400.00 275.00 250.00 925.00
Rataan 50.00 34.38 31.25 38.54
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 100.71 75.71 75.71 252.12 84.04
T1A0 50.71 50.71 50.71 152.12 50.71
T2A0 50.71 50.71 25.71 127.12 42.37
T3A0 50.71 25.71 0.71 77.12 25.71
T0A1 50.71 25.71 50.71 127.12 42.37
T1A1 50.71 25.71 25.71 102.12 34.04
T2A1 50.71 25.71 25.71 102.12 34.04
T3A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 405.66 280.66 255.66 941.97 313.99
Rataan 50.71 35.08 31.96 117.75 39.25
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 250.00 125.00 375.00 187.50
T1 150.00 100.00 250.00 125.00
T2 125.00 100.00 225.00 112.50
T3 75.00 0.00 75.00 37.50
Total 600.00 325.00 925.00 462.50
(58)
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 83.33 41.67 125.00 62.50
T1 50.00 33.33 83.33 41.67
T2 41.67 33.33 75.00 37.50
T3 25.00 0.00 25.00 12.50
Total 175.00 108.33 283.33 154.17
Rataan 50.00 27.08 77.08 38.54
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 252.12 127.12 379.24 189.62
T1 152.12 102.12 254.24 127.12
T2 127.12 102.12 229.24 114.62
T3 77.12 2.12 79.24 39.62
Total 608.49 333.49 941.97 470.99
Rataan 152.12 83.37 235.49 157.00
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 84.04 42.37 126.41 63.21
T1 50.71 34.04 84.75 42.37
T2 42.37 34.04 76.41 38.21
T3 25.71 0.71 26.41 13.21
Total 202.83 111.16 313.99 157.00
(59)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 11640.63
Trichoderma 3 43273.27 14424.42 69.24 * 3.24 2.46
Arang 1
-34569.57
-34569.57 -165.93 tn 4.49 5.05
T X A 3 2936.92 978.97 4.70 * 3.24 2.46
Error 16 3333.33 208.33
Total 23 14973.96
FK = 36971.19
KK = 0.37 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata Uji Jarak Duncan
Faktor Trichoderma
Sy 6.80
-7.91 16.07 19.69 40.05
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 20.41 21.43 21.98 22.45
Perlakuan T3 T2 T1 T0
Rataan 12.50 37.50 41.67 62.50
a.
b
Faktor T X A
Sy 6.80
-19.71 4.27 12.06 11.59 19.65 19.44 27.64 60.84
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 20.41 21.43 21.98 22.45 22.73 22.93 23.07 23.20
Perlakuan T3A1 T3A0 T2A1 T1A1 T0A1 T2A0 T1A0 T0A0
Rataan 0.71 25.71 34.04 34.04 42.37 42.37 50.71 84.04
a.
b
(60)
Lampiran 7. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang
P.nicotianae (%) 5 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 99.00 99.00 99.00 297.00 99.00
T1A0 75.00 75.00 75.00 225.00 75.00
T2A0 75.00 75.00 50.00 200.00 66.67
T3A0 75.00 50.00 25.00 150.00 50.00
T0A1 75.00 50.00 75.00 200.00 66.67
T1A1 75.00 50.00 50.00 175.00 58.33
T2A1 75.00 50.00 50.00 175.00 58.33
T3A1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 549.00 449.00 424.00 1422.00
Rataan 68.63 56.13 53.00 59.25
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 99.71 99.71 99.71 299.12 99.71
T1A0 75.71 75.71 75.71 227.12 75.71
T2A0 75.71 75.71 50.71 202.12 67.37
T3A0 75.71 50.71 25.71 152.12 50.71
T0A1 75.71 50.71 75.71 202.12 67.37
T1A1 75.71 50.71 50.71 177.12 59.04
T2A1 75.71 50.71 50.71 177.12 59.04
T3A1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71
Total 554.66 454.66 429.66 1438.97 479.66
Rataan 69.33 56.83 53.71 179.87 59.96
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 297.00 200.00 497.00 248.50
T1 225.00 175.00 400.00 200.00
T2 200.00 175.00 375.00 187.50
T3 150.00 0.00 150.00 75.00
Total 872.00 550.00 1422.00 711.00
(61)
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 99.00 66.67 165.67 82.83
T1 75.00 58.33 133.33 66.67
T2 66.67 58.33 125.00 62.50
T3 50.00 0.00 50.00 25.00
Total 240.67 183.33 424.00 237.00
Rataan 72.67 45.83 118.50 59.25
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 299.12 202.12 501.24 250.62
T1 227.12 177.12 404.24 202.12
T2 202.12 177.12 379.24 189.62
T3 152.12 2.12 154.24 77.12
Total 880.49 558.49 1438.97 719.49
Rataan 220.12 139.62 359.74 239.83
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 99.71 67.37 167.08 83.54
T1 75.71 59.04 134.75 67.37
T2 67.37 59.04 126.41 63.21
T3 50.71 0.71 51.41 25.71
Total 293.50 186.16 479.66 239.83
(62)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 16607.83
Trichoderma 3 94916.85 31638.95 173.56 ** 3.24 2.46
Arang 1
-80997.49
-80997.49 -444.33 tn 4.49 5.05
T X A 3 2688.48 896.16 4.92 * 3.24 2.46
Error 16 2916.67 182.29
Total 23 19524.50
FK = 86276.51
KK = 0.23 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata Uji Jarak Duncan
Faktor Trichoderma
Sy 6.36
5.91 42.45 46.11 61.83
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 19.09 20.05 20.56 21.00
Perlakuan T3 T2 T1 T0
Rataan 25.00 62.50 66.67 82.83
a
b. Faktor T X
A
Sy 6.36
-18.39 30.66 38.48 38.04 46.12 45.92 54.13 78.00
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 19.09 20.05 20.56 21.00 21.26 21.45 21.58 21.70
Perlakuan T3A1 T3A0 T2A1 T1A1 T0A1 T2A0 T1A0 T0A0
Rataan 0.71 50.71 59.04 59.04 67.37 67.37 75.71 99.71
a.
b
(63)
Lampiran 8. Data Pengamatan Tanaman Tembakau Yang Terserang P.nicotianae (%) 6 has
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 99.00 99.00 99.00 297.00 99.00
T1A0 99.00 75.00 75.00 249.00 83.00
T2A0 75.00 75.00 50.00 200.00 66.67
T3A0 75.00 50.00 25.00 150.00 50.00
T0A1 100.00 75.00 75.00 250.00 83.33
T1A1 75.00 50.00 50.00 175.00 58.33
T2A1 75.00 75.00 50.00 200.00 66.67
T3A1 25.00 0.00 0.00 25.00 8.33
Total 623.00 499.00 424.00 1546.00
Rataan 77.88 62.38 53.00 64.42
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 99.71 99.71 99.71 299.12 99.71
T1A0 99.71 75.71 75.71 251.12 83.71
T2A0 75.71 75.71 50.71 202.12 67.37
T3A0 75.71 50.71 25.71 152.12 50.71
T0A1 100.71 75.71 75.71 252.12 84.04
T1A1 75.71 50.71 50.71 177.12 59.04
T2A1 75.71 75.71 50.71 202.12 67.37
T3A1 25.71 0.71 0.71 27.12 9.04
Total 628.66 504.66 429.66 1562.97 520.99
Rataan 78.58 63.08 53.71 195.37 65.12
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 297.00 250.00 547.00 273.50
T1 249.00 175.00 424.00 212.00
T2 200.00 200.00 400.00 200.00
T3 150.00 25.00 175.00 87.50
Total 896.00 650.00 1546.00 773.00
(64)
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 99.00 83.33 182.33 91.17
T1 83.00 58.33 141.33 70.67
T2 66.67 66.67 133.33 66.67
T3 50.00 8.33 58.33 29.17
Total 248.67 208.33 457.00 257.67
Rataan 74.67 54.17 128.83 64.42
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 299.12 252.12 551.24 275.62
T1 251.12 177.12 428.24 214.12
T2 202.12 202.12 404.24 202.12
T3 152.12 27.12 179.24 89.62
Total 904.49 658.49 1562.97 781.49
Rataan 226.12 164.62 390.74 260.50
Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 99.71 84.04 183.75 91.87
T1 83.71 59.04 142.75 71.37
T2 67.37 67.37 134.75 67.37
T3 50.71 9.04 59.75 29.87
Total 301.50 219.50 520.99 260.50
(65)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 7 15898.50
Trichoderma 3 106829.54 35609.85 153.27 ** 3.24 2.46
Arang 1 -95586.45
-95586.45
-411.42 tn 4.49 5.05
T X A 3 4655.41 1551.80 6.68 * 3.24 2.46
Error 16 3717.33 232.33
Total 23 19615.83
FK = 101786.54
KK = 0.23 %
Ket : tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata Uji Jarak Duncan
Faktor Trichoderma
Sy 7.19
7.61 44.03 47.46 67.45
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 21.56 22.63 23.21 23.71
Perlakuan T3 T2 T1 T0
Rataan 29.17 66.67 70.67 91.17
a
b. c.
Faktor T X A
Sy 7.19
-12.52 28.07 35.83 43.66 43.37 59.83 59.35 75.20
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 21.56 22.63 23.21 23.71 24.00 24.21 24.36 24.50
Perlakuan T3A1 T3A0 T1A1 T2A1 T2A0 T0A1 T1A0 T0A0
Rataan 9.04 50.71 59.04 67.37 67.37 84.04 83.71 99.71
a
b
c.
(66)
Lampiran 9. Jumlah Daun Terserang Ulangan
Total Rataan
I II III
3.00 2.00 3.00 8.00 2.67
4.00 5.00 4.00 13.00 4.33
5.00 5.00 4.00 14.00 4.67
5.00 6.00 4.00 15.00 5.00
4.00 4.00 5.00 13.00 4.33
5.00 5.00 5.00 15.00 5.00
5.00 6.00 5.00 16.00 5.33
6.00 6.00 6.00 18.00 6.00
37.00 39.00 36.00 112.00
4.63 4.88 4.50 4.67
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 3.71 2.71 3.71 10.12 3.37
T1A0 4.71 5.71 4.71 15.12 5.04
T2A0 5.71 5.71 4.71 16.12 5.37
T3A0 5.71 6.71 4.71 17.12 5.71
T0A1 4.71 4.71 5.71 15.12 5.04
T1A1 5.71 5.71 5.71 17.12 5.71
T2A1 5.71 6.71 5.71 18.12 6.04
T3A1 6.71 6.71 6.71 20.12 6.71
Total 42.66 44.66 41.66 128.97 42.99
Rataan 5.33 5.58 5.21 16.12 5.37
Tabel Dwi Kasta Total
Arang
Total Rataan
A0 A1
8.00 13.00 21.00 10.50
13.00 15.00 28.00 14.00
14.00 16.00 30.00 15.00
15.00 18.00 33.00 16.50
50.00 62.00 112.00 56.00
(67)
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 2.67 4.33 7.00 3.50
T1 4.33 5.00 9.33 4.67
T2 4.67 5.33 10.00 5.00
T3 5.00 6.00 11.00 5.50
Total 11.67 14.67 26.33 18.67
Rataan 4.17 5.17 9.33 4.67
Tabel Dwi Kasta Total Arang
Total Rataan
A0 A1
10.12 15.12 25.24 12.62
15.12 17.12 32.24 16.12
16.12 18.12 34.24 17.12
17.12 20.12 37.24 18.62
58.49 70.49 128.97 64.49
14.62 17.62 32.24 21.50
Tabel Dwi Kasta Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 3.37 5.04 8.41 4.21
T1 5.04 5.71 10.75 5.37
T2 5.37 6.04 11.41 5.71
T3 5.71 6.71 12.41 6.21
Total 19.50 23.50 42.99 21.50
(1)
Lampiran 10. Jumlah daun yang terserang
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T0A0 7.00 6.00 7.00 20.00 6.67 T1A0 8.00 9.00 8.00 25.00 8.33 T2A0 9.00 9.00 10.00 28.00 9.33 T3A0 11.00 12.00 10.00 33.00 11.00 T0A1 8.00 7.00 8.00 23.00 7.67 T1A1 9.00 9.00 9.00 27.00 9.00 T2A1 11.00 12.00 11.00 34.00 11.33 T3A1 13.00 12.00 12.00 37.00 12.33
Total 76.00 76.00 75.00 227.00 Rataan 9.50 9.50 9.38 9.46
TRANFORMASI
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
T0A0 7.71 6.71 7.71 22.12 7.37 T1A0 8.71 9.71 8.71 27.12 9.04 T2A0 9.71 9.71 10.71 30.12 10.04 T3A0 11.71 12.71 10.71 35.12 11.71 T0A1 8.71 7.71 8.71 25.12 8.37 T1A1 9.71 9.71 9.71 29.12 9.71 T2A1 11.71 12.71 11.71 36.12 12.04 T3A1 13.71 12.71 12.71 39.12 13.04 Total 81.66 81.66 80.66 243.97 81.32 Rataan 10.21 10.21 10.08 30.50 10.17
Tabel Dwi Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 20.00 23.00 43.00 21.50
T1 25.00 27.00 52.00 26.00
T2 28.00 34.00 62.00 31.00
T3 33.00 37.00 70.00 35.00
Total 106.00 121.00 227.00 113.50 Rataan 26.50 30.25 56.75 28.38
(2)
Trichoderma Arang Total Rataan A0 A1
T0 6.67 7.67 14.33 7.17
T1 8.33 9.00 17.33 8.67
T2 9.33 11.33 20.67 10.33 T3 11.00 12.33 23.33 11.67 Total 24.33 28.00 52.33 37.83 Rataan 8.83 10.08 18.92 9.46 Tabel Dwi
Kasta Total
Trichoderma Arang Total Rataan
A0 A1
T0 22.12 25.12 47.24 23.62
T1 27.12 29.12 56.24 28.12
T2 30.12 36.12 66.24 33.12
T3 35.12 39.12 74.24 37.12
Total 114.49 129.49 243.97 121.99 Rataan 28.62 32.37 60.99 40.66 Tabel Dwi Kasta
Rataan
Trichoderma Arang Total Rataan A0 A1
T0 7.37 8.37 15.75 7.87
T1 9.04 9.71 18.75 9.37
T2 10.04 12.04 22.08 11.04 T3 11.71 13.04 24.75 12.37 Total 38.16 43.16 81.32 40.66 Rataan 9.54 10.79 20.33 10.17
(3)
Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05
Perlakuan 7 79.96
Trichoderma 3 2498.82 832.94 2221.17 ** 3.24
Arang 1
-2356.95
-2356.95
-6285.19 tn 4.49
T X A 3 -61.91 -20.64 -55.03 tn 3.24
Error 16 6.00 0.38
Total 23 85.96
FK = 2480.07
KK = 0.06 %
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata Uji Jarak Duncan
Faktor Trichoderma
Sy 0.29
6.30 7.76 9.40 10.71
P 2 3 4 5
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30
LSR 0,05 0.87 0.91 0.93 0.95
Perlakuan T0 T1 T2 T3
Rataan 7.17 8.67 10.33 11.67
a. b.
c. d.
Faktor T X A
Sy 0.29
6.51 7.46 8.11 8.75 9.08 10.73 11.06 12.06
P 2 3 4 5 6 7 8 9
SSR 0,05 3.00 3.15 3.23 3.30 3.34 3.37 3.39 3.41
LSR 0,05 0.87 0.91 0.93 0.95 0.96 0.97 0.98 0.98
Perlakuan T0A0 T0A1 T1A0 T1A1 T2A0 T3A0 T2A1 T3A1
(4)
(5)
(6)