BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi AKB atau Infant Mortality Rate IMR. Dari hasil penelitian yang ada, angka
kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri
sebagai faktor tidak langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi bayi dan anak
balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya
masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat Natoatmodjo, 2000.
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutirisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan lengkap pada paruh kedua
tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya Helen, 2007.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan
.
ASI adalah salah satu zat yang terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4 bulan pertama dan lebih
Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
baik lagi jika selama 6 bulan pertama hidupnya. Agar tidak ada keraguan apakah seorang bayi bisa mendapatkan protein dari sumber lain, maka bayi ini harus terus
menerima ASI selama 2 tahun atau lebih. Oleh karna itu, ASI bukanlah makanan yang buruk bagi bayi, tetapi makanan pilihan untuk bayi Gupte, 2004.
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu
mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: 1
komitmen ibu untuk menyusui, 2 dilaksanakan secara dini Early intiation, 3 posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, 4 menyusui atas
permintaan bayi, dan 5 diberikan secara eksklusif Roesli, 2005. Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health
Surveillance System NSS bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller international di 4 kota Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar dan 8 pedesaan
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di
perkotaan antara 4-12, sedangkan di pedesaan 4-25. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1-13, sedangkan di pedesaan 2-13 . Hanya 14
ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu ASI eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif
kurang dari dua bulan Depkes RI, 2004. Pemberian ASI masih belum sesuai target yang diharapkan, menurut data
yang ada berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa pemberian ASI saja selama 2 bulan baru sebesar 64 dari total bayi yang ada, padahal target yang diharapkan adalah pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan sebesar 80 SDKI, 2002. Penelitian Silalahi 2005 yang dilakukan di Desa Rawang kabupaten Asahan
didapat bahwa persentase pemberian ASI Eksklusif di daerah kota sudah baik 77,8 dan di daerah desa cukup 68,3 . Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pemberian ASI Ekslusif berdasarkan kategori lokasi dan ini bertolak belakang dengan hasil survey demografi kesehatan Indonesia
sebelumnya. Rendahnya persentase pemberian ASI kemungkinan karena banyaknya faktor
yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI baik faktor internal pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penyaakit ibu maupun eksternal promosi
susu formula bayi, penolong persalinan yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI selama 6 bulan Ambarwati, 2004.
Hasil survey awal yang dilkukan oleh peneliti di wilayah kota kisaran, sebagian besar ibu yang mempunyai bayi masih belum dapat memberikan ASI Eksklusif
secara sempurna, diketahui bahwa dari target yang diharapkan yaitu 92 bayi hanya 40 bayi yang di berikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan pada masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah kecamatan Tegal Sari kota Kisaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Perumusan Masalah