Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran.

(1)

FAKTOR-FAKTOR KEGAGALsAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI KELURAHAN TEGAL SARI KECAMATAN KISARAN BARAT

KOTA KISARAN

SKRIPSI OLEH

SALLY ALMIRA DALIMUNTHE 091121057

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat yang telah dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Tegal Sari Kota Kisaran”.

Selama proses penulisan skripsi ini , penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

USU.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I skripsi yang telah banyak menyediakan waktu,masukan dan saran yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II 5. Ibu Elyta Aizar, S.Kp selaku dosen penguji III.

6. Bapak Ismayadi S.Kep, Ns selaku Dosen Pembimbing Akdemik yang telah memberikan nasehat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

7. Para pegawai di kantor Kecamatan dan Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat yang telah memberikan bantuan dalam penelitan saya ini.


(4)

8. Kepada orang tua tercinta atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda yang telah ikut serta membantu saya dengan memberikan motivasi dan dorongan kuat untuk dapat menyelesaikan penulisan ini.

9. kepada adik-adik , kekasih serta teman-teman yang sudah memberikan semangat dan masukan yang sangat bararti bagi penulis.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuandan pelayanan serta untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

3.1. TujuanUmum ... 4

3.2. Tujuan Khusus ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi ASI Eksklusif ... 6

2. Manfaat ASI Dan Menyusui ... 6

2.1. Manfaat ASI untuk bayi ... 6

2.2. Manfaat AS! untuk ibu ... 7

3. Komposisi ASI ... 7

4. Produksi ASI ... 9

5. Pola Pemberian ASI ... 11


(6)

7. Manajemen Laktasi ... 14

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 15

9. Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif ... 18

9.1. Faktor Internal ... 18

9.2. Faktor eksternal ... 23

BAB III KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 25

2. Defenisi Operasional Penelitian ... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 29

2. Populasi dan Sampel ... 29

2.1. Populasi ... 29

2.2. Sampel ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik ... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Vaiiditas Penelitian ... 32

7. Reliabilitas Penelitian ... 33

8. Pengumpulan Data ... 33

9. Analisa Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Peneiitian ... 36


(7)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 44 2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari Kampus

2. Surat Keterangan dari Kelurahan Tegal Sari 3. Surat Keterangan Penelitian dari Kecamatan 4. Inform Consent

5. Instrument Penelitian 6. Uji Reliabilitas

7. Jadwal Tentatif Penelitian 8. Taksasi Dana


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Demografi……… 38 Tabel 2. Faktor-Faktor Kegagalan………. 40


(9)

Judul : Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di

Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran Nama : Sally Almira Dalimunthe

Nim : 091121057

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

ASI Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan bayi, yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah berkisar 64%. Adapun faktor-faktor terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor internal yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penyakit dan faktor eksternal yaitu promosi susu formula dan penolong persalinan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor- faktor internal dan eksternal kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-12 bulan di kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran, dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 juni sampai 12 juli 2010 dengan melakukan penyebaran kuisioner pada responden untuk mengetahui berapa persen faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif terbanyak adalah faktor pekerjaan (76,7%) dan faktor penolong persalinan (76,7%).

Maka dengan demikian perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil dan menyadarkan kepada petugas kesehatan dalam meningkatkan penggunaan ASI secara Eksklusif.


(10)

Judul : Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di

Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran Nama : Sally Almira Dalimunthe

Nim : 091121057

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

ASI Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan bayi, yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah berkisar 64%. Adapun faktor-faktor terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor internal yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penyakit dan faktor eksternal yaitu promosi susu formula dan penolong persalinan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor- faktor internal dan eksternal kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-12 bulan di kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran, dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 juni sampai 12 juli 2010 dengan melakukan penyebaran kuisioner pada responden untuk mengetahui berapa persen faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif terbanyak adalah faktor pekerjaan (76,7%) dan faktor penolong persalinan (76,7%).

Maka dengan demikian perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil dan menyadarkan kepada petugas kesehatan dalam meningkatkan penggunaan ASI secara Eksklusif.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang ada, angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi bayi dan anak balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat (Natoatmodjo, 2000).

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutirisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan lengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (Helen, 2007).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.

ASI adalah salah satu zat yang terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4 bulan pertama dan lebih Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004).


(12)

baik lagi jika selama 6 bulan pertama hidupnya. Agar tidak ada keraguan apakah seorang bayi bisa mendapatkan protein dari sumber lain, maka bayi ini harus terus menerima ASI selama 2 tahun atau lebih. Oleh karna itu, ASI bukanlah makanan yang buruk bagi bayi, tetapi makanan pilihan untuk bayi (Gupte, 2004).

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: 1) komitmen ibu untuk menyusui, 2) dilaksanakan secara dini (Early intiation), 3) posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, 4) menyusui atas permintaan bayi, dan 5) diberikan secara eksklusif (Roesli, 2005).

Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller international di 4 kota ( Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar ) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan), menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% . Hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan (Depkes RI, 2004).

Pemberian ASI masih belum sesuai target yang diharapkan, menurut data yang ada berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2002-2003),


(13)

menunjukkan bahwa pemberian ASI saja selama 2 bulan baru sebesar 64% dari total bayi yang ada, padahal target yang diharapkan adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sebesar 80% (SDKI, 2002).

Penelitian Silalahi (2005) yang dilakukan di Desa Rawang kabupaten Asahan didapat bahwa persentase pemberian ASI Eksklusif di daerah kota sudah baik (77,8 %) dan di daerah desa cukup (68,3 %). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemberian ASI Ekslusif berdasarkan kategori lokasi dan ini bertolak belakang dengan hasil survey demografi kesehatan Indonesia sebelumnya.

Rendahnya persentase pemberian ASI kemungkinan karena banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI baik faktor internal (pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan penyaakit ibu) maupun eksternal (promosi susu formula bayi, penolong persalinan) yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI selama 6 bulan (Ambarwati, 2004).

Hasil survey awal yang dilkukan oleh peneliti di wilayah kota kisaran, sebagian besar ibu yang mempunyai bayi masih belum dapat memberikan ASI Eksklusif secara sempurna, diketahui bahwa dari target yang diharapkan yaitu 92 bayi hanya 40 bayi yang di berikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan pada masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah kecamatan Tegal Sari kota Kisaran.


(14)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tegal sari Kota Kisaran.

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kecamatan Tegal Sari kota Kisaran.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kota Kisaran.

3.2.2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kota Kisaran.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif.


(15)

4.2. Bagi Praktek Keperawatan

Sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah ASI Eksklusif sehingga di harapkan dapat meningkatkan ststus gizi balita.

4.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif .


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004)

ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).

2. Manfaat ASI dan Menyusui

Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun.

a. Manfaat ASI untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin,


(17)

Lysozyme, Complemen C3 dan C4

b. Manfaat ASI untuk ibu

, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).

Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).

3. Komposisi ASI

Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001).

ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada ASI, termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Dalam alquran, ASI disebut sebagai “darah putih”. Hal ini merupakan


(18)

penjelasan yang sangat tepat karena susu awal memiliki lebih banyak sel darah putih daripada darah sendiri.

Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami banyak perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein, kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf pusat. Namun, karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna, analisis komponenya memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk ditambahkan kedalam susu formula. Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat dianggap nutrisi yang sempurna, komposisinya bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari orang ke orang, dari satu periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam sehari. Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak, karbohidrat, garam mineral, air, Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn, 2006).

Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus dihindari (Depkes RI, 2005).

Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang mungkin mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 - 1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral, kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa.


(19)

Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein, 2001).

4. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak, 2005).

Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Melvyn, 2006).

Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat berubah,


(20)

dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume semakin meningkat.


(21)

3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 – 850 ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus, Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4

5. Pola pemberian ASI

).

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).

Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang


(22)

menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).

6. Masalah Pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu : 1. Pembengkakan Payudara

Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak, 2005).

Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono, 2004).


(23)

Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).

3. Saluran Yang Tersumbat

Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama (Bobak, 2005).

4. Affterpains

Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005).

5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat

Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).

6. Mastitis

Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam dan sakit (Juwono, 2004).


(24)

7. Masalah pada Bayi.

Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik.

7. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Menurut (Arifin, 2004), Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. 2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)


(25)

Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila ) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang.

Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASsI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


(26)

sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan (Arifin, 2004).

Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan juga hindari makanan pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena dapat membuat bau tertentu pada ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa membuat bayi sakit perut (Gupte, 2004).

8.2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Refleks let-


(27)

down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme (Bobak, 2005)

Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (jurnal Arifin, 2004).

8.3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Arifin, 2004). 8.4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang


(28)

uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004). 8.5. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu memeriksa putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga 9. Faktor- faktor Kegagalan Pemberian ASI

Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

9.1 Faktor Internal

Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu: a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal (Notoatmodjo,2005).

Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI < 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak


(29)

yang menangis terus menerus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah (Nurafifa, 2009).

b. Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisisr melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk tujuan umum (Nurafifa, 2009).

Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku (Nurafifa, 2009).

Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program pendidikan yang lebih jelas meliputi modal ‘pendidikan untuk hidup’ sebagai subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana mungkin, bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam kelas “Pendidikan Kesehatan”, kursus perawatan Anak dan “Persiapan Menjadi Orang Tua” yang sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat terjadi pertukaran pikiran dan gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang muda yang


(30)

merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari itu semua, mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak ingin mereka katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan tanggapan mereka, membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka bertemu dengan seseorang ibu yang baru melahirkan bersama bayinya, dan membicarakan sikap ibu tersebut terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan pemberian air susu ibu (Sylvia, 1997).

c. Pekerjaan ibu

Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang menghadapinya (Sylvia, 1997).

Ibu menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui dengan susu formula. Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika memungkinkan, bayi dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit terkendala jika di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta bantuan seseorang untuk membawa bayi ketempat bekerja.


(31)

Lokasi kantor ibu yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi. Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. ASI simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja. Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice. Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI tetap tinggi (Surabaya, eHealth 2008).

d. Penyakit ibu

Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal, berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk: Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal, atau anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.

Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat (setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu sudah ada ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun yang


(32)

memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi, misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa mengubah suasana hati, misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau penyalahgunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui.

Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan tidak mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar). Termasuk diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut lainya yang mengganggu penghisapan. Meskipun keberhasilan menyusu sebagian tergantung dari jenis cacatnya, tetapi dengan bantuan khusus, tindakan menyusui msih bisa dimungkinkan (Murkoff, 2006).

9.2. Faktor eksternal

Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu : a. Promosi Susu Formula Bayi

Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI Eksklusif atau memberikan susu formula yang


(33)

diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar. Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI (susu formula), pemasaran susu formula langsung ke rumah sakit saat ini semakin gencar dan sangat mengganggu keberhasilan program ASI Eksklusif. (Nurafifa, 2009).

Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula, ataupun dari iklan-iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik (jurnal Hikmawati, 2008).

b. Penolong Persalinan

Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih) (sugiarto, 2003)

Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik bersalin (Arifin, 2004).


(34)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat. Adapun faktor-faktor resiko kegagalan permberian ASI Eksklusif akan digambarkan sebagai berikut :

Skema: Kerangka konsep penelitan

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Faktor Internal :

- Pengetahuan - Pendidikan - Pekerjaan Ibu

Faktor Eksternal :

- Promosi susu formula

- Penolong persalinan

Kegagalan pemberian ASI Eksklusif


(35)

Variabel Defenisi Opersional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Faktor- faktor kegagalan pemberian ASI eksklusif Pengetahuan Penyebab terjadinya suatu kegagalan yang terjadi pada ibu-ibu yang sedang memberikan ASI kepada bayi. Dalam hal ini dapat

menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif selama 0-6 bulan penuh.

Merupakan hasil tau dari manusia berupa informasi yang diketahui dan pemahaman ibu-Lembar kuesioner yang diberikan oleh peneliti Mengisi lembar kuesioner dan didampingi oleh peneliti untuk pertanyaan positip Ya = 1 Tidak = 0 untuk kuesioner negatif Tidak = 1 Ya = 0

1. Ya = 11-20, Tidak sebagai faktor

kegagalan

2. Tidak = 0-10, Sebagai faktor kegagalan


(36)

Pendidikan

Pekerjaan

Penyakit

ibu yang menyusui terhadap faktor resiko kegagalan dalam

pemberian ASI Eksklusif.

Merupakan suatu tingkat jenjang

pendidikan yang dimiliki oleh seseorang.

Merupakan suatu kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh setiap orang dalam sehari-hari.


(37)

Promosi susu formula

Penolong persalinan

suatu keadaan yang terjadi didalam tubuh manusia di karena kan oleh infeksi atau hal lainnya yang di derita oleh ibu.

Merupakan informasi susu pengganti ASI yang diberikan kepada ibu-ibu melalui iklan dan media elektronik.

Merupakan orang yang membantu dalam proses kelahiran


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain deskriptif analitik dengan jenis penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kota Kisaran.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita yang pernah menyusui yang tinggal di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat. Dari hasil survey awal pada tanggal 10 April 2010, diproleh bahwa terdapat 117 ibu yang memiliki bayi. Data ini diperoleh dari puskesmas sidodadi kecamatan kisaran barat.

2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006), jika besar populasi > 100 maka sampel diambil 10% -15% atau 20% - 25%. Maka sampel pada penelitian ini adalah 25/100 x 117 = 29,25, Maka digenapkan besar sampel adalah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simpel random sampling yaitu jenis propability yang paling sederhana dan dapat di seleksi secara acak dengan cara mengundi seperti penarikan lotre yang telah diberi kode oleh peneliti kepada setiap ibu-ibu yang gagal dalam pemberian ASI Eksklusif dan memenuhi kriteria sampel yaitu:


(39)

• Ibu- ibu yang mempunyai bayi dan balita yang tinggal di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.

• ibu-ibu yang masih masa menyusui 0-12 bulan tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif.

• Bersedia menjadi responden 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di masyarakat Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat yang akan dilakukan pada bulan Juni 2010. Lokasi ini dipilih karena wilayahnya mudah dijangkau dan banyaknya jumlah populasi ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: penelitian ini dapat dilakukan setelah mendapat izin dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Sidodadi Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan pengumpulan data dimana peneliti mengukur langsung pada ibu-ibu yang mempunyai bayi. Sebelum melakukan penelitian, responden diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan, manfaat dari penelitian, dan kegiatan dalam penelitian, hak-hak responden dalam penelitian dan kerahasiaan akan terjaga. Jika responden bersedia untuk diteliti, maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan yang telah dibuat peneliti. Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisipasi sampai akhir penelitian


(40)

walaupun penelitian masih berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dalam informed consent yang berupa persetujuan partisipasi secara lisan atau yang ditandatangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan.

Jika responden tidak bersedia atau menolak untuk berpartisipasi, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak responden. Dalam menjaga kerahasiaan informasi responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memakai inisial atau kode yang hanya diketahui oleh peneliti dan responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun secara tertutup dengan menggunakan skala Gutman dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban dan responden hanya memilih satu diantaranya. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu data demografi, dan pertanyaan yang berkaitan tentang faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: umur, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan karakteristik responden meliputi usia bayi yang disusui, dan apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan dari petugas kesehatan tentang ASI Eksklusif.

Sedangkan kuesioner yang berkaitan dengan faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif terdiri dari 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 12 pertanyaan yang berkaitan dengan faktor internal dan 8 pertanyaan yang berkaitan dengan faktor eksternal. Pertanyaan terdiri atas


(41)

pertanyaan positif dan negatif, setiap pertanyaan positif yang menjawab “Ya” mendapatkan nilai 1 dan “Tidak” mendapatkan nilai 0 dan untuk pertanyaan negatif yang menjawab “Tidak” mendapatkan nilai 1 dan yang menjawab “Ya” mendapat nilai 0 . Penilaian skala ukur yang digunakan adalah skala interval yang digunakan dalam rumus statistik menurut sudjana yaitu:

P = Rentang kelas Banyak kelas

Maka didapat nilai P = 10, dalam hal ini diketahui bahwa penilaian dibagi atas 2 kategori yaitu:

Ya = 11- 20 Tidak sebagai faktor kegagalan Tidak = 0 - 10 Sebagai faktor Kegagalan 6. Validitas Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikonto, 2006). Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini berupa uji validitas isi, yaitu dengan instrument yang mengacu pada isi yang sesuai dengan variabel yang diteliti.

Uji validitas penelitian ini telah dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya, dalam hal ini peneliti telah diadakan uji validitas instrumen kepada bagian maternitas yaitu Ibu Siti Saidah Nasution,S.Kp,Ns,Mkep,Sp.Mat setelah sidang proposal dilaksanakan untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen. Dari


(42)

hasil uji validitas terdapat 20 soal yang telah valid dan dapat disebarkan kepada responden.

7. Reliabilitas Penelitian

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.Uji reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas konsistensi internal karena memiiki kelebihan yaitu pemberian instrument hanya untuk satu kali dengan satu bentuk instrument kepada subjek (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang ibu-ibu yang gagal dalam pemberian ASI Eksklusif yang tinggal di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus K-R 21 karena instrument penelitian memiliki jumlah pertanyaan genap. Dari hasil uji KR-21 diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan adalah r = 0,402 lebih besar dari harga r product moment r = 0,396, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.

8. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan yaitu pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat. Setelah mendapat izin dari kepala Kelurahan Tegal Sari Kisaran Barat, selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian.


(43)

Adapun teknik pengumpulan data penelitan ini dengan cara mendatangi dari rumah kerumah ibu-ibu yang memiliki kriteria sampel. Sebelumnya, peneliti juga sudah memberikan lembar persetujuan responden untuk di tandatangani dan bersedia menjadi responden.

Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti membagikan instrument penelitiaan kepada responden dan dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti yaitu berupa data demografi dan faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Dalam hal ini peneliti menunggu hasil jawaban dari responden pada saat itu juga sehingga jika ada kekurangan kelengkapan data, peneliti dapat menyuruh responden untuk melengkapinya saat itu juga.

9. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yaitu editing dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapanya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer. Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Kemudian data yang telah perbaiki dapat disimpan dan siap untuk dianalisis.


(44)

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui hasil persentase dan hubungan faktor-faktor internal dan eksternal resiko keagagalan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya peneliti memasukan data kedalam teknik komputerisasi.

9.1. Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hugler, 2002). Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demografi dan faktor-faktor internal dan eksternal kegagalan dalam menyusui. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.


(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAAN 1. Hasil Penelitian

Dari proses pengambilan data yang dilakukan dari tanggal 11 juni 2010 sampai 12 juli 2010, diperoleh informasi tentang faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif yang berada di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari hasil: gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi karakteristik responden dan deskripsi faktor – faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif.

1.1. Deskripsi Karakterstik Responden di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat.

Umur responden bervariasi mulai dari yang terlalu muda di bawah 19 tahun dan umur ibu yang terlalu tua di atas 40 tahun. Distribusi responden menurut kelompok umur menunjukan bahwa rata-rata usia responden adalah berusia 18-23 tahun (20%), 24-29 tahun (30%), dan yang paling banyak menjadi responden adalah usia 30-35 tahun (36,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah usia 36-40 tahun hanya (13,3%).

Dilihat dari distribusi karakteristik suku, mayoritas responden bersuku Batak (53,4%), Jawa (23,3%), Melayu (3.3%) dan yang lain-lain (20%) yaitu responden bersuku Cina dan Minang.


(46)

Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan cepat jika ibu berpendidikan tinggi. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa 40% yang mempunyai tingkat pendidikan SMA, sedangkan responden yang menyelesaikan pendidikan terakhir di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 30%, di Sekolah Dasar (SD) sebesar 16,7% dan responden yang melanjut ke Perguruan Tinggi hanya sebesar 13,3%.

Distribusi responden menurut jenis pekerjaan menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar sebagai ibu rumah tangga 66,7%, sedangkan responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah 6,7%, responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta 3,3%, dan Wiraswasta 23%. Dalam penelitian ini juga diketahui mayoritas responden beragama Islam (100%).

Dari hasil penelitian ditemui 11 responden (36,7%) baru memiliki satu bayi, dan selebihnya sebanyak 19 responden (63.3%) telah memiliki bayi lebih dari satu. Ibu-ibu yang pernah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan sebesar 20%, sedangkan yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI EksklusifS sebesar 80% . Berikut dapat dilihat lebih jelas dari tabel 1 berikut:


(47)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat ( n = 30 ).

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

a) 18 – 23 b) 34 – 29 c) 30 – 35 d) 36 – 40

Total Agama

a) Islam Total Suku

a) Batak b) Jawa c) Melayu d) Dan lain-lain

Total Pendidikan

a) SD b) SMP c) SMA d) PT

Total Pekerjaan

a) PNS b) Pegawai

swasta c) Wiraswasta

d) Ibu Rumah Tangga

Total Jumlah Anak

a) Satu orang b) Lebih dari 1

orang Total

Ibu pernah mendapat penyuluhan

a) Ya b) Tidak

Total 6 9 11 4 30 30 30 16 7 1 6 30 5 9 12 4 30 2 1 7 20 30 11 19 30 6 24 30 20 30 36,7 13,3 100 100 100 53,4 23,3 3,3 20 100 16,7 30 40 13,3 100 6,7 3,3 23,3 66,7 100 36,7 63,3 100 20 80 100


(48)

1.2. Deskripsi faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan dari hasil penelitan yang dilakukan diketahui bahwa faktor pengetahuan responden tidak sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Dapat dilihat dari hasil 93,3% responden menjawab ya dan pengetahuan responden baik

Dilihat dari faktor pekerjaan responden, diketahui bahwa responden yang bekerja dan menjawab pertanyaan dengan ya adalah sebesar 23,3%. Sedangkan 76,7% responden tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dikarenakan oleh pekerjaan ibu.

Dilihat dari faktor pendidikan responden diketahui bahwa 60% responden yaitu tamatan SD,SMP,dan Perguruan Tinggi dan 40% responden tamatan SMA.

Dilihat dari faktor penyakit yang dialami responden, diketahui bahwa 66,7% menyebabkan faktor penyakit sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi, dan 33,3% tidak sebagai penyebab kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif.

Dilihat dari faktor promosi susu formula, diketahui bahwa 56,7% responden telah memdapat promosi dan memberikan susu formula kepada bayinya sebelum usia 6 bulan. Sedangkan responden yang memberikan ASI pada bayinya tanpa memberikan tambahan susu formula adalah sebesar 44,3%.


(49)

Dilihat dari faktor penolong persalinan, diketahui bahwa 76,6% penolong persalinan sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi karena kurangnya informasi dari petugas penolong persalinan tentang menyusui secara Eksklusif. Responden yang telah mendapatkan informasi tentang cara memberikan ASI secara Eksklusif dari petugas penolong persalinan hanya 23,3%. Berikut ini dapat dilihat lebih jelas pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Kegagalan Dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat (n=30)

No Variabel Frekuensi Persentase %

1.

2.

Faktor Internal : Pengetahuan Ya Tidak Total Pendidikan Ya Tidak Total Pekerjaan Ya Tidak Total Penyakit Ibu Ya Tidak Total Faktor Eksternal Promosi susu formula Ya Tidak Total Penolong Persalinan Ya 28 2 30 12 18 30 7 23 30 10 20 30 13 17 30 7 23 Tidak 93,3 6,7 100 40 60 100 23,3 76,7 100 33,3 66,7 100 44,3 56,7 100 23,3 76,7


(50)

30


(51)

2. Pembahasan

Dalam bab pembahasan ini akan dibahas “Mengapa ASI Ekslusif tidak diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tidak diberikannya ASI Ekslusif.”

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 2 menunjukan bahwa faktor pengetahuan tidak sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Ekslusif pada bayi (93,3%) di Kelurahan Tegal Sari Kisaran Barat. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dan Rostia (2006) yang menunjukan bahwa faktor pengetahuan sebagai faktor kegagalan terhadap pemberian ASI yaitu sebesar 60 % responden di Kelurahan Pa’ Baeng-baeng Makasar.

Salah satu faktor yang mendukung faktor pengetahuan adalah pendidikan yang dimiliki oleh responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMU (40 %). Sesuai dengan hasil penelitian Notosiswoyo (2001) menunjukan bahwa variabel pendidikan terakhir ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan. Pendapat lain yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya dan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat pengetahuannya (Natoatmodjo, 2005).

Berdasarkan penelitian , Faktor pekerjaan merupakan faktor kegagalan dalam memberikan ASI Ekslusif yaitu 76,7%. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga (66,7%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amin (2001) yang menunjukan bahwa


(52)

pada kelompok ibu yang tidak bekerja keinginan untuk memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang bekerja. Ada faktor lain yang mempengaruhi seperti yang disebutkan oleh Amin (2001) bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang paling dominan adalah faktor lingkungan.

Berdasarkan dari faktor penyakit (internal) dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri dan demam, kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya. Hal ini menunjukan bahwa faktor penyakit ibu (66,7%) merupakan faktor kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soetjiningsih (1997), yang menunjukan bahwa Ada penyebab lain yang tidak kalah penting yang menyebabkan ibu tidak mau memberi ASI eksklusif dikarenakan puting susu ibu yang lecet (57%) di desa Simpang Agung kecamatan Seputih Agung. .

Selain faktor internal terdapat juga faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif, seperti promosi susu formula (56,7%).sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian Nurcholish (2005) bersama program Appropriate Technologi in Health (PATH) di daerah Cirebon, Kediri, Cianjur, Blitar tahun 2003 diketahui berbagai “kenakalan” produsen susu formula dan makanan pendamping bayi, diantaranya promosi dalam berbagai bentuk kepada sarana kesehatan serta tenaga


(53)

kesehatan, baik dokter maupun bidan untuk turut serta memesarkan produk mereka.

Hasil penelitian di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat, juga diketahui bahwa penolong persalinan sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI secara Eksklusif sebesar 76,7%. Hal ini di sebabkan karena bayi sudah diberikan susu formula oleh petugas kesehatan pada hari pertama bayi di lahirkan. Dan setelah pulang dari rumah bersalin ibu juga dibekali susu formula oleh penolong persalinan. Hal tersebut menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI Ekslusif.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2004) bahwa pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif masih rendah, disebabkan oleh tatalaksana rumah sakit yang salah. Beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI, sehingga menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengkonsumsi ASI.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

a. Pengetahuan responden terhadap pemberian ASI sudah baik sehingga faktor pengetahuan tidak sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI.

b. Diketahui dari hasil data faktor kegagalan yang mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif yang paling banyak terjadi di Kelurahan Tegal Sari kec. Kisaran Barat adalah faktor penolong persalinan yang telah memberikan susu formula pada bayi yang baru dilahirkan dan ibu juga di bekali susu formula serta pekerjaan ibu yang yang tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya.

c. Faktor pekerjaan ibu merupakan sebagai faktor terjadinya kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat.


(55)

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

a. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup

b. Perlunya intervensi melalui pemberdayaan dan menyadarkan kepada petugas kesehatan (Dokter, Bidan dan Paramedis lainnya), diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam rangka peningkatan penggunaan ASI secara Eksklusif.

c. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan lain yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi dan penyebab petugas kesehatan mempromosikan susu formula.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. (2006). Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan. Di ambil Tanggal 5 Oktober 2010. http://www.artikeilmiah.com.html

Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diambil tanggal 10 Maret 2010 dari http:// jurnal ASI Eksklusif.com Azis, A Alimul hidayat. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Bobak, M & Irene et, al. (2004). Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Jakarta: EGC. Gupte, Suraj M.D. (2004). Panduan Keperawatan Anak. Jakarta.

Magdalena, S. Silalahi. (2005). Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Menyusui di Kota dan di Desa tentang Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Merenstein, Gerald B. (2001). Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17, Jakarta: Widya Medika.

Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Edisi 3, Jakarta: Arcan.

Musbikin, Imam. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Jakarta: Mitra Pustaka.

Nur afifah, Diana. (2007). Faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Diambil Tanggal 10 februari 2010.


(57)

Notoatmodjo, S. (2000). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Satyanegara, Surya. (2004). Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan.

Schwartz, M. William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Verralls, Sylvia. (1997). Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Edisi 3, Jakarta: EGC.


(58)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Saya yang bernama Sally Almira. Dlm Nim: 091121057 adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari Kec. Kisaran Barat”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program Studi Ilmu keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tegal Sari kec. Kisaran Barat. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan ketersediaan Ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Ibu-ibu bersedia, selanjutnya saya mohon ketersediaan ibu-ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu-ibu.

Identitas pribadi Ibu-ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Ibu-ibu berhak mengundurkan diri tanpa tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.


(59)

Kisaran, Juni 2010 Responden


(60)

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian :

1. Isilah titik dibawah ini dan beri tanda checklist (√) pada salah satu kolom kurung ( ) sesuai dengan jawaban yang menurut ibu benar.

2. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti. A. Data Demografi

1. Kode (diisi peneliti) : ……..

2. Umur : …….. Tahun 3. Agama

( ) Islam ( ) keristen 4. Suku / Bangsa

( ) Batak ( ) Melayu

( ) Jawa ( ) Lain-lain 5. Pendidikan Terakhir

( ) SD ( ) SMU

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan

( ) Pegawai negeri ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai swasta ( ) Ibu rumah tangga

7. Bayi yang sedang disusui merupakan anak ke dan usianya bulan 8. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan/penyuluhan tentang ASI

Eksklusif ? ( ) Ya ( ) Tidak


(61)

B. KUESIONER TENTANG FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berikan tanda checklist (√) pada salah satu kolom Ya atau Tidak yang menjadi jawaban ibu!

NO PERTANYAAN YA TIDAK

A. FAKTOR INTERNAL

1.

PENGETAHUAN IBU

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu tanpa makanan dan minuman tambahan lain apapun selama 0-6 bulan

2. Pemberian ASI Eksklusif minimal diberikan selama 4 bulan

3. Dalam ASI terdapat zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit

4. kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar berwarna putih kekuningan

5.

PEKERJAAN IBU

Karena pekerjaan banyak maka saya tidak sempat memberikan ASI kepada bayi saya.

6. Memberikan ASI Eksklusif kepada bayi, akan mengganggu pekerjaan/kegiatan saya.

7. Sebelum bekerja saya memeras ASI terlebih dahulu dan menyimpannya di lemari Es. 8. Saat bekerja saya membawa bayi agar dapat

diberikan ASI

9.

PENYAKIT IBU

Apakah ibu merasa demam jika tidak memberikan ASI pada bayi.


(62)

10. Saat memberikan ASI payudara saya terasa nyeri, bengkak dan puting luka

11. Apakah ibu mempunyai penyakit TBC, diabetes, hipertensi dll, serta mengkonsumsi obat-obatan sehingga tidak dapat menyusui.

12. Saya tidak dapat memberi ASI karena air susu saya tidak keluar dengan lancar

B. FAKTOR EKSTERNAL

13.

PROMOSI SUSU FORMULA

Saya memberikan susu formula karena tertarik melihat iklan di tv.

14. Saya membaeri susu formula karena melihat anak di tv yang diberikan susu formula sehat dan cerdas.

15. Saya memberikan susu formula karena promosi yang disampikan sangat bagus buat anak.

16. Saya mendapat informasi susu formula dari media iklan dan petugas kesehatan

17.

PENOLONG PERSALINAN

Setelah pulang dari rumah bersalin saya dibekali susu formula oleh petugas kesehatan/bidan 18. Saya mengikuti saran dari petugas

kesehatan/bidan, untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya sampai berumur 6 bulan

19.

20.

Setelah bayi saya lahir, hari pertama bayi saya sudah di berikan susu formula oleh petugas kesehatan

Petugas kesehatan/bidan yang menolong persalinan saya memberikan informasi tentang menyusui secara eksklusif


(63)

(64)

(65)

(66)

CURRICULUM VITAE

Nama : Sally Almira Dalimunthe Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 11 September 1987

Alamat : Jln. Sisingamangaraja Gg. Air Bersih No. 49 Kisaran Riwayat Pendidikan : 1. 1993 – 1999 : SD 0107973 Inpres Kisaran

2. 1999 – 2002 : MTS. Al-wasliyah Kisaran 3. 2002 – 2005 : SMU Negeri 2 Kisaran

4. 2005 – 2008 : Akper Pemkab Labuhan Batu Rantau Prapat


(1)

B. KUESIONER TENTANG FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berikan tanda checklist (√) pada salah satu kolom Ya atau Tidak yang menjadi jawaban ibu!

NO PERTANYAAN YA TIDAK

A. FAKTOR INTERNAL

1.

PENGETAHUAN IBU

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu tanpa makanan dan minuman tambahan lain apapun selama 0-6 bulan

2. Pemberian ASI Eksklusif minimal diberikan selama 4 bulan

3. Dalam ASI terdapat zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit

4. kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar berwarna putih kekuningan

5.

PEKERJAAN IBU

Karena pekerjaan banyak maka saya tidak sempat memberikan ASI kepada bayi saya.

6. Memberikan ASI Eksklusif kepada bayi, akan mengganggu pekerjaan/kegiatan saya.

7. Sebelum bekerja saya memeras ASI terlebih dahulu dan menyimpannya di lemari Es. 8. Saat bekerja saya membawa bayi agar dapat

diberikan ASI

9.

PENYAKIT IBU

Apakah ibu merasa demam jika tidak memberikan ASI pada bayi.


(2)

10. Saat memberikan ASI payudara saya terasa nyeri, bengkak dan puting luka

11. Apakah ibu mempunyai penyakit TBC, diabetes, hipertensi dll, serta mengkonsumsi obat-obatan sehingga tidak dapat menyusui.

12. Saya tidak dapat memberi ASI karena air susu saya tidak keluar dengan lancar

B. FAKTOR EKSTERNAL

13.

PROMOSI SUSU FORMULA

Saya memberikan susu formula karena tertarik melihat iklan di tv.

14. Saya membaeri susu formula karena melihat anak di tv yang diberikan susu formula sehat dan cerdas.

15. Saya memberikan susu formula karena promosi yang disampikan sangat bagus buat anak.

16. Saya mendapat informasi susu formula dari media iklan dan petugas kesehatan

17.

PENOLONG PERSALINAN

Setelah pulang dari rumah bersalin saya dibekali susu formula oleh petugas kesehatan/bidan 18. Saya mengikuti saran dari petugas

kesehatan/bidan, untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi saya sampai berumur 6 bulan

19.

20.

Setelah bayi saya lahir, hari pertama bayi saya sudah di berikan susu formula oleh petugas kesehatan

Petugas kesehatan/bidan yang menolong persalinan saya memberikan informasi tentang menyusui secara eksklusif


(3)

(4)

(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Sally Almira Dalimunthe Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 11 September 1987

Alamat : Jln. Sisingamangaraja Gg. Air Bersih No. 49 Kisaran Riwayat Pendidikan : 1. 1993 – 1999 : SD 0107973 Inpres Kisaran

2. 1999 – 2002 : MTS. Al-wasliyah Kisaran 3. 2002 – 2005 : SMU Negeri 2 Kisaran

4. 2005 – 2008 : Akper Pemkab Labuhan Batu Rantau Prapat