Penegakan Hukum Di Bidang Hak Milik Intelektual

inovatif. Perwujudan idegagasan yang kreatif dan inovatif membutuhkan pengakuan, penghormatan dan perlindungan. Jika pengakuan, penghormatan dan perlindungan dapat dilakukan dengan baik kreator dan iventor akan senantiasa berupaya untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi.

D. Penegakan Hukum Di Bidang Hak Milik Intelektual

Salah satu unsur penting dalam pengertian hukum adalah tersedianya sanksi untuk menjamin pelaksanaannya. Hukum apapun dibuat dengan harapan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin dalam upaya mencapai tujuan ideal yang terkandung di dalamnya. Hukum yang ada tidak akan berguna apabila tidak dilaksanakan, ia hanya akan menjadi kata-kata mati yang tidak bermakna. Hukum hak milik intelektual di Indonesia telah dilengkapi dengan mekanisme penegakan hukum yang baik, meliputi sanksi keperdataan melalui gugatan perdata dan kepidanaan melalui tuntutan pidana terhadap berbagai macam pelanggaran dan kejahatan di bidang hak milik intelektual. Di bidang paten misalnya, hak menggugat secara perdata diberikan kepada orang yang berhak atas paten untuk menggugat ke Pengadilan Negeri supaya paten yang bersangkutan berikut hak-hak yang melekat pada paten tersebut diserahkan kepadanya jika paten diberikan negara kepada orang lain selain yang berhak Pasal 121 Undang-Undang Paten. Di samping itu, kepada pemegang paten atau pemegang lisensi diberikan hak untuk menggugat ganti rugi melalui Pengadilan Negeri setempat, kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelangggaran paten Pasal 122 Undang- Undang Paten. Ketentuan pidana terhadap kejahatan paten, misalnya dapat dilihat dalam Pasal 126 Undang-Undang Paten ancaman terberat yang menentukan bahwa “ Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana diatur Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000 seratus juta rupiah “. Di bidang merek diatur antara lain Pasal 72 dan 73 Undang-Undang Merek yang menentukan bahwa pemilik merek terdaftar atau penerima lisensi merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan hukum yang secara tanpa hak menggunakan merek untuk barang dan atau jasa yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan mereknya. Gugatan tersebut diajukan melalui pengadilan negeri Jakarta Pusat atau Pengadilan Negeri lain yang akan ditetapkan dengan keputusan Presiden. Ketentuan pidana kejahatan merek, antara lain diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang Merek ancaman terberat yang menentukan bahwa : Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdapat milik orang lain atau badan hukum lain untuk barang atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000 seratus juta rupiah. Di bidang hak cipta, hak dan wewenang menggugat, antara lain diatur Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta yang menentukan bahwa : “ Pemegang hak cipta berhak untuk mengajukan gugatan ganti rugi ke Pengadilan Negeri atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya “. Dalam Pasal 43 A Undang-Undang Hak Cipta ditambahkan bahwa gugatan ganti rugi dapat juga diajukan pencipta atau ahli warisnya atas pelanggaran ketentuan hak moral sebagaimana diatur dalam Pasal 24 Undang- Undang Hak Cipta. Ketentuan pidana terhadap kejahatan hak cipta, antara lain diatur Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta ancaman terberat, yang berbunyi : “ Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000 seratus juta rupiah “. Untuk melancarkan penanganan berbagai tindak pidana di bidang hak milik intelektual, baik dalam undang-undang paten, undang-undang merek maupun undang-undang hak cipta telah dilengkapi dengan pengaturan prosedur penyidikan khusus. Di samping pejabat Polisi Republik Indonesia yang bertindak sebagai penyidik umum, juga dikenal penyidik khusus pejabat pengawas pegawai negeri sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana dimaksud Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selama ini berbagai usaha untuk menyosialisasikan penghargaan atas HKI telah dilakukan secara bersama-sama oleh aparat pemerintah terkait beserta lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat. Akan tetapi sejauh ini upaya sosialisasi tersebut tampaknya belum cukup berhasil. Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, konsep dan perlunya HKI belum dipahami secara benar di kalangan masyarakat. Kedua, kurang optimalnya upaya penegakan, baik oleh pemilik HKI itu sendiri maupun aparat penegak hukum. Ketiga, tidak adanya kesamaan pandangan dan pengertian mengenai pentingnya perlindungan dan penegakan HKI di kalangan pemilik HKI dan aparat penegak hukum, baik itu aparat Kepolisian, Kejaksaan maupun hakim. Dalam praktik pergaulan internasional, HKI telah menjadi salah satu isu penting yang selalu diperhatikan oleh kalangan negara-negara maju di dalam melakukan hubungan perdagangan dan atau hubungan ekonomi lainnya. Khusus dalam kaitannya dengan dengan Amerika Serikat misalnya, hingga saat ini status Indonesia masih tetap sebagai negara dengan status Priority Watch List PWL sehingga memperlemah negosiasi. Globalisasi yang sangat identik dengan free market, free competition dan transparansi memberikan dampak yang cukup besar terhadap perlindungan HKI di Indonesia. Situasi seperti ini pun memberikan tantangan kepada Indonesia, di mana Indonesia diharuskan untuk dapat memberikan perlindungan yang memadai atas HKI sehingga terciptanya persaingan yang sehat yang tentu saja dapat memberikan kepercayaan kepada investor untuk berinvestasi di Indonesia. Lebih dari itu, meningkatnya kegiatan investasi yang sedikit banyak melibatkan proses transfer teknologi yang dilindungi HKI-nya akan terlaksana dengan baik, apabila terdapat perlindungan yang memadai atas HKI itu sendiri di Indonesia. Mengingat hal-hal tersebut, tanpa usaha sosialisasi di berbagai lapisan masyarakat, kesadaran akan keberhargaan HKI tidak akan tercipta. Sosialisasi HKI harus dilakukan pada semua kalangan terkait, seperti aparat penegak hukum, pelajar, masyarakat pemakai, para pencipta dan yang tak kalah pentingnya adalah kalangan pers karena dengan kekuatan tinta kalangan jurnalis upaya kesadaran akan pentingnya HKI akan relatif lebih mudah terwujud. Upaya sosialisasi perlu dilakukan oleh semua stakeholder secara sistematis, terarah dan berkelanjutan. Selain itu target audience dari kegiatan sosialisasi tersebut harus dengan jelas teridentifikasi dalam setiap bentuk sosialisasi, seperti diskusi ilmiah untuk kalangan akademisi, perbandingan sistem hukum dan pelaksanaannya bagi aparat dan praktisi hukum, dan lain- lain. HKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada seorang atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya intelektual dan memberikan hak kepada pemilik hak untuk menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan hak tersebut. Hasil karya intelektual tersebut dalam praktek dapat berwujud ciptaan di bidang seni dan sastra, merek, penemuan di bidang teknologi tertentu dan sebagainya. Melalui perlindungan HKI pula, para pemilik hak berhak untuk menggunakan, memperbanyak, mengumumkan, memberikan izin kepada pihak lain untuk memanfaatkan haknya tersebut melalui lisensi atau pengalihan dan termasuk untuk melarang pihak lain untuk menggunakan, memperbanyak danatau mengumumkan hasil karya intelektualnya tersebut. Dengan kata lain, HKI memberikan hak monopoli kepada pemilik hak dengan tetap menjunjung tinggi pembatasan-pembatasan yang mungkin diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta memberikan perlindungan terhadap karya musik, karya sastra, drama dan karya artistik, termasuk juga rekaman suara, penyiaran suara film dan pertelevisian program komputer. Di samping hak cipta, ada pula hak atas merek yang pada dasarnya memberikan perlindungan atas tanda-tanda berupa huruf, angka, dan sebagainya yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga demensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi. Selain itu juga dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Untuk suatu invensi baru di bidang teknologi, perlindungan paten dapat diberikan. Selain hak-hak itu, perlindungan diberikan pada unsur-unsur lain dalam HKI, seperti desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan varietas tanaman baru, untuk mencegah pihak lain memanfatkan dengan tujuan komersial tanpa izin sah dari pemegang hak. Dari kesemua hak yang disebutkan di atas, hampir semuanya memerlukan pendaftaran dari si pemilik hak agar dapat memperoleh perlindungan. Sementara itu dari sisi pidana pihak yang melakukan pelanggaran hak cipta dapat dikenai sanksi pidana berupa pidana penjara danatau pidana denda. Maksimal pidana penjara selama 7 tahun dan minimal 2 tahun, sedangkan pidana dendanya maksimal Rp. 5 miliar rupiah dan minimal Rp. 150 juta rupiah. Hak cipta di Indonesia sudah secara jelas di dalam Undang-undang Hak Cipta baik secara nasional maupun internasional seperti yang disajikan sebelumnya. Untuk mendukung pelaksanaan UU tersebut maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan, yaitu : 1. Pemerintah sebaiknya harus lebih banyak melakukan sosialisasi dan punyuluhan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan masyarakat luas. 2. Aparat hukum harus lebih tegas dan bersungguh-sungguh dalam menindak para pelanggar hak cipta tanpa pandang bulu. 3. Masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan Undang-undang Hak Cipta dan pemberantasan pelanggaran hak cipta. Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk masa jangka waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya dapat dilaksanakan sendiri Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain untuk melaksanakan, baru setelah itu Invensi yang dipatenkan tersebut berubah menjadi milik umum atau berfungsi sosial. Masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten ini dicantumkam dalam Pasal 8 ayat 1 UUP 2001 yang menyatakan, bahwa paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 dua puluh tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Berbeda dengan ketentuan yang lama, masa jangka waktu perlindungan hukum paten selama 14 empat belas tahun terhitung sejak penerimaan permintaan paten dan dapat diperpanjang lagi satu kali untuk masa jangka waktu selama 2 tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 43 UUP 1989. Perhitungan masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten tersebut, dimulai sejak tanggal penerimaan. Sejak tanggal penerimaan paten inilah dilakukan perhitungan perlindungan paten tersebut harus dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Kewajiban ini menyatakan, bahwa : tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu paten dicatat dan diumumkan. Dalam ayat ini dan dalam ketentuan-ketentuan selanjutnya dalam undang-undang ini adalah dicatat dalam Daftar Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. “Di negara-negara yang sudah maju ekonominya umumnya paten diberikan untuk jangka waktu antara 15 tahun”. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan hak paten sebagai salah satu Hak Kekayaan Intelektual adalah hak khusus yang melekat pada hak paten itu sendiri, yaitu: 1. Hak ekonomi. 2. Hak moral. 3. Fungsi sosial. ad.1. Hak Ekonomi Salah satu aspek hak khusus pada Hak Kekayaan Intelektual HKI adalah Hak Ekonomi economic right. Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas kekayaan intelektual. Dikatakan Hak Ekonomi karena Hak Intelektual adalah benda yang dapat dinilai dengan uang. Hak Ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri Hak Kekayaan Intelektual, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak Ekonomi itu diperhitungkan karena Hak Ekonomi Intelektual dapat digunakandimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan. Dengan kata lain, Hak Kekayaan Intelektual adalah obyek perdagangan. Jenis Hak Ekonomi pada setiap klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual dapat berbeda-beda. Pada Paten dan Merek, jenis Hak Ekonomi ini lebih terbatas. Hak Ekonomi pada Paten hanya 2 dua jenis, yaitu berupa hak penggunaan sendiri dan penggunaan melalui lisensi tanpa variasi lain. Walaupun jenisnya sedikit, lisensi yang dapat diberikan banyak jumlahnya. Artinya walaupun lisesi paten telah diberikan pada satu pihak, tidak menutup kemungkinan diberikannya paten yang sama pada pihak lain dalam jumlah yang tidak terbatas. ad. 2. Hak Moral Di samping Hak Ekonomi, ada lagi aspek khusus yang lain pada HKI, Yaitu Hak Moral moral right. Hak Moral berasal dari hukum kontinental, yaitu dari Perancis. Hak Moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta atau penemu. Hak Moral melekat pada pribadi Pencipta atau Penemu. Apabila Hak Cipta atau Paten dapat dialihkan kepada pihak lain, maka Hak Moral tidak dapat dipisahkan dari Pencipta atau Penemu karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan integritas yang hanya dimiliki oleh Pencipta atau Penemu. Kekal artinya melekat pada Pencipta atau Penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Termasuk dalam Hak Moral adalah hak-hak yang berikut ini : a. Hak untuk menuntut kepada Pemegang Hak Cipta atau Paten supaya nama Pencipta atau Penemu tetap dicantumkan. b. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada Ciptaan atau Penemuan tanpa persetujuan Pencipta, Penemu, atau ahli warisnya. c. Hak Pencipta atau Penemu untuk mengadakan perubahan pada Ciptaan atau Penemuan sesuai dengan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 Konsolidasi tentang Paten, hak moral diatur dalam Pasal 75. Menurut ketentuan pasal tersebut : “Peralihan pemilikan Paten tidak habis Hak Penemu untuk tetap dicantumkan nama dan identitas lainnya dalam Paten yang bersangkutan.” ad. 3. Fungsi Sosial Menurut sistem hukum di Indonesia, setiap hak milik mempunyai fungsi sosial termasuk juga HKI. Fungsi sosial tersebut mengandung makna bahwa hak milik di samping untuk kepentingan pribadi pemiliknya, juga untuk kepentingan umum. Kepentingan umum merupakan pembatasan terhadap penggunaan hak milik pribadi yang diatur dengan undang-undang. Pembatasan tersebut berupa : a. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual HKI tidak boleh merugikan kepentingan umum, berbau SARA, sehingga menimbulkan konflik antara kelompok masyarakat. Hak milik perseorangan tetap dihormati asal tidak merugikan masyarakat. b. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual HKI selain untuk kesejahteraan pemilik secara perseorangan, juga untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Pemilik harus bersedia mengorbankan haknya bila kepentingan masyarakat umum menghendakinya. c. Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual HKI untuk kepentingan masyarakat harus dialihkan secara tertulis, baik dalam bentuk perjanjian biasa maupun perjanjian lisensi. 20

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PRODUK FARMASI

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PRODUK BATIK DI PERUSAHAAN BATIK Perlindungan Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Terhadap Produk Batik di perusahaan Batik Brotoseno Sragen.

0 4 19

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PRODUK BATIK DI PERUSAHAAN BATIK Perlindungan Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Terhadap Produk Batik di perusahaan Batik Brotoseno Sragen.

0 3 12

PENDAHULUAN Perlindungan Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Terhadap Produk Batik di perusahaan Batik Brotoseno Sragen.

0 3 15

PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PERJANJIAN WARALABA Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perjanjian Waralaba Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Franchisee dan Franchisor Pada Produk Bebek Goreng Haji Slamet.

0 3 12

PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PERJANJIAN WARALABA Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perjanjian Waralaba Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Franchisee dan Franchisor Pada Produk Bebek Goreng Haji Slamet.

4 9 17

PENGRAJIN BATIK DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Pengrajin Batik Dan Hak Kekayaan Intelektual: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Cipta Batik Di Kampung Laweyan Surakarta.

0 2 19

PENGRAJIN BATIK DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Pengrajin Batik Dan Hak Kekayaan Intelektual: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pembajakan Hak Cipta Batik Di Kampung Laweyan Surakarta.

0 2 11

PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA.

0 3 11

Aspek Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual.

0 2 13

Hukum Kekayaan Intelektual Perlindungan. docx

0 1 20