Analisis pendapatan petani Padi sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
DI DESA CIASIHAN KECAMATAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR

SUCI RAHMA DINI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan
Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Suci Rahma Dini
NIM H34124025

ABSTRAK

SUCI RAHMA DINI. Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah Di Desa Ciasihan
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Produksi padi di Indonesia semakin rendah diakibatkan adanya alih fungsi
lahan ke sektor non pertanian. Salah satu daerah di Jawa Barat yang mengalami
penurunan luas lahan panen padi adalah Kabupaten Bogor. Penurunan produksi
yang sebesar 7.54% dari tahun 2010 disebabkan oleh berkurangnya luas lahan
panen padi yang mencapai 6.183 hektar dari tahun 2010 ke tahun 2011.
Peningkatan produktivitas padi tidak selalu dapat meningkatkan jumlah produksi
gabah kering giling jika diikuti dengan penurunan luas lahan panen. Oleh karena itu,
tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi keragaan petani padi dan menganalisis
pendapatan usahatani padi sawah di Desa Ciasihan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa usahatani padi ini masih menguntungkan dilihat dari besar pendapatan yang

diperoleh yaitu Rp 5.545.169/musim. Nilai rasio R/C dari usahatani padi di Desa
Ciasihan yaitu 1.33. Upaya meningkatkan pendapatan penghasilan para petani,
pemerintah dapat memfasilitasi dengan pelatihan dan penyuluhan, bantuan
peralatan, dan fasilitas pertemuan.
Kata kunci; Pendapatan, Biaya, Rasio R/C, Padi

ABSTRACT
SUCI RAHMA DINI. Income Analysis of Rice Farmers In Ciasihan Village,
Subdistrict of Pamijahan, Bogor District Supervised by ANNA FARIYANTI.
Rice production in Indonesia is getting decreased due to the presence of land
conversion to non-agricultural sector. One area of West Java that having decline of
crop land area is Bogor District. Production decrease of 7.54% from 2010 is
caused by the reduced of crop land area that reaches 6 183 ha from 2010 to
2011. Increasing rice productivity isn’t always able to increase the amount of
milled rice production if it is followed by a decrease in crop land area. The
objectives of this research are to identify performance of rice farmers and analyze
the income of rice farming in the Ciasihan Village. The research results indicate
that rice farming is still viable seen from the amount of income, is Rp
5.545.169/season. The value of the ratio R / C of rice farming in the ciasihan
village is 1.33. Therefore, to increase the income of farmers, the government can

provide training and counseling, supporting equipment,and facilities for meetings.
Keywords: Revenue, Cost, R/C ratio, Rice

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
DI DESA CIASIHAN KECAMATAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR

SUCI RAHMA DINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi: Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Ciasihan Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor
Nama
: Suci Rahma Dini
NIM
: H34124025

Disetujui oleh

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai September 2014 ini adalah
Usahatani, dengan judul Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Ciasihan
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing, Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator yang telah
memberi saran serta Ir. Popong Nurhayati, MM dan Ir. Juniar Atmakusuma, MS
selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak masukan. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Atta dari BP3K
Cibungbulang, Bapak H. Majid dari Kelompok Tani Saluyo Ciasihan, Ibu Dwi dari
Dinas Pertanian Cibinong, Bapak Hermin Syahri, S.Sos, yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih teruntuk orang tua, suami,
seluruh keluarga, sahabat, dan teman atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Suci Rahma Dini

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6


Keragaan Usahatani

6

Pendapatan Usahatani Padi

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

9
9
15
17

Lokasi dan Waktu Penelitian


17

Jenis dan Sumber Data

17

Metode Penentuan Responden

17

Metode Analisis Data

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

20

Kondisi Umum Wilayah Penelitian


20

Keragaan Usahatani Padi

25

Analisis Pendapatan Usahatani

29

SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran


34

DAFTAR PUSTAKA

34

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1. Produk domestik bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku, 20092013
2. Produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia, 2009-2013
3. Perkembangan luas panen, produktivitas, produksi tanaman padi
Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013
4. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Sawah (GKG) di Jawa Barat,
Tahun 2010-2011
5. Metode perhitungan pendapatan usahatani padi
6. Sebaran responden berdasarkan usia petani padi
7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
8. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga petani padi di
Desa Ciasihan tahun 2014
9. Sebaran status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasihan tahun 2014
10. Sebaran responden menurut luas lahan garapan petani padi di Desa
Ciasihan tahun 2014
11. Sebaran responden menurut pengalaman berusahatani padi di Desa
Ciasihan tahun 2014
12. Rata-rata penggunaan input usahatani padi periode Januari-April 2014
di Desa Ciasihan
13. Biaya rata-rata usahatani padi sawah per hektar di Desa Ciasihan bulan
Januari-April 2014
14. Pendapatan per hektar usahatani padi di Desa Ciasihan
15. Rata-rata pendapatan dan keuntungan usahatani padi di Desa Ciasihan
per hektar per musim tanam 2014

2
3
3
4
19
21
22
22
23
23
24
25
31
32
32

DAFTAR GAMBAR

1. Kontribusi sektor pertanian dan sektor lainnya terhadap produk
2.
3.
4.
5.
6.

domestik bruto nasional (atas dasar harga berlaku, 2012)
Kontribusi produk domestik bruto subsektor
terhadap sektor
pertanian (atas dasar harga konstan, 2012)
Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi
Maksimisasi laba dalam kurva
Kerangka operasional analisis pendapatan usahatani padi Desa
Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor Jawa Barat
Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Ciasihan

1
2
11
14
16
21

9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Luas Panen, produktivitas, produksi padi sawah (GKG) di Jawa Barat,
tahun 2010-2011 ......................................................................................... 36
2. Tahap persiapan lahan .................................................................................. 37
3. Tahap persemaian dan penanaman ............................................................... 37
4. Padi siap panen ............................................................................................. 37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting kedudukannya
di Indonesia. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurut sektor usaha
pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama
ketiga yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor
pertanian dan sektor lainnya terhadap produk Domestik Bruto Nasional dapat
dilihat pada Gambar 1.

23.44%
38.85%
Pertanian *)
37.71%

Industri
Others

Pertanian *) termasuk kehutanan & perikanan

Gambar 1. Kontribusi sektor pertanian dan sektor lainnya terhadap produk
domestik bruto nasional (atas dasar harga berlaku, 2012)
Sumber:

Kementerian Pertanian, 2013

Jika dilihat pada Gambar 1, kontribusi sektor pertanian merupakan
kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sektor pertanian
berhasil menyumbang 38.85% dari total PDB pada tahun 2012. Melihat
pentingnya sektor pertanian bagi kelangsungan hidup negara, maka diperlukan
upaya untuk mengembangkan dan memajukan sektor pertanian secara
berkelanjutan.
Salah satu subsektor yang memiliki kontribusi terbesar dan terus meningkat
sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk adalah subsektor pertanian. Hal
tersebut berkaitan erat dengan masalah penyediaan pangan. Pada Gambar 2, dapat
dilihat kontribusi PDB subsektor pertanian sempit yang meliputi tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan dan peternakan mencapai 77.07%. Peningkatan
budidaya dan pemanfaatan hasil pertanian dari subsektor tersebut merupakan
salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2. Ditinjau dari sektor pertanian, kontribusi masing-masing subsektor
mengalami peningkatan dari tahun 2009-2013. Perkembangan PDB subsektor
pertanian untuk tanaman bahan pangan memiliki kontribusi terbesar dari

2

subsektor pertanian lain (perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan) dan
menunjukan kontribusi sebesar 7.7% pada tahun 2013.

5.32%
17.61%

Pertanian*)

77.07%

Perikanan
Kehutanan

*) Termasuk bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, dan hasilhasilnya

Gambar 2. Kontribusi produk domestik bruto subsektor
pertanian (atas dasar harga konstan, 2012)
Sumber :
Kementerian Pertanian, 2013

terhadap sektor

Subsektor tanaman pangan tersebut meliputi padi, jagung, kacang hijau, ubi
jalar, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk domestik bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku, 20092013
Tahun
Subsektor
Tanaman Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Peternakan dan
hasilnya
Kehutanan
Perikanan

(Milyar Rupiah)
Kontribusi
Tahun
2013*
2013 (%)
335 049
7.7

2009

2010

2011

2012

419 195

482 377

529 988

574 330

111 379

136 049

153 298

159 754

76 897

1.8

104 884

119 372

129 298

146 090

77 774

1.8

45 120
176 620

48 290
199 383

51 781
226 691

54 907
255 332

26 696
137 546

0.6
3.2

Sumber : Kementerian Pertanian, 2013
Keterangan : * Data sampai dengan Triwulan II 2013
Tanaman bahan makanan dari subsektor tanaman pangan yang selalu
mendapat prioritas yang tinggi dalam program pembangunan nasional adalah padi.
Hal ini disebabkan padi atau beras merupakan kebutuhan pangan pokok bagi lebih
dari 90% penduduk Indonesia. Di samping sebagai bahan konsumsi penting dari
segi pengeluaran rumah tangga, beras juga merupakan sumber pendapatan dan
kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dengan adanya

3
pertambahan penduduk setiap tahun, maka peningkatan produksi beras saat ini
merupakan suatu tantangan untuk mengatasi kekurangan suplai. Adanya fluktuasi
produksi, luas panen, dan produksitivitas padi sawah serta padi ladang di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia, 2009-2013
2009

2010

Tahun
2011

2012

2013

Pertumbuhan
(%)

64 399
12 884
49.99

66 469
13 253
50.50

65 757
13 204
49.80

69 056
13 446
51.36

70 867
13 770
51.46

2.62
2.41
0.19

61 171
11 797
51.85

63 018
12 119
52.00

62 528
12 169
51.38

65 188
12 281
53.08

67 000
12 619
53.10

2,78
2,75
0.04

3 228
1 086
29.71

3 451
1 135
30.42

3 229
1 035
31.21

3 868
1 164
33.22

3 867
1 151
33.59

-0.03
-1.12
1.11

Komoditas
Padi
Produksi (000 ton)
Luas Panen (000 Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi Sawah
Produksi (000 ton)
Luas Panen (000 Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi Ladang
Produksi (000 ton)
Luas Panen (000 Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2013
Pulau Jawa masih menjadi daerah sentra penghasil beras di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2012),
provinsi yang yang memiliki rata-rata produksi terbesar dari tahun 2008-2012
secara berturut-turut adalah Jawa Barat sebesar 9.623.625 ton, Jawa Timur sebesar
9.451.232 ton, dan Jawa Tengah sebesar 8.216.022 ton. Dengan kontribusi
penghasil beras terbesar dengan rata-rata produksi sebesar 15% dari total produksi
nasional, Provinsi Jawa Barat menjadi lumbung padi nasional. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Nasional maka dapat diketahui luas panen, produktivitas,
produksi yang fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan luas panen, produktivitas, produksi tanaman padi
Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Luas Panen
(Ha)
1803628
1950203
2037657
1964466
1918799
2016433

%
0.08
0.04
-0.04
-0.02
0.05

Produktivitas
(Ku/Ha)
56.06
58.06
57.60
59.22
58.74
59.56

%
0.04
0.01
0.03
0.01
0.01

Produksi GKG
(Ton)
10111069
11322681
11737070
11633891
11271861
12009422

%
0.12
0.04
-0.01
-0.03
0.07

Sumber : BPS, 2014
Tabel 3 menunjukkan luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi
di Jawa Barat cenderung fluktuatif. Penurunan luas panen yang terjadi pada tahun
2011 dan 2012 mengakibatkan penurunan produksi GKG pada tahun tersebut.
Peningkatan produktivitas yang terjadi tidak dapat membantu peningkatan
produksi yang diakibatkan oleh berkurangnya lahan panen. Produksi padi
dipengaruhi oleh luas panen komoditi padi sawah. Penurunan luas panen padi

4

maka produksi padi akan turun, begitu sebaliknya jika terjadi penambahan luas
panen padi sawah maka produksi padi akan meningkat. Jika produksi padi
meningkat maka akan menambah pendapatan petani. Salah satu masalah yang
dihadapi saat ini adalah masalah sempitnya penguasaan lahan oleh petani.
Kepemilikan lahan yang sempit semakin membuat petani sulit sejahtera.

Perumusan Masalah
Salah satu daerah di Jawa Barat yang mengalami penurunan luas lahan
panen adalah Kabupaten Bogor. Kontribusi Kabupaten Bogor yang mencapai
4.38% tahun 2011 dari total produksi daerah Jawa Barat merupakan kondisi yang
perlu diperhatikan. Penurunan produksi yang sebesar 7.54% dari tahun 2010
disebabkan oleh berkurangnya luas lahan panen yang mencapai 6.183 ha dari
tahun 2010 ke tahun 2011. Peningkatan produktivitas padi tidak selalu dapat
meningkatkan jumlah produksi gabah kering giling jika diikuti dengan penurunan
luas lahan panen. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah di Jawa Barat yang
mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan luas lahan panen, tetapi
produksi gabahnya menurun, seperti daerah Cianjur, Bandung, Purwakarta, Kota
Bandung, dan Kota Banjar. Kondisi ini menjadi menarik untuk dikaji dari sisi
intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian yang bisa memperbaiki
taraf hidup petani, memperluas lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat
yang masih tergantung pada sektor pertanian.
Tabel 4. Luas panen, produktivitas, produksi padi sawah (GKG) di Jawa Barat,
tahun 2010-2011
2010
Kab/kota

Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Total

Luas panen
(ha)

Produktiv
itas
(Ku/ha)

88900
126 982
136 159
73 012
121 786
131 989
114 833
13177571

56.91
58.65
58.45
60.68
65.22
62.81
62.37

2011
Produksi (ton)
529893
744807
795 845
443 039
794 285
829 065
716 171
13121830

Luas panen
(ha)
82717
116 041
125 100
68 464
125 609
127 602
114 313
13031416

Produktivitas
(Ku/ha)

59.23
58.05
59.49
62.51
62.96
60.74
59.64

Produksi
(ton)
489919
673 609
744 266
428 001
790 834
775 042
681 777
11180547

Sumber: BPS Jawa Barat, 2012
Pada Tabel 4 dapat dilihat dari tahun 2010 ke tahun 2011 adanya
penurunan luas panen dari 1.904.974 hektar menjadi 1.849.205 hektar dan
kenaikan produktivitas dari 59.17 kubik/hektar menjadi 60.46 kubik/hektar. Hal
ini mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan menurun sejumlah 90.412 ton
sehingga mengurangi pendapatan petani padi di Jawa Barat.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan
pertanian yang digunakan untuk menanam padi. Tanaman padi menyebar di
wilayah tengah dan utara seperti kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya,

5
Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur, dan Cariu.
Pada tahun 2010 luas lahan pertanian untuk padi di Kabupaten Bogor seluas
88.900 hektar turun menjadi 82.717 hektar di tahun 2011 sehingga produksi padi
menurun seluas 39.974 hektar. Menurun jumlah produksi padi maka berdampak
pada pendapatan petani padi yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Dari uraian
tersebut, ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji, antara lain:
1. Bagaimana keragaan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan
Bogor?
2. Bagaimana analisis pendapatan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan
Pamijahan Bogor?

Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi keragaan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan
Pamijahan Bogor
2. Menganalisis pendapatan petani padi di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan
Bogor

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya Desa Ciasihan
Kecamatan Pamijahan Bogor dalam rangka pembinaan terhadap petani padi
dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani
2. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang masalah pertanian
khususnya sektor tanaman padi
3. Bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang akan
melakukan pengkajian masalah yang relevan

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan membahas tentang usahatani padi sawah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kegiatan usatani padi yang
dilakukan oleh petani agar dapat meningkatkan pendapatan petani padi di Desa
Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan sengaja (purpossive) berdasarkan daftar nama yang diberikan
oleh ketua kelompok tani Saluyo.

6

Petani yang akan menjadi objek penelitian yaitu petani yang berada di
daerah Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor sebanyak 31 orang. Petani
yang akan menjadi responden itu berdasarkan luas lahan yang dimiliki petani di
desa tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Keragaan Usahatani
Keragaan usahatani padi sawah dibutuhkan agar bisa memiliki konsep untuk
melakukan penanaman padi dengan cara-cara yang benar agar mendapatkan
kualitas yang baik. Dalam penelitian Sirappa (2006), keragaan usahatani padi
sawah pada dua sentra produksi padi di Maluku menggunakan pendekatan melalui
konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT), yaitu suatu pendekatan dengan
mengintegrasikan berbagai komponen teknologi secara spesifik lokasi. Hasil
kajian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru mampu memberikan
hasil gabah kering panen yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang biasa
digunakan petani. Demikian juga penerapan konsep PTT memberikan hasil gabah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi yang biasa diterapkan petani,
sehingga pendapatan petani juga meningkat. Varietas unggul baru yang digunakan
diantaranya adalah Way Apo Buru, Ciherang, Cisantana, Gilirang, Cigeulis,
Fatmawati, Maro, dan Longping Pusaka. Beberapa varietas diantaranya yang
mempunyai prospek baik untuk dikembangkan di dataran Waeapo, kabupaten
Buru dan dataran Pasahari, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah adalah Way
Apo Buru, Ciherang, Cigeulis, Cisantana, Gilirang dan Longping Pusaka.
Purwanto (2012) Usahatani padi yang dilakukan petani pada luasan lahan rata-rata
0.246 Ha, curahan tenaga kerja selama satu tahun cukup rendah yaitu 44.98,
penggunaan biaya lebih tinggi pada musim penghujan, dan usahatani padi sawah
memberikan pendapatan dan keuntungan bagi petani. Fardiyanti (1999) menulis
dalam skripsinya bahwa produksi di lahan sawah yang diairi secara giliran akan
lebih tinggi daripada sawah yang diairi air secara terus menerus.
Padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Meskipun beras dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun beras
memiliki nilai tersendiri yang tidak dapat tergantikan dengan yang lain.
Kebanyakan masyarakat Indonesia mengatakan kalau belum makan nasi itu sama
saja mereka belum makan. Itulah uniknya tanaman padi ini. Masyarakat Indonesia
secara umum tidak bisa hidup tanpa nasi. Beras adalah salah satu bahan makanan
yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia. Jika tidak
makan nasi, orang bisa menjadi lemas dan sulit untuk beraktivitas. Ini disebabkan
beras mengandung bahan yang mudah diubah menjadi energi seperti karbohidrat,
lemak, protein, serat kasar, vitamin, dan lain sebagainya. Hal ini seperti ditulis
oleh Nuresiana (2011) yang meneliti tentang analisis usahatani padi sawah
varietas Ciherang.
Padi dibudidayakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan
berkualitas yang baik sehingga sesuai yang diharapkan oleh petani. Budidaya
tanaman padi biasa dilakukan secara umum oleh petani.Teknis budidaya tanaman

7
padi perlu memperhatikan syarat tumbuh tanaman, proses penyemaian, persiapan
dan pengolahan tanah sawah, penanaman serta pemeliharaan yang baik. Syarat
tumbuh tanaman padi sawah pun berbeda dengan jenis padi yang tumbuh di
ladang atau di sawah pasang surut. Syarat tumbuh tanaman padi pada umumnya
meliputi keadaan iklim, curah hujan, lokasi tanam, kondisi tanah, intensitas
cahaya, air, dan suhu pada daerah tertentu.
Syarat utama yang harus terpenuhi untuk menanam padi sawah adalah
kebutuhan air yang cukup. Jika tidak mencukupi maka pertumbuhan padi sawah
yang akan ditanam akan terhambat produktivitasnya. Air harus tersedia setiap saat
untuk menggenangi tanah persawahan. Kekurangan dan kelebihan air dapat
mengurangi hasil produksi karena itu dibutuhkan saluran irigasi yang baik untuk
mengatur keluar masuknya air ke dalam persawahan yang akan ditanami padi
sawah. Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, terutama di daerah
cuaca panas, kelembaban tinggi dengan curah hujan 200 milimeter per bulan atau
1500-2000 milimeter per tahun. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada
suhu 23 derajat Celcius. Hal ini seperti ditulis oleh Resha (2011). Lokasi tanam
padi sawah dengan ketinggian optimal 0-15 meter di atas permukaan laut. Padi
sawah yang cocok ditanam di tanah berlumpur yang subur dengan ketebalan 1822 cm dengan pH tanah berkisar antara 4.0-7.0. Jika pH tanah yang tinggi atau di
atas 7,0 akan mengurangi hasil produksi. Tanah yang cocok untuk areal
persawahan adalah tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan
keras 30 cm di bawah permukaan tanah sehingga air dapat tertampung diatasnya
dan menciptakan lumpur. Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap
tumbuhnya tanaman padi sehingga harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan.
Selain itu, angin juga akan berpengaruh tehadap proses penyerbukan bunga padi
sehingga lokasi sawah harus terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat
bertiup dengan bebas. Selain itu yang dibutuhkan dalam usahatani padi sawah ini
adalah input yang cukup seperti pupuk. Kelebihan dan kekurangan pupuk bisa
mengakibatkan tanaman tidak tumbuh dengan subur, bahkan bisa mengakibatkan
gagal panen. Kemudian dibutuhkan insektisida untuk membasmi hama tanaman.

Pendapatan Usahatani Padi
Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan
usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Petani akan memperoleh
pendapatan usahatani apabila penerimaan usahatani yang diperoleh lebih besar
daripada biaya usahatani, atau dapat dikatakan nilai pendapatan yang dihasilkan
positif. Analisis pendapatan usahatani dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas
biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya
tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan antara
total penerimaan dengan total biaya, baik biaya tunai maupun biaya yang
diperhitungkan. Hal ini seperti ditulis oleh Hasanah (2014), Astri (2013), Ganda
dan Ardayani (2012), Febrian, Gultom,dan Rosyanni (2011).
Meskipun demikian secara rata-rata keseluruhan pendapatan petani
mengalami kerugian sebesar Rp 2 294 441 musim kedua akibat dari terjadinya

8

penurunan hasil produksi yang disebabkan oleh hujan yang terus menerus,
sehingga produksi padi menurun.Ini yang ditulis oleh Hasanah (2004).
Penerimaan usahatani merupakan jumlah seluruh hasil produksi usahatani
dikalikan dengan harga jual yang berlaku pada saat di pasar. Besar kecilnya
penerimaan petani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh dan
dipengaruhi oleh harga yang berlaku saat penjualan hasil produk pertanian di
pasar. Sebagaimana hasil penelitian Febrian, A (2011) tentang analisis pendapatan
petani padi dengan penerimaan tunainya sebesar Rp 18.516.541.13 dan
menguntungkan.
Kirana (2012) mengatakan terdapat tiga variabel yang harus diketahui untuk
melakukan analisis usahatani. Ketiga variabel tersebut yaitu penerimaan, biaya
dan pendapatan. Cara analisis terhadap tiga variabel ini menggunakan analisis
anggaran arus uang tunai (cash flow analysis).
Kelayakan usahatani menggunakan R/C ratio yang mana jika R/C > 1 maka
usahatani menguntungkan sebaliknya jika R/C < 1 maka usahatani produk
pertaniannya mengalami kerugian dan jika R/C = 1 maka usahatani impas Nyanyu
2010), Ria dan Nor Laila (2011), Made (2013).
Faktor-faktor produksi usahatani padi dapat diketahui dengan menggunakan
analisis fungsi Cobb-Douglas (Nyayu 2010) dan dalam membandingkan
pendapatan dengan uji-t. Pengambilan pada survei ini dengan menggunakan
simple random sampling atau acak (Nyanyu 2010). Hal ini juga seperti yang
ditulis oleh Noor Laila dan Ria (2011).
Analisis struktur biaya diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan tentang penggunaan teknologi dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi sekaligus memperbaiki taraf hidup masyarakat. Analisis
struktur biaya ini menghitung berapa biaya yang dikeluarkan, baik itu biaya tetap,
biaya variabel, biaya tunai, maupun biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya
tetap adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak
mempengaruhi hasil output/produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan
biaya tetap itu sama saja. Contohnya sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran
irigasi. Biaya variable adalah biaya yang besarnya berubah diikuti dengan
berubahnya jumlah output yang dihasilkan. Contohnya air, tenaga kerja luar
keluarga, dan lain-lain. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk
uang tunai. Contohnya biaya input pembelian pupuk dan pestisida, alat pertanian,
biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya pajak. Biaya tidak tunai
(diperhitungkan) adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak dalam bentuk uang
tunai yaitu benih, biaya penyusutan alat pertanian, an biaya tenaga kerja dalam
keluarga. Hal ini seperti dituliskan oleh Ganda (2012) dalam penelitiannya tentang
“Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Menggunakan Metode
SRI” bahwa klasifikasi biaya merupakan bagian yang penting dalam
membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang
tertera pada pernyataan pendapatan (income statement). Biaya tunai yang
dikeluarkan oleh petani yang menerapkan metode SRI secara penuh sebesar Rp
17.048.476.19. Biaya tidak tunai yang dikeluarkan petani meliputi penyusutan
peralatan, pupuk kompos, dan tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata yang
dikeluarkan sebesar Rp 6.502.396.83.
Penelitian yang saya tulis ini akan menggunakan analisis pendapatan bersih
usahatani yang didapatkan dari pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income)

9
dikurangi pengeluaran total usahatani. Penghasilan bersih usahatani yang
didapatkan dari pendapatan bersih usahatani dikurangi bunga modal pinjaman.
Sedangkan imbalan kepada seluruh modal bisa dihitung dalam persen terhadap
total modal yang mana didapatkan dari pendapatan bersih usahatani dikurangi
nilai TK keluarga. Imbalan kepada modal petani didapatkan dari penghasilan
bersih usahatani dikurangi nilai TK Keluarga, sedangkan imbalan terhadap TK
Keluarga didapatkan dari penghasilan bersih usahatani dikurangi bunga modal
petani. Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Ciasihan ini bisa
membantu petani setempat.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Produksi
Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi
semua kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai atau guna suatu
barang/jasa. Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk keluaran. Analisis produksi berfokus
pada penggunaan input yang efisien untuk menghasilkan output. Produksi
meneliti karakteristik teknis dan ekonomis yang digunakan untuk memberikan
barang dan jasa dengan sasaran menetapkan cara yang optimal untuk
menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya. Produksi melibatkan
semua kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa (Nicholson,
1995).
Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja.
Modal (M) adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja.
Tenaga kerja (L) adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Produsen
dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam
teori ekonomi disebut fungsi produksi.
Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga
kerja. Sebagian ahli berpendapat dan memasukan faktor keempat, yaitu
manajemen atau pengelolaan (skill) ke dalam faktor produksi. Dua pendapat ini
benar dan dapat dipakai tergantung mana yang akan kita pilih atau kita gunakan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian adalah :
Lahan pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas
pertanian.Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami),
semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau are. Di
pedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya patok, dan
1)

10

jengkal. Oleh karena itu, jika peneliti melakukan penelitian tentang luas lahan,
dapat dinyatakan melalui proses transformasi dari ukuran luas lahan tradisonal ke
dalam ukuran yang dinyatakan dalam hektar atau are.
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam hal ini, petani merupakan faktor penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus
mempunyai kualitas berfikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi
inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian
komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat
dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya
tenaga kerja efektif yang dipakai.
Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut
usahatani skala kecil dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain
halnya dengan usahatani berskala besar. Selain menggunakan tenaga kerja luar
keluarga, juga memiliki tenaga kerja ahli.
Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja HOK) atau hari
kerja orang (HKO). Menurut Soekartawi (2002), dalam analisis ketenagakerjaan
diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut hari kerja setara
pria (HKSP).
3) Modal
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan
proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap
(variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan
pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis
dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih,
pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala
usahatani, macam komoditas, dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat
menentukan besar kecilnya modal yang digunakan. Makin besar skala usahatani
semakin besar pula modal yang digunakan, begitu sebaliknya. Jenis komoditas
tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar
kecilnya modal yang digunakan. Misalnya, usaha perkebunan kelapa sawit
menentukan biaya relatif besar dibandingkan usaha perkebunan kopi yang pada
luas lahan yang sama. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan
usahatani, walaupun produsen mengetahui bahwa usaha perkebunan kelapa sawit
memerlukan modal besar.
4) Pupuk
Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok,
dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan pokok.
Tanaman pun demikian, selain air sebagai konsumsi pokoknya, pupuk pun sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik.
Menurut Sutejo (2000) dalam Soekartawi (2002) Pupuk organik atau pupuk alam
merupakan hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisasisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,
bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau pupuk

11
buatan merupakan hasil industri atau hasil pabrik-pabrik pembuat pupuk,
misalnya pupuk urea, TSP, dan KCL.
5) Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama
dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung
zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. Tetapi
pemberian pestisida pada tanaman harus secukupnya. Jika kelebihan memberikan
pestisida maka hasil panen menjadi kurang bagus begitu sebaliknya jika
kekurangan dalam pemberian pestisida hasil panen juga kurang bagus.
6) Bibit
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul
biasanya tahan terhadap penyakit. Hasil komoditasnya berkualitas tinggi
dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di pasar.
7) Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap
tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh,
tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya
perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat dipanen tiga
kali dalam setahun.
8) Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam
mengelola produksi komoditas pertanian. Mulai dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi
(evaluation).
Teori Biaya dan Pendapatan
Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi yang lebih besar agar
memperoleh pendapatan yang besar pula. Fungsi biaya menggambarkan hubungan
antara besarnya biaya dengan tingkat produksi (Gambar 3.) yang digambarkan
dengan garis TC (total cost). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi
Sumber : Suratiyah, 2006

12

Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC=fixed cost) yaitu biaya
yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y), dan biaya variabel (VC)
yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh produksi. Dalam melakukan
perhitungan tingkat pendapatan yang diperoleh suatu usaha pertanian, maka
sangat perlu dilakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan sekaligus
mengetahi tingkat pendapatan, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau tidak suatu periode tertentu.
Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang
diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi.
Menurut Soekartawi (1984) biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah,
dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Menurut
Kuswadi (2007) dalam bahan ajaran mata kuliah usahatani mengatakan biaya
adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga.
Hal ini juga dikemukakan oleh Mulyadi (2012) bahwa biaya adalah pengorbanan
yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Kusnadi (2006) dalam bahan ajaran mata kuliah usahatani bahwa
biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan
jasa.
Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui
pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima.Biaya
produksi dalam usahatani merupakan keseluruhan biaya yangdikeluarkan
seseorang selama proses produksi. Faktor biaya sangat menentukankelangsungan
proses produksi. Menurut (Soekartawi, 1995) biaya usahatani diklasifikasikan
menjadi, yaitu:
1. Biaya tetap total (Total Fixed Cost/ TFC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit, misalnya: sewa tanah, sewa gudang pajak dan lainnya.
2. Biaya variabel total (Total Variable Cost/ TVC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya: biaya sarana
produksi, upah tenaga kerja, biaya angkut, dan sebagainya.
Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa besar
pendapatan kerja petani bila modal kerja dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Menurut Hernanto (1996) biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas :
1) Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan yaitu biaya tetap dan tidak tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang besar dan kecilnya tidak tergantung pada
aktivitas produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan pertanian. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan jumlah produksi dan biaya totalnya berubah
sesuai jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk benih, obat-obatan,
pupuk, maupun biaya tenaga kerja.
2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari biaya
tunai dan non tunai (diperhitungkan). Kalau biaya tunai adalah biaya tetap
dan variabel yang dibayar secara tunai. Biaya tunai ini berguna untuk melihat
pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. Sedangkan biaya non tunai
adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri, tenaga
kerja dalam keluarga. Biaya non tunai ini melihat bagaimana manajemen
suatu usahatani.

13
Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam menjalankan usahatani (lahan, modal, tenaga
kerja, dan pengelolaan). Soekartawi (1984) menjelaskan bahwa untuk mengukur
pendapatan terdapat beberapa cara yaitu pendapatan tunai usahatani dan
pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih
antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan
tunai usahatani didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan
produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefenisikan sebagai sejumlah
uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
Sedangkan untuk pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara
pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Dimana pendapatan
kotor usahatani didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka
waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total
usahatani merupakan nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan
dalam produksi.
Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai
sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual
maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan pada umumnya setahun dan
mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan
dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau ada di
gudang pada akhir tahun. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses)
didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan
di dalam produksi baik tunai maupun tidak tunai. Selisih antara pendapatan kotor
usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani
(net farm income). Pendapatan bersih usahatani ini mengukur balas jasa atau
imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi
kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan ke dalam usahatani. Hal ini merupakan ukuran keuntungan
usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa
usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan langkah untuk menghitung
ukuran-ukuran keuntungan lainnya. Maksimisasi keuntungan dalam kurva dapat
dilihat pada Gambar 4.
Penampilan usahatani kecil dapat dinilai dari penghasilan bersih usahatani
(net farm earnings). Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan
mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini
menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan
keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga
yang dipakai dalam usahatani. Apabila penghasilan bersih usahatani ditambah
dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani, seperti upah
dalam bentuk uang atau benda maka diperoleh penghasilan keluarga (family
earnings).
Di dalam usahatani semi komersial, imbalan kepada seluruh modal
merupakan patokan yang baik untuk penampilan usahatani. Apabila modal
diperoleh pinjaman, maka ada dua ukuran yang dapat dipakai. Imbalan kepada
seluruh modal (return to total capital) dihitung dengan mengurangkan nilai kerja
keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Kerja keluarga dinilai menurut tingkat
upah yang berlaku.Imbalan kepada modal petani (return to farm capital) diperoleh
dengan mengurangkan penghasilan bersih usahatani.Selain itu balas jasa atau

14

imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour) juga perlu dihitung
dengan mengurangkan penghasilan bersih usahatani dengan bunga modal sendiri
(Soekartawi, 1984).
Pendapatan,
biaya

(a)

q**

q*

Keluaran per periode

Laba

q*

\
Gambar 4. Maksimisasi laba dalam kurva
Sumber : Nicholson, 1995

Keluaran per periode

15
Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pembangunan di
berbagai bidang, salah satunya pembangunan di bidang pertanian. Hal ini terlihat
semakin digalakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya subsektor
pangan. Salah satu subsektor pangan adalah usahatani padi sawah. Padi
merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat
karena termasuk makanan pokok.
Desa Ciasihan salah satu daerah yang mengusahakan tanaman padi, tetapi
memiliki kendala pada skala usahatani yang dimiliki petani. Rata-rata petani
memiliki luas lahan yang sempit yaitu kurang dari satu hektar sehingga jumlah
produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan petani. Jika harga
produk pada saat dijual berfluktuatif dapat menyebabkan pendapatan petani tidak
menentu. Selain itu kendala pada faktor manusia yaitu dilihat dari karakteristik
petani dari segi umur, pendidikan, pengalaman. Semakin tinggi umur petani maka
akan semakin berpengalaman. Disisi lain semakin bertambah umur, maka akan
semakin menurun juga kemampuan fisik. Sedangkan dari segi pendidikan, ratarata petani adalah lulusan SD bahkan ada yang tidak mengenyam bangku
pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap tingkat
penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Beberapa kendala ini tentu akan
berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani sehingga penelitian ini melihat
keragaan usahatani, menganalisis pendapatan, dan nilai rasio R/C.
Petani dalam melakukan proses produksi (Q) untuk menghasilkan output,
diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran (TC) yang digunakan dalam
mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi padi
(Q) ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk,irigasi,
tenaga kerja dan lahan serta pengolahan.
Biaya Produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi
dikali dengan harga masing-masing harga produksi, ditambah dengan biaya tetap
seperti penyusustan alat-alat yang digunakan seperti: cangkul, parang, sprayer, arit
dan lain-lain.
Nilai produksi yang merupakan penerimaan kotor (TR) petani adalah
banyaknya produksi (Q) dikali dengan harga jual (P).Selisih antara penerimaan
kotor (TR) dengan biaya total (TC) adalah keuntungan (�) usahatani padi yang di
peroleh petani. Mengukur kelayakan usahatani, petani dapat melihat dengan
kriteria hasil R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah menguntungkan dan
sebaliknya jika R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan. Jika
R=C maka usaha yang dijalankan dalam kondisi impas/Break Even Point (BEP).

16

Alur kerangka pemikiran secara operasional dapat dilihat pada Gambar 5.

Harga
output

Jumlah
Produksi

Penerimaan
(tunai + non tunai)

Harga Input

∑ Faktor yang
mempengaruhi :
1. Luas lahan
2. Pupuk
3. Benih
4. Modal
5. Jumlah TK

Pengeluaran/biaya
(tunai + non tunai)

1) Pendapatan petani padi:
* Pendapatan kotor usahatani
* Pengeluaran total usahatani
* Pendapatan bersih usahatani
* Penghasilan bersih usahatani
* Imbalan kepada seluruh
modal petani
* Imbalan kepada modal petani
* Imbalan terhadap TK
keluarga
2) Keuntungan Usahatani Padi

Gambar 5. Kerangka operasional analisis pendapatan usahatani padi Desa
Ciasihan Kecamatan Pamijahan Bogor Jawa Barat

17

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Desa Ciasihan,
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian yang
dilakukan membahas tentang pendapatan usahatani padi sawah. Kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data Cross Section.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan pengisian kuesioner
yang diisi langsung oleh pewawancara melalui wawancara dengan petani padi.
Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui literatur maupun studi
pustaka yang terkait dan relevan dengan penelitian. Data tersebut bersumber dari
laporan penelitian, Majalah Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Perum BULOG,
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Daerah
Penyuluhan Pertanian dan Perikanan (UPTD-P3) Wilayah Pamijahan,
Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Perpustakaan Lembaga
Sumberdaya Informasi IPB, internet, Kantor Desa Ciasihan dan sumber data lain
yang mendukung penelitian.

Metode Penentuan Responden
Pengambilan responden dilakukan melalui teknik purposive sampling
(dilakukan secara tertuju). Banyaknya jumlah respoden atau petani yang
diwawancarai untuk analisis pendapatan yaitu 31 orang berdasarkan daftar nama
yang diberikan oleh ketua kelompok tani Saluyo di Desa Ciasihan. Sampel yang
diambil dalam penelitian mengenai Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah di
Desa Ciasihan yaitu sebanyak 31 responden karena petani padi ini konsisten
menanam padi sawah.
Metode Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
melihat kegiatan produksi dan sistem pemasaran pada usahatani padi di lokasi
penelitian. Beberapa hal lain yang terkait dengan penelitian ini akan

18

diuraikansecara deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk
tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
tabel yang mudah dibaca.
a. Analisis Keragaan Usahatani Padi
Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan
keragaan usahatani padi yang dilakukan oleh petani padi di Desa Ciasihan
Kecamatan Pamijahan Bogor. Adapun keragaan yang dapat digambarkan meliputi,
proses budidaya, penggunaan input dan output usahatani.
b. Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas
biaya tunai adalah pendapatan yang didasarkan kepada biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam bentuk uang, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah
pendapatan yang didasarkan atas semua biaya yang dikeluarkan, baik tunai
maupun tidak tunai. Metode perhitungan pendapatan usahatani padi disajikan
pada Tabel 5.
Adapun hal lain yang mendasari pembagian analisis ini adalah karena pada
umumnya petani hanya memperhitungkan biaya yang dikeluarkannya dalam
bentuk uang tunai. K euntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biayabiaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Dimana biaya dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) seperti sewa tanah, pembelian peralatan
pertanian dan biaya tidak tetap (variabel cost) seperti yang diperlukan untuk
membeli pupuk, benih, obat-obatan, dan pembayaran tenaga kerja dengan
demikian keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut :
∏ = TR – TC
∏ = TR – (TVC + TFC)
∏ = Py.Y – (Px.X + TFC)
Keterangan :
TR : Total penerimaan (Rp)
TC : Total biaya tunai
TVC : Total biaya variabel (Rp)
TFC : Total biaya tetap (Rp)
Py : Harga Output
Y : Jumlah output
Px : Harga input
X : Jumlah input
Keuntungan dan pendapatan bersih usahatani sangat tergantung dari jumlah
output, harga output, dan biaya per satuan unit output. Semakin besar output
semakin tinggi harga output, dan semakin rendah biaya per satuan unit output
akan meperbesar keuntungan dan pendapatan bersih yang diterima. Sebaliknya
semakin kecil output, semakin rendah ha