Radiografi Sefalometri Analisis Jaringan Lunak Wajah

tersebut memberikan informasi diagnosa tentang pola vertikal skeletal pasien, hubungan insisivus mandibula dengan tulang basal, dan jumlah relatif protrusi, atau berkurangnya ukuran wajah. Ukuran rerata untuk FMA, FMIA dan IMPA berturut- turut 25 ˚, 68˚, dan 87˚, karena itu penting untuk memahami nilai -nilai yang sangat bervariasi dari pola skeletal. Jika pola skeletal wajah pasien memiliki dimensi vertikal yang normal, pengukuran dengan cara ini akan memberikan informasi yang akurat mengenai profil wajah yang ideal. 16 Irawati menyatakan bahwa sudut interinsisal berkaitan dengan kontak insisivus yang dihubungkan dengan kedalaman overbite. Inklinasi gigi insisivus atas dan insisivus bawah yang retrusif menyebabkan sudut interinsisal menjadi lebih besar. Besarnya sudut interinsisal akan mempengaruhi kontak antara gigi insisivus atas dan bawah. 1,5 Nurbayati telah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara profil jaringan lunak wajah dengan sudut interinsisal pada pasien di RSGMP FKG USU, dimana korelasi hasil penelitian Nurbayati menuju kearah negatif yang berarti semakin besar sudut interinsisal maka semakin kecil jarak bibir atas Ls dan bibir bawah Li terhadap garis estetis. 10 Penelitian Ardhana mengenai pengukuran inklinasi gigi insisivus sentral pada model studi dan foto sefalometri lateral didapat bahwa pada rahang atas terdapat korelasi positif, lemah, bermakna antara pengukuran linier pada model studi dan pengukuran anguler pada sefalogram lateral yang menggunakan referensi bidang palatal, tetapi tidak bermakna jika menggunakan referensi bidang oklusal, sedangkan pada rahang bawah didapatkan korelasi negatif, lemah, bermakna pada penggunaan bidang oklusal sebagai referensi pengukuran pada sefalogram lateral, tidak bermakna pada penggunaan bidang mandibula sebagai referensi pengukuran. 5

2.3 Radiografi Sefalometri

Studi tentang sefalometri mulai dikembangkan oleh Ketcham dan Ellis, Percy Brown dan Pacini. Pada tahun 1931 B. Holly Broadbent bersama dengan Hofrath dari Jerman mempopulerkan penggunaan radiografi sefalometri untuk mendiagnosa Universitas Sumatera Utara kelainan dari tulang rahang. B. Holly Broadbent memperkenalkan penggunaan radiografi sefalometri untuk menganalisis pertumbuhan dari wajah, yang kemudian dikembangkan oleh Higley, Margolis, Bolton, William Downs, Steiner, Tweed dan lain-lainnya. 3,17 Menurut analisisnya sefalometri dibagi menjadi dua jenis, antara lain : 1. Sefalogram frontal yaitu gambaran frontal atau antero-posterior dari tengkorak kepala Gambar 3 A. Salah satu analisis sefalometri yang menggunakan sefalogram frontal adalah Analisis Mesh. 16 2. Sefalogram lateral yaitu gambaran lateral dari tengkorak kepala. Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis profil jaringan lunak aspek lateral Gambar 3 B. 10,16,18,28 Beberapa analisis sefalometri yang menggunakan sefalogram lateral antara lain : analisis Downs, analisis Steiner, analisis Ricketts, analisis McNamara dan analisis Tweed. 16 Gambar 3. A Sefalogram frontal, B Sefalogram lateral 19 Sefalometri mempunyai beberapa kegunaan yakni : 1. Mempelajari pertumbuhan dari kraniofasial. 2. Menegakkan diagnosa atau analisis kelainan kraniofasial. 3. Mempelajari tipe wajah. 4. Merencanakan suatu perawatan ortodonti. Universitas Sumatera Utara 5. Mengevaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. 6. Menganalisis secara fungsional. 7. Melakukan riset. 17,18

2.4 Analisis Jaringan Lunak Wajah

Jaringan lunak hidung, bibir, dan dagu merupakan faktor penting dalam menentukan estetika wajah, dan relasi antara hidung, bibir, dan dagu tersebut sangat berpengaruh terhadap profil wajah. 11,13,16 Menurut Spradley dkk., profil yang seimbang adalah bila bibir atas, bibir bawah dan dagu terletak pada satu garis vertikal yang melalui subnasal. 20 Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan metode pengukuran langsung pada jaringan lunak, fotometri, dan radiografi sefalometri. Analisis profil wajah dengan metode radiografi sefalometri pada umumnya dilakukan dengan menggunakan bantuan titik, garis, dan bidang referensi intrakranial yang sangat bervariasi, seperti garis Sela Tursika-Nasion S-N dan bidang Frankfort Horizontal. 16,21 Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis jaringan lunak. Titik-titik yang digunakan dalam analisis jaringan lunak Gambar 4 : 4,16,22,26 a. Glabella G : titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital. b. Nasion kulit N’ : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. c. Pronasale Pr : titik paling anterior dari hidung. d. Subnasale Sn : titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas. e. Labrale superior Ls : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas. f. Superior labial sulcus SLS : titik tercekung diantara Sn dan Ls. g. Stomion superius Stms : titik paling bawah dari vermillion bibir atas. h. Stomion inferius Stmi : titik paling atas dari vermillion bibir bawah. i. Labrale inferius Li : titik perbatasan dari membran bibir bawah. j. Inferior labial sulcus ILS : titik paling cekung di antara Li dan Pog’. k. Pogonion kulit Pog’ : titik paling anterior jaringan lunak dagu. l. Menton kulit Me’ : titik paling inferior dari jaringan lunak dagu. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Titik-titik dalam analisis jaringan lunak menurut Jacobson 16 Dengan menggunakan titik-titik diatas, berbagai analisis terhadap jaringan keras dan jaringan lunak wajah dapat dilakukan. 22 Menurut Bergman yang tergolong dalam analisis jaringan lunak secara lateral antara lain 13 tengah-bawah wajah, perbandingan tinggi bibir atas dan bibir bawah, penilaian terhadap hidung, sudut nasomental, sudut nasolabial, prognasi maksila dan mandibula, tebal bibir atas dan bibir bawah, celah antara bibir atas dan bibir bawah, tebal dagu, kontur dagu-leher, sudut konveksitas wajah, garis Estetis Garis-E, garis-S, garis-H, dan sudut-Z Merrifield. 2,16 Penelitian Sijabat mengenai hubungan konveksitas skeletal yang dikelompokkan berdasarkan Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle dengan konveksitas jaringan lunak wajah pada pasien usia remaja suku Batak yang dirawat di klinik ortodonti FKG USU, menyatakan bahwa ada hubungan antara konveksitas skeletal dengan konveksitas jaringan lunak wajah pada pasien suku Batak usia remaja yang dirawat di klinik ortodonti FKG USU. 28 Penelitian Rostina mengenai analisis Holdaway menyatakan bahwa jarak Li ke garis H untuk mahasiswa FKG USU suku Deutro-Melayu memiliki rerata 1,78 mm di depan garis H, sedangkan pada bangsa Kaukasoid rerata idealnya adalah 0 mm yaitu titik Li tepat menyinggung garis H. Hasil uji statistik dengan p 0,01 pada Universitas Sumatera Utara jarak 0 mm menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna antara mahasiswa FKG USU suku Deutro-Melayu dengan ras Kaukasoid, tetapi pada jarak +2 mm tidak terdapat perbedaan bermakna. 22

2.4.1 Analisis Menurut Holdaway

Analisis ini menggunakan garis referensi yang disebut garis Harmoni H. Garis ini ditarik dari titik Pogonion kulit Pog’ ke labrale superior Ls. Holdaway melakukan 11 analisis profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari jarak puncak hidung, jarak bibir bawah ke garis H, tebal bibir atas, strain bibir atas, kedalaman sulkus labialis superior, kedalaman sulkus labialis inferior, kurvatura bibir atas, besar sudut fasial, tebal dagu, besar sudut H dan kecembungan skeletal Gambar 5. 16,22 Gambar 5. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway H line 16 Sudut-H adalah sebuah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis-H dengan garis N’-Pog’. Sudut-H juga digunakan dalam penentuan konveksitas jaringan lunak adalah cembung, lurus atau cekung. Besar sudut-H yang harmonis dan seimbang berkisar 7 o - 15 o . Apabila sudut-H lebih besar dari 15 o maka konveksitas bentuk profil Universitas Sumatera Utara menunjukkan cembung sedangkan bila sudut-H lebih kecil dari 7 o menunjukkan konveksitas bentuk profil yang cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke anterior. 4,16,22

2.4.2 Analisis Menurut Steiner

Steiner menggunakan garis-S sebagai garis referensi dalam analisis ini. Garis S adalah garis yang ditarik dari titik tengah bentuk lengkung S yang terletak antara ujung hidung Pr dan subnasale Sn di bibir atas dengan pogonion kulit Pog’. Menurut Steiner, idealnya titik labrale superior dan labrale inferior menyinggung garis S. Jika bibir berada dibelakang garis-S dinyatakan profil wajahnya datar. Sedangkan jika berada di depan garis-S, profil wajahnya terlalu tebal atau cembung. 16 Dalam keadaan normal, bibir atas dan bibir bawah terletak pada garis referensi tersebut Gambar 6. 21 Gambar 6. Analisis jaringan lunak wajah menurut Steiner S line 24

2.4.3 Analisis Menurut Subtelny

Subtelny membagi analisis konveksitas profil wajah menjadi tiga yaitu analisis konveksitas skeletal N-A-Pog dengan nilai rata-rata 175°, pada umur 12 tahun nilai rata-rata menjadi 177,5°. Konveksitas jaringan lunak N’-Sn-Pog’ nilai rata-rata 161°. Konveksitas jaringan lunak penuh N’-Pr-Pog’ nilai rata-rata 137° Universitas Sumatera Utara untuk laki-laki dan 133° untuk perempuan. Menurut Subtelny peningkatan kecembungan profil jaringan lunak wajah seiring dengan pertambahan usia Gambar 7. 3,25 Gambar 7. Analisis konveksitas wajah menurut Subtelny. 1 Sudut Konveksita wajah skeletal N-A-Pog. 2 Sudut Konveksitas wajah jaringan lunak N’-Sn- Pog’. 3 Sudut Konveksitas wajah jaringan lunak penuh N’- Pr-Pog’ 3

2.4.4 Analisis Menurut Ricketts

Ricketts menggunakan garis-E Esthetic line yang merupakan garis yang ditarik dari pogonion kulit Pog’ ke ujung hidung Pr. Menurut Ricketts dalam keadaan normal, bibir atas atau labrale superior Ls terletak 2-4 mm di belakang garis estetis, dan bibir bawah atau labrale inferior Li terletak 1-2 mm di belakang garis estetis, namun demikian menurut Ricketts nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan jenis kelamin. Titik Ls dan Li dapat berada di depan atau di belakang garis E maka diberi tanda negatif jika titik-titik ini terletak dibelakang garis E, sebaliknya tanda positif jika terletak di depan garis-E. Ricketts mengambil titik-titik di dagu dan hidung karena bagian ini merupakan faktor penting dalam perkembangan wajah. Garis ini digunakan untuk meneliti dengan cermat keserasian sepertiga wajah bagian bawah Gambar 8. 15,16,22 Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Analisis jaringan lunak wajah menurut Ricketts E line 24

2.4.5 Analisis Merrifield

Merrifield menggunakan sebuah garis profil wajah dibentuk oleh garis yang ditarik dari tangensial jaringan lunak dagu Pog’ dan titik paling depan dari bibir atas dan bibir bawah Gambar 9. Sudut-Z dibentuk oleh perpotongan antara bidang horizontal Frankfort dan garis profil tersebut. Nilai ideal sudut ini berkisar 80 ± 9 o . 16 Gambar 9. Sudut-Z Merrifield, sebuah garis profil wajah yang dibentuk oleh garis yang ditarik dari tangensial jaringan lunak dagu Pog’ dan titik paling depan dari bibir atas dan bibir bawah 25 Universitas Sumatera Utara

2.5 Suku Batak

Dokumen yang terkait

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

3 18 64

Hubungan Konveksitas Skeletal dengan Jaringan Lunak Wajah pada Mahasiswa Suku Proto Melayu FKG dan FT USU

3 15 72

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

2 9 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 13

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 2

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 5

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 17

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu Chapter III VI

0 1 15

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

1 4 3

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 9