HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA
i
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
ELVIRA MARIDHA A. BOMBAY 20120320114
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
i
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
ELVIRA MARIDHA A. BOMBAY 20120320114
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii
HALAMAN PENGESAHAN KTI
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA
Disusun oleh:
ELVIRA MARIDHA A. BOMBAY 20120320114
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 22 Agustus 2016
Dosen Pembimbing
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB
NIK : 173185
Dosen Penguji
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.,Jiwa., Ph.D
NIK : 173058 Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC NIK : 197703132000104173046
(4)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Elvira Maridha A. Bombay
NIM : 20120320114
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalm bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Engkau Yang Maha Segalanya, sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan kelancaran hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.
Untuk kedua orang tua, Ayah (Asjan S. Bombay) dan Ibu (Nurlaila Hi. Husen) yang sangat luar biasa, terima kasih penulis ucapkan untuk doanya yang tidak pernah henti kepada penulis, untuk segala bentuk kasih sayang, perhatian dan nasehat serta dukungan yang luar biasa untuk penulis. Hasil dari perjuangan ini kupersembahkan untuk kalian,walaupun tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan kalian. semoga ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk melangkah kedepannya dan membuat ayah dan ibu lebih bangga lagi.
Untuk kakek Salim Bombay (Alm) dan paman Kadafi S. Bombay (Alm), hasil ini untuk kalian. Semoga kalian bangga dan tenang di alam sana.
Untuk nenek tercinta Bida Abu, terima kasih yang luar biasa. Terima kasih selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian dan pengorbanan kepada penulis.
Untuk adikku satu-satunya Wahyu Sah Budi A. Bombay, terima kasih sudah menjadi bagian penting dalam hidup penulis. Terima kasih sudah menjadi adik yang pengertian dan sabar. Ayo kita berdua berjuang untuk orang tua dan keluarga kita.
Untuk Yati Bombay, Mama Ain, Andi Bombay, Mama Jija, Papa Dula, Hilda Bombay, Ikhy Bombay, Rifda Bombay, Ririn Bombay, Fandi Bombay, Fadli Bombay, Kausar Hi Husen dan seluruh keluarga Hi Husen yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang yang luar biasa.
Untuk Deva Prayunika, Tiffani Aprilia, Nadia Imara Fasa, Ina Fadillah, Sitti Nursanti, Adelia Pramudita Monanda terima kasih untuk segalanya. Terima kasih untuk doa, semangat, bantuan dan perhatiannya untuk penulis. Semoga kita terus sukses ke depannya.
Untuk teman-teman seperjuangan dan satu bimbingan (Indah, Asri, Atsna, Novia, Suci). Terima kasih untuk semangat, motivasi dan doanya. Selamat dan semangat berjuang sahabat.
Untuk Nurrahmi Umanailo, Eka Wulandari, Dewi Makhrantika Madiong, Megawati Abd Rachman, Yuli Jois, Nuryati Saleh, Pipit Pellu, Farrah HSN, Rukmah Khairiah, Asmalina Rahayu yang tidak hentinya memberikan semangat,motivasi dan dukungan. Terima kasih sudah menjadi teman dan saudara yang luar biasa selama ini.
Untuk personil Palahega Logistik ( bunda Mhia Joram, ibu Nani Dero, Onaa, Rasdiyana Usman, Mami Imha, ante Vhylot, Miggo). Terima kasih selalu ada untuk penulis, terima kasih untuk canda tawanya.
Untuk teman-teman SD Islamiyah III Ternate, MTS.N Ternate, SMA.N 8 Ternate khususnya Delpast (Dua Belas IPA 1). Terima kasih telah menjadi bagian dari penulis selama menuntut ilmu.
(6)
v
MOTTO
“Wahai Orang-Orang Yang Beriman, Mintalah Pertolongan
Kepada Allah Dengan Sabar Dan Shalat” (Qs. Al-Baqarah: 153)
“Ilm (Pengetahuan) Tanpa „Aql (Kecerdasan) Adalah Seperti
Memiliki Sepatu Tanpa Kaki” (Ali Bin Abi Thalib)
“Jangan Bersedih, Allah Bersama Kita” (La Tahzan)
“Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”
(7)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik Yng Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Bapak Asjan Bombay dan Ibu Nurlaila Hi. Husen selaku orang tua yang telah mendukung dengan semua perhatian, nasihat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk penulis. 2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. (Almarhumah) Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep., Sp.KMB., CWCS.,HNC selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalanan pertama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalan terakhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. Direktur Pendidikan dan Penelitian RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh staf perawat dan pasien hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
(8)
vii
9. Seluruh keluarga besar Bombay dan Hi. Husen, terima kasih telah memberikan semangat dan dukungan.
10. Mhia Joram, Nani Dero, Onaa, Rasdiyana Usman, Irmawati, Vhylat Mansur, Miggo yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka, yang
selalu menghadirkan tawa disetiap saat.
13. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dikemudian hari.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Yogyakarta, 23 Agustus 2016
(9)
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A.Landasan Teori ... 9
1. Gagal Ginjal Kronik ... 9
2. Hemodialisa ... 13
3. Depresi ... 16
4. Mekanisme Koping ... 22
B.Kerangka Teori ... 31
C.Kerangka Konsep ... 32
D.Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A.Desain Penelitian ... 33
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 33
C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
D.Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 34
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34
1. Variabel Penelitian ... 34
2. Definisi Operasional ... 35
F. Instrumen Penelitian ... 36
G.Cara Pengumpulan Data ... 37
(10)
ix
I. Pengolahan Data ... 39
J. Analisis Data ... 40
K.Etika Penelitian ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Lokasi Penelitian ... 42
B.Hasil Penelitian ... 43
1. Analisis Univariat ... 43
2. Analisis Bivariat ... 48
C. Pembahasan ... 49
1. Karakteristik Responden ... 49
2. Tingkat Depresi Responden ... 55
3. Mekanisme Koping Responden ... 58
4. Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta ... 61
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 64
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 64
B.Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
(11)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Mekanisme Koping ... 29
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 44
Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Depresi Responden ... 45
Tabel 4.3 Karakteristik Mekanisme Koping Responden ... 55
Tabel 4.4 Crosstab Karakteristik Responden dengan Tingkat Depresi dan Mekanisme Koping ... 46
Tabel 4.5 Distribusi Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Responden ... 48
(12)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori ... 31 Gambar 2 Kerangka Konsep ... 32
(13)
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Data Demografi Responden Penelitian Lampiran 4. Kuesioner Tingkat Depresi
Lampiran 5. Kuesioner Mekanisme Koping Lampiran 6. Surat Izin Survey Pendahuluan Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
(14)
xiii
Elvira Maridha A. Bombay (2016) : Hubungan Tingkat Depresi Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Pembimbing : Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp.Kep.MB.
INTISARI
Latar Belakang : Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan perubahan seperti perilaku penolakan, marah, perasaan takut, dan depresi. Mekanisme koping pasien yang merupakan proses mengembangkan perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam individu, mengurangi dampak kecemasan bahkan stress dalam kehidupan.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan rancangan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada tanggal 1 Maret – 30 Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Tekhnik pengambilan sampel dengan total sampling, didapatkan 70 responden. Analisa data yang digunakan adalah spearman untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, dengan nilai dari spearman = 0,000 atau p<0,01. Hasil crosstabs kekuatan korelasi (r) = 0.739 yang artinya kekuatan korelasi antara tingkat depresi dan mekanisme koping adalah kuat.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antar tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
(15)
xiv
Elvira Maridha A. Bombay (2016):The Correlation Level of Depression with Mechanism Coping Chronic Kidney Disease Patients Who Undergoing Hemodialysis in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta
Advisor: Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB ABSTRACK
Background: Renal failure classified as a chronic disease that requires treatment and outpatient care in the long term. The condition is of course cause behavioral changes such as denial, anger, fear and depression. Patients coping mechanism which is the process of developing a new behavior that aims to cultivate the power of the individual, reducing the impact of stress and even anxiety in life.
Objective: This study aims to determine the correlation between depression and coping mechanisms of patients with chronic renal failure who undergoing hemodialysis at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II.
Methods: This study is a non-experimental studies with correlative descriptive design with cross sectional study conducted on March 1 - March 30, 2016. The study population was hemodialysis patients in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Technique that used with total sampling, obtained 70 respondents. Data Analysis used was spearman to know the correlation between depression and coping mechanism.
Results : Research result show that there is a relationship with the depressed levels in hemodialysis patients coping mechanism RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II, with a value of Spearman 0.000 or P <0.01. Results crosstabs strength of the correlation (r) 0739, which means the strength of the correlation between the level of depression and coping mechanisms are strong.
Conclusion : There is a relationship between the level of depression and coping mechanisms in patients with chronic renal failure who undergoing hemodialysis at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II.
(16)
(17)
i
Elvira Maridha A. Bombay (2016) : Hubungan Tingkat Depresi Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Pembimbing : Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp.Kep.MB.
INTISARI
Latar Belakang : Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan perubahan seperti perilaku penolakan, marah, perasaan takut, dan depresi. Mekanisme koping pasien yang merupakan proses mengembangkan perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam individu, mengurangi dampak kecemasan bahkan stress dalam kehidupan.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan rancangan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada tanggal 1 Maret – 30 Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Tekhnik pengambilan sampel dengan total sampling, didapatkan 70 responden. Analisa data yang digunakan adalah spearman untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, dengan nilai dari spearman = 0,000 atau p<0,01. Hasil crosstabs kekuatan korelasi (r) = 0.739 yang artinya kekuatan korelasi antara tingkat depresi dan mekanisme koping adalah kuat.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antar tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
(18)
ii
Elvira Maridha A. Bombay (2016):The Correlation Level of Depression with Mechanism Coping Chronic Kidney Disease Patients Who Undergoing Hemodialysis in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta
Advisor: Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB ABSTRACK
Background: Renal failure classified as a chronic disease that requires treatment and outpatient care in the long term. The condition is of course cause behavioral changes such as denial, anger, fear and depression. Patients coping mechanism which is the process of developing a new behavior that aims to cultivate the power of the individual, reducing the impact of stress and even anxiety in life.
Objective: This study aims to determine the correlation between depression and coping mechanisms of patients with chronic renal failure who undergoing hemodialysis at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II.
Methods: This study is a non-experimental studies with correlative descriptive design with cross sectional study conducted on March 1 - March 30, 2016. The study population was hemodialysis patients in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Technique that used with total sampling, obtained 70 respondents. Data Analysis used was spearman to know the correlation between depression and coping mechanism.
Results : Research result show that there is a relationship with the depressed levels in hemodialysis patients coping mechanism RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II, with a value of Spearman 0.000 or P <0.01. Results crosstabs strength of the correlation (r) 0739, which means the strength of the correlation between the level of depression and coping mechanisms are strong.
Conclusion : There is a relationship between the level of depression and coping mechanisms in patients with chronic renal failure who undergoing hemodialysis at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta II.
(19)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Ginjal manusia berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan garam (Potter & Perry, 2006). Gagal ginjal dinyatakan terjadi jika fungsi kedua ginjal terganggu sampai pada titik ketika ginjal tidak mampu menjalani fungsi regulatorik dan ekskretorik untuk mempertahankan keseimbangan (Nabilla, Esrom, Ferdinand, 2013).
Data dari National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse (NKUDIC) (2012) pada akhir tahun 2009, prevalensi penderita penyakit ginjal stadium akhir di Amerika Serikat yaitu 1.738 penderita persatu juta penduduk dan 370.274 diantaranya menjalani hemodialisis. Populasi di Malaysia dengan 18 juta orang, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu lebih dari dua juta orang yang menderita penyakit ginjal kronik (Rustina, 2012). Insiden ini di negara berkembang lainnya, diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun (Sudoyo, 2006).
Prevalensi penderita penyakit ginjal kronik berdasarkan Indonesia Renal Registry pada tahun 2008 yaitu sekitar 200-250 per satu jutapenduduk dan yang menjalani hemodialisis mencapai 2.260 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya. Klien yang menggunakan pelayanan khusus pada tahun 2005 sebanyak 11.219 dan pada tahun 2007 bertambah menjadi 137.118 pasien. DKI Jakarta menangani pasien yang menjalani
(20)
hemodialisis sebanyak 17.815 pasien (Depkes RI, 2008). Data Depkes Provinsi D.I. Yogyakarta menyebut bahwa sepanjang tahun 2009 terdapat 461 kasus baru penyakit gagal ginjal kronik yang terbagi atas kota Yogyakarta 175 kasus, Kabupaten Bantul 73 kasus, Kabupaten Kulon Progo 45 kasus dan Kabupaten Sleman 168 kasus, serta pasien yang meninggal di kota Jogja 19 orang, Bantul 8 orang, Kulon progo 45 orang, Sleman 23 orang (Mayangsari, 2013). Menurut data PT Askes, ada sekitar 14,3 juta orang penderita gagal ginjal tahap akhir saat ini menjalani pengobatan yaitu dengan prevalensi 433 juta perjumlah penduduk. Jumlah ini akan meningkat hingga melebihi 200 juta pada tahun 2025 (Febrian, 2009).
Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan perubahan seperti perilaku penolakan, marah, perasaan takut, rasa tidak berdaya, putus asa, cemas bahkan bunuh diri (Chanafie, 2010). Depresi merupakan masalah psikologis yang paling sering dihadapi oleh pasien penyakit ginjal kronik dan yang menjalani hemodialisis. Depresi merupakan penyakit yang melibatkan tubuh, suasana hati, dan pikiran (Shanty, 2011). Depresi yang paling sering muncul pada pasien-pasien dialisis adalah anhedonia, perasaan sedih, tidak berguna, merasa bersalah, putus asa, gangguan tidur, diikuti dengan nafsu makan menurun, dan libido menurun, dalam jurnal Suryaningsih, Esrom, Ferdinand (2010). Berdasarkan penelitian Nabila, dkk (2013) pasien yang paling banyak mengalami depresi adalah laki-laki dan yang baru pertama kali menjalani hemodialisis. Saat seseorang berada dalam situasi yang terancam, maka respon koping perlu segera dibentuk. Mekanisme koping yang dapat diterapkan oleh individu yaitu mekanisme koping adaptif dan maladaptif (Ihdaniyati & Arifah, 2009).
(21)
Mekanisme koping pasien merupakan proses yang aktif di mana menggunakan sumber-sumber dari dalam pribadi pasien dan mengembangkan perilaku baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan dalam individu, mengurangi dampak kecemasan bahkan stress dalam kehidupan (Yemi ma, Esrom, Ferdinand, 2013). Terdapat berbagai cara yang dilakukan pasien dalam menghadapi masalah tersebut baik secara adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, tekhnik relaksasi dan olahraga, atau menggunakan cara yang maladaptif seperti minum alkohol, reaksi lambat atau berlebihan, menghindari, mencederai atau lain sebagainya (Azizah, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yemi ma, dkk(2013) tentang mekanisme koping didapat 45,8% responden melakukan koping adaptif dan 54,2% responden melakukan koping maladaptif.
Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’rij ayat 19-21 tentang tabiat manusia yang suka sedih dan berkeluh-kesah, "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir". (QS. Al- Ma'arij: 19-21). Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia sering mengeluh jika ditimpa musibah dan apabila diberikan kesenangan manusia sering kufur nikmat.
Hasil studi pendahuluan yang di lakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah II didapatkan data pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin di RS PKU Muhammadiyah II tahun 2015 sebanyak 125 orang dan dari 10 responden didapatkan hasil 5 orang mengalami depresi dan 5 orang tidak mengalami depresi dan dari 10 orang tersebut yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah (adaptif) 6 orang sedangkan yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada emosi (maladaptif) 4 orang.
(22)
Berdasarkan latar belakang mengenai tingkat depresi pada pasien hemodialisa dan dampaknya terhadap mekanisme koping maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2016. b. Untuk mengetahui tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
(23)
c. Untuk mengetahui jenis mekanisme koping adaptif dan maladaptif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2016.
d. Menganalisa hubungan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Tenaga Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk membantu dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien depresi dengan penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun program pembelajaran tentang program-program perbaikan penyakit gagal ginjal kronik.
(24)
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk penelitian tentang masalah penyakit gagal ginjal kronik.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagaimana kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.
E. Keaslian Penelitian
1. Nabilla Lukman, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling(2013), meneliti Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan Tingkat Depresi Klien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Prof Dr Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif dan analitik dengan menggunakan desain Cross-Sectional. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan tindakan hemodialisa dengan tingkat depresi klien penyakit ginjal kronik sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, dan dilihat dari distribusi pekerjaan, sebagian besar bekerja. Penelitian ini membuktikan responden yang paling banyak mengalami depresi adalah responden yang baru pertama kali menjalani tindakan hemodialisa. Persamaan penelitian Nabilla, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah rancangan penelitian Cross-Sectional dengan metode pendekatan deskriptif dan analitik. Perbedaan penelitian Nabilla dkk dengan penelitian yang diteliti adalah variabel terikat (mekanisme koping), metode penelitian (purposive sampling), lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.
(25)
2. Yemima G.V Wurara, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling (2013), meneliti Mekanisme Koping pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Prof.Dr.R.D Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan koping adaptif 27 orang (45,5%), sedangkan yang menggunakan koping maladaptif 32 orang (54,2%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis lebih banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif. Persamaan penelitian Yemi ma, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah jenis penelitian (deskriptif). Perbedaan penelitian Yemi ma, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah variabel bebas (mekanisme koping), metode penelitian (aksidental sampling), lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.
3. Ni Ketut Romani, Sri Hendarsih, Fajarina Lathu Asmarani (2012), meneliti Hubungan Mekanisme Koping Individu Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUP Dr, Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan studi korelasi serta dengan rancangan Cross-Sectional. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan antara mekanisme koping individu dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Persamaan penelitian Ni Ketut Romani, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah metode penelitian (deskriptif dan analitik), dan rancangan penelitian (Cross-Sectional). Perbedaan penelitian Ni Ketut Romani, dkk adalah variabel bebas (mekanisme koping), variable terikat (tingkat kecemasan),
(26)
pengambilan sampel (Accidental sampling) lokasi penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Penyakit Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir adalah merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Sudoyo, 2007). Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Sudoyo, 2006).
Gagal ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal terhadap akhir atau dapat diartikan pula sebagai semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006). Suwitra (2006)
(28)
menyebutkan bahwa gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan penyebab yang beragam, sehingga ginjal mengalami penurunan fungsi secara progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
b.Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Suwitra (2006) etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara lain sebagai berikut :
1) Glomerulonefritis, di perkirakan sekitar 25% menjadi penyebab utama gagal ginjal kronik (Suwitra, 2006). Glomerulonefritis merupakan proses inflamasi pada glomeruli dan dapat merusak ginjal secara perlahan. Gagal ginjal kronik bisa terjadi kemungkinan disebabkan oleh terapi glomerulonefritis yang agresif (Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13).
2) Diabetes Melitus, merupakan salah satu penyakit yang menghambat penggunaan glukosa oleh tubuh, bila di tahan dalam darah dan tidak diuraikan, glukosa dapat bertindak sebagai racun sehingga akan merusak nefron dan menyebabkan gagal ginjal (Brunner & Suddarth, 2007).
3) Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik yang di perkirakan sekitar 20% (Suwitra, 2006). Penyakit hipertensi dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah dimana awal mulanya terjadi kerusakan vaskuler pembuluh darah, sehingga terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah. Apabila
(29)
pembuluh darah vasokontriksi, maka akan terjadi gangguan sirkulasi pada ginjal (Muttaqin, 2009). Menurut Alam dan Hadibroto (2007) menjelaskan bahwa ginjal bergantung dari sirkulasi darah untuk menjalankan fungsinya sebagai pembersih darah dari sampah tubuh. Apabila terjadi gangguan sirkulasi darah maka akan terjadi hipertensi kronik yang berdampak pada kerusakan ginjal dan fungsinya akan menurun.
c. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Pembagian stadium gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan Bare (2006) adalah :
1. Stadium I, stadium I ini disebut dengan penurunan cadangan ginjal, tahap inilah yang paling ringan dimana faal ginjal masih baik. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik, laju filtrasi glomerolus/glomeruler Filtration rate (GFR) < 50 % dari normal, bersihan kreatinin 32,5-130 ml/menit ( Cut Hasna, 2010).
2. Stadium II, Stadium II ini disebut dengan insufiensi ginjal, pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak, GFR besarnya 25 % dari normal, kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal (Chaidar, 2011)
3. Stadium III, Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul karena 90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron yang utuh, nilai GFR nya 10% dari keadaan normal
(30)
dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Sampai stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh, dengan pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialysis (Melti, Arthur, Firginia, 2014).
d.Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah (Brunner & Suddart, 2007).
Stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akanterjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
(31)
keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Ketika LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Nova Faradilla, 2009). 2. Hemodialisis
a. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis adalah tindakan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebih (Smeltzer, 2007). Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen (Suryanto dan Madjid,2009).
(32)
Terapi hemodialisis merupakan suatu tekhnologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat sebagai ginjal buatan di mana terjadi proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi (Setyawan, 2001).
b.Cara Kerja Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran permeabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke mesin dialysis (Potter & Perry, 2006). Darah dimasukkan ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan pendialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi (Corwin, 2009).
Aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialirkan dari tubuh pasien ke dialyzer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien (Brunner & Suddart, 2007).
c. Pertimbangan Psikososial
Menurut Brunner & Suddart (2007) ada beberapa pertimbangan psikososial yang dihadapi oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa antara lain :
(33)
1) Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dalam kehidupannya. Pasien biasanya mengalami masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian.
2) Pasien dengan hemodialisa akan menjalani gaya hidup yang terencana berhubungan dengam terapi dialysis dan pembatasan asupan makanan serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien dan keluarga.
3) Dialysis yang dilakukan oleh pasien akan menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi dialysis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi, rasa bersalah serta depresi dalam keluarga. Pasien hemodialisa akan mengalami perasaan kehilangan karena setiap aspek kehidupan normalnya yang pernah dimiliki pasien telah terganggu. Jika perasaan tersebut tidak diungkapkan, mungkin akan diproyeksikan ke dalam diri sendiri dan menimbulkan depresi, rasa putus asa serta upaya bunuh diri.
(34)
3. Depresi
a. Pengertian Depresi
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi sering kali berhubungan dengan berbagai masalah psikologis lain, seperti serangan panik, penyalahgunaan zat, disfungsi seksual dan gangguan kepribadian (Davison dkk, 2006). Individu yang mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitive, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat, hilangnya percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan (Lubis, 2009).
Depresi merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan trias depresi, yaitu kesedihan berkepanjangan, motivasi menurun, dan kurang tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat, 2011). Depresi adalah gangguan mental umum dengan tanda kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan menurun, energi rendah, dan hilang konsentrasi (WHO, 2014).
(35)
b.Etiologi Depresi
Etiologi depresi secara pasti belum diketahui, ada beberapa hipotesis yang berhubungan dengan faktor biologik dan psikososial. 1. Faktor Biologik
a) Biogenik Amin. Biogenik amin ini dilepaskan dalam ruang sinaps sebagai neurotransmiter. Neurotransmiter yang banyak berperan pada depresi adalah norepinefrin dan serotonin ( Idrus, 2007).
b) Hormonal, pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis system limbic hipotalamus-hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol. Selain itu juga ditemukan juga penurunan hormone lain seperti GH, LH, FSH, dan testosterone ( Idrus, 2007 ).
c) Tidur, pada depresi ditemukan peningkatan aktivitas rapid eye movement (REM) pada fase awal memasuki tidur dan penurunan REM pada fase latensi ( Idrus, 2007).
d) Genetik, gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari orang tua mempunyai riwayat depresi maka 27 % anaknya akan menderita gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi maka kemungkinanya meningkat menjadi 50 –75 % ( Idrus, 2007).
(36)
2. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya (Sadock & Sadock,2010).
Menurut penelitian Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya akan mengakibatkan mereka putus asa.
c. Gambaran Klinis Depresi
Penderita depresi dapat ditemukan beberapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000) yaitu perubahan fisik dengan tanda penurunan nafsu makan,gangguan tidur, kelelahan atau kurang energy, agitasi, nyeri, sakit kepala tanpa penyebab fisik. Kedua adalah perubahan pikiran dengan tanda merasa bingung, lambat berpikir, sulit membuat keputusan, kurang percaya diri, merasa bersalah atau tidak
(37)
mau dikritik, dan adanya pikiran untuk membunuh diri. Ketiga, perubahan perasaan dengan ciri-ciri penurunan ketertarikan dengan lawan jenis, merasa sedih, sering menangis tanpa alasan yang jelas, irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif. Keempat, perubahan pada kebiasaan sehari-hari dengan tanda menjauhkan diri dari lingkungan social, penurunan aktivitas, serta menunda pekerjaan rumah.
Menurut Maslim (2002) dalam PPDGJ-III, tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala-gejalanya yaitu depresi ringan, gejalanya adalah kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri yang kurang, lama gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu. Depresi sedang, gejalanya adalah gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, lama gejala berlangsung minimum 2 minggu. Depresi berat, dengan gejala mood depresif, perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri, tidur terganggu disertai halusinasi, lama gejala berlangsung selama 2 minggu.
d.Penatalaksanaan Depresi
Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan (2011) antara lain yaitu terapi keluarga, problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan depresi, sehingga dukungan keluarga
(38)
terhadap pasien sangat penting. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, merubah dan memperbaiki sikap atau struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien. Terapi kognitif-perilaku, bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negative (persepsi diri yang buruk, masa depan yang suram, diri yang tak berguna lagi) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Terapi seni menurut The American Art Therapy Association dalam Mukhlis (2011), terapi seni banyak digunakan sebagai sarana menyelesaikan konflik emosional, meningkatkan kesadarn diri, mengembangkan keterampilan social, mengontrol perilaku, menyelesaikan permasalahan, mengurangi kecemasan, meningkatkan harga diri dan berbagai gangguan psikologis lainnya.
Menurut Case dan Dalley dalam Mukhlis (2011), terapi seni merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk penciptaan (karya atau produk) seni. Holt dan Kaiser dalam Mukhlis (2011) mengatakan bahwa melalui aktivitas seni tersebut individu diasumsikan mendapat media paling aman untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi.
(39)
e. Pengukuran Tingkat Depresi
Gejala depresi diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi harus dilakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercaya serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada pasien depresi (Azizah, 2011)
Beck Depression Inventory (BDI) merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat keparahan depresi. BDI dikembangkan untuk menilai jenis dan tingkat keparahan depresi berdasarkan gejala (Beck dalam Ahn jo et al, 2006). Instrumen ini terdiri dari 21 item yang memuat tentang kesedihan pesimisme, perasaan gagal, perasaan tidak puas, perasaan bersalah atau berdosa, perasaan dihukum, rasa benci pada diri sendiri, mudah tersinggung,menarik diri dari lingkungan sosial, tidak mampu mengambil keputusan, penyimpangan citra tubuh, kelambanan dalam bekerja, menangis, gangguan tidur, kelelahan, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kecemasan fisik, dan penurunan libido (Setiawan, 2011).
Skala BDI merupakan skala pengukuran yang mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 di antaranya menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili depresi yang lebih berat. Batasan nilai
(40)
untuk depresi, 0-9 mengindikasikan tidak ada depresi, 10-18 untuk depresi ringan, 19-29 depresi sedang, dan 30-63 mengindikasikan adanya depresi berat.
4. Mekanisme Koping
a. Pengertian Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres. Termasuk didalamnya upaya penyelesaian langsung dan mekanisme koping pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, 2007). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999 dalam Sulistiawati, 2005).
Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Menurut Nasir & Muhith (2011), koping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima antara keinginan (demands) dan pendapatan (resources) yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan. Lebih lanjut Nasir & Muhith menjelaskan koping merupakan suatu tindakan mengubah kognitif dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu.
(41)
b.Jenis Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2009) mekanisme koping dibagi menjadi 3 bagian antara lain :
1) Problem Focused Coping
Problem Focused Coping merupakan mekanisme koping individu yang melibatkan tugas dan usaha langsung yang digunakan individu untuk menyelesaikan masalah itu sendiri.Termasuk dalam koping ini adalah negosiasi, konfrontasi dan menerima nasihat. 2) Cognitively Focused Coping
Cognitively Focused Coping merupakan mekanisme koping dimana reaksi individu untuk mengontrol masalah dan berusaha menetralisirnya. Termasuk dalam koping ini adalah perbandingan positif, pengabaian secara elektif dan mengontrol keinginan.
3) Emotional Focused Coping
Emotional Focused Coping merupakan mekanisme koping dimana pasien berorientasi terhadap tekanan emosional. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme pertahan ego, seperti penyangkalan, penindasan, atau proyeksi.
Menurut (Kelliat, 1999 dalam Ihdaniyati & Arifah, 2009) mekanisme koping ada dua macam yaitu mekanisme koping adaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif. Kategorinya adalah berbicara dengan orang
(42)
lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstruktif. Mekanisme koping maladaptif, suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar, marah-marah, mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme koping yang maladaptif dapat memberikan dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan fisik dan bahkan resiko bunuh diri.
c. Sumber Koping
Stuart dan Sundeen (2008) mengemukakan bahwa kemampuan koping dipengaruhi oleh faktor internal meliputi umur, kepribadian, intelegensi, pendidikan, nilai, kepercayaan, budaya, emosi, dan kognitif. Faktor eksternal meliputi support sistem, lingkungan, dan keadaan finansial penyakit. King dalam Family Focus Publication of National Kidney Foundation (2005) menyatakan bahwa salah satu cara koping yang dapat dilakukan oleh pasien GGK adalah dari segi kerohanian dengan kegiatan seperti berdoa, meditasi, serta dating ke tempat beribadah seperti masjid, gereja sesuai dengan kepercayaan yang diyakini.
Stuart (2009) menyatakan bahwa salah satu sumber koping yaitu aset ekonomi dapat membantu meningkatkan koping individu dalam
(43)
menghadapi situasi stressful. Pendidikan yang tinggi dapat memiliki pengetahuan yang luas dan pemikiran yang lebih realistis dalam pemecahan masalah yaitu salah satunya tentang kesehatan sehingga dapat menerapkan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit (Notoatmodjo, 2011).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Koping
1) Harapan akan self-efficacy, harapan akan self-efficacy berkenaan dengan harapan kita terhadap kemampuan diri dalam mengatasi tantangan yang kita hadapi, harapan terhadap kemampuan diri untuk menampilkan tingkah laku terampil, harapan terhadap kemampuan diri untuk dapat menghasilkan perubahan hidup yang positif.
2) Dukungan sosial, individu dengan dukungan sosial tinggi akan mengalami stress yang rendah ketika mengalami stress, dam mereka akan mengatasi stress atau melakukan koping lebih baik. Selain itu dukungan sosial juga menunjukkan kemungkinan untuk sakit lebih rendah, mempercepat proses penyembuhan ketika sakit dan untuk mengurangi resiko kematian terhadap penyakit yang serius. Menurut hasil penelitian membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stress dan rasa sakit yang dialami.
(44)
3) Optimisme, pikiran yang optimis dapat menghadapi suatu masalah lebih efektif dibanding pikiran yang pesimis berdasarkan cara individu melihat suatu ancaman. Pikiran yang optimis dapat membuat keadaan stressful sebagai sesuatu hal yang harus dihadapi dan diselesaikan, oleh karena itu individu akan memilih menyelesaikan dan menghadapi masalah yang ada dibandingkan dengan individu yang mempunyai pikiran pesimis.
4) Jenis kelamin, menurut Yin, Chen & Cheng (2008) bahwa ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam kontrol diri. Anak laki-laki lebih sering menunjukkan perilaku-perilaku yang dianggap sulit yaitu gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Perempuan diberi penghargaan atas sensitivitas, kelembutan, dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong untuk menunjukkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Sebagian anak laki-laki, menganggap kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustasi yang paling diterima secara luas (Affandi, 2009).
5) Periode Penyesuaian Psikologik
Hemodialisis akan menjadi gaya hidup bagi pasien dan keluarganya, waktu yang dihabiskan untuk hemodialisis, berobat ke dokter, serta penyakit kronis dapat menciptkan konflik, frustasi,
(45)
marah, dan depresi. Hal ini dapat menyulitkan pasien, pasangan dan keluarga untuk mengekspresika perasaan (Daugirdas, 2001 dalam Pratiwi, 2008). Menurut Kubler-Ross dalam Iyus Yosep (2007) penyesuaian psikologis memiliki beberapa tahap, yaitu : a) Pengingkaran atau denial, reaksi pertama individu yang
mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
b) Marah atau anger, fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang-orang tertentu atau ditujukan pada dirinya sendiri. Reaksi yang ditujukan pada fase ini adalah agresif, bicara kasar, menolak pengobatan dan menuduh dokter dan perawat yang tidak kompeten.
c) Tawar-menawar atau bargaining, apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif maka ia akan maju ke tahap tawar-menawar. Pada tahap ini biasanya pasien akan mengeluarkan kata-kata seperti “seandainya dulu saya mau menjaga kesehatan”.
d) Depresi atau depression, individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
(46)
berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga.
e) Penerimaan atau acceptance, fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang.
e. Pengukuran Mekanisme Koping
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa adalah The ways of coping yang telah dimodifikasi oleh Lita Purnama Sari (2013) yang terdiri dari 20 pertanyaan seperti yang terlampir dalam tabel berikut.
(47)
Tabel 2.1 Kisi-kisi pertanyaan tentang mekanisme koping
Jenis Koping Indikator Sebaran item Jumlah
Adaptif Membicarakan masalah dengan keluarga
Berdoa dan bertawakkal
Membicarakan dengan orang yang professional
Menyelesaikan permasalahan secara bertahap
Meminta nasihat pada orang lain Membicarakan pada orang
terdekat
Berfikir masalah ini wajar karena apa yang sudah dilakukan di masa lalu
Mengambil hikmah dari masalah yang dihadapi
Meyakinkan diri sendiri untuk tidak khawatir
Mencoba lebih baik lagi dan menerima masalah sebagai suatu pengalaman
Mencoba melihat masalah dengan sudut pandang yang berbeda Meyakinkan diri sendiri bahwa
masalah ini tidak terlalu penting
1,4,5,9,12,16, 11,14,18,2,8,7
12
Maladaptif Melampiaskan masalah dengan orang lain
Menghindar dari orang lain Merahasiakan kondisi sakit Melakukan sesuatu yang
berbahaya
Marah dan menyalahkan orang lain
Mencoba melupakan masalah Mencoba melakukan pengobatan
lain
Tetap beraktivitas walaupun dalam kondisi sakit
3,6,,10,13,15,19,20,1
8
(48)
Instrumen mekanisme koping ini menggunakan skala Likert pernyataan bersifat favorabel, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT),Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor pernyataan yang bersifat unfavorabel, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT),Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Kriteria pemberian skor untuk item favorabel meliputi jawaban Sangat Setuju (SS) mendapatkan nilai 5, Setuju (S) mendapat nilai 4, Tidak Tahu (TT) mendapatkan nilai 3, Tidak Setuju (TS) mendapatkan nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai 1. Kriteria pemberian skor untuk item unfavorabel meliputi jawaban Sangat Setuju (SS) mendapatkan nilai 1, Setuju (S) mendapat nilai 2, Tidak Tahu (TT) mendapatkan nilai 3, Tidak Setuju (TS) mendapatkan nilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai 5. Skor total dari pernyataan favorabel adalah 60 sementara skor total dari pernyataan unfavorable adalah 40. Untuk menentukan responden yang menggunakan mekanisme koping adaptif atau maladaptif dengan melihat nilai perbandingan skor pernyataan yang lebih besar yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Nilai perbandingan skor adaptif = Nilai perbandingan skor maladaptive =
Keterangan :
x : nilai skor pernyataan adaptif y : nilai skor pernyataan maladaptif
(49)
B.Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1.Kerangka Teori Penelitian
Sumber Modifikasi Roy (1979) , Health Belief Model, dan Thallis (1995).
Gagal Ginjal Kronik
Terapi Hemodialisis
Terjadi Depresi
Tiga jenis depresi : 1. Ringan(Mild) 2. Sedang
(Moderate) 3. Berat (Severe) Muncul tanda dan gejala depresi :
1. Perubahan fisik 2. Perubahan pikiran 3. Perubahan perasaan 4. Perubahan pada
kehidupan sehari-hari
Mekanisme Koping : 1. Adaptif 2. Maladaptif
(50)
C.Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
A.HIPOTESIS
Ha : Terdapat hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Ho :Tidak terdapat hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Depresi
Ringan Sedang Berat
Mekanisme Koping:
Adaptif Maladaptif
Pasien Hemodialisis
(51)
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan, menguraikan dan menganalisa suatu populasi dengan didasarkan dari hasil kesimpulan atau hasil analisis dari penelitian sampel yang berasal dari populasi yang sedang diteliti (Machfoedz, 2010). Cross sectional disebut juga studi potong lintang dan juga mencari hubungan sebab akibat. Suatu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu (Hidayat, 2007).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua pasien yang menjalani terapi hemodialisis rutin di RS PKU Muhammadiyah II sebanyak 125 orang.
2. Sampel
Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode total sampling dengan total sampling 70 orang karena banyak responden yang masuk dalam kriteria eksklusi.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
(53)
Tempat penelitian yang digunakan adalah unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama 1 bulan mulai 1 Maret 2016 sampai 30 Maret 2016. D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang menjalani terapi hemodialisa, rutin dan terdata di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
b. Masih bisa berkomunikasi dengan baik dan kesadaran composmentis (kesadaran normal).
c. Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
b. Pasien yang berpindah tempat dari unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta ke rumah sakit lain.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operational 1. Variabel Penelitian
Variabel dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan. Macam-macam tipe variabel meliputi : independen, dependen, moderator (intervening), perancu dan kendali/control (Nursalam, 2008). Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan dependen.
(54)
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau perubahannya variable dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.
b. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah mekanisme koping.
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional N Variabel Definisi
Operasional Cara Pengukuran Hasil ukur Skala 1 . Variabel bebas (independe n) : tingkat depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa.
-Wawancara -Beck Depression Inventory (BDI) menggunakan 21 pertanyaan yang terdiri dari beberapa aspek. -Tidak depresi -Depresi ringan -Depresi sedang -Depresi berat Ordinal 2 . Variabel terikat (dependen) : mekanisme koping Mekanisme koping adalah
cara yang
dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
-Wawancara -Kuesioner mekanisme koping Adaptif dan Maladap tif Nominal
(55)
mengancam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pernyataan yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti kepada klien yang menderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis untuk diisi dan dilengkapi. Untuk kuesioner tingkat depresi mengacu pada Beck Depression Inventory (BDI). Skala BDI ( Beck Depression Inventory), terdiri dari 21 kelompok item yang menggambarkan 21 kategori sikap dan gejala depresi, yaitu : sedih, pesimis, merasa gagal, merasa tidak puas, merasa bersalah, merasa dihukum, perasaan benci pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, kecenderungan bunuh diri, menangis, mudah tersinggung, menarik diri dari hubungan sosial, tidak mampu mengambil keputusan, merasa dirinya tidak menarik secara fisik, tidak mampu melaksanakan aktivitas, gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, preokupasi somatic dan kehilangan libido sex (dalam Lestari, 2003).
Masing-masing kelompok item terdiri dari 3-6 pernyataan yang menggambarkan dari tidak adanya gejala sampai adanya gejala yang paling berat. Pada klasifikasi Bumberry (1987) skor 0-9 tidak mengalami depresi, skor 10-15 depresi ringan, skor 16-23 depresi sedang, skor 24-63 depresi berat. Rentang skor pada Beck Depression Inventory (BDI) adalah 0-63 dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 63. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis adalah The ways of coping yang telah dimodifikasi oleh Lita Purnama Sari (2013) yang terdiri dari 20 pernyataan
(56)
G. Cara Pengumpulan Data
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin dari institusi kepada Direktur RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
2. Peneliti mendapat surat persetujuan dari Direktur RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
3. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada kepala ruang atau bangsal hemodialisa yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk mengumpulkan data pasien hemodialisis
4. Peneliti melakukan pendekatan dan penjelasan kepada responden tentang penelitian dan mempersilahkan responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 5. Peneliti memberikan penjelasan cara mengisi kuesioner dan memberikan waktu kepada
responden untuk mengisi kuesioner.
6. Setelah seluruh pernyataan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data kemudian mengolah datanya.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument 1. Uji Validitas (kesahihan)
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009). Instrument penelitian yang pertama adalah Beck Depression Inventory (BDI) untuk mengukur tingkat depresi.Beck Depression Inventory (BDI) merupakan instrument pengumpulan data yang sudah baku. Uji validitas untuk Beck Depression Inventory (BDI) telah dilakukan oleh Beck (1985) dengan
(57)
melakukan beberapa kali penelitian. Kuesioner mekanisme koping telah diuji oleh Lita Purnama Sari (2013) dan dinyatakan valid oleh expert dan layak digunakan sebagai instrument dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Beck Depression Inventory (BDI) merupakan instrument pengumpulan data yang sudah baku. Korelasi Beck Depression Inventory (BDI) dengan penelitian klinis diperoleh uji validitas rxy = 0,67. Uji reliabilitas Beck Depression Inventory (BDI) dilakukan oleh Beck dengan (1985) teknik belah dua, diperoleh rxy = 0,86 dan meningkat menjadi rxy = 0,93 setelah dikorelasi dengan rumus Spearman. Kuesioner mekanisme telah diuji menggunakan koefisien alpha cronbach didapatkan hasil sebesar 0,916 dan dikatakan reliable.
I. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data-data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data tersebut sudah benar dan lengkap. Peneliti memeriksa kembali kebenaran data pasien dengan yang ada di kuesioner.
2. Coding
Pada tahap ini data diubah dalam bentuk kode, yaitu dari data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan yang memudahkan untuk entry data.
(58)
Untuk data demografi pasien di beri kode berupa angka, dan untuk variabel tingkat depresi dan mekanisme berupa jumlah skor pernyataan.
3. Data Entry atau Processing
Kemudian data dimasukkan kedalam program software komputer. Peneliti menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk memasukkan data.
4. Cleaning Data
Kegiatan dengan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Analisa Data
Data yang telah diperoleh dengan kuesioner kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS, dan dilakukan dengan tabulasi untuk menguji hipotesis hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dengan menggunakan Spearman.
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan karakteristik dari setiap variable penelitian. Analisis univariat pada penelitian ini, yaitu usia,jenis kelamin,status pendidikan,pekerjaan, status pernikahan dan variabel mekanisme koping akan dikategorikan adaptif dan maladaptif. Variable tingkat depresi akan dikategorikan dalam kategori depresi ringan, sedang dan berat. Analisis ini menggunakan aplikasi SPSS berupa analyze kemudian descriptive statistics dan dipilih menu frekuensi.
(59)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (tingkat depresi) dan independen (mekanisme koping) untuk melihat hubungan dua variabel tersebut. Pada penelitian ini variabel dependen (tingkat depresi) termasuk skala ordinal dan variabel independen (mekanisme koping) termasuk skala nominal, maka analisis bivariat menggunakan rumus Spearman.
K. Etika Penelitian
Berdasarkan Surat Keterangan Penelitian dari Komisi Etik UMY nomor : 056/EP-FKIK-UMY/11/2016 penelitian yang berjudul hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta ini memperhatikan beberapa aspek kode etik antara lain :
a. Memberikan inform consent sebelum melakukan penelitian
Lembar inform consent ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yan diteliti yang memenuhi kriteria sampel. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat kepada calon responden. Calon responden yang bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar inform consent.
b. Kerahasiaan Identitas
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
c. Kerahasiaan Informasi
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi atau masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
(60)
hasil penelitian seperti karakteristik responden, gambaran tingkat depresi dan gambaran mekanisme koping pasien.
(61)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang terletak di Jl. Wates Km 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan rumah sakit tipe C. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II mempunyai slogan AMANAH (Antusias, Aman, Nyaman, Akurat dan Handal) yang diterapkan di seluruh unit perawatan dan mulai beroperasional tanggal 15 Februari 2009. Sesuai dengan SK (Surat Keterangan) Menteri Kesehatan No : HK.P02.03/1/1976/2013, rumah sakit ini mendapatkan izin operasional sebagai rumah sakit tipe C pada tanggal 18 November 2013.
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta II termasuk yang terlengkap di Yogyakarta, salah satunya fasilitas unit hemodialisis. Unit hemodialisis di PKU Muhammadiyah II Yogyakarta memiliki 24 tempat tidur dan 24 mesin hemodialisis. Unit hemodialisis ini memiliki 7 perawat terlatih yang bekerja di setiap shiftnya.
Pasien yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2 berjumlah 130 orang pada bulan Februari 2016 dengan jadwal masing-masing. Terdapat 3 shift pada Senin dan Kamis, sedangkan 2 shift pada hari Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu. Pelayanannya mulai dari pukul 06.30 – 10.30 utntuk shift pagi, pukul 10.30 – 14.30 untuk shift siang dan pukul 14.30 – untuk shift sore.
Pasien yang baru datang akan langsung menimbang berat badannya kemudian meletakkan buku jadwal terapi di bagian nurse station untuk nanti dipanggil gilirannya. Pasien hemodialisis yang sudah mendapat gilirannya segera berbaring pada kasur kemudian perawat akan menghubungkan arteri dan vena pasien dengan mesin hemodialisis melewati
(1)
6
Tabel. 4 Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Pasien GGK di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta Maret 2016
Tingkat Depresi
Mekanisme Koping
r p-value Adaptif Maladaptif
F % F %
Tidak
Depresi 17 24,3 0 0
0.739 .000 Depresi
Ringan 39 55,7 0 0
Depresi
Sedang 1 1,43 10 14,3
Depresi Berat 0 0 3 4,3
Total 57 81,43 13 18,6
Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat depresi paling banyak adalah depresi ringan dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 39 orang (55,7%). Pasien yang mengalami depresi sedang dan menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 10 orang (14,3%), sementara ada pasien yang mengalami depresi sedang dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 1 orang (1,43%). Pasien yang mengalami depresi berat dan menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 3 orang (4,3%). Berdasarkan hasil analisa nonparametric Spearman didapatkan hasil p value sebesar 0.000 (<0,05) maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
Berdasarkan hasil crosstabs didapatkan hasil kekuatan korelasi (r) sebesar 0.739 yang artinya kekuatan korelasi antara tingkat depresi dan mekanisme koping adalah kuat.
Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Gambaran tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah Unit II terbanyak adalah depresi ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
(2)
7 dilakukan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional dalam Rustina (2012) mendapatkan hasil bahwa responden yang telah lama menjalani hemodialisis cenderung memiliki tingkat depresi lebih ringan dibandingkan dengan responden yang baru menjalani hemodialisis, hal ini disebabkan karena dengan lamanya seseorang menjalani hemodialisis, maka seseorang akan lebih adaptif dengan alat maupun tindakan dialysis. Pasien yang sudah lama menjalani terapi hemodialisis kemungkinan sudah dalam fase penerimaan dalam criteria kubler-ross, sehingga tingkat depresinya lebih rendah dibandingkan pasien yang baru menjalani hemodialisis. Pertama kali pasien gagal ginjal didiagnosa harus menjalani dialysis jangka panjang, pasien akan merasa khawatir atas kondisi sakit serta pengobatan jangka panjangnya.
Pasien gagal ginjal dengan depresi ringan dikarenakan adanya konsep diri yang tinggi serta adanya dukungan ataupun dorongan khususnya dari keluarga yang cukup baik sehingga individu merasa
nyaman, diterima, dipahami, dibantu serta dihargai sehingga membawa kekuatan baru yang berguna untuk membentengi diri dari keadaan yang terus menekan yang dapat menyebabkan terjadinya depresi. Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Gambaran mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah II terbanyak adalah mekanisme koping adaptif. Hal ini sejalan dengan penelitian Yunie dan Desi (2013) mekanisme koping yang adaptif ditunjukan dengan upaya pasien untuk mencoba berbicara dengan orang lain,mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi,menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural seperti melakukan kegiatan ibadah dan berdoa, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan, membuat berbagai alternatif tindakan untuk megurangi situasi, dan mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.
(3)
8 Untuk pasien yang melakukan mekanisme koping adaptif merupakan pasien yang telah terbiasa dengan proses terapi hemodialisis dan juga mendapatkan dukungan keluarga yang baik dimana peran yang penting dalam memberikan pandangan atau respon yang adaptif bagi pasien (Yemima,dkk, 2013).
Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Mekanisme Koping
Berdasarkan hasil analisa nonparametric Spearman didapatkan hasil p value sebesar 0.000 (<0,05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil depresi ringan dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 39 orang (55,7%). Pasien yang mengalami depresi sedang dan menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 10 orang (14,3%),
sementara ada pasien yang mengalami depresi sedang dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 1 orang (1,43%). Pasien yang mengalami depresi berat dan menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 3 orang (4,3%). Pasien gagal ginjal yang menggunakan mekanisme koping adaptif lebih cenderung mengalami depresi ringan. Sebaliknya pasien gagal ginjal yang menggunakan mekanisme koping maladaptif lebih cenderung mengalami depresi sedang dan berat. Sumber koping yang dimanfaatkan dengan baik dapat membantu pasien gagal ginjal mengembangkan mekanisme koping yang adaptif, sehingga pasien gagal ginjal dapat menanggulangi depresi ditandai dengan tingkat depresi yang ringan dan sedang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari, Elita dan Nova Yelinda (2011) yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat stres dengan strategi koping pasien yang menjalani hemodialisis. Faktor emosional seperti kesadaran, stres dan gangguan psikologis berkontribusi terhadap mekanisme
(4)
9 koping seseorang dengan penyakit kronis (Oderberg, 2013). Intensitas serangan stres yang tinggi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dan respon penerimaan stres yang kurang baik berkorelasi terhadap kemampuan mengatasi masalah (mekanisme koping) pasien.
KESIMPULAN
1. Karakteristik responden pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta yaitu usia (45-65 tahun), sebagian besar laki-laki, tingkat pendidikan adalah SMA, dan sebagian besar tidak bekerja serta status pernikahan terbanyak sudah menikah
2. Terdapat hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II.
3. Depresi yang paling banyak terdapat pada responden dengan depresi ringan, kemudian pasien yang tidak mengalami depresi,
depresi sedang dan selanjutnya depresi berat
4. Bentuk mekanisme koping yang paling banyak digunakan yakni bentuk mekanisme koping adaptif. Sementara itu ada beberapa pasien yang menggunakan mekanisme koping maladaptif.
SARAN
1. Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Tingkat depresi mempunyai hubungan yang sangat sifnifikan dengan mekanisme koping, oleh karena itu bagi pihak yang terkait dapat memberikan fasilitas berupa pemberian konseling sehingga pasien mampu mengelola depresi dan menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan Mengembangkan ilmu khususnya mengenai masalah psikososial guna memenuhi kebutuhan dasar manusia.
(5)
10 Penelitian ini hanya meneliti pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RS
PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Oleh karena itu bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian pada obyek yang berbeda dan juga faktor yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Kidney Disease Statistic for United States. (2012). The Growing Burden of Kidney Disease Diakses tanggal 11 Desember. http://kidney.niddk.nih.gov/KU Diseases/pubs/kustats/KU_Dis eases_Stats_508.pdf.
Nabilla, L. Esrom, K. Ferdinand, (2013). Hubungan Tindakan Hemodialisis Dengan Tingkat Depresi Klien Penyakit Gagal Ginjal Kronik di RSUP Prof.Dr.D.Kandou
Manado.Jurnal keperawatan Volume 1.Nomor 1.Agustus 2013.
Chanafie.(2010). Mengatasi Dampak Psikologis Pasien Gagal Ginjal. Diakses pada 4 Juni 2015 dari www.ikcc.or.id. Suryaningsih M, Esrom K,
Ferdinand W. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi Pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik di Ruangan Hemodialisa Blu RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado. Ejournal
Keperawatan (e-Kp). Volume 1. Nomor 1.
Yemima G.V Wurara, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling. (2013). “Mekanisme Koping Pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RS Prof. Dr.R.D. Kandou
Manado”. Ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lita Purnama Sari. (2013). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa Di RS
PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Skripsi dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rustina. (2012). Gambaran Tingkat
Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr.Soedarso Pontianak Tahun 2012.Skripsi Dipublikasikan Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Oderberg, N. (2013). Coping with Chronic Illnes. Diakses tanggal 4
Agustus 2016
http://www.drnoahoderberg.com/a rticles05cci.html.
Sari, Y., Elita , V. & Novayelinda, R. (2011). Hubungan tingkat stres dan strategi koping pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.
http://www.academia.edu. Diakses tanggal 4 Agustus 2016.
Yunie Armiyati, Desi Ariyana Rahayu, (2014). Faktor Yang
(6)
11 Berkolerasi Terhadap Mekanisme Koping Pasien CKD Yang menjalani Hemodialisa di RSUD
KotaSemarang.http://jurnal.unimus.a c.id/index.php/psn12012010/ar ticle/view/1220 diakses 2 Agustus 2016.