-Depresi Berat 3
4,3
Total 70
100
Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 4.2 di atas menjelaskan gambaran tingkat depresi pasien
gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah Unit II terbanyak adalah depresi ringan yaitu sebanyak 39 orang 55,, kemudian pasien yang tidak mengalami
depresi sebanyak 17 orang 24,3, pasien yang mengalami depresi sedang sebanyak 11 orang 15,7 dan yang mengalami depresi berat sebanyak 3 orang 4,3.
c. Gambaran Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS PKU
Muhammadiyah II Yogyakarta
Tabel 4.3 Karakteristik Mekanisme Koping Pasien GGK di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta Maret 2016
Mekanisme Koping Frekuensi
Persentase
-Adaptif -Maladaptif
57 13
81,4 18,6
Total 70
100 Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menjelaskan gambaran mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik di RS PKU Muhammadiyah II terbanyak adalah
mekanisme koping adaptif sebanyak 57 orang 81,4. Sementara itu pasien yang menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 13 orang 18,6.
d. Crosstab Karakteristik Responden dengan Tingkat Depresi
dan Mekanisme Koping
Tabel 4.4 Crosstab Karakteristik Responden dengan Tingkat Depresi dan Mekanisme Koping Pasien GGK di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
No Karakteristik
Responden Tingkat
Depresi Mekanisme
Koping Tidak Ringan Sedang Berat Adaptif Maladaptif
1 Usia
Dewasa awal 18-39 5
12 3
- 8
2 Dewasa akhir 40-65
12 25
7 3
37 2
Lansia 65 -
2 1
- 2
1 2
Jenis Kelamin Laki-laki
11 18
7 2
30 8
Perempuan 6
21 4
1 27
5 3
Pendidikan Tidak Tamat SD
2 2
4 -
Tamat SD 2
4 3
1 6
4 Tamat SMP
2 4
3 6
3 Tamat SMA
8 22
4 1
31 4
Tamat PTSederajat 3
7 1
1 10
2 4
Pekerjaan Tidak Bekerja
11 17
8 2
29 9
IRT 1
5 -
- 6
- PNS
2 4
- -
6 -
Wiraswasta 1
10 1
1 11
2 BuruhTani
2 3
2 -
5 2
5 Status Perkawinan
Menikah 16
33 10
3 49
13 Belum Menikah
1 5
1 7
- Duda
- 1
- 1
- Sumber : Data Primer 2016
Tabel 4.4 menjelaskan frekuensi karakteristik responden dengan variabel tingkat depresi dan variabel mekanisme koping. Usia dewasa akhir yang mengalami paling banyak
depresi ringan sebanyak 25 responden dan depresi berat sebanyak 3 responden. Mekanisme koping paling banyak digunakan pada usia dewasa akhir adalah mekanisme koping adaptif
sebanyak 25 responden dan mekanisme koping maladaptif sebanyak 10 responden. Dari karakteristik jenis kelamin, kejadian depresi sedang paling banyak terjadi pada responden
laki-laki sebanyak 7 responden dan depresi berat sebanyak 2 responden. Responden laki-laki yang menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 8 orang.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan kejadian depresi sedang dari tingkat pendidikan sebanyak 4 responden tamatan SMA. Mayoritas mekanisme koping yang dipakai
adalah mekanisme koping adaptif, namun pada tingkat tamatan SMA dan tamatan SD masing-masing 4 responden yang menggunakan mekanisme koping maladaptif. Dilihat dari
pekerjaan, ada 8 responden yang tidak bekerja mengalami depresi sedang dan 2 orang mengalami depresi berat. Mekanisme koping maladaptif yang dipakai responden tidak
bekerja sebanyak 9 orang. Responden dengan status menikah mengalami depresi sedang sebanyak 10 orang dan depresi berat sebanyak 3 orang dan mekanisme koping maladaptif
yang dipakai responden dengan status menikah sebanyak 13 orang.
b. Analisis Bivariat
a. Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Depresi dengan Mekanisme Koping Pasien GGK di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta Maret 2016
Tingkat Depresi
Mekanisme Koping R
p-value Adaptif
Maladaptif F
F Tidak
Depresi 17
24,3 0.739
.000 Depresi
Ringan 39
55,7 Depresi
Sedang 1
1,43 10
14,3 Depresi Berat
3 4,3
Total 57
81,43 13
18,6 Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat depresi
paling banyak adalah depresi ringan dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 39 orang 55,7. Pasien yang mengalami depresi sedang dan
menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 10 orang 14,3, sementara
ada pasien yang mengalami depresi sedang dan menggunakan mekanisme koping adaptif sebanyak 1 orang 1,43. Pasien yang mengalami depresi berat dan
menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 3 orang 4,3. Berdasarkan hasil analisa nonparametric Spearman didapatkan hasil p value sebesar 0.000 0,05
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik
di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Berdasarkan hasil crosstabs didapatkan hasil kekuatan korelasi r sebesar
0.739 yang artinya kekuatan korelasi antara tingkat depresi dan mekanisme koping adalah kuat.
C. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden a.
Usia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik berada di rentang umur 40-65 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Septi Damayanti,dkk 2014 bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik terjadi pada umur 45-54 tahun. Hasil ini terdapat perbedaan
dengan data pada Riskesdas pada tahun 2013 dan Kidney Disease for United States menunjukkan bahwa prevalensi gagal ginjal kronis terjadi pada umur
75 tahun lebih tinggi dari pada kelompok umur yang lain. Secara fisiologis seiring dengan
peningkatan umur dapat terjadi penurunan fungsi ginjal namun, ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kelainan dimana penurunan fungsi ginjal secara
cepat atau progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan Restu dan Woro,
2015. Mcclellan dan Flanders 2003 membuktikan bahwa faktor resiko gagal ginjal salah satunya adalah umur yang lebih tua.
Faktor resiko hipertensi dapat berupa obesitas, latihan fisik yang kurang, mengkonsumsi obat steroid dan mengkonsumsi garam yang berlebihan sehingga
dapat meningkatkan jumlah penderita gagal ginjal kronis. Semakin bertambah usia, semakin berkurang fungsi ginjal dan berhubungan dengan penurunan kecepatan
ekskresi glomelurus dan memburuknya fungsi tubulus. Penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi setiap manusia seiiring bertambahnya usia,
namun tidak menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas
–batas wajar yang masih ditoleransi ginjal dan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 3 responden dewasa akhir 40-65
mengalami depresi berat dan 7 responden mengalami depresi sedang. Menurut peneliti, kekhawatiran akan umur semakin bertambah akan menambah beban bagi
pasien karena pasien merasa sudah tidak berguna lagi, adanya perubahan peran dalam keluarga bisa membuat stressor baru dan membuat pasien merasa kecewa yang
mendalam. Mekanisme koping maladaptif yang dipakai responden dewasa akhir sebanyak 10 responden. Hal ini dikarenakan konsep diri yang berubah dan perasaan
tertekan yang dialami oleh pasien. Pasien dengan umur 65 tahun hanya 2 orang yang mengalami depresi ringan dan 1 orang depresi sedang. Menurut Wijaya 2005 pasien
diatas 60 tahun lebih dapat menerima apa yang dialaminya. Pasien lanjut usia biasanya membandingkan dirinya dengan orang lain yang seumurannya dan
menerima keadaannya sekarang.
b. Jenis Kelamin
Responden yang menderita penyakit gagal ginjal kronik pada penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki. Hal ini sejalan dengan data yang didapat dari The
Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative yang menunjukkan insidensi penderita gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis menunjukkan
laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Secara klinik laki-laki mempunyai resiko mengalami gagal ginjal kronik dua kali lebih besar dari pada
perempuan. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih memperhatikan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat dibandingkan dengan laki-laki, sehingga laki-laki lebih
mudah terkena gagal ginjal kronik dibandingkan perempuan. Perempuan lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan obat karena perempuan lebih dapat
menjaga diri mereka sendiri serta bisa mengatur tentang pemakaian obat Restu dan Woro, 2015.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang lebih banyak mengalami depresi berat dan sedang dari pada perempuan. Tetapi untuk depresi
sedang paling banyak dialami oleh responden perempuan. Menurut peneliti hal ini bisa disebabkan karena perempuan lebih sensitif dan cenderung melibatkan perasaan.
Selain itu adanya hormone estrogen yang membuat perasaan berubah-ubah. Sebanyak 8 responden laki-laki menggunakan mekanisme koping maladaptif sedangkan
responden perempuan hanya 5 orang. Laki-laki lebih cenderung menunjukkan cara penyelesaian masalah dengan emosi. Mereka akan merasa lega jika sudah
melampiaskan kemarahan yang dirasakan.