FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(4)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Suci Aprilia
NIM : 20120320056
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 20 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud syukur Alhamdulillah
Penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada: Ayah dan Ibu,
usaha dan doa kalian selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai semua ini.
Tante Hj. Giyem dan Tante Romnah, Om Kangto dan Tante Kangto,
Kak Sofyan, Kak Opik Tante Kati
(6)
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Bapak Muksin Suratno dan Ibu Samsiyah selaku oarang tua yang telah mendukung dengan semua perhatian, nasihat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. (Almarhumah) Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep., Sp.KMB., CWCS., HNC selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalanan pertama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalan terakhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. Direktur Pendidikan dan Penelitian RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh staf perawat dan pasien hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
(7)
vi
9. Yunita Resty Lestari, Helena Widyastuti, Indah Depriyanti, Anisa Fauziah Hanum, Mentari Kusuma Rini, Rizaludin Akbar, Yurika Chendy, Herka Setiadi, Riskawati Abd. Kadir, Sry Fajriani, Siska Pratiwi, Asri Pradhani Kusuma Laily, Khoirun nisa.
10. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dikemudian hari. Semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
(8)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Landasan Teori... 8
1. Gagal Ginjal Kronik ... 8
2. Hemodialisis ... 11
3. Kecemasan ... 14
B. Kerangka Teori... 19
C. Kerangka Konsep ... 19
D. Pertanyaan Penelitian ... 20
BAB III... 21
METODE PENELITIAN ... 21
A. Rancangan Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Definisi Operasionl ... 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
F. Intrumen Penelitian... 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
I. Teknik Analisis Data ... 28
J. Etika Penelitian ... 29
BAB IV ... 31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 32
1. Hasil Univariat... 32
(9)
viii
C. Pembahasan ... 38
1. Pembahasan Umum ... 38
2. Pembahasan Analisis Bivariat ... 41
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 48
BAB V ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(10)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 6
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik ... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 23
Tabel 3.2 Analisa Data ... 28
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen ... 32
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen ... 34
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan ... 36
Tabel 4.6 Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan ... 37
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori... 19 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 19 Gambar 3.1 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Social Support Questionnaire
Lampiran 2. Instrumen GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7 Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Kuesioner
Lampiran 6. Lembar Etik Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Lampiran 8. Surat Ijin Survey Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
(13)
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(14)
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(15)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Suci Aprilia
NIM : 20120320056
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 20 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,
(16)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud syukur Alhamdulillah
Penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada: Ayah dan Ibu,
usaha dan doa kalian selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai semua ini.
Tante Hj. Giyem dan Tante Romnah, Om Kangto dan Tante Kangto,
Kak Sofyan, Kak Opik Tante Kati
(17)
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Bapak Muksin Suratno dan Ibu Samsiyah selaku oarang tua yang telah mendukung dengan semua perhatian, nasihat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. (Almarhumah) Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep., Sp.KMB., CWCS., HNC selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalanan pertama untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah perjalan terakhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. Direktur Pendidikan dan Penelitian RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh staf perawat dan pasien hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
(18)
vi
9. Yunita Resty Lestari, Helena Widyastuti, Indah Depriyanti, Anisa Fauziah Hanum, Mentari Kusuma Rini, Rizaludin Akbar, Yurika Chendy, Herka Setiadi, Riskawati Abd. Kadir, Sry Fajriani, Siska Pratiwi, Asri Pradhani Kusuma Laily, Khoirun nisa.
10. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dikemudian hari. Semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
(19)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Landasan Teori... 8
1. Gagal Ginjal Kronik ... 8
2. Hemodialisis ... 11
3. Kecemasan ... 14
B. Kerangka Teori... 19
C. Kerangka Konsep ... 19
D. Pertanyaan Penelitian ... 20
BAB III... 21
METODE PENELITIAN ... 21
A. Rancangan Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Definisi Operasionl ... 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
F. Intrumen Penelitian... 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
I. Teknik Analisis Data ... 28
J. Etika Penelitian ... 29
BAB IV ... 31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 32
1. Hasil Univariat... 32
(20)
viii
C. Pembahasan ... 38
1. Pembahasan Umum ... 38
2. Pembahasan Analisis Bivariat ... 41
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 48
BAB V ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(21)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 6
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik ... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 23
Tabel 3.2 Analisa Data ... 28
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen ... 32
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen ... 34
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan ... 36
Tabel 4.6 Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan ... 37
(22)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori... 19 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 19 Gambar 3.1 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
(23)
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Social Support Questionnaire
Lampiran 2. Instrumen GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7 Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Kuesioner
Lampiran 6. Lembar Etik Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Lampiran 8. Surat Ijin Survey Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
(24)
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(25)
xii
Suci Aprilia (2016) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Pembimbing:
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
INTISARI
Latar Belakang: Jumlah pasien gagal ginjal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pasien gagal ginjal kronik memerlukan terapi dialisis untuk mempertahankan hidupnya. Hemodialisis merupakan terapi dialisis yang banyak digunakan pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis memiliki beberapa dampak salah satunya yaitu psikologis seperti kecemasan. Pasien yang mengalami kecemasan membuat terapi hemodialisis tidak optimal.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik yang digunakan adalah total sampling dan didapatkan 85 responden. Pengambilan data pada bulan April 2016. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorder (GAD) 7 dan Social Support Questionnaire (SSQ) 6. Analisis penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Somers’d. Hasil Penelitian: Hasil analisis uji univariat adalah mayoritas pasien berumur pada tahap lansia awal (46 - 55 tahun) (36,5 %), pasien berjenis kelamin laki-laki (69,4 %), pasien yang bekerja (56,5 %), pasien dengan lama hemodialisisnya > 6 bulan (89,4 %), pasien dengan dukungan sosial yang buruk (61,2 %) dan pasien dengan tingkat kecemasan minimal (76,5 %). Hasil analisis uji bivariat didapatkan hasil p > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan , lama hemodialisis dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Kata Kunci: Dukungan sosial, gagal ginjal kronik, hemodialisis, Tingkat kecemasan
(26)
xiii
Suci Aprilia (2016) Factors Related to the Anxiety Level of Patients with Chronic Renal Failure Undergoing Hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Advisor:
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB
ABSTRACT
Background: The number of chronic renal failure patients having an increase in every years. Chronic renal failure patients needed dialysis therapy for maintain their life. Hemodialysis is therapy much used chronic renal failure patients. Hemodialysis have an impact one of them is psychological like the anxiety. Patient that have a anxiety caused to hemodialysis did not optimum.
Objective: The aim of this study was to know factors related to the anxiety level of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Methods: This study was a quantitative research with cross sectional approachment. Technique that used is total sampling technique and gets 85 respondent. Data collected in April 2016. Collecting data used Generalized Anxiety Disorder (GAD) 7 Questionnaire and Social Supoort Quetionnaire (SSQ) 6. The analysis of this reasearch is univariat analysis and bivariat analysis that use Kolmogorov-Smirnov test and Somers’d correlation test.
Results: The results of univariat analysis is the majority of patients was at the beginning of the erderly (46-55 years old) (36,5 %), male patients (69,4 %), patient that have job (56,5 %), patient that more than 6 month hemodialysis (89,5 %), patients with bad social support (61,2 %), and patients with minimal anxiety level (76,5 %). The result of bivariat analysis gets p > 0,05 that means there is no meaningfull correlation between dependent variabel and independent variabel.
Conclusion: There is no meaningfull correlation between factors age, gender, job, the length of hemodialysis and social support with the anxiety level of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
(27)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama, yaitu mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Ginjal mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Keadaan kedua ginjal yang gagal menjalankan fungsinya dengan baik disebut dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) (Brunner & Suddart, 2001).
Prevalensi gagal ginjal kronik menurut United State Renal Data System (USRDDS) pada tahun 2009 adalah sekitar 10 - 13 % didunia. Hampir setiap tahunnya sekitar 70.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia disebabkan oleh gagal ginjal. Menurut data PT Askes, ada sekitar 14,3 juta orang Indonesia penderita gagal ginjal tahap akhir saat ini menjalani pengobatan yaitu dengan prevalensi 433 perjumlah penduduk, jumlah ini akan meningkat hingga melebihi 200 juta pada tahun 2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012 melaporkan jumlah pasien gagal ginjal mengalami peningkatan setiap tahunnya, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sekarang berjumlah 1.868 pasien.
Penderita GGK memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal untuk mempertahankan hidupnya. Terapi pengganti fungsi ginjal tersebut terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis merupakan terapi pengganti yang umum digunakan penderita gagal ginjal karena terbatasnya donor
(28)
2
ginjal di Indonesia. Dialisis dibedakan menjadi dua jenis, hemodialisis dan peritoneal dialisis. Hemodialisis masih menjadi alternatif utama bagi penderita gagal ginjal kronik di Indonesia (Wartilisna, et al., 2015).
Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser. Pasien melakukan hemodialisis 2 – 3 kali dalam seminggu secara rutin, sedangkan lama pelaksanaannya paling sedikit 3 – 4 jam dalam sekali tindakan terapi. Kegiatan ini berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidup pasien (Supriyadi, 2011). Pasien yang menjalani hemodialisis akan merasakan akibatnya seperti kram otot, sakit kepala, mual, muntah, dan hipotensi. Selain itu, menurut Canisti (2007) dampak psikologis yang dirasakan pada saat tindakan hemodialisis adalah kecemasan. Dampak ini sering kali diabaikan oleh tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat, padahal psikologis berperan besar dalam mengoptimalkan keberhasilan terapi hemodialisis ini (Zahrofi, et al., 2013).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Wartilisna, et al., 2015). Setiap individu akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda meskipun dengan stimulus yang sama. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui respon fisiologis, kognitif, perilaku dan respon emosi (Rahmi, 2008).
Seseorang yang menjalani terapi hemodialisis akan mengalami perubahan hampir seluruh aspek kehidupannya. Perubahan itu meliputi
(29)
3
dari fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual. Perubahan-perubahan ini yang dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan pasien dalam menjalani hemodialisis, apalagi pasien yang baru saja memulai terapi hemodialisis (Raziansyah, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Denpasar terhadap pasien yang menjalani hemodialisis secara teratur mendapat hasil tingkat kecemasan 19,6%. Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien di RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado mendapatkan hasil bahwa semua responden mengalami kecemasan, meskipun tingkat kecemasan yang bervariasi. Menurut penelitian tersebut, dari 189 responden terdapat 53% mengalami tingkat kecemasan berat, 46% mengalami tingkat kecemasan sedang dan 1% mengalami tingkat kecemasan ringan (Wartilisna, et al., 2015).
Menurut Isaac (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya: umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, tipe kepribadian, pendidikan, status kesehatan, makna yang dirasakan, nilai-nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan lingkungan, mekanisme koping dan pekerjaan (Untari, 2014). Faktor mekanisme koping sudah terbukti memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis (Romani, 2013). Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemberian terapi murottal Al-Quran yang termasuk dalam faktor spiritual dapat menurunkan kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis (Zahrofi, et al., 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan pada salah satu rumah sakit di DI Yogyakarta yang sudah memiliki unit hemodialisis yaitu rumah sakit PKU
(30)
4
Muhammadiyah 2 Yogyakarta, jumlah pasien yang menjalani hemodialisis secara rutin pada bulan februari sebanyak 130 pasien. Pasien hemodialisa bertambah rata-rata 8 pasien setiap bulannya. Prevalensi paling banyak adalah pasien dengan usia diantara 30-50 tahun dan pasien dengan jenis kelamin laki-laki. Rasa cemas masih terjadi pada pasien hemodialisis, terlebih pada pasien yang baru menjalani hemodialisis. Kecemasan berat merupakan tingkat kecemasan paling banyak dirasakan pasien yang menjalani hemodialisis. Mereka mengeluh pusing ketika melakukan hemodialisis. Pasien juga melaporkan khawatir akan kesehatan mereka karena sekarang hidupnya tergantung dengan alat. Pasien yang menjalani hemodialisis, semakin lama membuat pasien lebih mandiri dalam melakukan terapi. Pasien banyak yang menjalani hemodialisis sendiri tanpa ditemani atau ditunggui oleh keluarga dekat maupun seorang teman. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tingkat kecemasan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis masih tinggi, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
(31)
5
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan yaitu umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan dan dukungan sosial pasien GGK yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
c. Mengetahi hubungan antara umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani hemdoalisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit
Memberikan gambaran secara objektif tentang tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta sehingga rumah sakit bisa mengoptimalkan pelayanan dan keberhasilan terapi hemodialisis.
2. Bagi intitusi keperawatan
Memberikan informasi dalam penyusunan intervensi keperawatan dengan lebih tepat yang akan dilakukan pada pasien hemodialisis sehingga mengoptimalkan terapi hemodialisis.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai sumber penelitian selanjutnya, karena bisa menjadi masukan atau tambahan data yang cukup untuk membantu peneli selanjutnya.
(32)
6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Judul Karya Ilmiah &
Penulis
Jenis
Penelitian Hasil Persamaan & Perbedaan
1. Hubungan Mekanisme
Koping Individu dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Gagal Ginjal
Kronis yang menjalani Hemodialisa RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro
Klaten (Romani, 2013)
Deskriptif analitik korelasi
Ada hubungan antara
mekanisme koping
individu dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis di unit hemodialisa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Persamaannya yaitu pada metode
penelitiannya yang menggunakan
deskriptik analitik dengan studi korelasi serta dengan rancangan cross-sectional. Variabel dependennya juga sama dengan variabel yang digunakan peniliti. Perbedaanya yaitu lokasi, waktu dan subjeknya.
2. Kecemasan pada
Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisi
di RS Universitas
Kristen Indonesia
(Luana, 2012)
Observasional rancangan cross-sectional
Terdapat perbedaan yang
bermakna antara
frekuensi dan periode hemodialisis dan derajat
kecemasan pada
penderita hemodialisis.
Persamaanya yaitu pada variabelnya yang meneliti tentang kecemasan. Perbedaanya yaitu pada metode yang menggunakan observasional sedangkan
peneliti menggunakan deskriptif
analitik. Perbedaanya juga terdapat pada lokasi, waktu, dan subjek penelitian.
3. Hubungan Tindakan
Hemodialisa dengan
tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal di ruangan Dahlia RSUP Prof Dr.R.
Kandou Manado
(Wartilisna, 2015)
Survei analitik Terdapat hubungan
tindakan hemodialisa
dengan tingkat
kecemasan klien gagal ginjal kronik.
Persamaannya yaitu pada variabel yang diteliti. Perbedaanya yaitu pada metode yang digunakan adalah meotde survei
analitik sedangkan peneliti
menggunakan metode deskriptif
analitik. Perbedaanya terdapat juga
pada lokasi, waktu dan subjek
penelitian.
4. Pengaruh Pemberian
Terapi Murottal
Al-Quran terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta (Zahrofi,
2013)
Quasi eksperiment
Terdapat pengaruh
pemberian terapi
murottal Al-Qur’an
terhadap tingkat
kecemasan pasien
hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta
Persamaannya yaitu pada variabel dependennya yang meneliti tentang tingkat kecemasan. Perbedaanya yaitu
pada metode penelitian yang
menggunakan quasi eksperiment
sedangkan peneliti menggunakan
metode deskriptif analitik. Perbedaanya terdapat juga pada lokasi, waktu, dan subjek penelitiannya.
5. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan
Kecemasan Pasien
Hemodialisa Di Rumah
Sakit PKU
Muhammadiyah
Surakarta (Setiyowati, 2014)
Pendekatan cross sectional
Terdapat hubungan
antara pengetahuan
tentang hemodialisa
dengan kecemasan
pasien yang menjalani hemodialisa
Persamaanya yaitu pada pendekatan
metode penelitiannya yang
menggunakan pendekatan
cross-sectional. Persamaanya juga terdapat pada variabel yaitu tentang kecemasan. Perbedaannya yaitu pada lokasi, waktu dan subjek penelitian.
Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien GGK
(33)
7
yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik yaitu menjelaskan hubungan antar variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pendekatan cross sectional.
(34)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan berbagai macam penyebab yang mengakibatkan rusaknya nefron pada ginjal secara progresif, dan umumnya berakhir menjadi gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel. Stadium terakhir dari gagal ginjal disebut end-stage renal disease (ERSD) atau gagal ginjal terminal (Lewis, et al., 2004).
Menurut Price & Wilson (2005), gagal ginjal adalah suatu kondisi ginjal yang kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjak akut dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal.
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya
(35)
9
jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2007 dalam Ismail, et al., 2012). Menurut Sjamsuhidajat (2010) gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal menetap selama atau lebih dari 3 bulan yang mengakibatkan laju filtrasi glomerulous kurang dari 60 ml/menit/1,73 m².
b. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Kidney/Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) (dalam Lewis, et al., 2004), gagal ginjal kronis dapat diklasifikasikan pada beberapa stadium sebagai berikut: stadium 1: kerusakan ginjal dengan GFR (Glomerular Flitration Rate) normal (> 90 ml/menit/1,73 m²), stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan (GFR 60 – 89 ml/menit/1,73 m²), stadium 3: penurunan GFR sedang (30 – 59 ml/menit/1,73 m²), stadium 4: penurunan GFR berat (15 – 29 ml/menit/1,73 m²), dan terakhir stadium 5: bisa disebut gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/menit/1,73 m²).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, gagal ginjal kronis dapat dibagi menjadi tiga stadium (Price & Wilson, 2005), yaitu: stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Stadium ini kreatini serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) normal, dan penderita asimptomatik (tidak menyadari gejala). Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan tes pemekatan urine yang lama atau tes GFR yang teliti. Stadium kedua dinamakan insufisiensi ginjal. Stadium ini lebih dari 75 % jaringan yang
(36)
10
berfungsi telah rusak. GFR besarnya 25 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat melebihi normal. Gejala nokturia (sering berkemih di malam hari sampai 700 ml) dan poliuria (peningkatan volume urine yang terus menerus) mulai timbul. Stadium ketiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia. Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. GFR hanya 10 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum akan meningkat dengan sangat mencolok. Gejala yang timbul adalah oligurik (pengeluaran urine kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomerulus dan sindrom uremik.
c. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Sjamsuhidajat (2010), penyebab gagal ginjal kronis terbanyak adalah:
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Penyebab Insiden (%)
Diabetes melitus 49,3
Hipertensi 26,9
Lain-lain 9,5
Glomerulonefritis 8,9
Nefritis interstisial/pielonefritis 4,2
Penyakit kongenital 3,2
Glomerulonefritis sekunder/vaskulitis 2,2
Tumor 2,0
d. Manfestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut Lewis, et al. (2004), setiap sistem di tubuh dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang dapat menimbulkan gejala-gejala. Gejala-gejala tersebut selain terdapat gangguan pada
(37)
11
sistem urinarianya, penderita biasanya merasakan gangguan pada neuromuskularnya seperti lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, kejang, bingung dan koma. Penderita juga terganggu pada psikologisnya seperti penolakan, cemas, depresi, dan psikosis. Gangguan kardiovaskuler, respirasi, endokrin, reproduksi, metabolik, hematologi, integumen dan gastrointestinal juga akan dirasakan penderita gagal ginjal kronis. 2. Hemodialisis
a. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah istilah yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme berupa zat terlarut dan air dari darah melewati membran semipermeabel (dialiser), dimana proses dialisis tergantung pada prinsip fisiologis yaitu difusi dan ultrafiltrasi (Thomas, 2003). Hemodialisis membantu mempertahankan hidup penderita gagal ginjal kronik sebagai terapi pengganti fungsi ginjal. Tujuan dari hemodialisis adalah mengendalikan uremi, kelebihan cairan, dan keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Arosa, et al., 2014).
Hemodialisis bisa mencegah kematian pada penderita gagal ginjal kronik, tetapi tidak bisa menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal seperti semula. Pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya. Hemodialisis pada pasien ini biasanya dilakukan 2 sampai 3 kali dalam satu minggu
(38)
12
selama 3 sampai 4 jam setiap kali melakukan terapi (Brunert & Suddart, 2002).
b. Prinsip yang Mendasari Hemodialisis
Terapi hemodialisis merupakan terapi dimana aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Dializer sebagaia besarnya merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus (Brunner & Suddarth, 2002).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa, yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air ini dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan. Air akan bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (mesin dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan dengan penambahan tekanan
(39)
13
negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi (Brunner & Suddarth, 2002).
c. Akses pada Sirkulasi Darah Pasien
Akses sirkulasi darah pasien dibagi menjadi beberapa macam. Penderita yang menginginkan pemakaian yang segera dan sementara bisa menggunakan akses subkalvia dan femoralis. Akses sirkulasi yang lebih permanen bisa dengan askses fistula. Fistula dibuat melalui pembedahan (biasanya pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambung pembuluh arteri dengan vena secara side-to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah). Fistula tersebut memerlukan waktu 4 sampai 6 minggu untuk siap digunakan. Penderita yang pembuluh darahnya tidak cocok untuk dijadikan fistula, biasanya dibuat dengan tandur. Sebuah tandur bisa dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri (Brunner & Suddarth, 2002).
d. Indikasi dan Komplikasi Hemodialisis
Indikasi dialisa pada gagal ginjal kronik umumnya bila laju filtrasi glomerulus (GFR) sudah kurang dari 5 ml/menit/1,73 m². Penderita memerlukan dialisis bila dijumpai salah satu dari tanda berikut: keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata, K serum > 6 mEq/L, ureum darah > 200 mg/L, Ph darah < 7,1, Anuria berkepanjangan (> 5 hari), dan Fluid overloaded (Perhimpunan
(40)
14
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006 dalam Zahrofi, et al., 2013). Komplikasi terapi dialisis dapat mencakup beberapa hal seperti: hipotensi yang dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan, kehilangan darah, hepatitis dan kram otot yang nyeri ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel (Zahrofi, et al., 2013).
3. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Cemas (anxietas) adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon yang sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui individunya sendiri (Herdman, 2014). Keadaan ini sering diekspresikan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Menurut Kaplan, et al., dalam Tokala, et al., (2015) kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan mengatasi ancaman.
b. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 (Zahrofi, et al., 2013), yaitu: (1) Kecemasan Ringan: berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan seseorang menjadi waspada; (2) Kecemasan sedang: manifestasi yang muncul adalah kelelahan, denyut jantung, pernapasan dan ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,
(41)
15
mampu untuk belajar namun tidak terfokus pada rangsang yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, mudah lupa, marah dan menangis; (3) Kecemasan berat: manifestasi yang timbul adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, tidak berdaya, bingung dan mengalami disorientasi; (4) Panik: tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan tanda dan gejala yang dialami seperti susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, mengalami halusinasi dan delusi, dan mengakibatkan peningkatan motorik, penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain dan taisak mampu berpikir rasional.
c. Respon Kecemasan
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan Wartilisna (2015), ada beberapa respon kecemasan yaitu: respon fisiologis, respon kognitif, respon perilaku dan respon emosi. Respon fisiologis terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Respon kognitif terhadap kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses pikir maupun isi pikir, seperti tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi dan bingung. Respon perilaku terhadap
(42)
16
kecemasan dapat mempengaruhi motorik dan gerak refleks seseorang. Respon emosi sering ditunjukkan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan.
Menurut Stuart (2001), rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Thallis (1995) terdapat dua ciri penting yaitu ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan kecenderungan berpikir bahwa keadaan akan menjadi semakin buruk. Faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya: umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, tipe kepribadian, pendidikan, status kesehatan, makna yang dirasakan, nilai-nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan lingkungan, mekanisme koping dan pekerjaan (Untari, 2014).
Seseorang dengan semakin meningkat usianya semakin baik tingkat kematangan seseorang meskipun sebenarnya tidak mutlak. Perempuan memiliki kepekaan lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga perempuan memiliki tingkat kecemasan yang
(43)
17
lebih tinggi. Tahap perkembangan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa seperti konsep diri yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang dirinya. Seseorang dengan kepribadian A sering menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batasan sehingga mengalami stres dan cemas lebih mudah dari pada orang yang memiliki kepribadian lain seperti seorang dengan kepribadian B. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang sehingga mempengaruhi dalam kemampuan berfikir.
Tingkat kecemasan seseorang juga dipengaruhi status kesehatan dimana seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan mekanisme koping mereka sehingga lebih sering mengalami stres dan kecemasan. Nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan lingkungan, mekanisme koping juga pekerjaan sangat berpengaruh karena mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku seseorang.
Kapplan dan Sadock (1997) mengemukakan dalam Romani, et al. (2013) bahwa gangguan kecemasan terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa. Penelitian tersebut mendapat hasil bahwa kecemasan ringan didominasi usia 41-50 tahun. Usia tersebut termasuk dalam usia dewasa yaitu pada usia dewasa seseorang sudah memiliki kematangan baik fisik maupun mental
(44)
18
dan pengalaman yang lebih dalam dalam memecahkan masalah, sehingga mampu menekan kecemasan yang dirasakan.
Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita (Kaplan & Saddock, 1997). Subjek dan faktor interpersonal mempengaruhi penilaian individu terhadap penilaian penyakitnya yang akhirnya mampu mengatasi kecemasan yang dirasakan. Keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien. Penghasilan dari pekerjaan klien dapat menjadi stressor dari segi financial yang dapat menimbulkan respon kecemasan pada klien tersebut. (Romani, et al. 2013).
Pasien GGK yang baru menjalani hemodialisis sangat besar untuk mengalami kecemasan dikarenakan belum mengenal alat dan cara kerja mesin hemodialisis, kurang adekuatnya informasi dari tenaga kesehatan terkait prosedur hemodialisis maupun kecemasan akan keberhasilan proses hemodialisis saat itu. Menurut Gottlieb (1983) dalam Nursalam dan Dian (2007) dikutip dalam Tokala, et al. (2015) mengungkapkan bahwa dukungan sosial memberi bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
(45)
19
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Kaplan & Sadock (1987), Brunner & Suddart (2001), Isaac (2004), Untari (2014), Zahrofi, et al. (2013), Raziansyah (2012) C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut, dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Gagal Ginjal Kronik - Diabetes melitus - Hipertensi
- Glomerulonefritis - Nefritis interstisial - Penyakit kongenital - Gomerulonefritis sekunder - Tumor
Terapi Hemodialisis
Faktor yang mempengaruhi Kecemasan
1. Usia
2. Jenis kelamin 3. Lama hemodialisis 4. Pekerjaan
5. Dukungan sosial Perubahan pada seluruh
aspek kehidupan
Kecemasan
Faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan Hemodialisis Pasien gagal ginjal kronik Kecemasan Respon Kognitif Respon Perilaku Respon Fisiologis Respon Emosi
(46)
20
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan yaitu umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan dan dukungan sosial pasiek GGK yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta?
2. Bagaimana tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammdiyah 2 Yogyakarta?
3. Apakah ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama hemodialisis dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien GGk yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta?
(47)
21 BAB III
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik, yaitu menjelaskan antar variabel melalui pengujian pertanyaan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2013).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta sejumlah 130 pasien.
2. Sampel
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pada kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian antara lain:
1) Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
2) Kesadaran komposmentis
3) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent.
(48)
22
5) Mampu membaca dan menulis
6) Frekuensi hemodialisis 2 - 3 kali seminggu b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:
1) Pasien yang mengalami gangguan penyakit serius lainnya seperti gangguan jiwa dan stroke.
2) Pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. 3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel dengan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta akan dijadikan responden, tetapi berdasarkan kriteria yang ditentukan peneliti. Pengambilan sampel selama bulan april. Sampelnya berjumlah 85 orang. C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammdiyah 2 Yogyakarta. Variabel dependennya adalah tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Variabel independennya adalah faktor-faktor yang berhubungan antara lain: umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan, dan dukungan sosial.
(49)
23
D. Definisi Operasionl
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Kecemasan Pasien hemodialisis
yang merasa gelisah, amat tegang, tidak mampu
menghentikan atau
mengendalikan rasa
khawatir, terlalu
mengkahwatirkan berbagai hal, keadaan sulit santai, sangat gelisah sehingga sulit untuk duduk diam,
perasaan mudah
jengkel atau marah,
ketakutan pada
sesuatu hal yang
mengerikan mungkin akan terjadi.
Menggunakan
kuesioner GAD
(Generalized Anxiety Disorder) 7 yang terdiri dari 7 item petanyaan. Penilaiaan skor antara 0-3, yang artinya:
0: tidak pernah 1: beberapa hari 2: lebih dari separuh waktu yang dimaksud 3: hampir setiap hari
Tingkat kecemasan dikategorikan:
1. Kecemasan minimal: 0 - 4 2. Kecemasan
ringan: 5 - 9 3. Kecemasan
sedang: 10 - 14 4. Kecemasan
berat: ≥14
Ordinal
2. Umur Lamanya masa hidup
pasien hemodialisis
sejak dilahirkan
sampai dengan saat pengisian kuesioner.
Dibagi dalam
beberapa kategori. Remaja Awal yaitu usia 12-16 tahun, Remaja akhir yaitu 17-25 tahun, dewasa
awal yaitu 26-35
tahun, dewasa akhir yaitu 36-45 tahun, lansia awal yaitu 46-55, lansia akhir yaitu 56-65, dan manula yaitu >65 tahun
Kuesioner 1 = Remaja awal
2 = Remaja akhir 3 = Dewasa awal 4 = Dewasa akhir 5 = Lansia awal 6 = Lansia akhir 7 = Manula
Ordinal
3. Jenis kelamin Kelompok pasien
hemodialisis yang
terbentuk karena
perbedaan sistem
reproduksi yaitu laki-laki dan perempuan.
Kuesioner 1=Laki - laki
2=Perempuan
Nominal
4. Lama
Hemodialisis
Waktu dimulai dari
pertama pasien
menjalani terapi
hemodialisis sampai
dengan saat
pengisian kuesioner.
Dibagi dalam 2
kategori yaitu pasien
yang lama
hemodialisisnya kurang dari 6 bulan
Kuesioner 1 = < 6 Bulan
2 = > 6 Bulan
(50)
24
dan pasien yang lama hemodialisisnya lebih dari 6 bulan.
5. Pekerjaan Kegiatan dan profesi
pasien hemodialisis.
Dibagi dalam 2
kategori yaitu pasien yang tidak bekerja
dan pasien yang
bekerja.
Kuesioner 1 = Tidak bekerja
2 = Bekerja
Nominal
6. Dukungan
Sosial
Dukungan yang
diberikan keluarga dan lingkungan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis, ekonom untuk pasien hemodialisisi. Dilihat dari ada atau tidaknya
seseorang ketika
pasien membutuhkan dan seberapa puas
pasien dengan
bantuan tersebut.
Menggunakan Social Support
Questionnaire (SSQ) yang terdiri dari 2 aspek social support, yaitu:
1.Social Support questionnaire Number (SSQN) 0 = Tidak Ada 1 = Ada
2.Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS). 1 = Sangat tidak puas 2 = Cukup tidak puas 3 = Agak tidak puas 4 = Agak puas 5 = Cukup puas 6 = Sangat puas
1 = Baik 2 = Buruk
Ordinal
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis PKU Muhammdiyah 2 Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016.
F. Intrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Variabel independent yang diteliti melalui kuesioner meliputi umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan, dan dukungan sosial.
(51)
25
Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Data identitas responden, yang berisi lima buah pertanyaan meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lama hemodialisis.
2. Dukungan sosial, instrumen yang digunakan adalah Social Support Questionnaire (SSQ) yang dibuat oleh Sarason, et al., (1983). SSQ mengukur 2 aspek social support, yaitu:
a. Social Support Questionnaire Number (SSQN)
Aspek ini mengukur jumlah orang yang tersedia sebagai penyedia social support bagi responden. Lembar kuesioner bagian ini responden diminta untuk menuliskan secara spesifik (inisial nama, jenis kelamin dan hubungan dengan responden) orang-orang yang dianggap dapat diandalkan oleh responden untuk memberi dukungan dalam situasi tertentu. Subyek yang dituliskan mendapat skor 1 dan jika tidak ada maka mendapat skor 0. Responden hanya boleh menuliskan maksimal 9 orang. Skor minimal pada bagian ini adalah 0 dan skor maksimal adalah 54. Rentang skor pada bagian ini adalah 0 - 9. Skor akhir didapatkan dengan menjumlahkan skor pada setiap item kemudian dibagi total item (6 item).
b. Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS)
Aspek ini mengukur derajat kepuasan responden atas social support yang diterima oleh responden. Pada bagian ini responden diminta untuk memilih derajat kepuasan atas social support yang diterimanya melalui orang-orang yang telah dituliskan secara
(52)
26
spesifik pada kolom SSQN. Skor minimal adalah 6 dan skor maksimal adalah 36. Rentan skor pada bagian ini adalah 1 - 6. Skor akhir didapatkan dengan menjumlahkan skor pada setiap item kemudian dibagi total item (6 item).
Instrumen untuk pengukuran tingkat kecemasan peneliti menggunakan GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7. Skala GAD 7 pertama kali ditemukan oleh Robert L. Spitzer bersama peniti lain pada tahun 2006. Skala GAD 7 yang dikutip T Ary (2013) terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan
jawaban adalah “tidak pernah”, “beberapa hari”, “lebih dari separuh waktu yang dimaksud”, dan “hampir setiap hari”. Pertanyaan yang ada dalam
kuesioner tersebut adalah untuk waktu 2 minggu terakhir. Skornya untuk masing-masing pertanyaan adalah 0-3 sehingga skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 21. Interpretasi GAD 7 ini adalah jika skor 0-4, orang tersebut memiliki kecemasan minimal, skor 5-9 untuk kecemasan ringan, skor 10-14 untuk kecemasan sedang dan skor 15 atau lebih untuk kecemasan berat. (T Ary, 2013)
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Peneliti menggunakan Social Support Questionnaire (SSQ) sebagai alat ukur dikarenakan SSQ telah banyak dipergunakan dalam penelitian sebelumnya terlah teruji baik, baik validitas maupun reliabilitasnya dengan nilai diantara 0,97 - 0,98 untuk Social Support Questionnaire Number (SSQN) dan 0,96 - 0,97 untuk Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS) (Widyanti, 2008). SSQ yang didapatkan peneliti masih menggunakan bahasa
(53)
27
inggris, sehingga perlu melakukan test retest untuk memberi kemudahan pada responden dalam mengisi lembar kuesioner.
Skala GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7 telah dibuktikan memiliki validitas dan reabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan yaitu 0,94 dan 0,85. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala GAD 7 akan diperoleh hasil valid dan reliable (Homans,W., 2012).
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Prosedur Pengambilan atau Pengimpulan Data
Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada kepala ruang atau bangsal hemodialisis yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk
mengumpulkan data pasien hemodialisis
Peneliti mengajukan surat permohonan izin dari institusi kepada Direktur PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Peneliti mendapat surat persetujuan dari Direktur PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
Pasien hemodialisis yang bersedia menjadi responden mendatangani lembar pengesahan
Peneliti memberikan lembar kuesioner
Responden telah mengisi lembar kuesioner dengan lengkap
(54)
28
I. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS 15 yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambaran tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, distribusi frekuensi dari variabel dependen (tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialais) dan independen (umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan, dan dukungan sosial).
2.Analisa Bivariat
Analisa ini merupakan rumus statistik korelatif yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu satu variabel bebas (independent variabel) dengan satu variabel terikat (dependent variabel). Peneliti akan menggunakan uji korelasi somers’d untuk mengetahui hubungan antara variabel yang berskala ordinal. Peneliti juga akan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui hubungan antara variabel yang berskala ordinal dengan variabel yang berskala nominal.
Tabel 3.2 Analisis Data
No Variabel
Dependen
Variabel
Independen Uji Analisis
1. 2. 3. 4. 5. Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Lama Hemodialisis Dukungan Sosial Somers’d Kolmogorov-Smirnov Kolmogorov-Smirnov Somers’d Somers’d
(55)
29
J. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah mengajukan Surat Permohonan Kelayakan Etika Penelitian kepada Komisis Etika Penelitian FKIK UMY dan dinyatakan layak etik berdasarkan Surat Keterangan Kelayakan Penelitian dari Komisi Etika Penelitian FKIK UMY nomor : 018/EP-FKIK-UMY/I/2016 dengan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Adapun beberapa aspek kode etik yang dilakukan untuk mendukung kelancaran penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada calon responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon responden yang bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan.
2. Menghargai
Peneliti memperlakukan semua responden sama tanpa memandang status ekonomi dan ras responden. Peneliti menghargai semua jawaban dari responden. Peneliti juga akan menghargai responden yang tidak bersedia menjadi responden di dalam penelitian ini.
3. Kerahasiaan
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi
(56)
30
kode tertentu. Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi atau masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Manfaat dan Kerugian
Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak yang merugikan responden dan memaksimalkan manfaat yang akan didapat selama proses penelitian. Hasil penelitian ini juga tidak akan digunakan untuk kepentingan yang bersifat merugikan responden.
(57)
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta terletak di Jalan Wates Km. 5,5 Gamping, kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini termasuk yang terlengkap di yogyakarta, salah satunya fasilitas unit hemodialisis untuk pasien yang ingin cuci darah. Unit hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki 24 tempat tidur dan 24 mesin hemodialisis. Ruangannya difasilitasi dengan 3 buah televisi dan 3 buah kamar mandi. Unit hemodialisis ini memiliki 7 perawat yang terlatih yang bekerja di setiap siftnya.
Pasien yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah Yogyakarta berjumlah 130 pasien pada bulan februari 2016 dengan jadwal masing-masing. Satu hari terdapat 3 sift pada hari senin dan kamis, sedangkan 2 sift pada hari selasa, rabu, jum’at dan sabtu. Pelayanannya terbagi dari jam 07.00 - 11.00 untuk sift pagi, jam 12.00 - 16.00 untuk sift siang dan jam 17.00 - 21.00 untuk sift sore.
Pasien yang baru datang akan langsung menimbang berat badannya kemudian meletakkan buku jadwal terapi di bagian nurse station untuk nanti dipanggil gilirannya. Pasien hemodialisis yang sudah mendapat gilirannya segera berbaring pada kasur kemudian perawat akan menghubungkan arteri dan vena pasien dengan mesin hemodialisis melewati selang. Mesin hemodialisis akan dihidupkan dan darah pasien mengalir ke mesin. Selama terapi berlangsung kebanyakan pasien akan tidur dan ada beberapa yang
(58)
32
makan makanan yang dibawa oleh mereka. Setiap harinya akan ada dokter yang berkunjung dan memantau para pasien. Pihak rumah sakit menyediakan seorang ustadz yang setiap hari rabu akan memimpin berdoa bersama untuk memperkuat keimanan dan kesembuhan pasien yang menjalani hemodialisis. Pasien juga dikunjungi oleh ustadz satu persatu untuk bisa berkonsultasi tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien hemodialisis. Selain itu, pasien hemodialisis mempunyai kegiatan di lingkungan rumahnya seperti pengajian atau arisan. Kegiatan ini membuat pasien merasa tidak dikucilkan meskipun mengalami penurunan kesehatan atau perubahan-perubahan pada pasien karena terapi hemodialisis.
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Univariat
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
− Remaja Akhir (17 - 25)
− Dewasa Awal (26 - 35)
− Dewasa Akhir (36 - 45)
− Lansia Awal (46 - 55)
− Lansia Akhir (56 - 65)
− Manula (> 65)
2 9 23 31 17 3 2,4 10,6 27,1 36,5 20 3,5
Total 85 100 %
Jenis Kelamin − Laki-laki − Perempuan 59 26 69,4 30,6
Total 85 100 %
Pekerjaan
− Tidak Bekerja
− Bekerja
37 48
43,5 56,5
Total 85 100 %
Lama Hemodialisis
− < 6 Bulan
− > 6 Bulan
9 76
10,6 89,4
(59)
33
Dukungan Sosial
− Baik
− Buruk
33 52
38,8 61,2
Total 85 100 %
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas dari 85 responden menunjukkan hasil bahwa sebagian besar pasien hemodialisis yang berumur pada tahap lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 31 pasien (36,5 %). Kemudian diikuti pasien hemodialisis yang berumur pada tahap dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 23 pasien (27,1 %), pasien hemodialisis yang berumur pada tahap lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 17 pasien (20 %) dan pasien hemodialisis yang berumur pada tahap manula (>65 tahun) sebanyak 3 pasien (3,5 %). Pasien paling sedikit pasien pada tahap remaja akhir (17-25 tahun) sejumlah 2 pasien (2,4 %)
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 pasien (69,4 %). Pasien hemodialisis yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 pasien (30,6 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien hemodialisis berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang tidak bekerja sebanyak 37 pasien (43,5 %). Pasien hemodialisis yang bekerja sebanyak 48 pasien (56,5 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang lama hemodialisinya < 6 bulan sejumlah 9 pasien (10,6 %). Pasien
(60)
34
hemodialisis yang lama hemodialisisnya > 6 bulan sebanyak 76 pasien (89,4 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien yang lama hemodialisisnya lebih dari 6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang lama hemodialisisnya kurang 6 bulan.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatlan hasil pasien yang dukungan sosialnya baik sebanyak 33 pasien (38,8 %). Pasien hemodialisis yang dukungan sosialnya buruk sebanyak 52 pasien (61,2 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien dengan dukungan sosial yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan pasien dengan dukungan sosial yang baik.
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Kecemasan
− Kecemasan Minimal
− Kecemasan Ringan
− Kecemasan Sedang
− Kecemasan Berat
65 13 4 3
76,5 15,3 4,7 3,5
Total 85 100 %
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil bahwa mayoritas pasien hemodialisis mengalami kecemasan minimal sebanyak 65 pasien (76,5 %). Kemudian diikuti pasien hemodialisis yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 13 pasien (15,3 %) dan pasien hemodialisis yang mengalami kecemsan sedang sejumlah 4 pasien (4,7 %). Paling sedikit paisen hemodialisis mengalami kecemasan berat sejumlah 3 pasien (3,5 %).
(61)
35
2. Hasil Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan
r p
Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Klasifikasi Umur
Remaja Akhir 1 1 0 0 0,128 0,308
Dewasa Awal 8 1 0 0
Dewasa Akhir 20 1 1 1
Lansia Awal 21 7 2 1
Lansia Akhir 12 3 1 1
Manula 3 0 0 0
Total 65 13 4 3
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pasien mengalami kecemasan minimal. Pasien yang mengalami kecemasan minimal paling banyak pada pasien berumur pada tahap lansia awal (46 - 55) yaitu sebanyak 21 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan ringan paling banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu sebanyak 7 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan sedang paling banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu 2 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan berat terjadi pada pasien dengan umur tahap dewasa akhir, lansia awal dan lansia akhir yaitu masing-masing 1 pasien. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,308 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kecemasan pasien.
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan
p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Jenis Kelamin
Laki-laki 46 8 4 1 1,000
Perempuan 19 5 0 2
(62)
36
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pasien laki-laki mayoritas mengalami kecemasan minimal. Pasien yang mengalami kecemasan ringan dan sedang pada pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan sedangkan pasien yang mengalami kecemasan berat pada pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil p = 0,257 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien.
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan
p Kecemasan
Minimal
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat Pekerjaan
Tidak Bekerja 26 7 2 2 0,963
Bekerja 39 6 2 1
Total 65 13 4 3
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pasien yang bekerja mayoritas mengalami kecemasan minimal. Pasien dengan kecemasan ringan pada pasien tidak bekerja lebih banyak dibandingkan yang bekerja. Pasien dengan kecemasan sedang pada pasien yang tidak bekerja sama dengan pasien yang bekerja. Pasien dengan kecemasan berat pada pasien yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan yang bekerja. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,656 yang berarti tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan pasien.
(1)
Tabel menunjukkan bahwa pasien yang tidak bekerja dan bekerja mayoritas mengalami kecemasan minimal dan pasien yang tidak bekerja lebih banyak mengalami kecemasan berat dibandingkan dengan pasien yang bekerja. Keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien. Penghasilan dari pekerjaan klien dapat menjadi stressor dari segi financial yang dapat menimbulkan respon kecemasan pada klien tersebut (Romani, et al.2013).
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil nilai p sebesar 0,235 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ginting, et al., (2013) di Rumah Sakit PGI CIKINI, Jakarta
Pusat yang mendapatkan hasil nilai p sebesar 0,2 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan. Keterbatasan dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja setelah menderita penyakit GGK dan harus menjalani hemodialisis akan menimbulkan masalah atau stressor bagi pasien (Brunner & Suddarth, 2000).
Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Penelitian ini mendapat hasil dari 65 pasien yang mengalami kecemasan minimal, pasien yang lama hemodialisisnya > 6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang lama hemodialisisnya < 6 bulan. Hasil dari 13 pasien yang mengalami kecemasan ringan, pasien yang lama hemodialisisnya > 6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang lama hemodialisisnya < 6 bulan.
(2)
Hasil dari 4 pasien yang mengalami kecemasan sedang, pasien yang lama hemodialisisnya > 6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang lama hemodialisisnya < 6 bulan. Hasil dari 3 pasien yang mengalami kecemasan berat semuanya merupakan pasien yang lama hemodialisisnya > 6 bulan.
Tabel menunjukkan bahwa mayoritas yang mengalami kecemasan minimal adalah pasien yang lama hemodialisisnya > 6 bulan. Jangkup, et al., (2015) mengungkapakan bahwa semakin lama menjalani terapi hemodialisis maka dengan sendirinya pasien terbiasa dengan semua alat dan proses selama hemodialisis.
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil nilasi p sebesar 0,531 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakan antara lama hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil ini sejalan denga penelitian yang dilakukan oleh Tokala, et al., (2015) di RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado yang mendapatkan hasil nilai p sebesar 0,462 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien. Hasil ini terjadi bisa karena pasien yang lama hemodialisisnya sudah lebih dari 6 bulan, mereka dapat berdapatasi dengan lingkungan unit hemodialisis dan mempengaruhi mekanisme koping yang akan mereka lakukan dalam menghadapi stressor. Menurut (Romani, et al. 2013) mekanisme koping yang adaptif dapat mengatasi kecemasan sehingga kecemasannya tidak berat.
Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien
(3)
Penelitian ini mendapatkan hasil dari 65 pasien yang mengalami kecemasan minimal, pasien dengan dukungan sosial yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang dukungan sosialnya baik. Hasil dari 13 pasien yang mengalami kecemasan ringan, pasien yang dukungan sosialnya buruk lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang dukungan sosialnya baik. Hasil dari 4 pasien yang mengalami kecemasan sedang, pasien yang dukungan sosialnya baik mendapatkan hasil yang sama dengan pasien yang dukungan sosialnya buruk. Hasil dari 3 pasien yang mengalami kecemasan semuanya merupakan pasien yang dukungan sosialnya buruk.
Tabel menunjukkan bahwa mayoritas pasien yang mengalami kecemasan baik minimal sampai yang berat adalah pasien yang dukungan sosialnya buruk. Menurut Maslakha,
et al., (2015), ketika seseorang memulai terapi hemodialisis maka ketika itulah klien harus merubah seluruh aspek kehidupannya. Secara rutin harus ke unit hemodialisis 2 - 3 dalam seminggu, membuat pasien dan keluarga yang menemani merasakan kebosanan dan kejenuhan.
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil nilai p sebesar 0,124 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil ini terjadi karena tingkat kecemasan pasien dipengaruhi oleh faktor lain seperti mekanisme koping setiap individu (Romani, et al., 2015). Mekanisme koping yang adaptif lebih cenderung mengalami kecemasan ringan, sedangkan mekanisme koping yang maladaptif
(4)
lebih cenderung mengalami kecemasan sedang dan berat.
KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mayoritas pasien yang menjalani hemodialisis pada tahap lansia awal, diikuti pasien pada tahap dewasa akhir, kemudian pasien pada tahap lansia akhir.
2. Pasien yang menjalani hemodialisis yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin perempuan.
3. Pasien yang menjalani hemodialisis yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja.
4. Pasien yang menjalani hemodialisis yang lama hemodialisisnya > 6 bulan lebih
banyak dibandingkan yang < 6 bulan.
5. Pasien yang menjalani hemodialisis dengan dukungan sosial buruk lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang dukungan sosialnya baik.
6. Berdasarkan tingkat kecemasan pasien, mayoritas pasien mengalami kecemasan minimal dan yang paling sedikit yaitu pasien yang mengalami kecemasan berat.
SARAN
Peneliti berharap agar penelitian ini dikembangkan lebih baik lagi kedepannya dan memperdalam faktor lainnya yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA
Aroem, H.R., Maliya, A., & Ambarwati, R. (2015).
(5)
Gambarana Kecemasan dan Kualitas Hidup pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Mhammadiyah Surakarta.
Arosa, F.A., Jumaini, & Woferst. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan Keluarga yang anggota Keluarganya Menjalani Terapi Hemodialisa. JOM PSIK, 1(4).
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Ginting, S.M. & Wardani, I.Y. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Kecemasan Klien Gagal Ginjal Kronik Menjalani Hemodialisa. FIK UI.
Hawari, D. (2013). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Homans, W., (2012). The Validity of the PHQ-9 and the GAD-7 for Screening Depressive and Anxiety Disorder In Sick-listed Workers. Trimbos-Institute. Utrecht University.
Jangkup, J.Y.K., Elim, C., & Kandou, L.F.J., (2015). Tingkat Kecemasan pada Pasein Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisis di BLU RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), 3(1).
Lewis, S.M., Heitkemper, M.M., & Dirksen, S.R. (2004). Medical Surgical Nursing. Edisi 6. Mosby.
Luana, N.A., Penggabean, S., Lengkong J.V.M., & Christine, I. (2012). Kecemasan pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia. Media Medika Indonesia, 46(3). Maryam, S.R., et. Al. (2008).
Mengenai Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta; Salemba Medika.
Maslakha, L. & Santy, W. H. (2015). Analisa Pemahaman Discharge Planning dengan Tingkat Kepatuhan Paisen Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dalam
Menjalani Terapi Hemodialisis. UNUSA.
Nasrani, L. & Purnawati, S. (2015). Perbedaan Tingkat Stres Antara Laki-laki dan Perempuan pada Peserta Yoga di Kota Denpasar. Program Studi Pendidikan Dokter. Universitas Udayana. Nursalam. (2013). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:Salemba Medika.
Price & Wilson. (2005).Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Rahmi, C. (2013). Hubungan tingkat kecemasan dengan kelancaran proses persalinan ibu primigravida di RS Ibu dan Anak Banda Aceh. D3 Kebidanan. STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
Raziansyah, Widyawati, & Utarini, A. (2012). Pengalaman dan Harapan Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 15(02):86-92. Romani, N.K., Hendarsih, S., &
Asmarani, F.L. (2013). Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit Hemodialisa
(6)
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Universitas Respati Yogyakarta.
Sandra, Dewi, W.N., & Dewi, Y.I. (2012). Gambaran Stres pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Universitas Riau. Setyowati, A. (2014). Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa
di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. PROFESI. Volume 11.
Spitzer, R.L., et al. (2006). A Brief Measure for Assessing Generalized Anxiety Disorder.
Arch Inern Med,
166:1092-1097.
Stuart & Laraia. (2001).Principle and practice of psychiatric nursing. USA: Mosby Company
Supriyadi, Wagiyo, & Widowati, S.R. (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. KEMAS, 6(2): 107-112.
T Ary. (2013). Korelasi Tekanan Darah Terhadap Kecemasan pada Pasien Hipertensi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Thomas, N. (2003). Renal Nursing.
Edisi 2. Bailliere Tindall. Tokala, B. F., Kandou, L.F.J., &
Dundu, A. E. (2015). Hubungan Antara Lamanya Menjalani Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan pada Paisen dengan Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCL), 3(1).
Untari, I., Rohmawati. (2014). Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Usia
Pertengahan dalam
Menghadapi Proses Menua (Aging Process). Jurnal Keperawatan AKPER 17 Karanganyar, 1(2).
Wartilisna, Kundre, R. & Babakal, A.. (2015). Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal di Ruangan Dahlia RSUP Prof Dr.R. Kandou Manado. Ejournal Keperawatan, 3(1). Widyanti, K. (2008). Hubungan
Antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Kepatuhan dalam Menjalani Terapi ARV pada Odha. Fakultas Psikologis. Universitas Indonesia.
Zahrofi, D. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.