Kerangka Teori TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen a. Sejarah dan perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen Hukum Perlindungan Konsumen atau yang sering kali dikenal dengan Hukum Konsumen consumers law, merupakan salah satu cabang baru ilmu hukum yang bercorak universal. Sebagian besar perangkatnya diwarnai hukum asing, akan tetapi ternyata dasar-dasar yang menopangnya sudah ada sejak dahulu, termaksud dalam hukum adat. Perkembangan Hukum Konsumen di dunia berawal dari adanya Gerakan Perlindungan Konsumen consumers movement yang terjadi di awal abad ke-19. Ada beberapa pakar yang menyebutkan bahwa Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, permasalahan yang diatur dalam Hukum Konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barangjasa. Ada pula yang mengatakan bahwa Hukum Konsumen digolongkan dalam Hukum Bisnis atau Hukum Dagang karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan barangjasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi perdagangan. Serta terdapat pula yang menggolongkan Hukum Konsumen dalam Hukum Perdata, karena hubungan antara konsumen dan produsenpelaku usaha dalam aspek pemenuhan barangjasa yang merupakan hubungan perdata N. H. T. Siahaan, 2005: 34. Secara umum, sejarah Gerakan Perlindungan Konsumen dapat dibagi dalam empat tahapan, yaitu : 1 Tahapan I 1881-1914 Pada kurun waktu ini merupakan titik awak munculnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pergerakan konsumen. Sebagai pemicunya adalah histeria massal akibat novel karya Upton Sinclair berjudul The Jungle, yang menggambarkan cara kerja pabrik commit to user 15 pengolahan daging di Ameriak Serikat yang sangat tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2 Tahapan II 1920-1940 Pada kurun waktu ini muncul pula buku berjudul “your money’s worth” karya Chase dan Scelink. Karya ini mampu menggugah konsumen diatas hak-hak mereka dalam jual beli. Pada kurun waktu ini muncul selogan fair deal, best buy. 3 Tahapan III 1950-1960 Pada dekade 1950-an ini muncul keinginan untuk mempersatukan gerakan perlindungan konsumen dalam lingkup internasional. Dengan diprakarsai oleh wakil-wakil gerakan konsumen dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia, dan Belgia pada 1 April 1960 berdirilah international organization of consumer union. Semula organisasi ini berpusat di Den Haag Belanda, lalu pindah ke London, Inggris pada tahun 1993. Dua tahun kemudian IOCU mengubah namanya menjadi Consumers International CI. 4 Tahapan IV pasca 1965 Kurun waktu ini merupakan masa pemantapan gerakan perlindungan konsumen, baik ditingkat regional maupun ditingkat internasional. Sampai saat ini dibentuk lima kantor regional, yakni di Amerika Latin dan karibia yang berpusat di Chili, Asia Pasifik berpusat di Malaysia, Afrika berpusat di Zimbabwe, Eropa Timur dan Tengah berpusat di Inggris, dan negara-negara maju berpusat di London, Inggris. Shidarta,2000:30 Amerika Serikat tercatat sebagai negara yang memberikan sumbangan dalam masalah perlindungan konsumen. Liga konsumen dibantuk pertama kali di New York pada tahun 1891 dan ditingkat nasional Amerika Serikat pada tahun 1898 terbentuk tiga konsumen nasional the national consumers league. Gerakan perlindungan konsumen ini banyak mengalami hambatan terutama pada saat mengeluarkan the foot drugs act dan the meat inspection act yang lahir commit to user 16 pada tahun 1906. Perjuangan yang dilakukan mulai tahun 1892 ini kemudian dicoba kembali pada tahun 1902 dengan dukungan liga konsumen nasional, THE GERNERAL FEDERATION OF WOMEN CLUB DAN STATE FOOD AND DIARY CHEMISTRY juga mengalami kegagalan yang sama. Akhirnya pada tahun 1906 atas dukungan presiden Amerika Serikat kemudian lahirlah the food and drugs act dan the meat inspection act . Gunawan widjaja dan Ahmad Yani, 2000:13. Pada tahun 1914 pemerintah Federal Amerika Serikat mengeluarkan peraturan tentang tentang praktek periklanan, yang disebut The 1914’s Federal Trade Commission Act. Undang-Undang ini melarang metode-metode persaingan yang tidak jujur dalam perdagangan. Untuk mengawasi jalannya undang-undang ini dibentuk badan khusus yang diberi nama The Federal Trade Commission FTC yaitu badan yang independen. Selanjutnya pada tahun 1930-an para pendidik mulai memikirkan urgensi dari pendidikan konsumen, yaitu dengan mengadakan penulisan buku-buku tentang konsumen dan perlindungan konsumen yang disertai dengan riset-riset yang mendukungnya. Pada tahun 1937 dimana terjadi tragedi Elixir Sulfanilamide yang menyebabkan konsumen di Amerika Serikat meninggal telah mendorong terbentuknya The food, drug and cosmetic act, tahun 1938 yang merupakan mandemen dari The food and drug act, tahun 1906. Era selanjutnya dari pergolakan konsumen terjadi dalam tahun 1960-an yang melahirkan era hukum perlindungan konsumen dengan lahirnya satu cabang ilmu hukum baru, yaitu Hukum Konsumen Consumers Law. Pada tahun 1962 Presiden Amerika Serikat John F Kennedy menyampaikan consumer massege kepada kongres yang kemudian ini dianggap sebagai era baru gejolak konsumen. Dalam consumer massege ini terjadi formulasi pokok-pokok pikiran yang sampai sekarang terkenal sebagai hak-hak kinsmen consumer bill of right. Presiden Jimmy Carter juga memeberikan perhatian dan apresiasi yang besar sekali terhadap perkembangan hukum perlindungan konsumen. commit to user 17 Dinegara-negara lain selain Amerika Seriakat setelah era ketiga ini terjadi kebangkitan yang berarti bagi perlindungan konsumen. Era ketiga ini juga telah menyadarkan negara-negara lain untuk memebentuk undang-undang perlindungan konsumen. Shidarta, 2000:35. Di Indonesia itu sendiri masalah perlindungan konsumen baru mulai terdengar pada tahun 1970-an. Hal ini terutama ditandai dengan lahirnya yayasan lembaga konsumen Indonesia YLKI bulan Mei 1973. Setelah lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, suara- suara untuk memperdayakan konsumen semakin gencar dan sebagai puncaknya adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. GunawaN Widjaja dan Ahmad Yani, 2000:15 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini lahir atas kesepakatan Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada tanggal 30 Maret 1999 dan telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 April 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Lembaran Negara Nomor 42 Tahun 1999, dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 29 April 2000. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini diharapkan tidak hanya sanggup untuk merangkum segala keperluan dan kebutuhan konsumen akan suatu sistem keadilan, namun setidaknya Undang-Undang ini diharapka akan mampu menjadi sumber atau acuan bagi Peraturan Perundang-undangan lainnya, serta dijadikan dasar pembentukan bagi peraturan perundangan konsumen pada tingkat yang lebih rendah. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000:14 b. Pengaturan Hukum Perlindungan Konsumen dalam tata hukum Indonesia. Pengaturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen sebenarnya sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun saat ini sebagaian besar peraturan itu sudah tidak berlaku lagi. Peraturan perundang-undangan pada jaman Hindia Belanda tersebut dapat disebutkan antara lain seperti Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya, Ordonansi Petasan, Ordonansi Tera dan sebagainya. Dibawah ini adalah commit to user 18 beberapa pengaturan khusus berkaitan dengan perlindungan konsumen, diantaranya adalah : 1 Bidang Hukum Keperdataan Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata terdapat ketentuan yang bertendensi melindungi konsumen yaitu dalam Pasal 1473-1512 Pasal 1320-1338. Pasal-Pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitan dengan perlindungan kepada pembeli dan perlindungan kepada pihak- pihak yang terkait dalam perjanjian. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memang tidak sama sekali disebut-sebut kata “konsumen”. Istilah lain yang sepadan dengan kata itu adalah seperti pembeli, penyawa, dan si berutang debitur. Pasal-Pasal yang dimaksud adalah : a Pasal 1235 jo. Pasal-Pasal 1033, 1157, 1236, 1365, 1444, 1445, 1473, 1474, 1482, 1550, 1560, 1706, 1744: Dalam tiap-tiap perikatan untuk memeberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk merawatnya seorang bapak rumah yang baik sampai pada saat penyerahan. Kewajiban yang terkhir ini adalah kurang atau lebih luas terhadap persetujuan-persetujuan tertentu, yang akibat-akibatnya mengenai hal ini akan ditunjukan dalam bab-bab yang bersangkutan. b Pasal 1236 jo. Pasal-Pasal 1235, 1243, 1246, 1275, 1391, 1444, 1480 Si berutang wajib memeberikan ganti biaya, rugi, dan bunga kepada si piutang, jika ia membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebandaannya, atau tidak merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya. c Pasal 1504 jo. Pasal-Pasal 1322, 1473, 1474, 1491, 1504, s.d 1511 : Si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tesembunyi pada barang yang dijual, yang memebuat barang itu tak sanggup commit to user 19 untuk pemakaian yang dimaksudkan itu, sehingga seandainya si pembeli mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan membelinya, atau tidak akan membelinya selain dengan harga yang kurang. Shidarta 2000:80 2 Bidang Hukum Pidana Dalam Kitab Hukum Pidana KUHP Pasal 202, 203, 204, 205, 263, 364, 266, 382, 383, 388 dan sebagainya. Pasal-Pasal tersebut mengatur pemidanaan dari perbuatan-perbuatan : a Memasukan bahan berbahaya ke dalam air minum umum. b Menjual, menawarkan, menerimakan, atau menbagikan barang yang dapat membahayakan jiwa atau keselamatan orang. c Memalsukan surat. d Melakukan persaingan curang. e Melakukan penipuan terhadap pembeli. f Menjual, menawarkan, atau menyerahkan makanan, minuman dan obat-obatan palsu. Husni Syawali dan Nenny Sri Imaniyati, 2000:9 3 Hukum Administrasi Negara Dalam Hukum Administrasi Negara itu sendiri, terdapat sanksi administratif terhadap pengusaha baik itu produsen maupun para distributor penjual yang merugikan konsumen. Dalam hal ini terlihat dan termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Sanksi administrasi tersebut berkaitan dengan perjanjian yang diberikan pemerintah kepada pengusaha yang bersangkutan, yaitu apabila terjadi pelanggaran sepanjang didukung oleh bukti-bukti yang cukup maka ijin usaha akan di cabut secara sepihak oleh pemerintah. Sanksi administrasif ini seringkali lebih efektif dibandingkan dengan saksi perdata atau pidana, alasan yang mendukung pernyataan ini adalah sebagai berikut : commit to user 20 a Sanksi administratif dapat diterapkan langsung dan sepihak. b Sanksi perdata atau pidana seringkali tidak membawa efek bagi pelakunya.Shidarta,2000:96 Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur perlindungan konsumen. Dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen dalam sistem hukum Indonesia sangatlah perlu dikaitkan dengan Peraturan Perundang-undangan lain yang mempunyai tujuan memberikan perlindungan pada konsumen. Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya juga bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur perlindungan konsumen, sebab sampai terbentuknya Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen sebelumnya telah ada beberapa Undang-Undang yang materinya melindungan kepentingan konsumen. Seperti kita ketahui, Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 merupakan wadah yang tepat bagi para masyarakat untuk mendapatkan perlindungan dalam hal pemakaian produk yang akan dikonsumsi. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,2000:19. Perlindungan konsumen di Indonesia diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 lima Asas Pembangunan Nasional, yaitu : 1 Asas Manfaat Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2 Asas Keadilan Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk mendapatkan hak dan kewajibannya secara adil. commit to user 21 3 Asas Keseimbangan Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual. 4 Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen Dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5 Asas Kepastian Hukum Dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin adanya suatu kepastian hukum. Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2005: cet. 2 Hal. 5 Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari perlindungan konsumen diantaranya adalah : 1 Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk dapat melindungi diri. 2 Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari kases negatif pemakaian barang danatau jasa. 3 Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen 4 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 5 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan ini sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. 6 Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen. commit to user 22 WJ.Brown juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan untuk melindungi konsumen adalah ”....that due the technical development of consumer goods, the ordinary consumer cannot be expected to know if the goods are fit for the perpose for which they were bought, or if the are of good or bad quality”. WJ.Brown,1982:126 Berkenaan dengan masalah produk, terdapat beberapa hal yang menyebabkan produsen harus dapat bertanggung-jawab, yakni: 1 Production Manufacturing defect yaitu apabila suatu produk dibuat dan tidak sesuai dengan persyaratan sehingga produk tersebut tidak aman bagi konsumen 2 Design defects atau bahaya dari produk lebih besar dari pada bahaya yang dihasilkan. 3 Warning Instruction defects yakni apabila buku pedoman, buku panduan, pengemasan packaging tidak dapat memberikan informasi tentang produk itu sendiri.Shidarta, 2000:96. Namun dalam hal ini kita tidak hanya berbicara mengenai apa saja yang menjadi tanggung jawab dari para produsen, konsumen pun juga memiliki beberapa kewajiban yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindunganan Konsumen, diantaranya adalah : 1 Membaca atau mengikuti petunjuk informasi atau prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa demi keamanan dan keselamatan. 2 Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. 3 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati 4 Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. 2. Tinjauan umum tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta. Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang commit to user 23 berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta melalui Sekrertaris Daerah kota Surakarta. Dinas ini memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang perindustrian dan perdagangan.. Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki fungsi yang diantara lain adalah: a. Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan pelaporan b. Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian c. Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar,kecil dan pengendalian pencemaran d. Penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen e. Penyelenggaraan sosialisasi f. Pembinaan jabatan fungsional pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota. g. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian di bidang Perindustrian dan Perdagangan h. Pelaksanaan pembinaan umum dan perijinan di bidang Perindustrian dan Perdagangan i. Pelaksanaan sinkronisasi penyusunan rencana dan program pembangunan Perindustrian dan Perdagangan j. Pembimbingan teknis dan penyuluhan dalam melaksanakan kegiatan industri dan perdagangan k. Pembimbingan teknis pelaksanaan program sektoral di bidang industri dan perdagangan l. Pengevaluasian pelaksanaan kebijakan teknis bimbingan dan pengembangan industri dan perdagangan di Wilayah Kota Surakarta m. Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan instansi lainnya serta organisasi asosiasi dunia usaha n. Pembimbingan dan pengendalian pelaksanaan penyediaan dan penyaluran barang dan jasa serta penyiapan dan pelaksanaan urusan perijinan o. Pembimbingan dan pengawasan kegiatan di bidang kemetrologian; p. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas. commit to user 24 Untuk menjalankan fungsi yang telah disebutkan diatas, Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga diberikan kewenangan khusus olehnya, beberapa kewenangan khusus yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai berikut : a. Penyelenggaraan fasilitasi, pengembangan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditi b. Penyelenggaraan lalu lintas barang dan jasa di bidang industri dan perdagangan c. Mendorong penyelenggaraan kemitraan industri kecil, menengah, besar dan sektor ekonomi lainnya d. Penyelenggaraan perlindungan konsumen e. Penyelenggaraan pengembangan sistem pergudangan f. Penyelenggaraan distribusi bahan-bahan pokok g. Pemberian ijin industri dan ijin kawasan industri h. Pemberian perijinan di bidang industri dan perdagangan termasuk ijin kawasan industri i. Fasilitasi permodalan bagi industri kecil dalam pengambangan usaha j. Pengawasan dan pengendalian industri dan produk tertentu yang berkaitan dengan keamanan, keselamatan umum, keselamatan lingkungan dan moral k. Fasilitasi kegiatan industri bahan-bahan pokok l. Penyuluhan, pengawasan dan penetapan penggunaan tanda tera dan tera isi ulang alat UTTP Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perdagangan m. Pemberian ijin gudang n. Penerbitan SKA Surat Keterangan Asal barang o. Fasilitasi permodalan, aspek permodalan, manajemen, kelembagaan, kemitraan dan perniagaan, pemasaran untuk tumbuh dan berkembangnya Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah PKM p. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan industri dan perdagangan Daerah q. Penyelenggaraan dan pengawasaan pelaksanaan standard pelayanan minimal dalam bidang industri dan perdagangan yang wajib dilaksanakan commit to user 25 r. Penyusunan rencana industri dan perdagangan s. Perijinan di bidang industri dan perdagangan t. Penyelenggaraan eksport dan import hasil produksi dan perdagangan sesuai peraturan perundang-undangan Dibawah ini ialah susunan dan bagan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan: a. Kepala Dinas. b. Sekertariat terdiri dari Sub bagian penyusunan program, keuangan dan umum. c. Bagian Perindustrian, terdiri dari seksi pengembangan industri kecil, menengah dan atas. Dalam hal ini memiliki tugas utama untuk persiapan sarana dan pra sarana bidang perindustrian serta pembinaan dan pengendalian. d. Bidang perdagangan, dibagi menjadi seksi perdagangan dalam negri dan luar negri dan menangani permasalahan yang berkaitan dengan bina usaha dan pendistribusian. e. Bidang pengawasan dan perlindungan konsumen. f. Kelompok Jabatan Fungsional termaksud Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. commit to user 26 Bagan 1 Bagan Organnisasi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Surakarta Sumber : http:Dinas Perdagangan dan Perindustrian.comprofil-struktur organisasi.html KEPALA DINAS SEKERTARIAT SUBBAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG PERINDUSTRIAN BIDANG PERDAGANGAN BIDANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKSI INDUSTRI KECIL SEKSI PERDAGANGAN DALAM NEGERI BIDANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKSI INDUSTRI MENENGAH BESAR SEKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI SEKSI PERLINDUNGAN KONSUMEN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL commit to user 27 3. Tinjauan umum tentang bahan pangan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan, ”Bahan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan juga air, baik yang diolah ataupun tidak diolah”. Bahan pangan diperuntukan untuk dapat dikonsumsi oleh manusia dan diharapkan manusia akan memeperoleh khasiat dari apa yang dikonsumsinya tersebut. Pangan olahan adalah bahan makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan pangan dapat berupa berbagai macam makanan atau minuman yang dapat di konsumsi oleh manusia yang memiliki fungsi primer yaitu untuk mencapai tingkat kesehatan dan kebugaran yang optimal. Dibawah ini adalah beberapa ciri bahan pangan yang tidak layak dikonsumsi, diantaranya : a. Terjadi perubahan warna, bentuk dan rasa dari aslinya pada bahan pangan. b. Ditumbuhi jamur atau mikroorganisme yang ditunjukan dengan adanya jamur, lender, bau basi, dan adanya ulat. c. Menunjukan ciri-ciri makanan yang mengandung makanan berbahaya, seperti pewarna dan pengawet yang dilarang d. Adanya pencemaran fisik. e. Makanan yang diolah atau dikemas, tidak memenuhi syarat. f. Memperhatikan makanan yang disimpan dalam lemari es atau pendingin karna dapat menutupi makanan yang basi. g. Makanan yang kemasannya sudah rusak. h. Makanan yang kadaluarsa. i. Memperhatikan izin makanan dari kesehatan. Bahan pangan juga dapat diartikan sebagai segala macam pangan yang secara alamiah ataupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi- fungsi fisiologis terentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan pada bahan pangan adalah: a. Mencegah dari timbulnya penyakit b. Dapat meningkatkan daya tahan tubuh commit to user 28 c. Regulasi kondisi ritme fisik tubuh d. Menyehatkan. Hayuan, http:blogspot makanan dan kemasan- pangan.html200906 diakses pada tanggal 1 november 2010 4. Tinjauan umum tentang label Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan pangan, Label adalah “setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan mengenai pelaku usaha”. Dalam label juga memuat informasi lainnya yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan disertakan pada barang, dimasukan kedalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan pada barang. Kita dapat melihat bahwa label adalah suatu hal yang wajib disertakan pada kemasan. Maka dengan tidak terteranya label pada kemasan dapat dikatakan bahwa barang tersebut tidak dapat memberikan informasi kepada konsumennya sebagai penikmat produk itu sendiri. Adapun ketentuan yang mengatur tentang label diatur dalam pasal 30 ayat 2, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan Pasal 111 ayat 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Secara umum setidaknya terdapat 6 enam jenis informasi yang dapat kita ketahui dari label kemasan, diantaranya adalah: a. Nama produk, merupakan informasi yang sangat penting yang merupakan informasi pertama yang memungkinkan konsumen mengidentifikasi jenis produk itu. b. Kandungan isi, semua substansi termaksud zat adiktif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Informasi tersebut dihitung dari presentasi dari yang tertinggi hingga terendah, Namun hal ini bukan merupakan suatu keharusan, kecuali diberikan pada bahan yang memberikan pengaruh khusus, umpamanya kolesterol. Bahan adiktif yang harus dicantumkan dalam kandungan isi meliputi substansi commit to user 29 sintetis atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki bau, rasa, lama penyimpanan, atau konsistensi. Terdapat lebih dari seratus macam adiktif makanan kemasan diantaranya sebagai pewarna, pengawet, emulsi, stabilisator. c. Sertifikasi produk atau halal serta adanya ijin edar yang dikeluarkan oleh lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan undang-undang. d. Waktu kadaluarsa, informasi ini sangatlah penting untuk mengetahui batas waktu pemakaian produk. e. Kuanitas isi, Satuan kuantitas adalah biasanya menggunakan satuan liter untuk satuan cairan dan gram atau satuan bobot lainnya untuk produk lainnya. f. Identitas asal produk, dapat dinyatakan dalam kode bergaris atau bar code, dibawah garis-garis vertikal yang dapat dibaca dengan tekhnologi optik umumnya terdapat tiga belas angka. Angka pertama menunjukan negara asal, lima angka berikutnya menunjukan pembuat atau distributornya, lima angka berikutnya menunjukan ientifikasi produk itu sendiri, dan satu angka terakhir adalah angka kontrol. In recent deccades, developed countries have seen unincrease in nutrition-and livestyle realeted health problem. Policy makers are concerned about how the population can be invormed about healthy eating the realitive healthnes of the food products, in order to make the right decision at the supermarket shelf. Nutrition and health claims, as prescribed by the new eu regulation, are meant to served as a compremise, being a short health-realited information tools that takes into account the costumers limited time, willingness, and cappability to process information while shopping. Jill Avery, Consumers behaviour and human persuits of happiness in a world Vol 4 : 2010. Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara maju telah melihat penurunan dalam masalah informasi gizi dan kesehatan pada lingkungan masyarakatnya. Para pembuat kebijakan khawatir mengenai bagaimana penduduk bisa memenuhi unsur kesehatan dalam suatu produk makanan, dalam rangka untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kandungan gizi dalam suatu produk makanan, commit to user 30 keberadaan label menjadi suatu informasi yang penting bagi para konsumen atau orang-orang yang akan membeli produk yang bersangkutan. Dalam hal ini yang menjadi prinsip pengaturan pada label yang tidak dapat dilanggar oleh para pelaku usaha menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan adalah sebagai berikut : a. Non diskriminasi, untuk barang yang diproduksi dalam negri maupun barang impor yang diperdagangkan di pasar dalam negeri. b. Pencantuman label dalam bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti. c. Label menggunakan bahasa Indonesia. Untuk barang impor berlaku saat memasuki daerah pabean Republik Indonesia. d. Penggunaan bahasa, selain bahasa Indonesia, angka arab, huruf latin diperbolehkan sepanjang tidak ada padanannya atau tidak dapat diciptakan padanannya. e. Label tidak mudah lepas dari barang atau kemasannya. f. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan Label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. g. Pencantuman Label sebagaimana dimaksud dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca. h. Keterangan atau pernyataan tentang pangan dalam label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainnya. i. Setiap orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan tentang pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, atau dengan label apabila keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar dan atau menyesatkan. j. Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam Label hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. commit to user 31 k. Ketentuan lebih lanjut, tentang tata cara dan persyaratan pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan diatur oleh mentri kesehatan l. Pada label dilarang dicantumkan pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat. m. Setiap orang dilarang mencantumkan pada label tentang nama, logo, atau identitas lembaga yang melakukan analisis tentang produk pangan tersebut. Suatu barang dan jasa yang akan dipasarkan untuk dikonsumsi kepada konsumen harus dapat memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, namun tidak selamanya seluruh bahan pangan yang beredar harus memenuhi ketentuan tentang label itu sendiri, dalam hal ini terdapat beberapa pengecualian yang ada terhadap ketentuan label yang tercantum dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999, diantaranya adalah: 1 Pangan yang kemasannya terlalu kecil sehingga tidak mungkin mencantumkan seluruh keterangan yang dimaksud peraturan pemerintah. 2 Pangan yang dijual dan dikemas secara langsung dihadapan pembeli dalam jumlah yang kecil-kecil. 3 Pangan yang di jual secara besar. Berkaitan masalah pelabelan halal di Indonesia terdapat pengaturan khusus yang mengaturnya. Indonesia Dapat dikatakan sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, maka berkaitan dengan suatu produk yang dipasarkan atau diedarkan di pasaran juga tidak luput dari perhatian warga muslim kita dalam memilih suatu produk, selain memperhatikan tampilan luar serta substansi kandungannya, masyarakat juga akan memperhatikan segi kehalalan dari makanan tersebut. Apakah pangan yang bersangkutan telah didaftarkan dan mendapatkan label halal dari pihak yang berwenang yang dalam hal ini adalah Majelis Ulama IndonesiaMUI atau belum. commit to user 32 Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, selain ditentukan bahwa pangan harus memenuhi standar kesehatan Thoyyib dalam istilah hukum Islam, juga dijumpai beberapa ketentuan yang mensyaratkan label halal bagi pangan yang diperdagangkan yang memberi petunjuk tentang kehalalan atas produk makanan tersebut. Hal ini cukup penting bagi konsumen muslim. Yulkarnai Harahap, 2003:No.44I2003 Hal72. MUI adalah organisasi yang salah satu tugasnya adalah meneliti dan memberilkan label halal pada suatu produk. Bagaimanapun juga kepentingan agama atau kepercayaan lainnya tetap harus dapat dilindungi melalui tanggung jawab pihak yang memproduksi pangan dalam wilayah Indonesia. Hal-hal yang diatur terkait masalah pelabelan halal untuk produk pangan dan minuman antara lain : 1 Setiap orang yang memproduksi dan memasukan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi unat islam, bertanggung jawab atas pernyataan tersebut, hal tersebut dicantumkan pada label kemasan. 2 Dalam hal label halal tersebut harus dapat memeriksakan kebenarannya pada lembaga yang telah terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,2004:78 Kita dapat melihat bagaimana kepentingan umat islam di negara kita benar-benar diperhatikan serta dilindungi agar hak masyarakat untuk mendapatkan suatu produk makanan yang aman serta halal dan nyaman untuk dikonsumsi oleh umat islam dapat dirasakan. Untuk mendapatkan suatu label halal tentunya diperlukan penelitian khusus mengenai kandungan makanan itu sendiri apakah telah sesuai dengan unsur halal atas makanan yang dimaksud oleh MUI tersebut. Disinilah letak pentingnya suatu wadah yang mengurusi perlindungan konsumen dari makanan yang tidak halal. Suatu wadah yang berusaha meneliti, menyeleksi dan mengawasi peredaran makanan produk di pasaran. Tentunya wadah semacam ini memerlukan tenaga-tenaga yang memiliki latar belakang pengetahuan dan keahlian yang berbeda- beda. Abdul Ghofur Anshori, 2002:No.40II2002 Hal.90. commit to user 33 Syariat Islam mengatur kehidupan manusia bagi terwujudnya kepentingan hidup yang membawa kebaikan. Islam memandang makanan sebagai faktor yang amat penting dalam kehidupan manusia, disamping ibadah-ibadah yang lain. “Although, it is well known that consumer groups from different cultures and religious backgrounds are likely to have different customer satisfaction expectations, the attributes associated with customer segments Muslim, non- Muslim” Eurasian Journal of Business and Economics, 2009: 150. Makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani dan rohani manusia. Di dalam ajaran Islam banyak peraturan yang berkaitan dengan makanan, mulai dari mengatur makanan yang halal dan haram, etika makan, sampai mengatur idealisme kuantitas makanan didalam perut. Salah satu peraturan yang terpenting ialah larangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram. Mengkonsumsi yang haram, atau yang belum diketahui kehalalannya akan berakibat serius, baik didunia maupun diakhirat kelak. Sebagaimana Hadits Nabi yang artinya ”Setiap daging tumbuh yang diperoleh dari kejahatan jalan haram, maka neraka lebih layak baginya”. HR. Imam Ahmad Pada dasarnya masyarakat muslim memiliki harapan atas bahan makanan yang akan mereka konsumsi, yakni makanan yang higienis, nutrisi, dan halal, yang menjadi dasar pengharaman menurut Al-Quran adalah: a. Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang sempat km menyembelihnya, dan diharamkan bagimu memakan hewan yang disembelih untuk berhala. QS Al-Maidah 5:3 b. Hai orang-orang beriman yang beriman meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, menguji nasib dengan panah adalah perbuatan keji termaksud perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulakn permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu.QS Al-Maidah 5:90-91 commit to user 34 Berdasarkan penjelasan mengenai ketentuan haram menurut kitab suci Al-Quran tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat kehalalan suatu produk pangan yang sesuai dengan syri’at Islam adalah sebagai berikut : a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi. b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan lainnya. c. Semua bahan makanan yang berasal dari hewan yang halal dan disembelih menurut tata cara syari’at Islam. d. Semua tempat penyimpanan, penjualan, pengelolaan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk babi danatau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk babi danatau barang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syari’at Islam. e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar. 5 Tinjauan umum tentang kemasan. Kemasan adalah pembungkus yang mengacu pada wadah atau materi yang membungkus suatu Produk. kemasan dibagi menjadi dua fungsi dasar yaitu melindungi produk dari kerusakan selama pengiriman dan mempromosikan produk ke konsumen akhir serta untuk melindungi kerusakan Produk pada saat penjualan dan mempromosikan Produk kepada konsumen. Beberapa jenis umum dari kemasan adalah karton, tas, kotak, kaleng, dan yang lainnnya. Kemasan sangat penting baik untuk penjual maupun pembeli produk. Bagi penjual kemasan berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan, gangguan, atau pencurian terhadap barang tersebut. Kemasan juga dapat meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan atau penyimpanan, serta kemasan juga dapat membuat produk lebih mudah untuk mengidentifikasi. Bagi pembeli kemasan juga memiliki arti yang penting dimana pengemasan yang baik dapat memastikan pangan tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga dapat menjaga keaslian kondisi barang tersebut. Dengan pengemasan yang baik dapat menguntungkan bagi pembeli yang mengkonsumsi bahan pangan tersebut. Pengemasan dengan benar dapat commit to user 35 membuat suatu makanan dapat terlihat sesuai dengan nilai estetika. Tujuan pengemasan diantaranya adalah untuk : a. Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang b. Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah dan mencegah rusaknya nutrisi atau gizi bahan pangan c. Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan, Memudahkan distribusi atau pengangkutan bahan pangan, d. Mendukung perkembangan makanan siap saji, e. Menambah estetika dan menambah suatu nilai jual dari bahan makanan.Amar Abu, 2007:41 Untuk dapat mencapai tujuan pengemasan itu diantaranya adalah Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu, metode atau teknik pengemasan bahan pangan harus tepat, serta pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik. Dalam suatu proses produksi juga harus dapat memenuhi persyaratan pada bahan pengemas, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Memiliki permeabilitas kemampuan melewatkan udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas. b. Harus bersifat tidak beracun dan inert tidak bereaksi dengan bahan pangan. c. Harus kedap air. d. Tahan panas. e. Mudah dikerjakan secara maksimal dan harganya relatif murah. Hayuan,http:blogspot makanan dan kemasan-pangan200906.html diakses pada tanggal 1 November 2010 6 Tinjauan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan. Di dalam rangka membangun Hukum Perlindungan Konsumen dalam sistem hukum Indonesia sangatlah perlu untuk dikaitkan dengan suatu peraturan yang mengacu pada perlindungan konsumen itu sendiri, peraturan commit to user 36 ataupun ketentuan sangat diperlukan sebagai suatu acuan oleh objek hukum dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan adanya hal tersebut maka sutu tujuan dari penetapan hukum itu sendiri akan terwujud secara maksimal. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan di bidang pangan sebagaimana dikehendaki oleh Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun1999 Tentang Pangan Dan iklan pangan. Salah satu upaya untuk mencapai tertib pengaturan di bidang pangan adalah melalui pengaturan di bidang label dan iklan pangan. Secara umum dalam hal pengaturan mengenai label yang dimaksudkan oleh Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai berikut: a. Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas di wilayah Republik Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan b. Pencantuman label sebagaimana dimaksud dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau lepas, serta terletak pada kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca Dari ketentuan diatas kita dapat melihat bahwa salah satu kewajiban dari pelaku usaha dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksinya adalah menyertakan label pada kemasannya, hal ini tentunya agar para konsumen dapat melihat secara langsung isi ataupun kandungan dari produk itu sendiri. Seperti dijelaskan pada Pasal 12 dalam Peraturan Pemerintah ini, dikatakan bahwa label mamuat sekurang-kurangnya : a. Nama produk, b. Berat dan isi bersih, c. Nama dan alamat pihak yang memproduksi, d. Serta Nomor Ijin Usaha dari produsen itu sendiri. Dengan terpenuhinya ketentuan tersebut maka diharapkan konsumen dapat mendapatkan segala informasi yang berkaitan dengan produk yang akan mereka konsumsi. Label dan iklan pangan yang tidak jujur dan atau menyesatkan berakibat buruk terhadap produsen, distributor, maupun commit to user 37 konsumen itu sendiri. diharapkan setiap orang yang memproduksi pangan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dapat memperoleh perlindungan dan jaminan kepastian hukum. The purchase of environmental-labelled goods is an important dimension of sustainable consumption. Exixting research of environmental labels and sutainable consumption has rather individualistic bias, organizational and structural determinants have only recently sparked attention. Sebastian Koos, Varieties of environmental abelling Volume 34 : 2007 Pembelian barang berlabel pada lingkungan masyarakat merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Pengawasan yang berkaitan dengan label kemasan terus dilakukan demi kepentingan khalayak ramai yang dalam hal ini adalah masyarakat. Persaingan dalam perdagangan pangan diatur agar pihak yang memproduksi pangan atau pengusaha agar dapat membuat informasi secara benar dan tidak menyesatkan masyarakat melalui pencantuman label dan iklan pangan yang harus memuat keterangan mengenai pangan tersebut. Pemerintah menyadari perkembangan teknologi pangan sangat berpengaruh terhadap pelabelan pangan. Perkembangan tersebut tidak mungkin dicakupi secara keseluruhan melalui Peraturan Pemerintah ini. Namun, hal itu tidak mungkin pula untuk dikesampingkan tanpa membuka peluang untuk pengaturan lebih lanjut. Dalam kondisi yang demikian, Peraturan Pemerintah ini sekaligus memerintahkan kepada instansi terkait untuk mengaturnya manakala diperlukan. Hal tersebut dapat kita lihat memalui isi dari Pasal 60 yang berisi : 1 Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Menteri Kesehatan menunjuk pejabat untuk diserahi tugas pemeriksaan. 2 Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipilih dan ditunjuk oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki. Terhadap setiap pelanggaran dari ketentuan yang diatur dari Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 memang tidak diatur secara tegas bahwa terdapat ancaman pidana, melainkan merujuk pada ketentuan yang diatur commit to user 38 dalam BAB V mengenai tindakan administratif. Namun demikian Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan sebagi berikut : 1 Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dikenakan tindakan administratif. 2 Tindakan administratif sebagai mana dalam ayat 1 meliputi : a Peringatan secara tertulis b Larangan intuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran. c Pemusnahan pangan jika terbukti dapat membahayakan kesahatan manusia. d Penghentian produksi untuk sementara waktu. e Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah. f Pencabutan ijin produksi atau ijin usaha. 3 Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b, c, d, e, dan f hanya dapat dilakukan setelah peringatan tertulis sebagimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a diberikan diberikan sebanyak-banyaknya tiga kali. 4 Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 hanya dapat dilakukan oleh mentri tekhnis sesuai dengan kewenangan berdasarkan masukan dari Mentri Kesehatan. Selanjutnya hal yang diatur adalah hal yang berkaitan mengenai industri perikalanan, Industri periklanan sendiri mengalami pertumbuhan pada tahun 1970. Hal ini seiring dengan berkembangnya media massa di Indonesia seperti media cetak Koran dan majalah, serta radio swasta.. Masa tahun 1980 iklan tidak lagi menerapkan pendekatan demografis saja untuk menarik audience, melainkan juga dengan menggunakan pendekatan psikiografis, ini bisa dilihat bagaimana iklan dirancang dengan memperhatikan gaya hidup. Sehingga pola pesan yang disampaikan pun mengikuti gaya hidup yang berkembang pada saat itu. Dekade tahun 1990 simbolisasi dan pencitraan commit to user 39 semakin mendominasi karakter iklan di media massa, baik media cetak, ataupun media elektronik. Rhenald Kasali, 1992:3 Sebagaimana telah diuraikan di atas pengaruh pangan yang dikonsumsi terhadap kesehatan manusia perlu diwaspadai. Oleh karena itu, iklan tentang pangan perlu secara khusus diatur dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya melalui Peraturan Pemerintah ini. dibawah ini adalah pengertian dari beberapa istilah yang berkaitan dengan iklan menuruk Kamus Besar Bahasa Indosesia: a. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. b. Media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan iklan kepada khalayak melalui surat kabar, majalah, televisi, radio, papan iklan, dll. c. Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan penyampaian iklanpesan Berdasarkan penjelasan umum mengenai iklan pangan yang diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 dapat diartikan bahwa posisi iklan di masyarakat selalu ditujukan pada fungsi-fungsi dalam pasar modern. Iklan yang efektif harus mampu menciptakan pemahaman yang positif, Jangan sampai setelah melihat suatu iklan, konsumen justru memiliki asosiasi yang salah atau bahkan melenceng. Sehingga konsep efektif dan kreatif saat ini menjadi hal mendasar dalam pembuatan suatu iklan. perkembangan iklan sendiri berjalan beriringan dengan perkembangan industri terhadap barang. Ketentuan ini berlaku mengikat tidak hanya terhadap pangan yang diproduksi di dalam negeri, namun berlaku juga terhadap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan. Dengan tidak mengesampingkan pengaturan yang sudah ada dalam lingkungan undang-undang yang mengatur tentang Kesehatan, maka Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan pangan sebagai pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan merupakan pelengkap terhadap commit to user 40 pengaturan yang sudah ada. Tujuan dari pada pengaturan tersebut adalah untuk lebih memperkuat jaminan kepastian hukum bagi masyarakat yang mengkonsumsi pangan. Pada akhirnya, keterpaduan tugas di bidang pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini sangat tergantung pada kemampuan aparatur negara untuk menghindari timbulnya ekses yang tidak diharapkan bagi tubuh dan khususnya dalam hal kesehatan pada diri manusia. Goshe, http:wordpress. Iklan-pangan.html 20090529 diakses pada 1 November 2010.

B. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Kepedulian Konsumen Terhadap Label Dan Informasi Bahan Tambahan Pangan (Btp) Pada Label Kemasan Pangan Di Kota Bogor

0 9 64

Peranan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Terminal Penumpang Ditinjau Dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Terminal Penumpang

0 11 73

PENDAPAT HUKUM BAGI PEMERINTAH TERHADAP PELAKU USAHA YANG TIDAK MENCANTUMKAN LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERATURAN M.

0 1 1

69 dinas koperasi, perindustrian, perdagangan dan pariwisata

0 1 2

69_ dinas koperasi, perindustrian, perdagangan dan pariwisata

0 0 2

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

0 0 38

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan

0 0 36

Analisis hukum terhadap pelaku usaha yang tidak memiliki izin perdagangan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Studi kasus Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UMKM Kota Pangkalpinang) - Repository Universitas Bangka

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Analisis hukum terhadap pelaku usaha yang tidak memiliki izin perdagangan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Studi kasus Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UMKM Kota Pangkalpinang) - Repository

0 0 15

EVALUASI KESESUAIAN PELABELAN PADA KEMASAN PRODUK SUSU BUBUK, CAIR DAN KENTAL YANG BEREDAR DI KOTA SEMARANG DITINJAU DARI JENIS NOMOR REGISTRASI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 - Unika Repository

0 0 12