Status kesuburan yang diketahui berdasarkan hasil uji laboratoris menurut Tabel 5 sedikit berbeda dengan hasil penelitian Supangat et al. 2008 di bawah tegakan Acacia
crassicarpa di Siak pada tabel 6. Jenis gambut ombrogen dengan kedalaman di atas 2 m, bersifat oligotropik dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang. Kandungan C organik
tanah gambut di Siak lebih kecil, namun dengan nisbah CN lebih tinggi serta pH yang lebih rendah dibandingkan dengan status tanah di salah satu lokasi penelitian.
4.3. Kondisi Vegetasi
Jenis tanaman yang dikembangkan di areal kerja PT RAPP adalah Acacia mangium untuk lahan mineral dan Acacia crassicarpa untuk lahan basah gambut. Sektor Pelalawan
merupakan areal dengan kategori gambut, maka jenis tanaman yang dikembangkan adalah Acacia crassicarpa. Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 3 m atau kerapatan tegakan
1 666 pohon per hektar. Berdasarkan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam
RKUPHHK-HA PT RAPP 2008 menyebutkan bahwa hasil pemantauan pertumbuhan pada Petak Ukur Permanen PUP laju pertumbuhan Acacia crassicarpa terus naik seiring
dengan bertambahnya umur tanaman. Pada umur daur tebang yang ditetapkan perusahaan 5 tahun, A. crassicarpa memiliki rata-rata diameter 18 cm dan rata-rata tinggi 20.9 m.
Menurut data tersebut dapat diperkirakan rata-rata potensi produksi atau volume tebangan HTI di lahan gambut sebesar 136.9 m
3
ha Tabel 7. Tabel 7 Pertumbuhan Acacia crassicarpa di Riau
Umur T m
D cm V m3ha MAI m3hath
CAI m3ha 1 4.1 4.6 1.9
1.9 1.9
2 9.3 8.4 22.9 13.9
26 3 14
11.8 71.3
23.8 43.6
4 17.9 15 110.2 27.6
38.9 5 20.9 18 136.9
27.4 26.6
6 23.4 20.8 152
25.3 14.8
7 25.2 23.5 158.3
22.6 6.4
Sumber : PT RAPP 2008
Gambar 6 Kurva MAI dan CAI Acacia crassicarpa di PT RAPP Kabupaten Pelalawan, Riau
Kurva di atas menggambarkan bahwa riap volume tahunan rata-rata MAI – Mean Annual Increment meningkat mulai dari umur 1 tahun dan mencapai puncak pada umur 4
tahun, kemudian secara perlahan menurun sampai umur 7 tahun. Kurva riap volume tahun berjalan CAI – Curent Annual Increment menunjukkan pertumbuhan yang cepat dan
mencapai puncak pada umur 3 tahun, kemudian menurun secara signifikan pada umur 4 tahun hingga umur 7 tahun.
Kendati CAI mulai turun setelah umur 3 tahun, namun MAI masih terus meningkat sampai umur 4 tahun. Grafik CAI dan MAI berpotongan pada umur mendekati 5 tahun,
sehingga dapat diketahui bahwa umur antara 4-5 tahun merupakan daur volume terbesar yang ideal untuk melakukan pemanenan tegakan Acacia crassicarpa apabila manajemen
ditujukan untuk memperoleh produksi dengan volume maksumum. Tegakan A. crassicarpa di lokasi penelitian secara keseluruhan merupakan rotasi
kedua, sehingga penggunaan lahan sebelumnya adalah juga HTI pulp dengan jenis yang sama. Sistem silvikultur yang dipraktekkan adalah THPB Tebang Habis Permudaan
Buatan dengan masa tebang daur 4-5 tahun. Pembersihan lahan dilakukan secara mekanis, yaitu dengan menggunakan alat berat dan tidak menggunakan teknik pembakaran. Bibit
tanaman berasal dari cutting dan seedling dengan jarak tanam 3 x 2 m. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan, penyulaman, penyiangan
serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pemupukan dilakukan satu kali pada saat penanaman dengan pupuk Rock Phospate, MOP dan pupuk mikro. Penyiangan dilakukan
secara kimiawi dengan interval waktu 3 bulan untuk tahun pertama setelah penanaman, dan 6 bulan untuk tanaman di atas 1 tahun. Adapun pengendalian hamapenyakitgulma
dilakukan secara kimiawi juga melalui penyemprotan.
4.4. Kondisi Umum Kabupaten Pelalawan