Kondisi Vegetasi KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Biofisik Areal

Status kesuburan yang diketahui berdasarkan hasil uji laboratoris menurut Tabel 5 sedikit berbeda dengan hasil penelitian Supangat et al. 2008 di bawah tegakan Acacia crassicarpa di Siak pada tabel 6. Jenis gambut ombrogen dengan kedalaman di atas 2 m, bersifat oligotropik dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang. Kandungan C organik tanah gambut di Siak lebih kecil, namun dengan nisbah CN lebih tinggi serta pH yang lebih rendah dibandingkan dengan status tanah di salah satu lokasi penelitian.

4.3. Kondisi Vegetasi

Jenis tanaman yang dikembangkan di areal kerja PT RAPP adalah Acacia mangium untuk lahan mineral dan Acacia crassicarpa untuk lahan basah gambut. Sektor Pelalawan merupakan areal dengan kategori gambut, maka jenis tanaman yang dikembangkan adalah Acacia crassicarpa. Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 3 m atau kerapatan tegakan 1 666 pohon per hektar. Berdasarkan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam RKUPHHK-HA PT RAPP 2008 menyebutkan bahwa hasil pemantauan pertumbuhan pada Petak Ukur Permanen PUP laju pertumbuhan Acacia crassicarpa terus naik seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Pada umur daur tebang yang ditetapkan perusahaan 5 tahun, A. crassicarpa memiliki rata-rata diameter 18 cm dan rata-rata tinggi 20.9 m. Menurut data tersebut dapat diperkirakan rata-rata potensi produksi atau volume tebangan HTI di lahan gambut sebesar 136.9 m 3 ha Tabel 7. Tabel 7 Pertumbuhan Acacia crassicarpa di Riau Umur T m D cm V m3ha MAI m3hath CAI m3ha 1 4.1 4.6 1.9 1.9 1.9 2 9.3 8.4 22.9 13.9 26 3 14 11.8 71.3 23.8 43.6 4 17.9 15 110.2 27.6 38.9 5 20.9 18 136.9 27.4 26.6 6 23.4 20.8 152 25.3 14.8 7 25.2 23.5 158.3 22.6 6.4 Sumber : PT RAPP 2008 Gambar 6 Kurva MAI dan CAI Acacia crassicarpa di PT RAPP Kabupaten Pelalawan, Riau Kurva di atas menggambarkan bahwa riap volume tahunan rata-rata MAI – Mean Annual Increment meningkat mulai dari umur 1 tahun dan mencapai puncak pada umur 4 tahun, kemudian secara perlahan menurun sampai umur 7 tahun. Kurva riap volume tahun berjalan CAI – Curent Annual Increment menunjukkan pertumbuhan yang cepat dan mencapai puncak pada umur 3 tahun, kemudian menurun secara signifikan pada umur 4 tahun hingga umur 7 tahun. Kendati CAI mulai turun setelah umur 3 tahun, namun MAI masih terus meningkat sampai umur 4 tahun. Grafik CAI dan MAI berpotongan pada umur mendekati 5 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa umur antara 4-5 tahun merupakan daur volume terbesar yang ideal untuk melakukan pemanenan tegakan Acacia crassicarpa apabila manajemen ditujukan untuk memperoleh produksi dengan volume maksumum. Tegakan A. crassicarpa di lokasi penelitian secara keseluruhan merupakan rotasi kedua, sehingga penggunaan lahan sebelumnya adalah juga HTI pulp dengan jenis yang sama. Sistem silvikultur yang dipraktekkan adalah THPB Tebang Habis Permudaan Buatan dengan masa tebang daur 4-5 tahun. Pembersihan lahan dilakukan secara mekanis, yaitu dengan menggunakan alat berat dan tidak menggunakan teknik pembakaran. Bibit tanaman berasal dari cutting dan seedling dengan jarak tanam 3 x 2 m. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan, penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pemupukan dilakukan satu kali pada saat penanaman dengan pupuk Rock Phospate, MOP dan pupuk mikro. Penyiangan dilakukan secara kimiawi dengan interval waktu 3 bulan untuk tahun pertama setelah penanaman, dan 6 bulan untuk tanaman di atas 1 tahun. Adapun pengendalian hamapenyakitgulma dilakukan secara kimiawi juga melalui penyemprotan.

4.4. Kondisi Umum Kabupaten Pelalawan