Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan conservation, yaitu kekekalan panjang,
kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan. Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan
kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai dilihat di dalam lingkungannya saja.
3. Tahap Operasi Konkrit Concrete Operational Stage
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan
dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini karena itu
disebut tahap operasional konkrit. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui
symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak tak berwujud.
4. Tahap Operasi Formal Formal Operation Stage
Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya
dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi
yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep proposisi.
Tahap yang penting diketahui secara mendalam adalah tahap operasi formal, karena siswa kita kelak berada pada tahap ini. Maka pada tahap ini
kita dapat membuat bahan ajar tahap strukturisasi pada pokok bahasan larutan asam basa berupa peta konsep dan struktur makro karena ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep proposisi.
Selanjutnya tahap strukturisasi berupa multiple representasi karena Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau
peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan
generalisasi. Kita dipersilahkan membaca sumber-sumber larutan asam basa yang berkaitan dengan teori perkembangan intelektual anak.
Ujung dari perkembangan ini adalah tahap operasi formal Cahan, 1984 atau pengetahuan orang dewasa Smith, 1987. Dalam pandangan
Piaget, pikiran anak-anak berbeda dari pikiran orang dewasa. Operasi menurut Piaget 1964 adalah serangkaian tindakan memodifikasi suatu objek
pengetahuan. Operasi bersifat tindakan internal, dapat diulang kembali, dan tidak terisolasi. Suatu struktur operasional merupkan dasar dari pengetahuan.
Perkembangan pengetahuan seseorang dapat diamati melalui perkembangan struktur operasionalnya.
Ada dua proses komplementer, asimilasi dan adaptasi, yang dapat dipakai untuk menjelaskan perkembangan dari struktur operaional Murry,
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1979 dan Cahan, 1984. Masukan pengetahuan yang datang dari luar Anda diasimilasi ke dalam struktur yang telah ada strukutur 1. Jika kurang sesuai,
timbulah situasi ketidakseimbangan di dalam struktur yang lama ini karena hendak menempatkan pengetahuan yang baru masuk tersebut ke dalam
struktur yang lebih kompleks tidak dapat dilakukan. Hasilnya, suatu struktur baru dibangun setelah ketidakseimbangan selesai. Struktur ini ke-2 telah
siap menerima struktur yang baru. Proses memodifikasi struktur secara terus menerus inilah yang disebut perkembangan struktur operasional seseorang.
Renner, Stafford, dan Ragan 1973 menyajikan proses perkembangan struktur operasional seperti Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Proses Perkembangan Struktur Operasional pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Input pengetahuan baru
Teori Asam Basa Arrhenius
Input pengetahuan baru yang lain lagi
Konsep pH dan Pengukuran pH
Struktur 2 Teori Asam
Basa Arrhenius Struktur 1
larutan asam basa asimilasi
ketidakseimbangan
Akomodasi
asimilasi ketidakseimbangan
Akomodasi Struktur 2
Teori Asam Basa Arrhenius
Struktur 3 Hubungan teori
asam basa Arrhenius dengan
konsep pH dan pengukuran pH
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Bagi Piaget, intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat
– saat tertentu dalam perkembangannya Dembo, 1978.
Dalam pandangan Piaget 1971, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.
Menurut Gagne 1979 bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Menurut Ausubel dalam Dahar 2006, belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Berdasarkan teori perkembangan intelek Piaget, pemerolehan konsep
berkaitan dengan proses pembentukan skema atau skemata. Skema merupakan struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya Wadsworth dalam Dahar, 2006. Proses pembentukan skema melibatkan dua
aktivitas, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses
kognitif yang
dengannya seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya Suparno, 1997. Asimilasi terjadi
bila ciri-ciri perangsang atau informasi baru bersesuaian dengan ciri-ciri
skema yang telah dimilikinya.
Apabila ciri-ciri perangsang tersebut tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada maka perangsang tersebut tidak diasimilasikan. Dalam
hal ini seseorang dapat melakukan dua hal, yaitu: 1 menciptakan skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru, atau 2 memodifikasi
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu Suparno, 1997. Dua
alternatif ini merupakan bentuk-bentuk dari akomodasi.
Dalam perkembangan intelek seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini disebut dengan ekuilibrasi
equilibration atau self regulation, yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Seseorang
yang selalu mengadakan asimilasi akan tetapi jarang melakukan akomodasi cenderung memiliki skema yang luas. Sebaliknya, seseorang yang hanya
melakukan akomodasi dan tidak pernah melakukan asimilasi cenderung memiliki skema yang banyak jumlahnya akan tetapi skemata itu cenderung
memiliki tingkat keumuman yang kecil Sund Trowbridge, 1973.
Berkaitan dengan perolehan konsep, asimilasi terjadi bila ciri-ciri konsep baru dapat cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Misalnya,
seorang siswa yang baru belajar konsep tentang ion, yaitu atom atau molekul yang bermuatan, di dalam pikirannya akan dimiliki skema tentang ion. Kalau
dalam proses belajar selanjutnya ia bertemu dengan konsep tentang ion positif kation dan ion negatif anion maka ia akan memiliki skema yang sama
tentang ion. Bedanya adalah skemanya tentang ion diperluas dan diperinci lebih lengkap. Akomodasi terjadi bila ciri-ciri konsep baru tidak cocok
dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Misalnya, seorang siswa yang belajar konsep asam-basa berdasarkan teori Lewis di dalam pikirannya akan
memiliki skema tentang asam-basa Lewis. Apabila pada proses belajar selanjutnya dia mempelajari konsep asam-basa Bronsted-Lowry, maka dia
akan menemukan adanya perbedaan antara konsep asam-basa Bronsted- Lowry dengan konsep asam-basa Lewis yang telah ada dalam skemanya.
Untuk itu dia harus mengakomodasi skemanya yaitu dengan memodifikasi skema asam-basa yang dimilikinya. Namun, apabila pada proses belajar
selanjutnya dia mendapatkan konsep tentang polarisasi, maka ciri-ciri dari
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
konsep baru ini tidak akan cocok dengan ciri-ciri skema asam-basa yang telah dimilikinya. Untuk itu dia harus melakukan akomodasi, yaitu menciptakan
skema baru, skema tentang polarisasi.
Jika Piaget memandang pemerolehan konsep terjadi bila konsep baru tersebut dapat dikaitkan dengan skemata yang telah ada, maka pandangan
Ausubel menekankan pada bagaimana anak dapat belajar secara bermakna. Proses belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
tersebut menurut Ausubel 1963 dapat berfungsi sebagai pengatur awal advance organizer untuk menghubungkan dan membantu memahami
konsep baru yang diterimanya.
Struktur kognitif yang dimiliki siswa dapat berupa bangunan konsep yang saling berkaitan satu sama lainnya dan dapat pula berupa sekumpulan
konsep yang saling berdiri sendiri. Jenis struktur kognitif ini berhubungan dengan ciri ilmu yang dipelajari serta sumber proses belajar yang diterapkan
dalam mempelajari suatu ilmu. Proses pembentukan struktur kognitif yang
diharapkan adalah menghasilkan prinsip belajar bermakna.
Suatu proses belajar dapat dikatakan bermakna apabila: 1 siswa telah memiliki
dan memahami
dengan benar
konsep-konsep dasar
yang berhubungan dengan materi yang akan disajikan, 2 dapat mengaitkan
menggunakan konsep-konsep dasar tersebut dengan informasi atau konsep baru yang diterimanya dengan cara mengorganisasi ke dalam bagian-bagian
tertentu.
Berkaitan dengan pemerolehan konsep ini, Bruner berpandangan bahwa pemerolehan konsep merupakan suatu proses interaktif yang berarti
bahwa konstruksi pengetahuan terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan
sehingga terjadi
perubahan dalam
diri anak.
Kontruksi
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pengetahuan tersebut menurut Bruner harus dikaitkan dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya Dahar, 1989. Penekanan Bruner yakni pada
bagaimana anak dapat belajar sesuatu dengan cara penemuan empiris. Belajar penemuan ini merupakan suatu proses pencarian pengetahuan secara aktif
oleh anak.
Osborne dan Witrock memandang bahwa anak sebelum diajar telah mengembangkan pemahaman tentang peristiwa-peristiwa, istilah-istilah, dan
strategi-strategi tertentu untuk memahami fenomena alam yang ada. Dengan demikian anak sewaktu memasuki kelas bukan dengan kepala kosong yang
siap diisi dengan pengetahuan-pengetahuan atas asumsi guru. Menurut Osborne dan Witrock 1985 bahwa pemerolehan konsep merupakan hasil
belajar generatif. Sebelum ini telah dipaparkan secara cukup rinsi namun sangat singkat
mengenai hakekat kimia sebagai bagian dai IPA atau sains dan teori-teori belajar. Pemahaman atas isi paparan itu diharapkan menjadi latar belakang
dan modal yang cukup berarti bagi guru untuk memahami pembelajaran kimia sehingga mampu merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi
pembelajaran kimia yang berkualitas baik. Sebelum sampai kepada latihan praktek membuat rencana pembelajaran kimia dan mengsimulasikan serta
mengimplementasikannya, terlebih
dahulu marilah kita pahami terlebih dahulu apa dan bagaimana itu pembelajaran kimia.
Dahulu kata kerja yang digunakan untuk kata dasar ajar adalah belajar, mengajar dan pengajaran. Kata belajar ditujukan kepada siswa atau
peserta didik, kata mengajar ditujukan kepada guru yang melaksanakan tugas mengajar di kelas, dan pengajaran ditujukan kepada proses belajar dan
mengajar yang terjadi di dalam kelas. Muncul anggapan atau pandangan yang cukup umum dikalangan pendidik pada umumnya dan guru pada khususnya
bahwa “mengajar adalah mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa”.
Fitriani Meida Wiguna, 2014 Kajian Teoritik Tahap Strukturisasi Pengolahan Bahan Ajar 4s Tmd Dilihat Dari Aspek
Filosofis, Aspek Psikologis, Aspek Didaktis Dan Aplikasinya Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kimia adalah proses menjadikan anak atau siswa belajar
kimia. Pada pokoknya guru melaksanakan tugas pembelajaran kimia di dalam kelas, namum jika berhasil bukan tidak mungkin hal itu menyebabkan siswa
aktif belajar kimia di dalam maupun di luar kelas. Itulah pembelajaran yang dapat dianggap berhasil. Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang baik
dan berhasil itu, maka guru perlu memahami dengan baik terlebih dahulu pokok bahasan larutan asam basa yang akan disampaikan, peserta didik atau
siswa yang akan mengikuti pelajaran psikologi kognitif dan struktur kognitif siswa, tujuan dan hasil belajar pokok bahasan larutan asam basa yang
diharapkan, serta cara mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran larutan asam basa. Pada bagian ini kita akan membicarakan pembelajaran kimia
dengan mempertimbangan masukan utama berupa pemahaman atas hakekat kimia sebagai bagian dari sains dan pemahaman atas peserta didik dan cara
mereka belajar.
E. Prosedur Tahap Strukturisasi dengan Pengolahan Bahan Ajar dengan