Transparansi Kebijakan Publik Pengaruh Good

R. Putriana, 2014 Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah dengan budaya organisasi, komitmen organisasi dan prinsip good governance sebagai variabel pemoderating Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pertama keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dama proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan.... Kedua, adalah keterlibatan dalam memikul hasi dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan. Menurut Sopanah dan Mardiasmo 2003 dan Rima Rosseptalia 2006, mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penjaringan aspirasi masyarakat mengenai pengawasan APBD, antara lain: a. Pelibatan masyarakat untuk memberikan masukan dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD b. Adanya masukan dan kritikan dari masyarakat terhadap prioritas dan rencana APBD c. Pelibatan masyarakat dalam penyusunan APBD d. Pelibatan masyarakat dalam advokasi e. Pelibatan masyarakat dalam konsultasi dan konfirmasi antara anggota DPRD dan Pemerintah Daerah berkaiatan dengan rancangan APBD f. Adanya kritikan dan saran masyarakat sebagai salah satu masukan dalam melakukan revisi APBD g. Pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat, jika terjadi perubahan kebijakan yang berkaitan dengan APBD

2.1.5.3.3. Transparansi Kebijakan Publik

Transparansi menjadi salah satu pilar dalam good governance. Adanya transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan kebijakan dapat menjadi entery point bagi masyarakat umtuk mendapatkan informasi sehingga dapat melakukan check and balance terhadap jalannya pemerintahan. Berkaitan dengan transparansi, menurut Kopits 2000:2 dalam Transparency In Goverment Operations menyebutkan: R. Putriana, 2014 Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah dengan budaya organisasi, komitmen organisasi dan prinsip good governance sebagai variabel pemoderating Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Transparency in goverment operations has several dimensions. First, at an aggregate level, transparency requires the provision of reliable information on the goverment’s fiscal policcy intentions and forecats. Second, detailed data and information are required on goverment operations, including the publication of comprehensive budget documents that contain properly classified accounts for the general government and estimates of quasi-fiscal activities conducted outside the government. The third dimensions consists of mainly behavioral aspects, including clearly establisted confilct-of-interest rules for elected and appointed afficials, freedom-of-requirements, a tranparent regulatory framework, open public procurement and employment practices, a code of conduct for tax officials, and published performance audits. In all three dimendions, fiscal transparency is closely associated with the successful implementation of good government. Mardiasmo 2003:30 mengemukakan bahwa transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Lebih lanjut yang dikemukakan oleh Kopits 2000:3 : a tranparent public financial accounting make it possible for people’s to determine what the government has actually done and to compare budgeted and actual financial operations. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Menurut Krina 2011 disebutkan bahwa prinsip transparansi ini memiliki dua aspek, yaitu: R. Putriana, 2014 Pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah dengan budaya organisasi, komitmen organisasi dan prinsip good governance sebagai variabel pemoderating Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Komunikasi publik oleh pemerintah, dan b. Hak masyarakat terhadap akses informasi Peran media sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik, atau untuk menjelaskan berbagai informasi yang relevan. Dengan begitu, transparansi membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari masyarakat dan bahkan dari media massa. Karena itu, transparansi harus diimbangi dengan nilai pembatasan yang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan kepada siapa informasi tersebut diberikan. Mardiasmo dalam Werimon, et al. 2003 menyebutkan bahwa anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparasi jika memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: a. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran b. Tersedianya dokumen anggaran dan mudah diakses c. Tersedianya laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu d. Terakomodasi suara atau usulan yang berasal dari rakyat e. Tersedianya sistem pemberian informasi kepada publik.

2.1.6. Budaya Organisasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Komitmen Organisasi Politik, Akuntabilitas, dan Transpara

0 2 14

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) Dengan Komitmen Organisasi, Akuntabilitas, Dan Partisipasi Masy

0 1 21

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) Dengan Komitmen Organisasi, Akuntabilitas, Dan Partisipasi Masy

0 4 15

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD): Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderati

0 1 15

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Partisipasi Masyarakat Sebagai Variabel Modera

0 0 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Partisipasi Masyarakat Sebagai Variabel Moderating (Study Empiris Pada Dprd Kabupaten Boyolali, Klaten, Dan Sukoharjo).

0 0 6

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Moderating (Study Empiris pada DPRD Kabupaten Karanganyar dan Sragen).

0 1 10

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel

0 1 16

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) Dengan Variabel Moderator Komitmen Organisasi, Akuntabilitas, Partisipas

0 1 18