Metode Hidroponik Teknologi hidroponik substrat

kadar parameter-parameter tersebut maka berbagai kemungkinan terburuk dapat dicegah jika kandungannya sudah melewati ambang batas. Pengukuran suhu dan DO dilakukan setiap hari, sedangkan parameter pH dan amonia dapat dimonitor setiap 3 hari sekali. Adapun batas ambang dari masing-masing parameter yang diperolehkan dalam suatu budidaya adalah sebagai berikut. - Suhu fluktuasi tidak boleh lebih dari 4 C, suhu dibawah 25 C akan lebih mudah terjadi serangan penyakit oleh bakteri Ich. - DO minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan adalah 4 mgl. - Amonia maksimum yang ditolerir pada budidaya ikan adalah lebih kecil dari 0,6 mgl. - pH diharapkan berkisar 6-8, khusus untuk ikan patin dan nila dapat bertahan pada pH yang lebih rendah Nugroho, 2008.

B. Metode Hidroponik Teknologi hidroponik substrat

Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat bukan tanah yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanahSutioso, 2003. Setiap pemberian larutan nutrisi, harus dapat melembabkan barisan tanaman secara seragam. Untuk mengetahui keadaan ini biasanya dibutuhkan alat mengukur kelembaban tensiometer yang diletakkan disubstrat.Frekuensi irigasi tergantung dari permukaan substrat, tahap pertumbuhan tanaman dan faktor iklim. Universitas Sumatera Utara Substrat yang permukaannya kasar dan bentuknya teratur perlu disiram lebih sering dibanding bentuknya yang tidak teratur, porus, atau partikelnya kecil-kecil. Partikel halus, seperti pasir atau serbuk gergaji, cukup dua kali disirami dalam sehari, sedangkan partikel kasar, seperti batu apung perlu diairi sejam sekali sepanjang hari Sutioso, 2003. Irigasi tetes untuk hidroponik substrat Irigasi tetes atau lebih dikenal juga dengan irigasi mikro sangat cocok diterapkan untuk tanaman hidroponik. Irigasi ini memiliki konsep yang kontinu dan lamban sehingga mampu menghemat air. Irigasi ini menggunakan pipa dalam penyaluran airnya. Dalam prakteknya pemasangan dilakukan pada permukaan tanah atau dibawah permukaan tanah irigasi bawah permukaan tanah. Irigasi tetes pada permukaan tanahsurface irrigation system Pipa lateral terletak dipermukaan tanah dan air diteteskan dipermukaan tanah. Umumnya, debit emmiter lebih kecil dari 8 literjam untuk keluaran tunggal dan lebih kecil dari 12 literjam. Keuntungan sistem ini mudah dipasang, dikontrol dan dibersihkan Lingga, 2002. Debit adalah menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber per satu-satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan m 3 detik atau ldetik. Kecepatan emmiter dalam meneteskan air akan tergantung kepada debit dan diameterluas penampang emmiternya. Seperti yang dapat dilihat pada persamaan berikut : Universitas Sumatera Utara Q = V x A ……………………………………………..1 V = QA ……………………………………………..2 Dimana : Q = Debit air m 3 detik V = Kecepatan aliran rata-rata meterdetik A = Luas penampang saluran meter2 Debit irigasi tetes tergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4 literjam namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8 literjam Keller dan Bliesner, 1990. Menurut Sapei 2003, keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisiensi keseragaman irigasi CUCoefficient Uniformity dengan menggunakan persamaan Christiansen :         − − = ∑ ∑ x x xi Cu 1 100 .........................................................3 Dimana : Cu = Koefisiensi keseragaman irigasi xi = Volume air pada wadah ke-i ml x = Nilai rata-rata dari volume air pada wadah ml ∑ − x xi = Jumlah dari deviasi absolut dari rata-rata pengukuran ml. x =Volume air ml Universitas Sumatera Utara Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu lebih besar dari 90 90. Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indikator kehilangan air melalui perkolasi sangat tinggi Sapei, 2003. Irigasi tetes dibawah permukaan tanah subsurface irrigation Pipa lateral ditanam dalam tanah dan irigasinya diteteskan pada zona perakaran. Sistem ini mulai diterima atau dijalankan setelah permasalahan mengenai emmiter yang tersumbat terselesaikan. Sistem irigasi tetes ini memerlukan beberapa peralatan seperti emmiter, pipa lateral, pipa utama, dan bangunan utama Lingga, 2002.

C. Bentuk dan indikasi pencemaran air