PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA OSING GUNA PENINGKATAN PAD DI KABUPATEN BANYUWANGI

(1)

i

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN DESA WISATA OSING GUNA PENINGKATAN PAD

DI KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Oleh: Taufiq Al Ayyubi 201110050311049

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Taufiq Al Ayyubi NIM : 201110050311049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul :Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengembangan Desa Wisata Osing Guna Peningkatan PAD di Kabupaten Banyuwangi

Di setujui Untuk Diuji Dihadapkan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 12 November 2015

Jam : 08:30 – 09:40 WIB


(4)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN

Nama : Taufiq Al Ayyubi

NIM : 201110050311049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata Osing Guna Peningkatan PAD di Kabupaten Banyuwangi

Pembimbing : 1. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov 2. Drs. Jainuri, M.Si


(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Nama

: Taufiq Al Ayyubi

Tempat/Tgl, Lahir : Banyuwangi, 30 Januari 1991

NIM

: 201110050311049

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul:

Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Desa Wisata

Osing Guna Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Banyuwangi.

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali

dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah, sehingga memberikan kemudahan berfikir

kepada penulis sepanjang menyusun tugas akhir yang berjudul “Peran Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Desa Wisata Osing Guna

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Banyuwangi

. Penelitian

dilakukan dari bulan September sampai bulan Desember. Dalam proses penelitian

telah melahirkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat menambah wawasan

penulis. Keberhasilan dari penelitian tentunya tidak terlepas dari dukungan

berbagai pihak. Maka dari itu penulis, mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dr. Muhadjir Effendy, MAP, selaku Rektor Universtias Muhammadiyah

Malang yang telah menyediakan sarana dan prasarana dibidang keilmuan.

2.

Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

3.

Hevi Kurnia Hardini, S.IP., MA.Gov yang telah memberikan dukungan

dalam melakukan penelitian.

4.

Hevi Kurnia Hardini, S.IP., MA.Gov selaku Dosen pembimbing I yang

telah memberikan kesempatan waktu untuk membimbing dan meluruskan

pemikiran


(7)

vii

5.

Drs. Jainuri, M.Si selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta masukan.

6.

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah mentransfer

ilmu kepada peneliti selama menjadi mahasiswa.

7.

Kepada Ratna Wahyu Utami yang telah menemani dalam waktu penelitian.

8.

Bapak Aekanu Hariyono selaku Kepala Seksi Adat dan Budaya pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

9.

Bapak Ainur Rofiq selaku Kepala Seksi Informasi Budaya dan Wisata

pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

10.

Bapak Eko Suwilin selaku Sekretaris Desa di Desa Kemiren, Kecamatan

Glagah, Kabupaten Banyuwangi

11.

Bapak Adi Purwadi selaku Budayawan dan Tokoh Muda Osing di

Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi

12.

Ibu Fransisca Sudarmi selaku Kepala Bidang Penagihan dan Pelaporan

pada Dinas Pendapatan Kabupaten Banyuwangi.

Selama menyusun tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa penelitian yang

telah dilakukan masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis membutuhkan

banyak kritik dan saran yang berttujuan untuk membangun sebuah perubahan.

Sekian dan terima kasih, semoga karya tulis ini senantiasa memberikan banyak

manfaat.


(8)

viii

MOTTO

Ketika Satu Pintu Tertutup, Pintu Lain Terbuka,

Namun

Terkadang Kita Melihat dan Menyesali

Pintu Tertutup Tersebut Terlalu lama Hingga Kita

Tidak


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji atas kehadirat allah swt sang pemilik semesta

alam, karena berkat anugerah, karena berkat anugaerah dan ridho darinya

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW karena atas

jasa beliau kita dapat terbebas dari belengguh jaman jahiliyah hingga

menuju jaman yang penuh ilmu pengetahuan yang berkemajuan.

Melalui tugas akhir ini, rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya

haturkan banyak kepada semua keluarga, teman, sahabat karib yang telah

memotivasi sehingga pada akhirnya semua dapat terselesaikan.

Pertama, rasa terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada

Bapak dan Ibu yang selama ini telah mendoakan, mendukung, dan

memberikan nasehat-nasehat penting selama kuliah terima kasih.

Kedua, teman-teman IP angkatan 2011: Alif, nehru, karim, feri, edo,

yudi, yutari, eca, novia, jomek, ulin, arista, saprol, iffah, iwan, mbah johan,

ivan, luluk, riyan, unike, revita dan teman-teman lain yang tidak dapat di

sebut satu-persatu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan sehat

selalu.


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...………. i

HALAMAN PERSETUJUAN………..……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI……… iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…..……… v

KATA PENGANTAR...……… vi

HALAMAN MOTTO ……… ix

PERSEMBAHAN……… x

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR TABEL…….……… xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

ABSTRAKSI……… xvii

ABSTRACT.………. xix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian………. 10


(11)

xi

E. Definisi Konseptual………... 11

F. Definisi Operasional………. 15

G. Metode Penelitian……… 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata ... 22

B. Pengembangan Pariwisata……….... 26

C. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata……… 28

D. Pendapatan Asli Daerah……… 32

E. Pengelolaan Desa Wisata……….. 35

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi 1. Sejarah Kabupaten Banyuwangi……….. 37

2. Visi Misi Kabupaten Banyuwangi……… 40

3. Letak Geografis Kabupaten Banyuwangi……….. ... 43

4. Adat dan Tradisi……… 45

B. Gambaran Umum Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi C. Desa Wisata Osing 1. Potensi Keunikan Budaya sebagai Obyek Wisata Osing……. 55

2. Potensi Kerajinan Masyarakat………. 60

3. Analisa Daya Tarik Obyek Wisata……….. 60

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA


(12)

xii

Desa Wisata Osing di Kabupaten Banyuwangi

1. Pelatihan Pemandu Wisata………. .. 78

2. Pelatihan Bahasa Inggris……… .. 79

3. Promosi Desa Wisata Osing……… 80

4. Fasilitas Infrastruktur Wisata……….. 86

B. Kontribusi Desa Wisata Osing terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Banyuwangi 1. Faktor yang menjadi Pendukung dalam melaksanakan Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan PAD Desa Wisata Osing ………. 89

2. Faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan PAD Desa Wisata Osing ………. 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 93

B. Saran ……… 94

DAFTAR PUSTAKA ………. 96


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Pariwisata (Mill dan Morrison, 1985)……….. 27

Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata…….. 31

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Banyuwangi……… 46

Gambar 3.2 Tanda Masuk Desa Kemiren………. 50

Gambar 3.3 Upacara Adat Barong Ider Bumi……….. 57

Gambar 3.4 Tradisi Mepe Kasur……….……….. 58

Gambar 3.5 Tari Seblang……….. 59

Gambar 3.6Upacara Tumpeng Sewu……….... 60

Gambar 3.7 Upacara Barong Ider Bumi………... 66

Gambar 3.8Tradisi Mepe Kasur……….. . 67

Gambar 3.9Upacara Adat Obor Blarak………... 68

Gambar 4.0 Upacara Tumpeng Sewu……….. 69

Gambar 4.1Pemandian/Taman Rekreasi………. 70

Gambar 4.2Pengerjaan Toko Souvenir/miniatur……… 72

Gambar 4.3Sanggar Genjah Arum………. 73

Gambar 4.4Festival Ngopi Sepuluh Ewu………... 82

Gambar 4.5Festival Barong Ider Bumi……….. 83


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk………. 50

Tabel 3.4Mata Pencaharian Pokok……….. 51

Tabel 3.5Kelompok Masyarakat Desa Kemiren……….. 52

Tabel 3.6Organisasi Masyarakat……….. 53


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran I

Surat Tugas penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Banyuwangi

B. Lampiran II

Undang undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan menjelaskan bahwa kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.


(16)

xvi DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Yoeti, Oka A. Drs. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan ke-2.

I Pitana. Gede, dan I Surya Diarta, 2009 Pengantar Ilmu Pariwisata, Andi, Yogyakarta.

Soedarmayanti, 2014. Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Membangun dan Mengembangkan), Refika Aditama, Bandung, Cetakan ke 1.

Sunaryo, Bambang, Drs,2013 Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia) Gava Media, Cetakan 1.

Sugiyono. Dr, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Akbar, Purnomo Setiady dan Husen Usman. 2011. Metodolodi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta

Agnes, Sunartiningsih, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara Yusuf, 2011, Langkah dan Kreatif Tata Kelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Jakarta, Salemba Empat

Peraturan :

Undang undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan menjelaskan bahwa kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.

Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 25 Tahun 2011 yaitu Tentang membangun pariwisata dan seni budaya serta meningkatkan kunjungan dan mengelola pariwisata, mempunyai tugas, fungsi dan tata kerja


(17)

xvii Internet:

Di kutip dari SunriseOfjava.com/BanyuwangiUpdate, diakses pada 25 Maret 2015 http://sunriseofjava.com/berita-178-menengok-desa-wisata-kemiren.html

Di kutip dari Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan Tahun 2010-2014 dan Dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, diakses pada 23 maret 2015. http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/RENSTRAKEMENBUDPAR2010.pdf

Di kutip dari Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.


(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara besar yang mempunyai banyak potensi melimpah serta keanekaragaman alam di dalamnya. Indonesia juga mempunyai berbagai macam suku bangsa, adat istiadat dan agama. Apabila semua dikelola baik oleh pemerintah, tentunya akan menjadi komoditi yang handal dalam rangka mempertajam sektor perekonomian dan salah satunya pada sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan menurut Pusat Informasi Pariwisata ASEAN (AITC) melaporkan bahwa dalam dekade terakhir ini kepariwisataan Indonesia telah mampu menempatkan dirinya pada posisi teratas di antara 15 negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, dengan pertumbuhan rata-rata 15% tiap tahunnya.1

Peranan dari sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sudah tidak diragukan lagi, dan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan di dalam penyumbang devisa untuk negara, penciptaan lapangan kerja, maupun pengentasan kemiskinan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan peranan instansi pemerintah.

1

H. Yoeti, 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan ke-2, Hlm. 87


(19)

2

Sektor pariwisata bukan hanya sebagai pemasukan terhadap negara, tetapi pengembangan pariwisata sebagai suatu industri dengan tujuan untuk mempercepat proses peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat, terutama bagi mereka yang berusaha dalam industri sektor pariwisata. Secara tidak langsung perekonomian masyarakat juga akan ikut terangkat dengan mengacu kepada banyaknya lapangan kerja dan untuk pengentasan kemiskinan.

Teknik pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal.2

Apabila pariwisata tersebut diperhatikan betul oleh pemerintah, dengan cara promosi, penyediaan fasilitas, serta mutu dan kelancaran pelayanan, dan juga mengenalkan potensi-potensi wisata yang dimiliki disetiap daerah. Dengan cara itu akan membuka peluang investasi guna untuk meningkatkan aktivitas pariwisata yang selanjutnya melalui pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan dapat menarik dunia usaha untuk penanaman modal di setiap daerah.

2

I Pitana. Gede, 2009 dan I Surya Diarta, Ketut, Pengantar Ilmu Pariwisata, Andi, Yogyakarta, Hlm 134


(20)

3

Apabila investasi-investasi dari para investor masuk ke dalam daerah tentunya akan menambah pengembangan pariwisata yang berakibat positif terhadap aktivitas ekonomi dan memberikan dampak secara langsung terutama dalam meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat dan menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah, dituntut kemandirian pemerintahan daerah untuk dapat melaksanakan kebijakan desentralisasi fiskal secara lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu, Pajak dan Retribusi yang telah diserahkan menjadi urusan pemerintah daerah sebagai bagian dari kebijakan desentralisasi fiskal baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota harus dikelola dan ditingkatkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Hal ini mengingat Pajak dan Retribusi merupakan pendapatan asli daerah dan menjadi sumber pendanaan bagi keberlangsungan pembangunan daerah dalam kerangka otonomi daerah.3

3

Di kutip dari Undang-Undang nomor 69 Tahun 2010 Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah


(21)

4

Hakikat pariwisata Indonesia bertumpu pada keunikan dan kekhasan budaya alam, serta hubungan antar manusia, pembangunan kepariwisataan Indonesia harus sebagai bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkelanjutan, yang bertujuan untuk turut mewujudkan peningkatan kepribadian, kemampuan manusia dan masyarakat Indonesia, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan serta memperhatikan tantangan perkembangan global.4

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Sedangkan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, yang dimaksud ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggung jawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, dan dukungan terhadap usaha konservasi sumber daya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

Faktor yang menjadi alasan kuat mengapa pemerintah berkeinginan untuk meningkatkan pariwisata antara lain: 1) Semakin menurunnya peranan minyak dan gas bumi sebagai penghasil devisa

4

Hj, Soedarmayanti, 2014, Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Membangun dan Mengembangkan), Refika Aditama, Bandung, Cetakan ke 1, Hlm.16


(22)

5

dibanding yang lalu, 2) Merosotnya nilai ekspor di sektor non minyak, 3) Prospek pariwisata memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten, 4) Potensi alam maupun budaya yang dimiliki kaitannya sebagai modal dasar dalam perkembangan pariwisata. Kondisi ini secara faktual memposisikan sektor pariwisata menjadi penting peranannya dalam pembangunan nasional. Dimana tidak ada kegiatan ekonomi yang berdimensi luas ke semua sektor, tingkatan dan kepentingan seperti Pariwisata. Oleh karena itu, adalah sangat vital untuk mengintegrasikan rencana pengembangan pariwisata dengan pembangunan nasional. Dengan semangat otonomi daerah yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada daerah untuk mengatur dan mengurus setiap kepentingan masyarakat setempat.5

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah tujuan wisata di Indonesia yang menawarkan berbagai macam obyek wisata baik obyek wisata alam, wisata pantai, maupun wisata budayanya. Salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur yang kaya akan obyek dan daya tarik wisata tersebut adalah Kabupaten Banyuwangi. Pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan di Kabupaten Banyuwangi memiliki arti yang sangat penting dan strategis. Seperti

5

Sunaryo, Bambang, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia) Gava Media, Cetakan 1, Hlm. 215


(23)

6

yang yang berada di Desa Kemiren dengan destinasi budaya pelestraian lokalnya yaitu Desa Wisa Osing.

Desa Kemiren sendiri lahir pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1830-an. Awalnya, desa ini hanyalah hamparan sawah dan hutan milik penduduk Desa Cungking yang merupakan cikal-bakal masyarakat Osing. Desa Cungking juga masih tetap ada dan letaknya sekitar 5 km arah timur Desa Kemiren. Hanya saja, saat ini kondisi Desa Cungking sudah menjadi desa kota, dan Para warga enggan kembali ke desa asalnya di Cungking. Maka di babatlah hutan untuk dijadikan perkampungan, hutan ini banyak ditumbuhi pohon kemiri dan durian. Maka dari itulah desa ini dinamakan Kemiren.6

Penduduk di Desa Wisata Osing ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki adat istiadat dan budaya khas sebagai satu suku yang dikenal sebagai suku osing (Using). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkannya sebagai suatu daerah cagar budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata (Suku) Using (Osing). Mengamati bentuk rumah di Desa Wisata Osing ini ada perbedaan pada atap rumah yang ternyata menandai status penghuninya. Rumah

yang beratap empat yang disebut “Tikel Balung” yang melambangkan bahwa penghuninya sederhana atau setengah dari kemapanan. Rumah

6

Di kutip dari www.Menengok Desa Wisata Kemiren.com Update, diakses pada 28 Maret 2015


(24)

7

“Crocogan” yang beratap dua mengartikan bahwa penghuninya adalah keluarga muda atau keluarga yang ekonominya relatif rendah, dan

rumah “Baresan” yang beratap tiga yang melambangkan bahwa pemiliknya sudah mapan, secara materi berada di bawah rumah bentuk

“Tikel Balung”.7

Dan juga Desa Wisata Osing ini selain perbedaan dari segi bentuk rumah, terdapat pula perbedaan-perbedaan lainnya seperti setiap rumah ditemukan lesung (alat penumbuk padi), dan gudang tempat penyimapanan sementara hasil panen, dan di beberapa sudut jalan tampak gubuk beratapkan ilalang yang dibangun di ujung kaki-kaki jajang (Bambu, dalam bahasa Osing) yang tinggi.

Bangunan ini digunakan oleh masyarakat untuk “Cangkruk”8 sambil mangamati keadaan di sekeliling desa. gubuk ini digunakan oleh masyarakat Desa Kemiren untuk memantau kedatangan orang asing yang mencurigakan. Dan dalam segi bahasa atau dalam segi berbicara penduduk di Desa Wisata Osing ini mempunyai ciri khas sendiri, ada sisipan “Y” dalam pengucapannya. Seperti contoh madang (makan) dalam bahasa Osing menjadi “madyang” abang (merah)

dalam bahasa Osing menjadi “abyang”. Keunikan lainnya terdapat

7

Di kutip dari www.MenengokDesaWisataKemiren.com Update, diakses pada 28 Maret 2015

8

Ca gkruk dala bahasa jawa berarti sekedar berku pul bersa a te a atau


(25)

8

pada tradisi masyarakat yang mengeramatkan situs Buyut Cili9, tiap malam Senin dan malam Jumat warga yang akan membuat hajatan

selalu melakukan doa dengan membawa “pecel pitik” atau yang biasa

kita kenal dengan sebutan urap-urap ayam bakar di situs Mbah Buyut Cili yang dipercaya sebagai salah seorang leluhurnya.10

Hingga saat ini, peran pemerintah daerah terhadap Desa Wisata Osing terlihat dari promosi pemasangan baliho di Bandar Udara

Blimbingsari, iklan video “Discover Banyuwangi” di JTV,

menyediakan pusat informasi pariwisata di tempat-tempat umum, serta memberikan pelatihan bahasa inggris kepada tukang becak, tukang ojek, dan supir angkot. Akan tetapi masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan terkait fasilitas dan infrastruktur yang masih kurang, kualitas sumber daya manusia yang rendah, kurangnya kesadaran dalam pariwisata, serta beberapa hal terkait lainnya.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan kerja keras dari berbagai pihak yang diharapkan mampu mengembangkan sektor pariwisata agar kian berkembang. Kerja sama itu tak hanya dari perangkat desa saja, namun juga dari warga masyarakat. Sektor pariwisata sekarang ini di Kabupaten Banyuwangi merupakan sektor unggulan, karena sektor

9

Buyut Cili “eseora g ya g di a ggap sakral da e pu yai pe garuh di Desa

Kemiren 10

Di kutip dari www.MenengokDesaWisataKemiren.com Update, diakses pada 28 Maret 2015


(26)

9

pariwisata telah menjadi salah satu industri yang memberikan dampak besar terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Sektor ini dirasakan memberikan kontribusi positif dalam memacu dan menggerakkan sektor perekonomian. Dan dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan yang menentukan dan dapat sebagai penghubung untuk meningkatkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah.

Desa Wisata Osing ini juga diharapkan mampu membantu perekonomian masyarakat Desa Kemiren serta memberikan pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas maka penelitian diberi judul

“Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata Osing Kabupaten Guna Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Banyuwangi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengembangan “Desa Wisata Osing” di Kab. Banyuwangi?


(27)

10

2. Seberapa besar kontribusi “Desa Wisata Osing” terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banyuwangi dalam pengembangan “Desa Wisata Osing” di Kab. Banyuwangi.

2. Mengetahui seberapa besar kontribusi “Desa Wisata Osing” terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kab Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambahkan referensi dalam bentuk informasi dan pengetahuan bagi mereka yang ingin mengetahui tentang Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengembangan “Desa Wisata Osing” Guna Peningkatan PAD di Kabupaten Banyuwangi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis disini merupakan sebuah hasil dari tujuan penelitian itu sendiri. Manfaat ini menekankan pada praktek lapangan secara langsung yaitu dapat di jadikan sebagai rekomendasi dalam


(28)

11

pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah penggambaran secara umum tentang konsep atau istilah tertentu yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: 1. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam sektor pariwisata

Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam sector pariwisata dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata sangat menentukan berkembang tidaknya suatu objek wisata, contohnya dapat kita lihat dalam hal penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negeri. Selain itu peran stakeholder juga berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan. Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama para stakeholder kepariwisataan dan masyarakat.

Oleh karena itu, penerapan semua peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak dilaksanakan oleh pemerintah. Di dalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan


(29)

12

pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan social dari suatu negara.

Disamping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak wisata, pengaturan dan promosi umum keluar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrastruktur dan sarana–sarana pariwisata.

2. Desa Wisata Osing

Desa Wisata Osing atau Using yang tepatnya teletak di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Penduduk di desa ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki adat istiadat dan budaya khas sebagai satu suku, yang dikenal sebagai Suku Osing (Using), dengan Luas Desa Kemiren sendiri adalah 117.052 M yang memanjang di kedua sisinya 3 km, penduduk desa ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki adat istiadat dan budaya khas sebagai satu suku, yang dikenal sebagai suku Osing (Using). Memasuki Desa Kemiren ini benar-benar terasa berada di tempat yang patut untuk untuk dinikmati sebagai satu pengalaman batu, karena anda


(30)

13

akan dimanjakan dengan orname setiap bangunan rumahnya yang berjajar dan saling berdekatan di komplek pemukiman yang padat penduduk.11

Dalam adat istiadatnya sendiri, masyarakat kemiren dalam bercocok tanam mempunyai 3 tradisi yaitu selamatan sejak musim menanam benih, saat padi mulai berisi dan hingga panen. Saat masa panen tiba, petani menggunakan ani-ani yang diiringi dengan tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang sawah. Pada saat menumbuk padi, para perempuan memainkan tradisi gedhogan, yakni memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi yang enak didengar. Dan juga perempuan-perempuan yang disana masih banyak juga mempunyai tradisi memakan sirih setiap harinya, sehingga gigi mereka putih atau kuat, dan jarang sekali ditemukan gigi mereka keropos, tanggal/lepas.12

Sehingga, Pemerintah melihatnya Desa Kemiren ini sebagai suatu desa yang bersifat ekonomis yang tentunya bila bisa dikembangakan dengan baik, secara tidak langsung mendapatkan dalam segi pendapatan daerah yang menguntungkan, Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkannya sebagai suatu daerah cagar

11

Di kutip dari www.Menengok Desa Wisata Kemiren.com Update, diakses pada 28 Maret 2015

12


(31)

14

budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata (Suku) Using (Osing).

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Halim (2004), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sector ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah, dituntut kemandirian pemerintahan daerah untuk dapat melaksanakan kebijakan desentralisasi fiskal secara lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu, Pajak dan Retribusi yang telah diserahkan menjadi urusan pemerintah daerah sebagai bagian dari kebijakan desentralisasi fiskal baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota harus dikelola dan ditingkatkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Hal ini mengingat Pajak dan Retribusi merupakan pendapatan asli daerah dan menjadi sumber pendanaan bagi keberlangsungan pembangunan daerah dalam kerangka otonomi daerah.


(32)

15 F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah pendefinisian variabel secara operasional yang berdasarkan sifat/karakteristik terhadap suatu fenomena yang diamati dengan menggunakan parameter yang jelas. Adapun variabel yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam sektor pariwisata 1. Pelatihan pemandu wisata

2. Pelatihan Bahasa Inggris 3. Promosi Desa Wisata Osing 4. Fasilitasi infrastruktur Wisata

B. Kontribusi Desa Wisata Osing terhadap PAD

1. Target dan realisasi PAD Desa Wisata Osing dari tahun 2010-2015. 2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan PAD dari Desa Wisata Osing. 3. Faktor penghambat dalam pelaksanaan peran Dinas Kebudayaan


(33)

16 Kerangka Berfikir

Desa Wisata Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah,

Kab Banyuwangi

Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata Osing guna meningkatkan

PAD Kabupaten Banyuwangi

Peran Pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi: a. Pelatihan pemandu

wisata

b. Pelatihan Bahasa Inggris

c. Promosi Desa Wisata Osing d. Fasilitas

Infrastruktur

Kontribusi Desa Wisata Osing terhadap PAD:

a. Target dan realisasi PAD Desa Wisata Osing dari tahun 2010-2015

b. Faktor pendukung dalam pelaksanaa peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan PAD Desa Wisata Osing c. Faktor penghambat dalam

pelaksanaa peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan PAD


(34)

17 H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah meggunakan metode analisis kualitatif dengan cara deskriptif. Metode analisis kualitatif dilakukan karena permasalahan yang tidak terungkap melalui data-data statistic, sehingga perlu pendekatan tertentu untuk memahaminya. Tipe penelitian deskriptif dimaksudakan untuk menggambar suatu fenomena atau kenyataan sosial, yang berkenaan dengan masalah yang diteliti,13 khususnya peran pemerintah daerah dalam pengelolaan pariwisata.

1. Jenis Penelitian

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya.

2. Sumber Data A. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian (lokasi penelitian) dan merupakan data yang

13


(35)

18

diperoleh dari sumber pertama yaitu seperti hasil wawancara dan observasi yang berupa keterangan dari pihak pihak yang terkait seperti di Desa Kemiren sendiri.

B. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang bersifat saling melengkapi dan data primer ini dapat berupa dokumen-dokumen dan literature yang terkait dalam masalah yang akan diteliti. Dalam data sekunder ini peneliti menggunakan literature berupa buku-buku yang yang membahas tentang apa yang menjadi judul saya. 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara, dan adanya tambahan seperti dokumentasi. Dengan demikian data data dalam proposal adalah bersumber dari14:

A. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancindra mata serta pancaindra lainnya. Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengam tujuan penelitian,

14


(36)

19

direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihanya. Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, manusia mempunyai sifat pelupa. Dan untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan catatan-catatan (check list) seperti; alat-alat elektronik (tustel, video, tape recorder dan sebagainnya.

B. Wawancara

Wawancara adalah tanggung jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedang orang yang diwawancara disebut interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer); pelengkap teknik pengumpulan data lainnya.15 Oleh karena itu peneliti akan melakukan teknik wawancara yang mendalam secara individual. Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 1 sampai 2 jam, tergantung pada isu atau topic yang dibahas. Wawancara mendalam individu biasanya direkam (audio atau video) dan kemudian diterjemahkan sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai peserta wawancara dipilih bukan bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi larena pengalaman serta sikap mereka mecerminkan keseluruhan cakupan isi yang sedang dipelajari.

15

Akbar, Purnomo Setiady dan Husen Usman. 2011. Metodolodi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta. Hal.20


(37)

20

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, sebagai penguji terhadap data data yang didapat dengan teknik pengumpulan data.

C. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biaya yang relatif murah, waktu dan tenaga juga kebih efiisien. Sedangkan kelemahanya ialah data yang diambil dari responden cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut pula salah mengambil data.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Karena sebagai subyek yang mampu memberikan informasi, maka dalam penelitian berhati-hati menentukan informasi. Agar didapatkan informasi yang lengkap dan mendalam, adapun subyek penelitian yaitu:

a. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi b. Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Banyuwangi


(38)

21

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

6. Teknik Analisa Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap selanjutnya yang harus dilalui adalah tahap analisa data. Analisa data ini sangatlah penting dalam menunjang penelitian, karena data tersebut akan mengarahkan peneliti untuk mennyimpulkan kebenaran semua masalah yang telah diberikan dalam proposal.16 Berdasarkan hal tersebut dikemukakan bahawa analisa data adalah proses mencari dan menuyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola dan memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Berikut model gambar dalam analisis data:

16


(39)

22

Sumber: Miles dan Hubernan a) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan data yang baru diperoleh dari hasil penelitian, yang merupakan kumpulan fakta atau fenomena-fenomena yang berwujud data lapangan yang masih belum beraturan dan belum dipilah-pilah yang akan diolah ditahap kedua yaitu reduksi data.

b) Reduksi data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan kemudian direduksi, dirangkum dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya. Dengan demikian data yang diperoleh akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memeprmudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.17

17

Sugiyono. Dr, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Hal 92 Pengumpulan

data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan


(40)

23

Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data kemudian disedehanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. Karena data yang dianggap asing, tidak dikenal dan tidak memiliki pola, maka hal itulah yang akan dijadikan tujuan untuk mencari pola dan makna yang tampak. Data yang sudah direduksi maka selanjutnya adalah memaparkan data sebagai kumpulan informasi tersusun, dan member kemungkinan adanaya penariakn kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992:17).

c) Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Dan penyajian data yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman analisis sajian data. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk kemudian dipilah pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data reduksi. Maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang


(41)

24

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami tersebut.

d) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisa data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasrakan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses yang interaktif. Menurut Miles and Hubernan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dengan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.18

18


(1)

19 direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihanya. Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, manusia mempunyai sifat pelupa. Dan untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan catatan-catatan (check list) seperti; alat-alat elektronik (tustel, video, tape recorder dan sebagainnya.

B. Wawancara

Wawancara adalah tanggung jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedang orang

yang diwawancara disebut interviewee. Wawancara berguna untuk

mendapatkan data dari tangan pertama (primer); pelengkap teknik

pengumpulan data lainnya.15 Oleh karena itu peneliti akan melakukan

teknik wawancara yang mendalam secara individual. Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 1 sampai 2 jam, tergantung pada isu atau topic yang dibahas. Wawancara mendalam individu biasanya direkam (audio atau video) dan kemudian diterjemahkan sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai peserta wawancara dipilih bukan bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi larena pengalaman serta sikap mereka mecerminkan keseluruhan cakupan isi yang sedang dipelajari.

15

Akbar, Purnomo Setiady dan Husen Usman. 2011. Metodolodi Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta. Hal.20


(2)

20 Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, sebagai penguji terhadap data data yang didapat dengan teknik pengumpulan data.

C. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biaya yang relatif murah, waktu dan tenaga juga kebih efiisien. Sedangkan kelemahanya ialah data yang diambil dari responden cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut pula salah mengambil data.

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Karena sebagai subyek yang mampu memberikan informasi, maka dalam penelitian berhati-hati menentukan informasi. Agar didapatkan informasi yang lengkap dan mendalam, adapun subyek penelitian yaitu:

a. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

b. Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Banyuwangi


(3)

21

5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

6. Teknik Analisa Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap selanjutnya yang harus dilalui adalah tahap analisa data. Analisa data ini sangatlah penting dalam menunjang penelitian, karena data tersebut akan mengarahkan peneliti untuk mennyimpulkan kebenaran

semua masalah yang telah diberikan dalam proposal.16 Berdasarkan hal

tersebut dikemukakan bahawa analisa data adalah proses mencari dan menuyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola dan memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Berikut model gambar dalam analisis data:

16


(4)

22 Sumber: Miles dan Hubernan

a) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan data yang baru diperoleh dari hasil penelitian, yang merupakan kumpulan fakta atau fenomena-fenomena yang berwujud data lapangan yang masih belum beraturan dan belum dipilah-pilah yang akan diolah ditahap kedua yaitu reduksi data.

b) Reduksi data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan kemudian direduksi, dirangkum dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya. Dengan demikian data yang diperoleh akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memeprmudah peneliti untuk

pengumpulan data selanjutnya.17

17

Sugiyono. Dr, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Hal 92

Pengumpulan data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan


(5)

23 Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data kemudian disedehanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. Karena data yang dianggap asing, tidak dikenal dan tidak memiliki pola, maka hal itulah yang akan dijadikan tujuan untuk mencari pola dan makna yang tampak. Data yang sudah direduksi maka selanjutnya adalah memaparkan data sebagai kumpulan informasi tersusun, dan member kemungkinan adanaya penariakn kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992:17).

c) Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Dan penyajian data yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman analisis sajian data. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk kemudian dipilah pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data reduksi. Maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang


(6)

24 terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami tersebut.

d) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisa data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasrakan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses yang interaktif. Menurut Miles and Hubernan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dengan

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.18

18