Bahan Bakar Minyak Nyamplung

4 Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dilihat hasil pengukuran viskositas minyak nyamplung N2, yaitu minyak nyamplung yang telah mengalami proses pemurnian dengan menambahkan asam fosfat dengan tujuan untuk menghilangkan gum yang ada pada minyak degumming. Setelah dilakukan degumming, nilai viskositas dari minyak nyamplung adalah sebesar 56 cSt. Kemudian dipanaskan dengan suhu mencapai 110 C nilai viskositas dari minyak N2 menjadi 5 cSt, sehingga minyak nyamplung hasil degumming N2 dapat digunakan sebagai bahan bakar motor Diesel.

2.2. Bahan Bakar Minyak Nyamplung

2.2.1. Tanaman Nyamplung Tanaman nyamplung dapat ditemukan di Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini memiliki QDPD \DQJ EHUEHGD GL VHWLDS GDHUDK VHSHUWL µKLWDXOR¶ GL 0DOXNX µQ\DPSOXQJ¶ GL -DZD µELQWDQJXUµ GL 6XPDWHUD µELQWDQJRU¶ GL 0DOD\VLD µSRRQ¶ GL ,QGLD GDQ GL ,QJJULV GLNHQDO GHQJDQ QDPD ³OH[DQGULDQ ,]DXUHO¶ µWDPDQX¶ µpannay WUHH¶ VHUWD µsweet scented FDORSK\OOXP¶ Dweek dan Meadows, 2002. Di Indonesia, nyamplung dapat ditemui hampir diseluruh daerah, terutama di daerah pesisir pantai, antara lain: Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Ujungkulon, Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata Batu Karas, Pantai Carita Banten, Pulau Yapen Jayapura, Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak wilayah Papua, Halmahera dan Ternate Maluku Utara dan Taman Nasional Berbak pantai barat Sumatera. Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 255,35 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai dengan Papua. Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku dan NTT. Data potensi tegakan nyamplung berada dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Potensi tegakan alam nyamplung di Indonesia No Wilayah Luasan Lahan Potensial Budidaya Nyamplung ha Bertegakan Nyamplung Tanah Kosong dan Belukar Total 1 Sumatera 7400 16800 24200 2 Jawa 2200 3400 5600 3 Bali Nusa Tenggara 15700 4700 20400 4 Kalimantan 10100 19200 29300 5 Sulawesi 3100 5900 9000 6 Maluku 8400 9700 18100 7 Irian Jaya Barat 28000 34900 62900 8 Papua 79800 16400 96200 9 Seluruh Wilayah 177100 107100 284200 Total 549900 Sumber: Balitbang Kehutanan, 2008 Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan, Jawa Tengah dengan luas areal mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok 5 Kecamatan KroyaAdipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat sepanjang pantai laut selatan dan pada tahun 2008 direncanakan menanam tanaman nyamplung seluas 300 ha.Buah nyamplung memiliki biji yang berpotensi menghasilkan minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua. Kandungan minyaknya mencapai 50±70 basis kering dan mempunyai daya kerja dua kali lipat lebih lama dibandingkan minyak tanah. Tabel 3. Kandungan biji nyamplung Kandungan Nilai Minyak 50-700 Abu 1.7 Protein Kasar 6.2 Pati 0.34 Air 10.8 Hemiselulosa 19.4 Selulosa 6.1 Sumber: Kilham, 2004 2.2.2. Manfaat Tanaman Nyamplung Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun terutama pada bulan September- November. Produktivitas biji keringnya tinggi, yaitu ±10 ton dari jarak tanam 5 x 10 m. Kadar minyak yang dihasilkan dari biji nyamplung cukup tinggi, berkisar antara 50 - 70 dari kapasitas total minyak yang diekstrak. Selain itu cangkang bijinya dapat digunakan untuk membuat briket arang dan arang aktif. Selain minyak, kayu pohon nyamplung telah lama menjadi kayu komersial, terutama sebagai bahan baku pembuatan kapal, furniture dan material pembuatan rumah, karena kayu ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap organisme penggerek kayu di laut serta rayap Balitbang Kehutanan, 2008. Minyak nyamplung banyak mengandung resin dan senyawa lain yang dapat dijadikan produk samping seperti coumarine, calanoide-A dan calanoide-B yang berkhasiat sebagai obat HIVAIDS, soulattrolide yang berperan sebagai anti HIV, calanon sebagai antitumor dan antibakteri danxanthone yang memiliki antiproliferasi yang kuat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan bersifat apoptosis atau mendukung penghancuran sel kanker. 2.2.3. Minyak Nyamplung Minyak nyamplung merupakan minyak kental, berwarna cokelat kehijauan, beraroma menyengat seperti karamel dan beracun. Minyak nyamplung dihasilkan dari buah yang telah matang dan mempunyai fungsi penyembuhan untuk jaringan terbakar Kilham, 2004. Minyak nyamplung mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi seperti asam oleat serta komponen-komponen tak tersabunkan diantaranya alkohol lemak, sterol, xanton, turunan koumarin, kalofilat, isokalofilat, isokalofilat, isoptalat dan kapelierat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Debaut et al 2005, karakterisasi asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dilihat pada Tabel 4. Menurut Heyne 1987, minyak nyamplung digunakan sebagai obat oles dengan nama ndilo-olie. Minyak nyamplung dibeberapa daerah digunakan untuk penerangan Dweek dan Meadows, 2002; Lele, 2005. 6 Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung Karakterisasi Komposisi Warna Hijau Kondisi Cairan Kental Bilangan Iod mg Iodg minyak 100-115 Berat jenis pada suhu 20°C gcm³ 0.920 ± 0.940 Indeks Refrasi 1.4750 ± 1.4820 Bilangan Peroksida meqkg 20 Fraksi Lipid 98 ± 99.5 Nilai Kalor kKalg 10.585 Jenis asam lemak : 10 ‡VDP3DOPLWDW 15 - 17 ‡VDP3DOPLWROHDW 0.5 - 1 ‡VDPStearat C18 : 0 ‡VDP2OHDW 30 - 50 ‡VDPLQROHDW 25 - 40 ‡VDPUDNKLGDW 0.5 - 1 ‡VDPDGROHDW 0.5 - 1 ‡ .RPSRQHQ WLGDN WHUVDEXQNDQ XQVDSRQLILDEOH DWW\ alkohol, sterol, xanton, turunan koumarin, kalofilat, isokalofilat, isoptalat dan kapelierat 0.5 - 2 Sumber: Debaut et al, 2005

2.3. Tenaga Tarik Drawbar Power