Penelitian Lanjutan The utilization of sea snail gonggong (Strombus canarium) from Bintan Island of Riau-Archipelago as natural seasoning.

perbandingan antara enzim dengan substratnya. Selain itu, penambahan enzim protease sebanyak 5–10 pada pembuatan kecap ikan fish sauce dengan lama fermentasi selama 6 bulan dapat menghasilkan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebanyak 60 Benjakul dan Morrissey 1997. Enzim papain dan bromelin sangat mempengaruhi proses hidrolisis protein dari kepala udang pada proses pembuatan hidrolisat protein. Fermentasi kepala udang untuk menjadi seasoning juga dapat dilakukan dengan menambahkan enzim Corolase N dan Koji, berupa enzim protease yang diproduksi oleh Aspergillus oryzae Chang dan Li 1984. Hidrolisat protein juga dipengaruhi oleh jenis spesies ikan atau kerang- kerangan dan tingkat kesegarannya. Menurut Lyraz 1990 bahwa semakin kecil ukuran ikan dan semakin rendah tingkat kekenyalan daging ikan atau kerang- kerangan maka hidrolisat protein akan semakin tinggi. Hidrolisat yang dihasilkan dari proses hidrolisis enzimatis terhadap protein ikan atau kerang-kerangan dalam proses pembuatan seafood flavoring berturut-turut adalah sebagai berikut : ikan kecil 50, molluska 40 sedangkan krustasea 20. Penggunaan komposisi antara siput laut gonggong dengan bahan penghidrolisis sari nenas sebesar 1:4 bv dapat menghasilkan hidrolisat yang cukup tinggi yaitu sekitar 50, hasil ini lebih tinggi dari hidrolisat protein molluska yang digunakan pada penelitian Lyraz 1990. Hidrolisis protein oleh enzim protease menyebabkan pH media turun karena pemutusan ikatan pada protein menjadi asam-asam amino bebas dan peptida. Asam amino bebas asam glutamat bebas dengan media yang mengandung garam dapat memunculkan pembangkit cita rasa flavour enhancers seperti MSG, 5’-IMP dan 5’-GMP. Karakteristik spesifik dari cita rasa lezat savouryumami tersebut mencakup beberapa senyawa kimia diantaranya : 5-etyl- 4-methyl-3hydroxy-25H-furanone, methional, sulfurol dan 3-hydroxy-4,5- dimethyl-25H-furanone Taylor 2002.

4.2 Penelitian Lanjutan

Proses pembuatan seasoning alami dari siput laut gonggong pada penelitian lanjutan dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian pendahuluan yaitu bahwa bahan penghidrolisis yang terbaik adalah sari nenas, lama hidrolisis 10 hari, dengan komposisi antara gonggong dan sari nenas sebesar 1:4 bv. Perlakuan pada penelitian lanjutan ini adalah teknik pemutusan proses fermentasi yang dilakukan dengan dua cara yaitu pasteurisasi pada suhu 70 o C selama 30 menit dan sterilisasi komersial pada suhu 121 o C selama 15 menit. Setelah seasoning alami dari gonggong diperoleh dengan dua perlakuan tersebut, maka dilakukan penyimpanan seasoning alami dari gonggong pada suhu kamar dengan tiga perlakuan yaitu 0 hari, 7 hari dan 14 hari. Produk yang dihasilkan tersebut dilakukan uji sensori uji hedonik dan uji skoring, analisis kimiawi nilai pH, total asam laktat tertitrasi dan uji mikrobiologi TPC untuk mendapatkan seasoning alami terbaik dari gonggong. Kemudian, seasoning terbaik dilakukan karakterisasi sensori uji deskripsi, uji perbandingan pasangan dan karakterisasi kimiawi analisis asam amino bebas, proksimat terhadap produk seasoning yang sudah dikomersialkan saus tiram “Saori”. Hasil analisis pada penelitian lanjutan berturut-turut adalah sebagai berikut :

4.2.1 Hasil uji sensori

Uji sensori pada penelitian ini menggunakan 10 orang panelis terlatih tim panelis terlatih-Laboratorium Organoleptik-PAU Pangan dan Gizi, IPB. Uji sensori pada seasoning alami dari siput laut gonggong dilakukan dengan menggunakan sup ayam. Perbandingan sup ayam dengan seasoning alami adalah sebesar 300 ml : 5 ml. Hal ini berarti bahwa dosis seasoning alami dari gonggong yang ditambahkan pada sup ayam sebesar 2. Di Perancis, penambahan seasoning alami dari ekstrak protein biota laut yang sudah dikomersialkan Protextrait-Lyraz pada hidangan sup dilakukan dengan menggunakan dosis 0,5– 4 Lyraz 1990. 1 Hasil uji hedonik Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap seasoning alami dari gonggong. Interval nilai sensori hedonik untuk rasa, aroma dan warna dari semua perlakuan pada pembuatan seasoning alami dari gonggong berdasarkan hedonic test dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan pedoman SNI 01-2346-2006 untuk menentukan nilai sensori hedonik akhir maka digunakan batas interval bawah dengan pembulatan ke bilangan bulat terdekat. Dengan demikian hedonic test untuk ke-6 sampel tersebut terhadap rasa, aroma dan warna dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Nilai hedonik pada perlakuan pembuatan seasoning alami dari gonggong. Rasa, Aroma, Warna Berdasarkan hasil uji hedonik dapat diketahui bahwa dari ke-6 sampel yang diujikan maka sampel pasteurisasi 0 hari dan 7 hari memberikan hasil yang terbaik skala hedonik sebesar 7 yang berarti “suka”. Sampel-sampel tersebut lebih disukai oleh panelis dalam hal rasa, aroma dan warna dibandingkan dengan sampel-sampel lainnya. Suatu hal yang paling penting dalam pembuatan seasoning melalui teknik hidrolisis enzimatis adalah inaktifasi enzim pada produk akhir. Diharapkan pada produk akhir, semua enzim sudah inaktif sehingga diperoleh hasil yang optimal dan umumnya inaktifasi enzim ini dilakukan dengan pemanasan. Proses pemanasan pada produk yang menggunakan teknik hidrolisis enzimatis pada protein harus mendapat perhatian Lyraz 1990; Nielsen 2001. Jika terjadi pemanasan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan Maillard reaction dan terbentuknya struktur asam amino lisin dan alanin yang sangat berpengaruh pada cita rasa. Proses pemanasan dengan cara pasteurisasi untuk inaktifasi enzim umumnya dilakukan pada suhu 50-80 o C selama 30 menit sehingga dapat memunculkan cita rasa yang disukai oleh konsumen Nielsen 2001. Pengembangan cita rasa yang spesifik dari suatu produk hasil proses hidrolisis protein secara enzimatis memerlukan penyimpanan dengan penambahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7 14 7 14 S k a la h ed o n ik Sampel pasteurisasi Sampel sterilisasi Lama penyimpanan hari garam secukupnya setelah proses pasteurisasi Nielsen 2001; Hanifah et al. 2005. Informasi ini menunjukkan bahwa sampel pasteurisasi dengan lama penyimpanan selama 7 hari pada penelitian ini lebih disukai oleh panelis daripada sampel sterilisasi. Hal ini berarti bahwa seasoning alami yang dipasteurisasi dan disimpan selama 7 hari dapat memberikan cita rasa terbaik yang disukai oleh panelis. 2 Hasil uji skoring Uji skoring merupakan kelanjutan dari uji hedonik. Uji skoring dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai skor yang diberikan oleh panelis jika panelis tersebut menyukai atau tidak sampel yang diujikan, sehingga dapat diketahui mutu produk. Hasil penilaian uji skoring dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Skor hedonik pada perlakuan pembuatan seasoning alami dari gonggong. Pasteurisasi, Sterilisasi Berdasarkan pedoman SNI 01-2346-2006 untuk menentukan skor akhir pada uji skoring maka digunakan batas interval bawah dengan pembulatan ke bilangan bulat terdekat Lampiran 10. Hasil uji skoring untuk ke-6 jenis sampel dapat disimpulkan bahwa sampel pasteurisasi 0 hari dan pasteurisasi 7 hari memberikan hasil yang terbaik karena dinilai bagus skor 7 oleh panelis dibandingkan sampel lainnya. Penilaian ini sangat dipengaruhi oleh hasil uji hedonik, sehingga dapat disimpulkan bahwa seasoning alami yang dipasteurisasi dan disimpan selama 7 hari dapat memberikan skor hedonik terbaik yang disukai oleh panelis. Hal ini disebabkan karena semakin lama penyimpanan maka 3 4 5 6 7 8 9 10 7 14 S k o r H e d o n ik Lama penyimpanan hari semakin banyak asam glutamat bebas yang terbentuk. Enzim bromelin merupakan salah satu enzim yang tidak rusak inaktif dengan proses pasteurisasi maupun sterilisasi Muljohardjo 1990, sehingga melalui fermentasi lanjutan setelah proses pemanasan, semakin lama penyimpanan maka semakin tinggi asam glutamat bebas yang dapat dihasilkan pada produk akhir Wu et al. 2003. Sampel pasteurisasi setelah penyimpanan 14 hari memiliki skor hedonik turun menjadi 6 produk dinilai sedang oleh panelis, ini disebabkan karena pada sampel pasteurisasi hari ke 14 diduga telah banyak terbentuk asam asetat dari hasil fermentasi asam amino alanin, glisin yang menyebabkan rasa asam lebih dominan daripada rasa umami sehingga kurang disukai oleh panelis Fardiaz 1989; Fuke dan Ueda 1996; Yamaguchi dan Ninomiya 2000; Pikielna dan Kostyra 2007.

4.2.2 Karakteristik Kimiawi

Analisa kimiawi yang dilakukan terhadap seasoning alami dari siput laut gonggong yaitu nilai pH dan total asam laktat tertitrasi. Hal ini disebabkan karena nilai pH dan total asam sangat mempengaruhi kualitas seasoning alami yang dihasilkan. Nilai pH dan total asam sangat mempengaruhi tingkat hidrolisis protein yang berakibat pada munculnya cira rasa dari peptida dan asam amino yang dihasilkan Taylor 2002; Ricke et al. 2001; Nielsen 2001; Jay et al. 2005. Adapun hasil analisis kimiawi adalah sebagai berikut : 1 Nilai pH Nilai pH sangat mempengaruhi jenis jasad renik yang dapat tumbuh. Kebanyakan bakteri tumbuh pada pH optimum sekitar 6,5–7,5. Umumnya bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada pH dibawah 5 dan di atas pH 8,5 kecuali bakteri asam asetat Acetobacter suboxydans dan bakteri oksidasi sulfur. Sebaliknya khamir menyukai pH 4–5, sedangkan kapang optimum pada pH 5–7, bahkan kapang dan khamir dapat juga tumbuh pada pH rendah berkisar 2,5–8,5 dimana pertumbuhan bakteri terhambat. Hal ini berarti bahwa makanan yang mempunyai pH rendah dibawah pH 4,5 umumnya tidak dapat ditumbuhi oleh bakteri Fardiaz 1989; Jay et al. 2005. Hasil pengukuran nilai pH dari semua perlakuan dalam pembuatan seasoning alami dari siput laut gonggong berkisar dari 3,41–4,75, sehingga masih bisa dikonsumsi sampai hari ke-14 tanpa bahan pengawet, karena pada pH ini pertumbuhan bakteri terhambat, secara lengkap hasil perhitungan nilai pH dari semua perlakuan dalam pembuatan seasoning alami dari siput laut gonggong dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Nilai pH pada perlakuan pembuatan seasoning alami dari gonggong. Pasteurisasi, Sterilisasi Analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa teknik pemutusan proses fermentasi pasteurisasi, sterilisasi dan lama penyimpanan seasoning serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap nilai pH P 0,05. Hasil uji lanjut Duncan membuktikan bahwa proses sterilisasi dan pasteurisasi memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai pH, secara lengkap hasil perhitungan analisis ragam dan uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 11. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan seasoning alami dari gonggong, pH semakin turun, bahkan pada hari ke-14 pH sampel pasteurisasi mengalami penurunan secara drastis. Hal ini diduga kuat bahwa pada sampel-sampel tersebut sudah terdapat mikroba dari golongan bakteri asam laktat homofermentatif Streptococcus, Pediococcus, Lactobacillus maupun heterofermentatif Leuconostoc, Lactobacillus yang dapat memproduksi asam laktat, asam asetat, asam piruvat dan CO 2, sehingga akan menurunkan nilai pH Ricke et al. 2001; Jay et al. 2005. 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 0 Hari 7 Hari 14 Hari N il ai p H Lama penyimpanan seasoning Enzim bromelin juga berperan dalam penurunan nilai pH melalui proses hidrolisis protein selama penyimpanan Muljohardjo 1990. Proses hidrolisis protein oleh enzim bromelin menghasilkan berbagai macam asam amino dan peptida. Asam amino yang bersifat asam mampu menstimulasi rasa umami kandungan asam L-glutamat pada ujung N-nya dan dapat menurunkan pH. Dipeptida yang terdiri dari dua residu asam amino yang bersifat asam dua asam amino asam; dua asam amino asam dan netral, dua asam amino asam dan aromatik, juga berpengaruh dalam menurunkan pH produk seasoning alami dari gonggong, disamping asam amino tersebut mampu menstimulasi rasa umami, terutama pada larutan yang mengandung garam NaCl pada pH 6 Kurihara dan Kashiwayanagi 2000. 2 Nilai total asam laktat tertitrasi Nilai total asam tertitrasi berbanding terbalik dengan nilai pH. Jika pH suatu produk turun maka nilai total asam laktat tertitrasi menjadi naik. Nilai pH dan total asam tertitrasi sangat berpengaruh terhadap seleksi mikroorganisme dan cita rasa yang dihasilkan, oleh karena itu harus selalu diperhatikan dalam proses pengolahan produk dengan cara fermentasi Ricke et al. 2001; Jay et al. 2005. Nilai total asam laktat tertitrasi seasoning alami yang dihasilkan dari semua perlakuan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Nilai total asam laktat tertitrasi pada perlakuan pembuatan seasoning alami dari gonggong. Pasteurisasi, Sterilisasi 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 0 Hari 7 Hari 14 Hari T o tal as am l ak tat Lama penyimpanan seasoning Analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa teknik pemutusan proses fermentasi dan lama penyimpanan seasoning serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap nilai total asam laktat P 0,05. Hasil uji lanjut Duncan membuktikan bahwa proses sterilisasi dan pasteurisasi serta lama penyimpanan seasoning memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap total asam laktat, secara lengkap hasil perhitungan analisis ragam dan uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 12. Gambar 13 menunjukkan bahwa nilai total asam dari sampel pasteurisasi dan sterilisasi mengalami peningkatan dengan semakin lama penyimpanan. Hal ini diduga kuat karena semakin lama penyimpanan maka semakin banyak senyawa asam yang terbentuk. Senyawa-senyawa asam yang terbentuk berasal dari hasil hidrolisis protein oleh enzim bromelin berupa asam-asam amino bebas yang bersifat asam atau berasal dari hasil fermentasi bakteri asam laktat berupa asam laktat, asam asetat, asam propionat dan asetaldehida yang sangat berperan sebagai pembangkit cita rasa. Jika asam-asam amino bersama-sama dengan larutan garam maka akan membentuk sodium glutamat yang berkontribusi terhadap pembentukan cita rasa umami. Cita rasa umami dapat dihasilkan jika jumlah asam amino yang terbentuk memiliki pasangan dengan garamnya. Asam amino asam tanpa memiliki pasangan maka yang muncul hanya rasa asam saja, sehingga sangat mempengaruhi nilai total asam laktat tertitrasi dan nilai pH Kurihara dan Kashiwayanagi 2000; Jay et al. 2005.

4.2.3 Nilai total mikrobatotal plate count TPC

Pada penelitian ini analisis mikrobiologi yang dilakukan adalah total mikroba TPC, karena dengan mengetahui total mikroba pada produk seasoning alami dari gonggong dapat diketahui tingkat keamanan pangannnya, sehingga layak untuk dikonsumsi dan dijadikan produk komersial dipasaran. Hasil analisis total mikroba total plate count dari semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 14. Analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa teknik pemutusan proses fermentasi dan lama penyimpanan seasoning serta interaksi diantara keduanya berpengaruh nyata terhadap nilai total mikroba TPC P 0,05. Hasil uji lanjut Duncan membuktikan bahwa kedua teknik pemutusan proses fermentasi dan lama penyimpanan seasoning memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap TPC, secara lengkap hasil perhitungan analisis ragam dan uji Duncan dapat dilihat pada Lampiran 13. Gambar 14 Nilai total mikroba pada perlakuan pembuatan seasoning alami dari gonggong. Pasteurisasi, Sterilisasi Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai total mikroba setelah hari ke-14 pada sampel pasteurisasi dan sterilisasi terjadi peningkatan yang cukup tajam yaitu berturut-turut sebesar 4,850 x 10 4 kolonig dan 1,025 x 10 4 kolonig. Lyraz 1990 menjelaskan bahwa nilai total mikroba TPC pada produk seasoning alami yang aman untuk dikonsumsi adalah kurang dari 1,000 x 10 4 kolonig. Spesifikasi produk seasoning alami yang diproduksi oleh Lyraz dari biota laut dengan metode hidrolisis enzimatis yang sudah dikomersialkan Protextraits- Lyraz diantaranya sebagai berikut : pH : 5,8 ± 0,5 Kadar protein : 65 ± 4 TPC kolonig : 10 4 Dosis : 0,5 sampai 4 pada sup Umur simpan : 3 bulan pada 4 o C Nilai total mikroba seasoning alami dari siput laut gonggong sampai hari ke-14 untuk kedua perlakuan dengan teknik pasteurisasi maupun sterilisasi masih aman dikonsumsi, meskipun pada sampel pasteurisasi, nilai total mikroba lebih besar daripada sampel sterilisasi. Hal ini disebabkan pada sampel yang 1,1E+03 1,5E+03 4,8E+04 10000 20000 30000 40000 50000 60000 0 Hari 7 Hari 14 Hari T P C k o lo n i g Lama penyimpanan seasoning dipasteurisasi 70 o C selama 30 menit, hanya dapat membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen, denaturasi enzim dan protein, sehingga masih terdapat bakteri vegetatif yang tahan panas termofil dan berspora yang tahan terhadap proses pasteurisasi, seperti Bacillus dan Clostridium, hanya saja bakteri tersebut inaktif karena kondisi pH media yang rendah Ricke et al. 2001; Munn 2004. Nilai pH seasoning alami dari siput laut gonggong berkisar 3,41–4,75, sehingga masih dapat ditumbuhi oleh jenis khamir dan kapang atau dari golongan bakteri asam laktat, tetapi tidak bersifat patogen. Sampel sterilisasi 121 o C selama 15 menit dapat membunuh semua jasad renik, sehingga aman untuk dikonsumsi. Semua perlakuan pada penyimpanan diatas hari ke-14, terlihat ditumbuhi oleh jenis kapang yang dicirikan dengan adanya lapisan putih miseliumfilamen diatas cairan, sehingga muncul aroma amoniak yang mencirikan kebusukan produk seasoning alami dari gonggong Fardiaz 1989; Jay et al. 2005. Informasi ini menunjukkan bahwa produk seasoning alami dari gonggong yang dipasteurisasi maupun disterilisasi masih aman dikonsumsi sampai dengan hari ke-14.

4.2.4 Seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong

Berdasarkan semua hasil analisis sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong diperoleh pada sampel pasteurisasi dengan lama penyimpanan 7 hari Gambar 15. Gambar 15 Seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong sampel pasteurisasi dengan lama penyimpanan 7 hari pada suhu kamar. Seasoning terbaik ini memiliki karakreristik sebagai berikut : nilai pH 4,73 dan total asam laktat 0,53, nilai TPC 1,48 x 10 3 kolonig, nilai sensori hedonik 7 suka, nilai skoring 7 bagus. Nilai pH dan total asam sangat mempengaruhi nilai total mikrobanya, pada sampel pasteurisasi hari ke-7 yang disukai oleh panelis masih aman untuk dikonsumsi karena memilki nilai TPC kurang dari 1,000 x 10 4 kolonig Lyraz 1990. Sampel terbaik ini, kemudian dibandingkan dengan produk seasoning yang ada di pasaran yaitu saus tiram “Saori” melalui karakterisasi sensori uji deskripsi dan perbandingan pasangan dan karakterisasi kimiawi analisa asam amino bebas dan uji proksimat. 1 Karakteristik sensori Karakterisasi sensori dilakukan terhadap produk seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dibandingkan dengan saus tiram “Saori”. Tujuan karakterisasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang kelayakan produk seasoning alami dari gonggong melalui uji deskripsi dan menjadikannya produk komersial di pasaran melalui uji perbandingan pasangan Setyaningsih et al. 2010. a Hasil uji deskripsi Uji deskripsi atau descriptive analysis DA merupakan salah satu metode analisis sensori yang secara obyektif dapat digunakan untuk menentukan kriteria suatu produk agar dapat dikatagorikan produk seasoning Mahony 1986; Taylor 2002; Setyaningsih et al. 2010. Hasil yang diperoleh kemudian ditransformasi ke dalam bentuk grafik majemuk spider maps atau spider plot. Grafik majemuk disusun secara radial, masing-masing garis menggambarkan himpunan nilai mutu. Titik pusat menyatakan nilai mutu nol dan ujung garis menyatakan nilai mutu tertinggi. Sudut antara dua garis radial harus sama dan ditetapkan dengan cara membagi sudut keliling dengan jumlah atribut mutu. Ada 6 atribut mutu yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rasa umami gurih, asam, asin, manis, pahit dan rasa segar alami dengan menggunakan rating dari skala 0 sampai 60. Rating lemah dari 0 sampai 20, rating sedang lebih dari 20 sampai 40 dan rating kuat lebih dari 40 sampai 60, dengan demikian 360 o dibagi 6, sehingga besar sudut antara dua garis atribut mutu sebesar 60 o . Setelah hasil penilaian deskripsi ditransformasi ke dalam bentuk spider maps, dapat terlihat perbedaan mutu sensori dari produk yang diujikan dengan melihat jaring laba-laba spider maps yang terbentuk. Semakin besar jaring laba-laba yang terbentuk, maka semakin tinggi nilai mutu sensori produk yang diujikan Soekarto 1984; Mahony 1986; Taylor 2002; Setyaningsih et al. 2010. Hasil uji deskrispsi seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dan saus tiram “Saori” dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Spider maps atribut mutu seasoning terbaik dari siput laut gonggong terhadap seasoning komersial dipasaran saus tiram “Saori”. Seasoning alami pasteurisasi ke-7, Saus tiram “Saori” Gambar 16 memperlihatkan bahwa spider maps atribut mutu sampel seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong lebih besar daripada spider maps seasoning komersial saus tiram “Saori”. Hal ini menunjukkan bahwa seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong sampel pasteurisasi hari ke-7 lebih baik dari saus tiram “Saori”. Sampel saus tiram “Saori” mempunyai rasa umami cukup tinggi yaitu 48, tetapi rasa segar alami sangat rendah hanya sekitar 5, tidak ada rasa pahit, rasa asin sekitar 38 sedang dan rasa manis cukup tinggi yaitu 45. Sampel pasteurisasi hari ke-7 mempunyai rasa umami dan rasa segar alami cukup tinggi yaitu sekitar 45, tidak ada rasa pahit, rasa manis yang sangat rendah sekitar 5 serta rasa asin dan asam yang sedang yaitu berturut-turut sekitar 23 dan 25. Menurut Fuke dan Ueda 1996 rasa umami muncul dari adanya perpaduan 10 20 30 40 50 UMAMI PAHIT ASIN ASAM MANIS SEGAR ALAMI diantara berbagai macam cita rasa yang saling berinteraksi dalam jumlah yang serasi. Perpaduan antara rasa umami, rasa segar alami, manis, asin dan asam yang serasi, menyebabkan seasoning alami dari siput laut gonggong sampel pasteurisasi, umur simpan 7 hari menjadi lebih disukai oleh panelis daripada saus tiram “Saori”. Komposisi saus tiram “Saori” terdiri dari air, gula, ekstrak tiram, penguat rasa MSG, hidrolisat protein nabati, nukleotida, garam, tepung modifikasi, pewarna karamel, pengawet Kalium sorbat dan Xanthan gum. Rasa umami yang tinggi pada saus tiram “Saori” disusun oleh komponen yang dapat menstimulasi rasa umami yaitu ekstrak tiram yang mengandung asam amino bebas glutamat, penguat rasa MSG, hidrolisat protein dan nukleotida yang mengandung 5’-nukleotida seperti inosin 5’-monofosfat 5’-IMP, guanidin 5’monofosfat 5’-GMP. Rasa umami yang tinggi pada seasoning alami dari siput laut gonggong semata-mata hanya berasal dari ekstrak protein daging siput laut gonggong yang banyak mengandung asam amino bebas. Senyawa inilah yang dapat menstimulasi rasa umami yaitu perpaduan asam amino bebas glutamat, glisin, alanin dan arginin Fuke dan Ueda 1996; Kurihara dan Kashiwayanagi 2000; Raghavan 2007. Rasa umami diduga kuat karena adanya molekul 5’-nukleotida seperti inosin 5’-monofosfat 5’-IMP, guanidin 5’monofosfat 5’-GMP yang diperoleh dari hasil hidrolisis protein daging siput laut gonggong segar yang kaya ATP akibat proses pasteurisasi, sehingga ATP berubah menjadi AMP. Selanjutnya AMP diubah menjadi IMP atau jika terbentuk ikatan dari AMP dengan ion posfat bebas 2 p i maka terbentuklah GMP. Perpaduan antara asam amino bebas glutamat, glisin, alanin dan arginin dengan IMP dan GMP dapat meningkatkan rasa umami dalam larutan yang mengandung garam, misalnya sup ayam Fuke dan Ueda 1996; Brand 2000. Seasoning alami dari gonggong juga memunculkan rasa segar alami dari perpaduan rasa manis, asin dan rasa asam yang dipengaruhi dari proses pembuatan seasoning alami menggunakan bahan penghidrolisis sari nenas, gula 2 dan garam 15. Hal ini sama seperti seasoning alami yang dibuat di negara Brazilia Brazilian Pineapple Seasoning yang juga menggunakan sari nenas sebagai bahan penghidrolisis, sehingga memunculkan rasa manis, lezat dan segar alami Raghavan 2007. b Hasil uji perbandingan pasangan Selain uji deskripsi, pada seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dilakukan uji perbandingan pasangan dengan produk komersial yang ada di pasaran saus tiram “Saori”. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk seasoning yang dihasilkan sehingga dapat dipasarkan dan sebagai alternatif pengganti seasoning sintetik MSG. Hasil uji perbandingan pasangan antara seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dengan saus tiram “Saori” kemudian diuji dengan menggunakan statistik non parametrik Mann Whitney test. Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa rasa, aroma dan warna pada seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong sampel pasteurisasi, umur simpan 7 hari lebih baik nilai median sama dengan +2 dari saus tiram “Saori” yang mempunyai nilai lebih buruk nilai median sama dengan -2, secara lengkap hasil perhitungan uji perbandingan pasangan dapat dilihat pada Lampiran 14. Uji perbandingan pasangan sangat dipengaruhi oleh sensitivitas rasa yang ada pada lidah seorang panelis sebelum memberikan penilaian terhadap dua sampel yang harus dibandingkan. Secara umum jika seseorang memasukkan makanan ke dalam mulut dan makanan tersebut bercampur dengan air liur yang mengandung berbagai macam enzim, maka air liur akan menstimulasi beribu-ribu rasa yang didistribusikannya ke sela-sela gigi, ujung lidah sampai pangkal tenggorokan sehingga seseorang bisa menentukan cita rasa yang muncul dan disukainya. Cita rasa pada makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup- kuncup cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Kuncup-kuncup cecapan terletak dalam suatu celah yang disebut pore, yaitu tempat terkumpulnya cairan air liur saliva. Setiap sel cecapan, yang disebut sel gustatori, berbentuk lonjong dengan ujungnya berupa rambut-rambut mikrovilus yang mencuat ke ruang pore, agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya, maka senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terbentuk dikirim melalui syaraf ke pusat susunan syaraf. Rasa manis dan asin paling banyak dideteksi oleh kuncup pada ujung lidah, kuncup pada sisi lidah paling peka terhadap rasa asam, sedangkan kuncup di bagian pangkal lidah lebih peka terhadap rasa pahit. Rasa umami lebih sensitif dirasakan pada bagian dasar lidah yang sejajar dengan tumbuhnya gigi geraham bagian dalam root area of the tongue Yamaguchi dan Ninomiya 2000; Winarno 2008. Menurut Yamaguchi dan Ninomiya 2000 lokasi bagian yang sensitif terhadap rasa umami pada lidah manusia dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Lokasi yang sensitif terhadap rasa umami no.3 pada lidah manusia Yamaguchi dan Ninomiya 2000 Berdasarkan uji perbandingan pasangan dapat disimpulkan bahwa seasoning alami dari siput laut gonggong layak dijadikan seasoning yang dapat dikomersialkan di pasaran dan menjadi alternatif pengganti seasoning komersial. Hal ini disebabkan karena seasoning alami dari gonggong dapat menstimulasi cita rasa umami tanpa MSG dan rasa segar alami yang berasal dari ekstrak protein siput laut gonggong dengan menggunakan bahan penghidrolisis alami dari sari nenas. 2 Karakteristik kimiawi Karakterisasi kimiawi dilakukan terhadap produk seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dengan saos tiram “Saori” untuk memberikan informasi tentang komposisi yang membedakan kedua produk tersebut. Karakterisasi kimiawi yang dilakukan pada seasoning alami dan saos tiram “Saori” adalah analisa asam amino bebas dan uji proksimat. a Komposisi asam amino bebas Analisis asam amino bebas merupakan salah satu kriteria untuk menentukan bahwa suatu produk dapat dikatakan sebagai seasoning apabila mempunyai kandungan asam amino bebas yang sangat berperan dalam pembangkit cita rasa, misalnya asam amino glutamat, glisin, alanin dan arginin Fuke dan Ueda 1996. Perbandingan hasil analisis asam amino bebas siput laut gonggong segar dan seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong terhadap seasoning original yang ada di pasaran saus tiram “Saori” serta seasoning alami komersial yang ada di Perancis Protextrait-Lyraz dapat dilihat pada Tabel 7 serta kromatogramnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 7 Komposisi asam amino bebas pada siput laut gonggong gonggong segar, seasoning alami dari gonggong dengan seasoning alami komersial saus tiram “Saori” dan Protextrait-Lyraz Asam amino bebas mgg Siput laut Gonggong Seasoning komersial Gonggong segar Seasoning alami dari gonggong Saus tiram “Saori”Indonesia Protextrait- Lyraz Perancis Asam aspartat 1,1 0,3 0,6 0,1 Asam glutamat 4,1 8,0 16,9 6,3 Serin 0,9 0,3 0,1 0,7 Histidin 1,2 0,4 0,0 50,7 Glisin 3,2 9,0 1,4 4,5 Threonin 1,0 0,3 0,1 74,4 Arginin 2,3 8,0 0,2 187,7 Alanin 8,5 9,0 0,9 - Tirosin 1,0 0,4 0,3 18,2 Methionin 0,4 0,3 0,0 9,9 Valin 1,2 0,7 0,2 19,0 Phenilalanin 0,8 0,3 0,0 10,2 L-leusin 0,9 0,5 0,1 - Leusin 1,4 7,0 0,1 30,2 Lisin 1,2 5,0 0,1 17,3 Lyraz 1990 Tabel 7 memperlihatkan bahwa kandungan asam glutamat bebas mengalami peningkatan hampir 100 setelah proses fermentasi biologissemibiologis selama 10 hari yaitu dari kandungan asam glutamat bebas pada gonggong segar sebesar 4,1 mgg menjadi 8,0 mgg pada seasoning alami. Informasi ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis protein gonggong berlangsung optimal dengan menggunakan bahan penghidrolisis sari nenas dan lama hidrolisis 10 hari, sehingga mampu meningkatkan kandungan asam amino bebas yang berkontribusi pada cita rasa glutamat, glisin, alanin, dan arginin. Kandungan asam glutamat bebas pada saus tiram “Saori” cukup tinggi sekitar 17 mgg, sedangkan pada seasoning alami dari siput laut gonggong hanya sekitar 8,0 mgg, akan tetapi rasa umami yang muncul setelah ditambahkan pada sup ayam dari hasil uji deskripsi menunjukkan bahwa keduanya berada pada skor yang tinggi, yaitu saus tiram sebesar 48 dan seasoning alami dari siput laut gonggong sebesar 45 Gambar 16. Seasoning alami dari siput laut gonggong mempuyai perpaduan rasa umami yang khas yaitu oleh adanya perpaduan diantara beberapa asam amino bebas lainnnya glisin, arginin, alanin yang juga dapat berkontribusi memunculkan rasa umami selain asam glutamat bebas Fuke dan Ueda 1996. Nilai total kandungan asam amino bebas lain yang bisa berperan dalam memunculkan cita rasa umami glisin, arginin, alanin pada seasoning alami dari siput laut gonggong didapatkan sekitar 26 mgg, lebih besar daripada saus tiram”Saori” yaitu hanya sekitar 2,5 mgg, sehingga dalam uji sensori seasoning alami dari gonggong lebih disukai oleh panelis daripada saus tiram “Saori”, sekalipun kandungan asam glutamat bebasnya lebih rendah dari saos tiram. Seasoning alami dari gonggong juga memiliki kandungan asam glutamat bebas yang lebih besar daripada seasoning alami komersial di Perancis dengan kandungan asam glutamat bebas hanya sekitar 6,3 mgg Tabel 7. Kandungan asam amino bebas dari hasil hidrolisis protein ikan dengan menggunakan enzim protease akan mengalami peningkatan dengan semakin lama proses hidrolisis. Proses pembuatan seasoning alami dari siput laut gonggong untuk proses hidrolisis protein gonggong hanya berlangsung selama 10 hari. Jika lama hidrolisis diperpanjang maka akan memunculkan terbentuknya biogenik amin karena adanya pertumbuhan kapang yang menyebabkan kebusukan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu et al. 2003 bahwa kandungan asam amino bebas selama hidrolisis protein ikan mackerel Scomber austriasicus dengan menggunakan enzim protease N akan mengalami peningkatan dengan semakin lama hidrolisis. Asam amino bebas dan peptida yang diperoleh dari hasil hidrolisis protein ikan, selain dapat memunculkan rasa umami juga dapat berfungsi sebagai antioksidan Konosu et al. 1987; Wu et al. 2003. Peningkatan kandungan asam amino bebas dari hasil hidrolisis protein pada ikan mackerel dengan menggunakan enzim protease N pada suhu penyimpanan 50 o C mengalami peningkatan dengan semakin lamanya proses hidrolisis yaitu pada hari 0, 5, 10, dan 15 hari berturut-turut memiliki kandungan asam glutamat bebas sebesar 4,0 mg100 ml, 27,7 mg100 ml, 57,2 mg100 ml dan 62,7 mg100 ml Wu et al. 2003. Informasi ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis untuk menghasilkan asam amino bebas yang berperan dalam pembangkit cita rasa dipengaruhi oleh jenis spesies ikan yang digunakan dalam proses fermentasi Lyraz 1990. b Komposisi proksimat Analisis proksimat dilakukan terhadap seasoning alami terbaik dari siput laut gonggong dan saos tiram “Saori’ dengan tujuan untuk mengetahui nilai gizi ingredient yang terkandung dari kedua produk tersebut. Informasi komposisi nilai gizi ingredient diperlukan untuk legalisasi hukum produk seasoning. Ada 6 parameter yang digunakan untuk spesifikasi seasoning yang diperlukan untuk legalisasi hukum, yaitu : 1 deskripsi umum, 2 informasi ingredient, 3 standar mikrobiologi, 4 karakteristik kimia dan fisika, 5 flavor, rasa dan aroma, dan 6 pengemasan dan penyimpanan Lee 1994. Perbandingan kandungan gizi ingredient antara seasoning alami dari siput laut gonggong dengan seasoning komersial saus tiram “Saori serta seasoning alami yang dikomersialkan Protextrait-Lyraz di Perancis dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kandungan gizi komposisi proksimat seasoning alami dari siput laut gonggong dan seasoning komersial saus tiram “Saori serta seasoning alami Protextrait-Lyraz di Perancis Nilai gizi Seasoning alami dari gonggong Saus tiram “Saori” Seasoning alami Protextrait-Lyraz Kadar air 76,72±0,01 48,21±0,01 50±0,05 Kadar abu 12,06±0,01 8,86±0,01 17±0,02 Kadar lemak 1,28±0,02 0,32±0,03 17±0,02 Kadar protein 3,14±0,01 9,70±0,02 15±0,04 Lyraz 1990 Tabel 8 menunjukkan bahwa kandungan protein dari saus tiram “Saori” cukup tinggi yaitu sekitar 9,70 jika dibandingkan dengan seasoning alami dari siput laut gonggong sebesar 3,14. Hal ini disebabkan karena pada saus tiram “Saori” tidak hanya mengandung ekstrak dari tiram saja tetapi terdapat juga penambahan bahan tambahan makanan food additive yang lain seperti nukleotida, hidrolisat protein dan MSG. Secara umum formulasi pada proses pembuatan seasoning yang dilakukan di berbagai negara di dunia senantiasa ditambahkan nukleotida, hidrolisat protein dan MSG Lee 1994; Raghavan 2007. Jika MSG dikonsumsi secara berlebihan dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia Terranishi et al. 1998; Kondoh 2009. Setiap individu mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap dosis MSG yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsinya Jyotaki et al. 2009. Fakta membuktikan bahwa lebih banyak individu yang rentan terhadap dosis MSG yang tinggi di dalam tubuhnya, sehingga harus ada batas maksimal yang dibolehkan untuk dikonsumsi setiap hari Rousseaux 2008; Kondoh et al. 2009. Jika MSG dikonsumsi dalam dosis yang tinggi 0,5 gkg berat badanhari maka hasil metabolisme MSG berupa senyawa GABA gamma-amino butyric acid, serotinin, histamin dan nitrogen oksida NO, dapat menyebabkan kerja syaraf otak di hipotalamus menjadi tidak maksimal karena adanya efek antagonis dalam melawan racun NO Olney 1969; Rousseaux 2008. Beberapa bahan tambahan makanan lainnya yang sangat penting dalam pengembangan seasoning diantaranya pewarna buatan, pewarna alami, antioksidan dan bahan pengawet Lee 1994. Pembuatan seasoning alami dari siput laut gonggong mengacu pada produk seasoning alami komersial yang ada di Perancis yaitu Protextrait-Lyraz. Seasoning ini dibuat melalui hidrolisis enzimatis dari biota laut tanpa ada penambahan food additive lain. Seasoning alami Protextrait-Lyraz mengandung kadar protein cukup tinggi sebesar 15, tetapi kandungan asam glutamat bebasnya 6,3 mgg lebih rendah daripada seasoning alami dari gonggong sekitar 8,0 mgg Tabel 7. Menurut Kondoh et al. 2009 kandungan asam glutamat bebas pada suatu bahan pangan tidak selalu tergantung dari kandungan proteinnya, misalnya pada tomat yang mengandung asam glutamat bebas tinggi, tetapi asam glutamat bebas ini tidak berasal dari protein. Oleh karena itu, jumlah asam glutamat bebas akan berhubungan secara langsung dengan kadar proteinnya jika setelah terjadi hidrolisis protein dari bahan pangan tersebut. Kandungan asam glutamat bebas dapat mengalami peningkatan dengan adanya proses pasteurisasi Carratu et al. 2005. Informasi ini menunjukkan bahwa seasoning alami dari gonggong memiliki kandungan asam glutamat bebas tinggi berasal dari hasil hidrolisis protein daging siput laut gonggong yang juga memiliki kadar protein tinggi 19,77, dan kandungan asam glutamat bebas yang tinggi pada siput laut gonggong segar 4,1 mgg serta dalam proses pembuatan seasoning alami dilakukan proses pemutusan fermentasi dengan cara pasteurisasi. Walaupun kadar protein pada seasoning alami yang dihasilkan sangat rendah, tetapi kandungan asam glutamat bebas tinggi maka seasoning alami dari siput laut gonggong ini dapat menjadi pembangkit cita rasa yang alami. Informasi ini membuktikan bahwa seasoning alami juga dapat dibuat tanpa penambahan food additive seperti nukleotida, hidrolisat protein dari tumbuhan, dan monosodium glutamat MSG, tetapi dapat memberikan cita rasa umami yang diterima oleh konsumen Lyraz 1990. Secara umum dari semua analisis yang dilakukan maka seasoning alami dari siput laut gonggong dapat digunakan sebagai alternatif pengganti seasoning yang dikomersialkan di pasaran, dan dikembangkan menjadi produk pembangkit cita rasa komersial tanpa penambahan senyawa kimiawi, walaupun secara proksimat nilai proteinnya tidak setinggi produk seasoning alami Protextrait-Lyraz yang sudah dikomersialkan di Perancis. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan