Analisis LingkunganEksternal Latar Belakang

Bahan baku lele dipasok oleh pemasok langganan dengan standar kualitas dan harga yang telah disepakati. Bahan baku lele berupa lele hidup yang dipasok setiap hari. Rata-rata kebutuhan lele hidup per hari sebanyak 250 ekor ditampung dalam bak penampungan ukuran panjang 1,5 m x Lebar 0,5 m x Tinggi 1 m. Lele yang dipergunakan dengan ukuran rata-rata 2 ons per ekor. Selain lele bahan baku yang dipasok oleh pemasok adalah ayam, beras dan es batu. Sedangkan sayur, bahan-bahan untuk minuman dan bumbu utama masakan dibelanjakan sendiri di pasar. Bahan-bahan seperti daging ayam disimpan dalam frezeer dengan suhu beku. Sedangkan bahan seperti sayuran dan bumbu dapur disimpan dalam chiller. Sistem penggunaan bahan baku tadi oleh bagian pengolahan masakan menggunakan pola first in first out FIFO sesuai tanggal produksi yang tercantum pada bahan baku sehingga diharapkan tidak ada bahan baku yang habis masa umur pakainya. Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur tidak melakukan spesialisasi pekerjaan di bagian dapur. Untuk efisiensi dan kelancaran tugas memasak, seluruh personil yang bertugas di dapur bisa memasak menu yang ditawarkan restoran. Pada waktu senggang tidak ada pesanan mereka menyiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan dimasak sehingga ketika pesanan datang bisa dilaksanakan proses memasak secara cepat. Prinsip efisiensi juga diterapkan dalam sistem pemesanan makanan. Setelah konsumen melakukan order pada waiterwaitress, pesanan diteruskan pada bagian dapur, kasir dan bartender. Setelah makanan selesai dibuat, waiterwaitress akan melakukan pemeriksaan terakhir terhadap daftar makananminuman yang dipesan agar tidak ada kesalahan kemudian akan mengantarkan kepada pemesannya.

2. Analisis LingkunganEksternal

a. Lingkungan Mikro Pemasok . Bahan baku berupa lele hidup dan ayam segar untuk Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur disuplai pemasok langganan. Lele dihitung per ekor dengan berat rata-rata 2 ons harganya Rp.2500 per ekor. Untuk ayam per ekor dengan berat rata-rata 800 gram dihargai Rp. 18.500. Kebutuhan rata-rata lele per harinya adalah 200 - 220 ekor dan untuk ayam 25 – 35 ekor. Pembayaran dilaksanakan 3 hari sekali. Kebutuhan beras rata-rata 18 kg hari dengan harga Rp.8.000,-kg. Beras disuplay oleh pemasok langganan seminggu satu kali. Pembayaran dilaksanakan setelah beras diantarkan. Selain bahan baku diatas kebutuhan es batu juga dipasok oleh langganan yang diantar setiap pagi dan dibayar tunai. Selama ini belum pernah terjadi keterlambatan pengiriman maupun pasokan terputus. Untuk bahan baku yang tidak dipasok oleh langganan, Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur membeli di pasar tradisional seperti bumbu dan buah-buahan. Pelanggan . Sasaran pelanggan Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur adalah golongan pendapatan kelas menengah keatas, karena suasana tempat dan mutu produk yang berkualitas baik. Konsumen yang berkunjung pun mengatakan tidak mempermasalahkan harga , yang penting kualitas produk dan kenyamanan tempat dipertahankan atau ditingkatkan lagi. Pesaing . Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur menjalankan usahanya dan menghadapi persaingan yang ketat terutama dengan restoran sejenis seperti Ayam lepas, Sule suka lele, dan Roti Bakar Eddy. Persaingan pun tidak hanya dengan usaha restoran saja, Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur menghadapi persaingan dengan pedagang pecel lele tenda yang berjualan di pinggir jalan sikitar lokasi yang buka mulai petang hingga larut malam. Persaingan dengan restoran-restoran di sekitar lokasi TMII pada umumnya juga sangat tinggi karena banyak sekali restoran-restoran yang telah berdiri dan menawarkan produk-produk yang berbeda dan unik untuk menarik minat konsumen. b. Lingkungan Makro Lingkungan Ekonomi . Ekonomi merupakan suatu variabel pokok sebagai tolak ukur kemajuan suatu negara. Keadaan ekonomi yang tidak stabil akan mempengaruhi iklim usaha negara tersebut. Dalam perekonomian, hal yang penting yaitu tingkat inflasi yang dimiliki suatu negara. Tingginya tingkat inflasi dan kenaikan harga BBM di Indonesia, menyebabkan kenaikan harga bahan baku berdampak pada naiknya biaya produksi. Kondisi perekonomian di Indonesia dapat mempengaruhi perkembangan restoran, khususnya di Jakarta. Tingkat inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Tingkat Inflasi Indonesia Periode Bulan Januari 2011 – Februari 2012 Sumber : Bank Indonesia, 2012 Teknologi . Teknologi merupakan faktor penting untuk kemajuan bisnis. Bisnis restoran menuntut adanya kemampuan untuk merespon dengan cepat terhadap perkembangan teknologi. Restoran harus mengeluarkan ide-ide baru dalam perkembangan teknologi pangan, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan produk, pemprosesan dan pelayanan yang baik. Kemajuan teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini, hal ini didukung dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penggunaan teknologi yang dipakai. Perkembangan teknologi yang telah dilakukan oleh Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinagranti Jakarta timur ini antara lain di bidang komunikasi. Perkembangan komunikasi yang telah dilakukan Bulan Tahun Tingkat Inflasi Februari 2012 3.56 Januari 2012 3.65 Desember 2011 3.79 November 2011 4.15 Oktober 2011 4.42 September 2011 4.61 Agustus 2011 4.79 Juli 2011 4.61 Juni 2011 5.54 Mei 2011 5.98 April 2011 6.16 Maret 2011 6.65 Februari 2011 6.84 Januari 2011 7.02 adalah penggunaan telepon. Telepon dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan dalam melakukan transaksi khususnya untuk pembelian dan penjualan. Pembelian dikaitkan dengan transaksi terhadap pemasok sementara penjualan dikaitkan dengan konsumen yang melakukan pembelian melalui pesan antar delivery order. Perkembangan teknologi lainnya yang telah dilakukan restoran dalam hal keuangan adalah dengan menggunakan laptop untuk mencatat dan menghitung aliran kas masuk maupun keluar. Pemanfaatan teknologi dalam produksi antara lain dengan menggunakan mixer mesin pengaduk adonan, blender penghancur dan pengaduk makanan dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya beberapa alat tersebut dapat mempermudah dan mempercepat dalam proses produksi. Politik dan Hukum . Kondisi politik suatu negara akan mempengaruhi iklim dunia usaha di negara tersebut, khususnya bisnis restoran. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif pada dunia usaha. Oleh karena itu diperlukan suatu arah, peraturan, dan kebijakan dari pihak pemerintah agar dapat menertibkan setiap pelaku bisnis dan berguna bagi kesejahteraan umum. Pecel Lele Lela telah mendapat sertifikasi halal dari LP POM MUI sehingga dengan demikian semua produk yang dihasilkan dijamin kehalalannya. Dalam melaksanakan usahanya, restoran ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP, memiliki akta notaris, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, memperoleh izin dari Instansi terkait. Hal ini menunjukkan bahwa Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur merupakan unit usaha yang legal atau yang dilindungi hukum. Sosial, Budaya dan Demografi . Kondisi sosial yang mempengaruhi restoran ini adalah gaya hidup. Gaya hidup masyarakat modern cenderung konsumtif dan sering beraktivitas di luar rumah sehingga meningkatkan permintaan akan produk makanan jadi. Peningkatan permintaan terhadap makanan ini merupakan suatu peluang bagi pengembangan bisnis makanan siap saji. Hal ini direspon oleh pengusaha dengan membuka bisnis makanan yang menawarkan berbagai alternatif menu dengan masakan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan permintaan makanan ini juga diiringi dengan perubahan orientasi masyarakat terhadap makanan. Perubahan orientasi terhadap makanan yang semula hanya bersifat sebagai pemuas kebutuhan konsumsi menjadi bersifat peningkatan harga diri prestige. Kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar adalah populasi, karena orang atau konsumen merupakan pembentuk pasar. Konsumen mempunyai sikap dan selera yang berbeda-beda terhadap suatu produk barang maupun jasa. Pada tahun 2006, penduduk di Jakarta sebesar 7.512.323 jiwa, akan tetapi pada tahun 2008 populasi di Jakarta mengalami peningkatan sebesar empat persen menjadi 7.552.444 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, 2009. Adanya peningkatan populasi akan meningkatkan kebutuhan sumber daya seperti bahan bakar, pangan dan mineral Kotler, 2002. Peningkatan pangan yang diakibatkan dengan peningkatan populasi merupakan suatu peluang untuk industri boga seperti restoran. Akan tetapi, ancaman yang dihadapi juga sangat besar yaitu adanya kekurangan pangan. Sebagai pemasar harus mempunyai strategi-strategi untuk mengantisipasi berbagai ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada. c. Lingkungan Industri - Ancaman Pendatang Baru Kondisi perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun semakin membaik dan menyebabkan adanya peningkatan usaha diberbagai bidang, tidak terkecuali restoran, khususnya di Jakarta. Ancaman pendatang baru yang menyajikan produk sejenis tidak hanya berasal dari daerah sekitar, melainkan banyak yang berasal dari luar Jakarta yang ingin mencoba kemampuan di bidang kuliner. Kemampuan pendatang baru baik dari segi keuangan, format bisnis maupun teknologi banyak yang lebih baik. Hal ini menimbulkan persepsi konsumen mengenai mutu produk pendatang baru sangat baik. Dengan demikian pihak manajemen restoran sadar akan ancaman pendatang baru yang sangat besar dan hal tersebut untuk nantinya akan sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup restoran. Adanya inovasi, diferensiasi dan diversifikasi produk serta didukung dengan kualitas dan kuantitas produk serta pelayanan yang baik, mutlak sangat diperlukan untuk membedakan Restoan Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur dengan restoran lainnya. - Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi merupakan suatu produk pengganti yang dapat digunakan oleh konsumen. Ancaman produk substitusi di Jakarta sangat besar. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya restoran yang menawarkan berbagai macam produk untuk menarik minat konsumen. Hidangan lele yang menjadi produk andalan Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur, dapat digantikan dengan produk lainnya yang dianggap lebih sehat dan prestisius. Dengan adanya isu mengenai cara budidaya lele yang jorok, makanan kelas rendah dapat mengakibatkan persepsi konsumen yang negatif dengan hidangan pecel lele. Dengan demikian, dapat dengan mudah konsumen berpindah ke restoran lain yang menawarkan produk dengan kualitas dan harga yang lebih bersaing. - Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Keberadaan pemasok mempunyai peranan yang penting dalam kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Para pemasok dan produsen seringkali bekerjasama dengan menetapkan harga yang terjangkau, mutu barang yang lebih baik dan penyerahan barang tepat waktu. Adapun bentuk lain yaitu tanpa perjanjian kerjasama terlebih dahulu sehingga memberikan kebebasan pada pihak perusahaan untuk memilih pemasoknya. Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur memiliki beberapa pemasok untuk bahan baku lele , ayam, beras dan es batu, sedangkan untuk bahan baku lainnya dibeli di pasar tradisional. Kekuatan tawar menawar pemasok lemah dikarenakan posisi tawar menawar yang paling kuat dipegang oleh pihak restoran. Restoran menggunakan bahan baku yang mudah diperoleh dari pemasok lokal di wilayah Jakarta sehingga restoran dapat mencari pemasok lainnya jika kualitas bahan baku yang diberikan pemasok menurun atau memberikan harga yang tinggi. Hubungan antara pemasok dengan Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur terjalin dengan baik, sehingga tidak pernah terjadi permasalahan kualitas produk, harga maupun keterlambatan dalam pengiriman bahan baku - Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pada era tahun 1960-an pembeli atau konsumen mengikuti produk yang dipasarkan. Akan tetapi, dengan perkembangan jaman, produk yang dipasarkan harus mengikuti keinginan dan kebutuhan konsumen atau pembeli. Pembeli atau konsumen memiliki pengaruh terkuat terhadap suatu produk. Kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat akan mengakibatkan adanya persaingan usaha restoran di Jakarta meningkat, sehingga membuat konsumen memiliki banyak alternatif yang sangat beragam dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja restoran dalam menghasilkan laba. Berdasarkan kenyataan yang ada, maka diferensiasi dan diversifikasi produk merupakan salah satu hal penting yang harus dilaksanakan. Restoran Pecel Lele Lela mempunyai beragam vareasi jenis masakan dan keunikan pada cita rasa masakan yang disajikan sebagai alternatif pilihan konsumen dalam memilih menu makanan. Hal ini dilakukan agar konsumen tidak berpindah ke restoran lainnya. - Persaingan Industri Sejenis Persaingan dalam usaha restoran sangat tinggi, bahkan pada awal tahun 2008 jumlah usaha warung pecel lele di Jabodetabek telah mencapai 15.000 tenda. Hal ini sangat berpengaruh terhadap strategi pemasaran yang harus dilakukan oleh pihak restoran. Setiap restoran harus mempunyai keunggulan yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Strategi produk dan harga yang dibuat oleh pihak restoran memiliki pengaruh yang besar dalam persaingan antara industri sejenis. Pada dasarnya konsumen ingin mendapatkan produk yang berkualitas tetapi dengan harga yang terjangkau. Pihak restoran dalam mengatasi permasalahan ini, dapat melakukan pengembangan produk untuk mencegah kejenuhan konsumen yang ada dan juga untuk meraih pangsa pasar yang baru. 4.7 Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial Usaha Restoran. Restoran Pecel Lele Lela, cabang Pinangranti Jakarta Timur merupakan suatu kegiatan ekonomi yang menggunakan sumberdaya dari modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Permasalahan yang terjadi adalah usaha ini belum mencapai target penjualan yang maksimal dan hingga saat ini belum ada perhitungan keuangan secara terperinci tentang kelayakan usaha, sehingga diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang ada. Adapun besar target Restoran Pecel Lele Lela, cabang Pinangranti Jakarta Timur dalah 30 persen keuntungan setiap tahunnya. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya secara periode jangka panjang. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net BC, IRR dan payback period. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar enam persen pertahun yang merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri periode Okteber 2010. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha, merupakan usaha yang dimulai dari tahun ke 0. Pembelian peralatan investasi dilaksanakan pada tahun ke 0 yaitu tahun 2010 pertengahan hingga akhir tahun 2010. Perhitungan laba rugi dan cashflow merupakan data yang dimulai di tahun 2011 sampai dengan 2014, dan dengan asumsi sampai dengan tahun keempat umur proyek besar inflow disamakan dengan data tahun 2011. Arus Tunai Arus tunai pada Restoran Restoran Pecel Lele Lela, cabang Pinangranti Jakarta Timur ini terdiri dari arus manfaat dan arus biaya, dalam analisis ini dibatasi pada manfaat dan biaya yang dapat diperhitungakan tangible. Umur ekonomis yang dimiliki dari komponen investasi maksimal adalah 5 tahun namun arus tunai yang diperhitungkan dalam analisis ini dimulai pada tahun ke nol hingga tahun keempat. Hal ini disebabkan karena penelitian dimulai pada tahun 2011 dengan komponen investasi yang sudah dipakai selama setahun sehingga mengurangi umur ekonomis yang tersisa sebanyak lima tahun. Tahun awal dimulai investasi dan persiapan komponen peralatan investasi dipersiapkan di akhir tahun 2010, dan pada tahun pertama 2011 perusahaan sudah dapat menjual produknya. Arus Penerimaan Arus penerimaan dari usaha Restoran Pecel Lele Lela, cabang Pinangranti Jakarta Timur berupa nilai total penjualan. Nilai penjualan total usaha pada tahun pertama selama satu tahun, pada tahun ke nol perusahaan baru melakukan kegiatan investasi berupa surat-surat perizinan tempat, promosi dan pemesanan peralatan, dll sehingga pada tahun pertama perusahaan baru dapat menjual produknya. 1 Nilai Penjualan Total Nilai penjualan total Restoran Pecel Lele Lela, cabang Pinangranti Jakarta Timur berasal dari data penjualan keseluruhan produk restoran, diasumsikan bahwa total penjualan pada tahun pertama sesuai dengan keadaan nyata, untuk tahun kedua hingga keempat pada setiap tahunnya diasumsikan konstan. Pada tahun ke nol perusahaan melakukan kegiatan investasi, sehingga pada tahun pertama perusahaan baru dapat melakukan kegiatan usahanya. Tabel 18. Data Penjualan Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur Tahun 2011 No Menu Satuan Harga rata-rata Rp Jumlah porsi per hari Total rata- rata per hari Rp Total rata-rata per bulan Rp Total rata-rata per tahun Rp 1 Lele Porsi 13.000 210 2.730.000 81.900.000 982.800.000 2 Ayam Porsi 12.000 120 1.440.000 43.200.000 518.400.000 3 Favorite drink Gelas 6.000 70 42.0000 126.00.000 151.200.000 4 Fruit Drink Gelas 10.000 25 250.000 7.500.000 90.000.000 5 Kopi cangkir 7.750 10 77.500 2.325.000 27.900.000 6 Nasi goreng porsi 15.000 10 150.000 4.500.000 54.000.000 7 Nasi Porsi 4.000 50 200.000 6.000.000 72.000.000 8 Sayur Porsi 7.000 15 105.000 3.150.000 37.800.000 9 Snack Porsi 4.500 12 54.000 1.620.000 19.440.000 Total Penjualan 5.426.500 16.279.5000 1.953.540.000 Sumber: Manajemenan Pecel Lele Lela cabang Pinagranti, Jakarta Timur, 2011 3 Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama umur proyek dan dinilai masih memiliki umur ekonomis karena belum terpakai seluruhnya. Nilai sisa dihitung diakhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen inflow. Pada usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti Jakarta Timurmemiliki umur proyek 5 tahun, tetapi karena penelitian dimulai pada tahun 2011 di tahun kedua usaha sudah berjalan sehingga umur proyek yang dianalisis menjadi empat tahun. Mempertimbangkan juga komponen peralatan investasi yang umur ekonomisnya habis di tahun kelima. Umur ekonomis dari suatu barang investasi pada usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti Jakarta Timurberagam mulai dari umur ekonomis 5 tahun, 3 tahun, dua tahun dan satu tahun. Peralatan investasi dibeli pada akhir tahun 2010, data investasi tersebut dimasukan pada umur proyek tahun ke nol, sehingga waktu produktifnya digunakan pada tahun pertama. Pada umur ekonomis lima tahun dan 1 tahun tidak adanya nilai sisa karena semua peralatan yang digunakan oleh perusahaan umur ekonomis dari suatu barang investasi tersebut habis sesuai umur proyek perusahaan. Pada peralatan yang umur ekonomis dua dan tiga tahun memiliki nilai sisa sebanyak satu tahun umur ekonomis, sehingga dapat diperhitungkan dengan penjumlahan total investasi ditahun keempat. Nilai sisa yang diperoleh dari total harga investasi dikalikan sisa umur ekonomis kemudian dibagi umur ekonomis peralatan investasi dan ditotalkan keseluruhan peralatan tersebut adalah Rp 11.882.500,00. Arus Pengeluaran Arus pengeluaran outflow dalam usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti Jakarta Timurterdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional perusahaan. Pada Biaya investasi terdapat lima jenis, yaitu investasi tanah dan bangunan, investasi franchise, investasi peralatan dapur, investasi peralatan makan, dan investasi peralatan lainnya. Selain itu terdapat juga keterangan tentang jumlah unit, umur ekonomis, sisa umur ekonomis, harga per unit, peralatan investasi berikut dengan hasil dari nilai sisa hingga umur ekonomis 5 tahun. Struktur pembiayaan pada usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti Jakarta Timur ini terdiri dari biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan biaya penyusutan. a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Biaya investasi meliputi investasi peralatan dapur, peralatan makan, peralatanperlengkapan lainnya yang menggunakan harga pada tahun 2010. Karena di tahun ini peralatan dan perlengkapan investasi dipersiapkan, dan untuk siap digunakan pada tahun 2011. Peralatan dapur terdapat 13 macam, contohnya kompor, panci, mixer, blander, kulkas, dan peralatan dapur lainnya dengan total biaya investasi Rp 12.430.000,00. Terdapat 7 macam peralatan dapur yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, untuk umur ekonomis tiga tahun terdapat tiga macam peralatan, dan terdapat tiga macam peralatan pada umur ekonomis dua tahun. Peralatan makan terdapat tujuh macam, antara lain sendok, garpu, gelas, piring, cangkir, mangkuk dan peralatan makan lainnya, dengan total biaya investasi Rp 3.300.000,00. Pada peralatan makan terdapat satu macam peralatan yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, dan terdapat enam macam peralatan yang memiliki umur ekonomis dua tahun. Pada peralaatanperlengkapan lainnya besar biaya investasinya Rp 37.865.000,00 yang terdiri dari motor, pompa air, seragam, perlengkapan administrasi seperti kalkulator, laptop, alat pembayaran mesin debet, perlengkapan sajian antara lain meja, kursi, dan lainnya dengan total 11 macam peralatanperlengkapan. Pada peralatanperlengkapan terdapat tiga jenis umur ekonomis 5 tahun, tujuh macam perlengkapan umum pada umur ekonomis dua tahun, dan umur ekonomis satu tahun terdapat satu macam. Harga-harga dan jumlah unit peralatan investasi pada nilai investasi bersumber dari wawancara langsung data primer dengan manajer dan asisten manajerRestoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timur. b. Biaya Reinvestasi Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan kembali karena umur ekonomis dari peralatan yang telah habis, sedangkan umur proyek masih berjalan. Adapun biaya reinvestasi dikeluarkan untuk asset yang memiliki umur ekonomis selama dua tahun dan tiga tahun karena umur ekonomis kurang dari umur proyek yaitu lima tahun. Pada saat pembelian peralatan investasi dilakukan tahun 2010 akhir, data yang dimasukan pada perhitungan laba rugi dan cashflow merupakan data yang dimulai di tahun 2011, dan dengan asumsi sampai dengan tahun keempat umur proyek besar inflow dan outflow disamakan dengan data tahun 2011. Komponen investasi yang sudah dipakai selama setahun sehingga mengurangi umur ekonomis yang tersisa sebanyak 31 macam. Pada tahun ke nol yang dimulai pada tahun 2010 merupakan tahun awal dimulai investasi dan persiapan komponen peralatan investasi. Peralatan yang umur ekonomisnya dua tahun antara lain penggorengan, baskom, ember, piring, gelascangkir, nampan, pociteko, mangkuk, sendok, laptopprinter kalkulator, meja, kursi, tempat tissu, tempat sampah dan asbak. Peralatan yang umur ekonomisnya tiga tahun sebanyak 3 macam yaitu panci, blender dan mixer. Total biaya reinvestasi pada umur ekonomis satu tahun adalah Rp. 14.400.000,00, total biaya reinvestasi pada umur dua tahun adalah Rp 46.170.000,00. Dan total biaya reinvestasi pada peralatan dengan komponen peralatan investasi umur ekonomis tiga tahun berjumlah Rp 1.800.000,00. c. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiaban dalam menunjang kegiatan operasional. Biaya oprasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya tergantung pada output yang akan diproduksi. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Besarnya biaya operasional dapat dilihat pada Tabel19 yang dikeluarkan pada tahun pertama yaitu tahun 2011 di tahun kedua hingga tahun keempat disumsikan konstan. Tabel19Biaya Operasional Usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti Jakarta TimurTahun 2011. I Biaya Operasional per bulan Rp tahun 2011 Rp a Biaya Variabel 1 Bahan Baku Utama 32.400.000 388.800.000 2 Bahan Baku Pelengkap 3.250.000 39.000.000 3 Gas Elpiji 1.800.000 21.600.000 4 Listrik 1.200.000 14.400.000 5 Telpon 250.000 3.000.000 6 Transport 450.000 5.400.000 7 fee ke pusat 9.000.000 108.000.000 8 Keamanan, Kebersihan 85.0000 10.200.000 9 box kartun tas, gelasplastik 1.000.000 12.000.000 Jumlah 50.200.000 602.400.000 b Biaya Tetap 1 Gaji Karyawan 30.000.000 360.000.000 2 Servis kendaraan 50.000 600.000 3 Pajak Kendaraan 200.000 4 THR 30.000.000 5 Sewa Mes karyawan 416.667 5.000.000 Jumlah 30.466.667 395.800.000 Total biaya Operasional 80.666.667 998.200.000 Sumber: Manajemen Pecel Lele Lela cabang Pinagranti, Jakarta Timur, 2011 Besar biaya operasional yang dikeluarkan oleh Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timurpada tahun 2011 terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp 998.200.000,00. Biaya variabel pada Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timurterdiri dari biaya bahan baku utama, bahan baku pelengkap, biaya isi ulang Gas Elpiji, listrik, telpon, transport, box kartun, fee ke pusat dan keamanankebersihan. Total Biaya variabel pada tahun 2011 adalah Rp 602.400.000,00. Besar biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun 2011 adalah Rp 395.800.00,00. Adapun macam biaya yang dikeluarkan pada biaya tetap antara lain gaji karyawan, servis motor, pajak motor, THR dan sewa mes karyawan.Apabila di hitung secara satuan maka biaya operasional untuk menghasilkan satu porsi makanan pecel lele adalah sekitar Rp.5.500 per porsi. d. Biaya Penyusutan Perhitungan nilai penyusutan asset pertahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomis. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, sehingga penyusutan semua asset perusahaan diasumsikan sama untuk setiap tahunnya. Perhitungan penilaian penyusutan pertahun adalah harga pembelian peralatan dan perlengkapan investasi awal dibagi umur ekonomis. Pada nilai penyusutan per tahunnya diperoleh dari total harga investasi dikurangi nilai sisa dibagi umur ekonomis, dan memiliki total hasil nilai penyusutan adalah Rp 167.764.500,00. 4.8 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, Net BC, IRR dan Payback Period. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri periode Agustus 2010. Perhitungan kelayakan ini menggunakan manfaat bersih net benefit yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto enam persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.535.752.046 positif atau lebih besar dari nol. Hal ini berarti bahwa usaha Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timur layak untuk dilaksanakan, karena memberikan keuntungan selama umur proyek berjalan yaitu empat tahun dengan nilai sekarang present value Rp 2.535.752.046. Net BC yang dihasilkan adalah sebesar 4,22, nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar 4,22 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net BC lebih besar daripada nol menunjukan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 21,34 persen IRR 6 persen artinya proyek yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 21,34 persen. Sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi payback period yang berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto enam persen, memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama satu tahun sembilan bulan dan dua puluh enam hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, sehingga usaha yang dilakukan masuk kedalam kriteria layak untuk diusahakan. Tabel20Hasil Analisis Finansial Usaha Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur Kriteria Investasi Nilai NPV 2.535.752.046 Net BC 4,22 IRR 21,34 PBP 1 Tahun 9 Bulan 26 Hari Dari keempat kriteria NPV, IRR, Net BC Dan Payback Period kelayakan yang dilakukan, menunjukan bahwa usaha Restoran Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur adalah layak untuk dilakukan. Perhitungan arus tunai cash flow dapat dilihat pada Lampiran6. 4.9 Perumusan Strategi 1. Analysis Internal Factor Evaluation IFE dan Exsternal Factor Evaluation EFE a. Analisis Faktor IFE Analisis faktor IFE dilakukan dengan mengolah faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan hasil analisis faktor internal pada Tabel21, dapat diketahui bahwa yang menjadi kekuatan utama dari Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur kelezatan dan citarasa dengan skor 0,308. Sedangkan kelemahan utama restoran ini adalah pengorganisasin kerja kurang jelas dengan skor 0,231. Hasil akhir faktor-faktor internal dalam matriks IFE dengan total skor 2,543. Hal ini berarti kemampuan restoran dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan relatif sedang atau rata-rata. Tabel21Matriks IFE Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur Faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan 1. Brand Image 0,061 4 0,244 2. Tenaga terlatih 0,084 3,5 0,293 3. Kelezatan dan citarasa 0,077 4 0,308 4. Lokasi Strategis 0,075 4 0,299 5. Kebersihan dan kenyamanan tempat 0,093 3 0,278 6. Keramahan dan Kesopanan Karyawan 0,088 3,5 0,309 Kelemahan 1. Kegiatan Promosi kurang gencar 0,072 1 0,072 2. Pengorganisasian kerja kurang jelas 0,115 2 0,231 3. Tidak ada paket-paket makanan dan diskon khusus 0,113 2 0,226 4. Tempat parkir terbatas 0,100 1 0,100 5. Kurang menerapkan kemajuan Teknologi 0,122 1,5 0,183 Jumlah 1 2,543 b. Analisis Faktor EFE Berdasarkan analisis faktor eksternal yang dimiliki Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur pada Tabel22, dapat diketahui bahwa yang menjadi peluang restoran ini adalah peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar dengan skor 0,331. Ancaman utama restoran ini menjamurnya usaha makanan dengan skor 0,256. Hasil analisis faktor eksternal dengan matriks EFE menghasilkan total skor 2,310. Hal ini berarti respon terhadap lingkungan usaha restoran ini dalam memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman adalah sedang. Tabel22 Matriks EFE Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang 1. Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan 0,069 3 0,208 2. Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar 0,094 3,5 0,331 3. bahan baku yang mudah didapat 0,092 3 0,275 4. Kemajuan teknologi dan informasi 0,089 3,5 0,311 5. Tersedianya tenaga kerja 0,106 3 0,317 Ancaman 1. Persaingan usaha sejenis 0,097 1,5 0,146 2. Kenaikan harga bahan baku 0,078 2 0,156 3. Menjamurnya usaha makanan 0,128 2 0,256 4. Perubahan selera konsumen 0,128 1,5 0,192 5. Adanya issue pencemaran lingkungan 0,119 1 0,119 Jumlah 1 2,310 c. Analisis Matriks Internal-Eksternal I-E Nilai rata-rata IFE sebesar 2,543 dan EFE sebesar 2,310 yang menempatkan posisi Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur pada kuadran V, yaitu hold and maintain pertahankan dan pelihara. Strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk David, 2004. TOTAL SKOR IFE Kuat Rata-rata Lemah 4,00-3,00 2,00-2,99 1,00-1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 Gambar 4 Hasil Matriks I-E Internal-Eksternal 2. Matriks SWOT Matriks SWOT menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk menghasilkan alternatif strategi yang akan dijalankan oleh restoran. Analisis SWOT merupakan perumusan strategi konvensional yang mendasari terbentuknya strategi-strategi yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasar.Matriks SWOT dari Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timurdisajikan pada Tabel23. I Growth and Build II Growth and Build III Hold and Maintain IV Growth and Build V Hold and Maintain 2,543; 2,310 VI Harvest and Divestasi VII Hold and Maintain VIII Harvest and Divestasi IX Harvest and Divestasi Tinggi 4,00-3,00 3.0 Sedang 2,00-2,99 2,0 Rendah 1,00-1,99 1,0 TOTAL SKOR EFE Tabel. 23. Matriks SWOT Restoran Pecel Lele Lela cabang Pinangranti, Jakarta Timur Internal IFAS Eksternal EFAS STRENGTH S 1. Brand Image 2. Tenaga kerja terlatih 3. Kelezatan dan citarasa 4. Lokasi Strategis 5. Kebersihan dan kenyamanan tempat 6. Keramahan dan Kesopanan Karyawan WEAKNESSES W 1. Kegiatan Promosi kurang gencar 2. Pengorganisasian kerja kurang jelas 3. Tidak ada paket-paket makanan dan diskon khusus 4. Tempat parkir terbatas 5. Kurang menerapkan kemajuan Teknologi OPPORTUNITIES O 1. Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan 2. Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar 3. Bahan baku yang mudah didapat 4. Kemajuan teknologi dan informasi 5. Tersedianya tenaga kerja Strategi SO a. Menciptakan variasi menu baru b. Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu layanan dan keamanan pangan. c. Meningkatkan layanan delivery order Strategi WO a. Melakukan promosi sendiri melalui internet,penyebaran leaflet dan radio lokal. b. Membuat paket hemat dan pemberian diskon. THREATS T 1. Persaingan dengan usaha sejenis 2. Kenaikan harga bahan baku 3. Menjamurnya usaha makanan 4. Perubahan selera konsumen 5. Adanya issue pencemaran lingkungan Strategi ST a. Menjaga brand image b. Konsisten mempertahankan kelezatan dan citarasa c. Mengoptimalkan layanan kepada konsumen Strategi WT a. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan peningkatan mutu produk dan pelayanan b. Meningkatkan koordinasi kerja antar karyawan c. Menjalin hubungan baik dengan lingkungan Berdasarkan Tabel23, alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu: a. Strategi Kekuatan dan Peluang Strengths – opportunities 1 Menciptakan variasi menu baru 2 Meningkatkan layanan delivery order b. Strategi Kelemahan dan Peluang Weaknesess – Opportunities 1 Promosi sendiri melalui internet,penyebaran leaflet dan radio lokal. 2 Membuat paket hemat dan pemberian diskon. c. Strategi Kekuatan dan Ancaman Strenkths – Threats 1 Menjaga brand image 2 Konsisten mempertahankan kelezatan dan citarasa d. Strategi Kelemahan dan AncamanWeaknesess – Threats 1 Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan peningkatan mutu produk dan pelayanan 2 Meningkatkan koordinasi kerja antar karyawan 3 Menjalin hubungan baik dengan lingkungan 5.10 Analisis QSPM QSPM digunakan untuk menentukan prioritas strategi dan alternatif- alternatif strategi yang telah didapatkan melalui matriks SWOT kualitatif dengan menggunakan matriks QSP Quantitative Strategic Planning . Alternatif-alternatif strategi dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan variasi menu baru 2. Meningkatkan layanan delivery order 3. Melakukan promosi sendiri melalui internet,penyebaran leaflet dan radio lokal. 4. Membuat paket hemat dan pemberian diskon. 5. Menjaga brand image 6. Konsisten mempertahankan kelezatan dan citarasa 7. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan peningkatan mutu produk dan pelayanan 8. Meningkatkan koordinasi kerja antar karyawan 9. Menjalin hubungan baik dengan lingkungan Berdasarkan perhitungan dalam matriks QSP, diperoleh hasil strategi yang harus didahulukan untuk diimplementasikan adalah menciptakan variasi menu baru dengan nilai daya tarik tertinggi diantara alternatif strategi lainnya sebesar 9,2. Urutan prioritas strategi hasil matrik QSP disajikan pada Tabel24. Tabel 24 Urutan prioritas strategi hasil matrik QSP N0 Alternatif Strategi Total Nilai Daya Tarik Urutan Prioritas 1 Menciptakan variasi menu baru 9,2 1 2 Meningkatkan layanan delivery order 8,82 4 3 Melakukan promosi sendiri melalui internet,penyebaran leaflet dan radio lokal. 8,17 8 4 Membuat paket hemat dan pemberian diskon. 9,1 2 5 Menjaga brand image 8,2 7 6 Konsisten mempertahankan kelezatan dan citarasa 8,29 6 7 Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan peningkatan mutu produk dan pelayanan 8,76 5 8 Meningkatkan koordinasi kerja antar karyawan 8,3 3 9 Menjalin hubungan baik dengan lingkungan 8,02 9 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis kriteria keuangan NPV, IRR, Net BC dan Payback Period, menunjukan bahwa usaha Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur adalah layak untuk dilakukan. 2. Bauran pemasaran jasa yang telah diterapkan oleh Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur : a. Strategi Produk : menu beragam 16 jenis masakan dan 15 jenis minuman dengan produk unggulan Lele fillet goreng krispi b. Strategi Harga : harga disesuaikan dengan jenis masakan. c. Strategi Tempat : lokasi dekat dengan pusat perbelanjaan, tempat wisata, akses keluar masuk jalan tol Jagorawi. d. Strategi Promosi : promosi dari mulut ke mulut. e. Strategi Karyawan : seluruh karyawan menggunakan seragam yang telah ditentukan oleh pihak manajemen. Konsep 10 step services yang wajib dimiliki dan dilakukan oleh karyawan yaitu; 1 mengucapkan salam selamat datang; 2 mempersilahkan duduk; 3 menyodorkan daftar menu; 4 mencatat pesanan di form pesanan; 5 mengulang membaca pesanan; 6 menyarankan pilihan menu; 7 mendistribusikan form catatan pesanan berdasarkan warna kertas, putih ke kasir, kuning ke dapur, pink ke bar; 8 menyajikan; 9 melayani permintaan bill dan pembayaran; 10 mengucapkan salam selamat jalan. f. Strategi Proses : sistem yang digunakan dalam proses masakan adalah first in first out dan sistem yang digunakan dalam pelayanan adalah first order first served. g. Strategi Produktivitas dan Mutu: Strategi yang diterapkan oleh pihak manajemen adalah dengan melakukan kontrol terhadap seluruh rantai produksi mulai dari kontinyuitas ketersediaan dan mutu bahan baku, efisiensi dalam proses penggunaan bahan-bahan untuk berbagai jenis masakan, cita rasa tampilan sajian makanan dan minuman sampai dengan berfungsinya sarana pendukung seperti tempat parkir, toilet dan washtafel serta penanganan keluhan konsumen. h. Strategi Fisik : bangunan restoran dengan desain dan warna yang khas, tempat parkir, mushola, toilet, wastafel, TV LCD, kipas angin, Berdasarkan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran jasa restoran secara umum sudah baik. Beberapa hal yang mendapatkan penilaian kurang baik adalah kegiatan promosi yang masih minimdan kurang nyamannya fasilitas penunjang tempat parkir, toilet, mushola. 3. Berdasarkan matrik SWOT dihasilkan pilihan strategi sebagai berikut: a. Strategi Kekuatan dan Peluang Strengths – opportunities 1 Menciptakan variasi menu baru 2 Meningkatkan layanan delivery order b. Strategi Kelemahan dan Peluang Weaknesess – Opportunities 1 Melakukan promosi sendiri melalui internet,penyebaran leaflet dan radio lokal. 2 Membuat paket hemat dan pemberian diskon. c. Strategi Kekuatan dan Ancaman Strenkths – Threats 1 Menjaga brand image 2 Konsisten mempertahankan kelezatan dan citarasa d. Strategi Kelemahan dan Ancaman Weaknesess – Threats 1 Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan peningkatan mutu produk dan pelayanan. 2 Meningkatkan koordinasi kerja antar karyawan 3 Menjalin hubungan baik dengan lingkungan 4. Berdasarkan perhitungan dalam matriks QSP Lampiran, diperoleh hasil strategi yang harus didahulukan untuk diimplementasikan adalah menciptakan variasi menu baru dengan nilai daya tarik tertinggi diantara alternatif strategi lainnya sebesar 9,2

5.2 Saran