Penyusunan Neraca Awal dan Laporan Keuangan Waralaba Pecel Lela Dipatiukur Periode April 2013.

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM UMKM

2.1.1 Pengertian Usaha Mikro,Kecil dan Menengah

Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab I pasal (1) yang telah diberlakukan pemerintah, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada 4 juli 2008. Undang-Undang ini merupakan landasan dan payung hukum untuk memberdayakan UMKM ditanah air. Pengertian-pengertian tersebut adalah :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/ badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau


(2)

2.1.2 Kriteria Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab IV pasal (6) terdapat criteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang digolongkan berbagi kategori yakni sebagai berikut:

A. Berdasarkan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan : a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria usaha Kecil sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau


(3)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

B. Berdasarkan jumlah tenaga kerja

Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar, sebagai berikut ;

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha

Menengah 1-4 orang 5-19 orang 20-99 orang

2.1.3 Asas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil & Menengah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Bab II pasal (2) dan (3) usaha mikro,kecil dan menengah terdiri dari :

1. Kekeluargaan

Asas yang melandasi upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan efisiensi berkeadilan,


(4)

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

2. Demokrasi Ekonomi

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

3. Kebersamaan

Asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

4. Efisiensi berkeadilan

Asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

5. Berkelanjutan

Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian lingkungan yang tangguh dan mandiri.

6. Berwawasan lingkungan

Asas pemberdayaan Usaha Mikro ,Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha Mikro ,Kecil dan Menengah.


(5)

Asas pemberdayaan Usaha Mikro ,Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha Mikro, Kecil, Menengah.

8. Keseimbangan kemajuan

Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya mnjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. 9. Kesatuan ekonomi nasional

Asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional.

Adapun pemberdayaan tujuannya adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

2.2 Persamaan Akuntansi

Pada dasarnya dalam melakukan pencatatan transaksi pada suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu persamaan akuntansi, akun, dan siklus akuntansi. Dalam laporan ini, penulis melakukan pencatatan transaksi menggunakan persamaan akuntansi karena lebih mudah dipahami, serta lebih mudah di mengerti oleh perusahaan yang berkala kecil maupun menengah.

2.2.1 Pengertian persamaan akuntansi

Menurut Soemarso kekayaan dan sumber pembelanjaan memiliki kesamaan. Kesamaan itu biasanya dinyatakan dalam suatu persamaan yang disebut persamaan akuntansi (2004:43).


(6)

Sedangkan persamaan akuntansi menurut Warren, Reeve, an fees dalam bukunya yang berjudul “penganta r akuntansi” adalah persamaan akuntansi

memberikan sebuah kerangka dasar untuk pencatatan pada semua jenis dan ukuran perusahaan sebagai akibat transaksi-transaksi yang dilakukannya. Kerangka dasar ini memberikan landasan bagi sistem akuntansi dari perusahaan dengan skala usaha kecil (2008:18).

2.2.2 Contoh persamaan akuntansi

Berikut merupakan cara penyajian persamaan akuntansi: Table 2.2 Persamaan Akuntansi

Aktiva Kewajiban dan Modal TRANSAKSI Kas + Perlengkapan + Kendaraan = Hutang Modal

Saldo awal Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Pendapatan Rpxxx Rpxxx

Saldo Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Pembelian perlengkapan

Rpxxx Rpxxx

Pembayaran Hutang Rpxxx Rpxxx

Saldo Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Pembayaran Gaji Rpxxx Rpxxx

Prive Rpxxx Rpxxx


(7)

2.2.3 Saldo Normal

Saldo Normal adalah klasifikasi terhadap suatu kode perkiraan (akun) yang merupakan salah satu bagian dari prinsip pembukuan berpasangan. Suatu akun dapat memiliki saldo normal debit (Dr) atau kredit (Kr). Akun dengan saldo normal debit akan bertambah nilainya jika terjadi transaksi debit. Sebaliknya, untuk meningkatkan nilai akun dengan saldo normal kredit, harus ditambahkan transaksi pada sisi kredit. Berikut saldo normal untuk beberapa akun umum:

1. Aktiva= Debit 2. Kewajiban=Kredit 3. Modal=Kredit 4. Pendapatan=Kredit 5. Beban=Debit

6. Laba ditahan= Kredit 7. Dividen=Debit

2.2.4 Pengertian Akuntansi

Menurut Donald E. Kieso, Weygandt, Warfield (terjemahan Emil Salim,2007:4) Pengertian akuntasi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Marilah kita lihat secara lebih dekat ketiga aktifitas tersebut:

1. Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi akan melibatkan pemilihan aktivitas-aktivitas ekonomi yang relevan bagi suatu organisasi tertentu. Penjualan keripik oleh


(8)

PepsiCo, penyediaan jasa oleh Sprint, pembayaran upah oleh Ford Motor Company, dan penerimaan uang tiket dan penyiaran serta pembayaran berbagai biaya oleh tim-tim liga olahraga terkenal adalah contoh dari peristiwa-peristiwa ekonomi.

2. Setelah teridentifikasi, peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat untuk menjadi alur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas pembuatan jurnal peristiwa-peristiwa secara sistematis dan kronologis, yang diukur dalam satuan mata uang dolar dan sen. Di dalam pencatatan, peristiwa-peristiwa ekonomi juga akan diklasifikasikan dan dibuat ikhtisarnya.

3. Aktivitas pengidentifikasian dan pencatatan tidak akan banyak memberikan manfaat, kecuali jika informasi tersebut dikomunikasikan kepada pengguna-pengguna yang berkepentingan. Informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-laporan akuntansi, yang umumnya disebut sebagai laporan keuangan (financial statements). Agar informasi keuangan yang dilaporkan menjadi bermakna, para akuntan melaporkan data yang tercatat dalam cara yang terstandarisasi. Informasi yang berasal dari transaksi-transaksi yang serupa akan diakumulasikan dan dijumlahkan. Sebagai contoh, seluruh transaksi penjualan PepsiCo akan diakumulasikan selama jangka waktu tertentu dan dilaporkan sebagai satu jumlah dalam laporan keuangan perusahaan. Data seperti itu akan dilaporkan secara agregat. Dengan menyajikan data yang dicatat secara agregat, proses akuntansi akan mampu menyederhanakan banyak transaksi dan membuat serangkaian aktivitas menjadi mudah dipahami dan bermakna.


(9)

2.2.5 Siklus Akuntansi

Menurut Donald E. Kieso,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:77) langkah-langkah dalam siklus akuntansi (accounting cycle) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi

SIKLUS AKUNTANSI

Jika semua langkah telah diselesaikan, maka siklus ini akan dimulai lagi dari awal pada periode akuntansi berikutnya

Pengidentifikasian dan Pengukuran Transaksi serta Kejadian Lainnya

Ayat jurnal pembalik (opsional)

Jurnalisasi Jurnal umum

Jurnal penerimaan kas Jurnal pengeluaran kas Jurnal pembelian Jurnal penjualan Jurnal khusus lainnya Neraca saldo

pasca-penutupan (opsional)

Pemindahbukuan Buku besar umum (biasanya bulanan) Buku besar pembantu (biasanya harian) Penutupan

(akun nominal)

Pembuatan neraca saldo

Pembuatan Laporan Keuangan

Laporan laba rugi Laporan laba ditahan Neraca

Laporan arus kas

Penyesuaian Akrual

Pembayaran dimuka Item-item yang diestimasi Neraca lajur

(opsional)


(10)

2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak luar perusahaan.

Laporan keuangan memberikan informasi tentang kondisi keuangan suatu intitusi, informasi tersebut sangat diperlukan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan masa mendatang dan untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Adapun kondisi keuangan itu dapat diketahui dari laporan keuangan suatu institusi yang bersangkutan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi , dan laporan keuangan lainnya.

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 7, menyatakan bahwa :

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan( yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, Disamping itu juga, termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi tambahan yang segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”(

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), menyatakan bahwa :


(11)

“Laporan Keuangan adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan , kinerja keuangan dan arus kas entitas.”(2009;174)

Waren, Reeve Fess (terjemahan aria farahmita, dkk, 2008; 2) menyatakan bahwa, “Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka siapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan”

Kieso, Weygandt dan Warfield (terjemahan Emil salim,2008;2) menyebutkan bahwa ,” Laporan Keuangan merupakan sarana mengomunikasikan informasi keuangan utama pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasikan diluar perusahaan.”

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan standar akuntansi keuangan dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan.

2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam rangka Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 12, menyatakan bahwa :


(12)

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan ,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Pernyataan menurut Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 bab 2 paragraf 1 adalah sebagai berikut :

“Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewa rdship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.” Adanya pendapat dari Donal E Kieso (terjemahan Emil Salim,2008:5), menyatakan bahwa :

“Dalam upaya membangun pondasi bagi akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi akuntansi telah mengidentifikasi sekelompok tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) oleh perusahaan bisnis. Pelaporan harus menyediakan informasi yang :

1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial, kredit dan keputusan investasi, kredit dan keputusan serupa secara rasional. Informasi yang disajikan harus komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang aktivitas –aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin mempelajari informasi tersebut secara seksama.

2. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian


(13)

penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan ,penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman..Karena arus kas investor dan kreditur berhubungan dengan arus kas perusahaan, maka pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang dapat membantu investor, kreditor serta pemakai lainnya menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian arus masuk kas bersih prospektif pada perusahaan tersebut. 3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan ,

klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya keentits lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengarug dari transaksi, kejadian serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut.

Singkatnya tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan (1). Informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, (2).Informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan (3). Informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahannya.”

2.3.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan menurut Satandar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 Bab 2 Paragraf 2, adalah sebagai berikut :


(14)

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini ,pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat , informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan ,menegaskan , atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

3. Materialitas

Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu ,dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kelalaian dalam mencatat

(misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar


(15)

mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas.

4. Keandalan

Agar bermanfaat, Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan penyajian secara jujur apa yang harus disajikan atau yang secara wajar yang diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu.

5. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi , peristiwa dan kondisi lain lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.

6. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi atau kewajiban atau beban tidak disajikan rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak diperkenankan


(16)

pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban dan beban yang lebih tinggi. Singkatnya pertimbangan sehat tidak mengijinkan bias.

7. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.

8. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja seta posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan ,perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.

9. Tepat Guna

Agar relevan, informasi dan laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam


(17)

jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relative anatara pelaporan dan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan , maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi.

10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Namun demikian , evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

2.3.4 Ruang Lingkup SAK-ETAP

Menurut SAK ETAP (2009:1) Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.


(18)

a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek dipasar modal; atau

b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

2.4 Laporan Laba Rugi

2.4.1 Pengertian Laporan Laba Rugi

Ikatan Akuntansi Indonesia yang tercantum dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Revisi 2009 Bab 5 Paragraf 1 Halaman 23 dijelaskan bahwa, “Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan dengan beban“.

Sedangkan menurut Donald E.Kieso, Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim 2008:140), Laporan Laba Rugi didefinisikan sebagai berikut :

“Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menntukan profitabilitas , nilai, investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas dimasa yang akan datang”.


(19)

“Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih (net income) jika beban melebihi disebut rugi bersih (net loss).

Berdasarkan pengertian di atas maka ditarik kesimpulan bahwa, laporan laba rugi merupakan laporan yang menyajikan biaya yang dikeluarkan serta pendapatan diterima pada suatu periode tertentu dimana pada saat itu terlihat apakah mengalami suatu keuntungan atau kerugian.

2.4.2 Fungsi Laporan Laba Rugi

Secara umum fungsi Laporan Laba Rugi adalah sebagai berikut :

 Untuk kalangan pebisnis dan investor, laporan rugi/laba digunakan untuk mengukur profitabilitas nilai investasi dan kelayakan kredit.

 Menyediakan informasi kepada para investor dan kreditur guna membantu mereka meramalkan jumlah , waktu dan ketidakpastian dari arus kas dimasa yang akan datang.

 Membantu pemakai (Investor/Kreditur) menentukan resiko (tingkat ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu.

2.4.3 Tujuan Laporan Laba Rugi

Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dari kegiatan operasionalnya apakah sudah efektif dan efisien sehingga menghasilkan laba serta mengetahui unsur-unsur yang terdapat didalam laporan tersebut.


(20)

2.4.4 Komponen-komponen Laporan Laba Rugi

Dalam penyusunan laporan laba/rugi terdapat beberapa komponen yang mendukung dan mempengaruhi secara langsung terhadap laba atau rugi suatu perusahaan atas aktivitas operasi yang dilakukannya. Menurut Donal E.Kieso (terjemahan Emil Salim 2008:143), unsur dari laporan laba rugi adalah :

1. Pendapatan(Revenue)

Arus masuk atau peningkatan lain atas aset suatu kesatuan atau penyelesaian kewajiban selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari satu kesatuan usaha.

2. Biaya (Expense)

Arus keluar atau penggunaan lain atas aset atau terjadinya kewajiban selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari satu kesatuan usaha.

3. Keuntungan (Gains)

Kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) dari transaksi sampingan atau sekali-kali dari suatu kesatuan kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.


(21)

Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) dari transaksi sampingan atau sekali kali dari kesatuan yang diakibatkan dari beban atau pembagian kepada pemilik.

2.4.5 Informasi yang Disajikan Di Laporan Keuangan

Informasi yang disajikan dilaporan laba rugi menurut Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 Bab 5 Paragraf 3-6 minimal memcakup pos-pos sebagai berikut :

a) Pendapatan ; b) Beban Keuangan;

c) Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; d) Beban pajak;

e) Laba atau Rugi neto

Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.

Informasi yang disajikan dilaporan laba rugi atau dicatatan atas laporan keuangan berdasarkan SAK per 1 September 2007 paragraf 58, menyatakan bahwa:

“Perusahaan menyajikan , dilaporan laba rugi atau dicatatan atas laporan keuangan, rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban dalam perusahaan.


(22)

2.4.6 Format Laporan Laba Rugi

Didalam Laporan Laba Rugi bentuk langsung (single step income statement) hanya terdapat dua pengelompokan yaitu pendapatan (revenue) dan beban (expense). Laba bersih atau rugi bersih diperoleh dengan cara mengurangkan pendapatan dengan beban. Istilah “langsung” muncul karena perhitunganlaba bersih atau rugi bersih hanya memerlukan satu pengurang . Sebagai contoh tabel 2.4 memperlihatkan laporan laba rugi bentuk langsung menurut Donald E.Kieso :

Tabel 2.3

Format Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung

Sumber: Donald E. Kieso. Akuntansi Intermediate (2011:150) CV REKANADA UTAMA

Laporan Laba-Rugi

Untuk Bulan yang Berakhir Bulan April 2013 Pendapatan

Pendapatan bersih Rp xxx Pendapatan bunga Rp xxx Pendapatan sewa Rp xxx

Total pendapatan Rp xxx Beban

Harga pokok penjualan Rp xxx Beban penjualan Rp xxx Beban administrasi Rp xxx Beban bunga Rp xxx Beban pajak penghasilan Rp xxx

Total beban Rp xxx Laba (rugi) bersih Rp xxx


(23)

2.4.7 Kegunaan Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan arus kas masa depan dengan berbagai cara. Menurut Donald E.Kieso (terjemahan emil Salim, 2008:140) adalah :

a) Mengevaluasi Kinerja Masa lalu perusahaan

b) Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja dimasa yang akan datang c) Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan

2.4.8 Keterbatasan Laporan Laba Rugi

Keterbatasan laporan laba rugi menurut Donald E.Kieso,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008 : 141), yaitu sebagai berikut :

a) Pos- pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi

b) Angka- angka laba di pengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan c) Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan

2.5 Laporan Perubahan Ekuitas

2.5.1 Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas

Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas menurut Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik tahun 2009 menyatakan bahwa:

“Laporan keungan yang menyajkan laba atau rugi untuk suatu periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas pada periode, dampak


(24)

format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividend an distribusi kepemilik ekuitas selama periode tersebut."

Adanya penambahan dari PSAK No.1 (Revisi 2009) paragraph 66 halaman 23 menyatakan bahwa, “Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan”.

Warren, Reev, and Fees mengemukakan pendapat (2005:25) tujuan laporan perubahan ekuitas yaitu :

“Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi , karena laba atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demkian juga , laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemililk pada akhir periode harus dilaporkan di Neraca.”

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan adanya suatu peningkatan atau penurunan modal yang dimiliki suatu perusahaan dalam suatu periode yang harus dilaporkan dalam neraca.

2.5.2 Tujuan Laporan Perubahan Ekuitas

Warren, Reev dan Fees(2009):60 menyatakan bahwa tujuan laporan perubahan ekuitas adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari hasil operasional perusahaan perorangan yang dapat diukur dan dilaporkan secara akurat.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Revisi 2009 Bab 6 paragraf 2 halaman 26 menyatakan bahwa tujuan dari laporan perubahan ekuitas (Owners Equity):


(25)

Laporan perubahan ekuitas menyasikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividend an distrbusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.”

Kesimpulannya penyajian laporan perubahan ekuitas bertujuan untuk :

a) Menilai jumlah investasi oleh, dan dividend dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tertentu.

b) Menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut.

2.5.3 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Tahun 2007 dalam PSAK no 1 tentang penyajian Laporan Keuangan paragfraf 66 halaman 23 menyatakan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan :

a) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.

b) Setiap pos pendapatan dan beban , keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.

c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.

d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.

e) Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya.


(26)

f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham dan cadangan pada awal dan akhir periode pengungkapan secara terpisah setiap perubahan.

2.5.4 Informasi yang Disajikan di Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) tahun 2009 Bab 6 Paragraf 3 Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan :

a) Laba Rugi untuk periode;

b) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;

c) Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai bab 9 kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;

d) Untuk setiap Komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:

1. Laba atau rugi;

2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;

3. Jumlah investasi, dividend an distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan yang menunjukan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.


(27)

2.5.5 Contoh Laporan Perubahan Ekuitas

Pada dasarnya laporan perubahan hanya memiliki satu bentuk yang hanya memuat perubahan modal dalam satu periode akuntansi.

TABEL 2.4

Laporan Perubahan Ekuitas

Sumber : PSAK No. 1 (Revisi 2009)

2.6 Neraca

2.6.1 Pengertian Neraca

Dalam Standar Akuntansi Keungan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009 dijelaskan bahwa “Neraca adalah yang menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas entitas pada waktu tertentu”.

Neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban , dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi keuangan No. 1 paragraf 49 halaman 18 menyatakan bahwa :

CV REKANADA UTAMA Laporan Perubahan Ekuitas

Untuk Bulan yang Berakhir Bulan Maret 2013

Saldo, 1 Januari (awal periode) Rp xxx

Perubahan kebijakan akuntansi Rp xxx

Saldo yang disajikan kembali

Perubahan ekuitas

- Dividen (Rp xxx)

- Total laba rugi Rp xxx

Rp xxx


(28)

“Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada tutup buku.”

Pendapat menurut Donald E.Kieso,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim 2008:190), menyatakan bahwa :

“Neraca (balance sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu, laporan keuangan ini menyediakan berbagai informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih.”

Jika dilihat dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan neraca adalah suatu laporan yang dimana menjelaskan suatu keadaan dimana jumlah aktiva dan kewajiban serta ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu periode tertentu.

2.6.2 Fungsi Neraca

Adapun penyajian neraca berfungsi untuk :

1. Menjelaskan posisi keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aset, kewajiban , dan ekuitas pada periode wakru tertentu.

2. Membantu pengguna dalam menentukan hal-hal berikut : (1) Ketersediaan aset untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, dan (2) klaim dari kreditor untuk utang jangka pendek maupun utang jangka panjang atau total aset.

2.6.3 Tujuan dan Kegunaan Neraca

Tujuan neraca untuk memberikan informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan antitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulnan, atau


(29)

tahunan) serta untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu yang terdiri dari aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham.

Kegunaan neraca menurut Donal E.Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008 :190) yaitu dengan menyedikan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. Dalam halnini, neraca dapat dimanfaatkan untuk menganalisis likuiditas, solvensi dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

1. Likuiditas (Liquidity)

Menguraikan jumlah waktu yang diperkirakan akan dibutuhkan sampai suatu aktiva terealisasi atau sebaliknya , dikonversi menjadi kas atau sampai kewajiban membayar.

2. Solvensi (Solvency)

Mengacu padakemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki banyak utang secra relative lebih kecil beresiko karena aktivanya akan diperlukan untuk membayar kewajiban tetap ini (seperti pembayaran bungan dan pokok).

3. Fleksibilitas Keuangan (Financial Fleksibility)

Likuiditas dan solvensi mempengaruhi fleksibilitas keuangan entitas, yang mengukur kemampuan prusahaan mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah jumlah dan penetatapan waktu arus kas sehingga bisa bereaksi terhadap kebutuhan dan peluang yang tak terduga.


(30)

Menurut Buletin PSAP no.1 tahun 2007 tujuan penyusunan neraca awal merupakan titik tolak untuk memulai pencatatan transaksi akuntansi periode berikutnya.

2.6.4 Unsur Unsur Posisi Keuangan

Unsur- unsur posisi keuangan menurut September 2007 Standar Akuntansi Keungan (SAK) per 1 dalam paragraph 49 dan 52 unsur yang berkaitan lamgsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah sebagai aset ,kewajiban, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut :

a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

b) Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. Penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c) Ekuitas adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban.

2.6.5 Keterbatasan- Keterbatasan Neraca

Menurut Donald E.Kieso (terjemahan Emil Salim,2008: 192), beberapa keterbatasan penting dari neraca :

a) Sebagian besar aktiva dan kewajiban dicatat pada biaya historis. Akibatnya, informasi yang dilaporjan dalam neraca memiliki reliabilitas yang lebih tinggi, tetapi juga dikecam karena nilai wajar saat ini yang lebih relevan tidak dilaporkan.


(31)

b) Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai pos yang dilaporkan dalam neraca.

c) Neraca perlu mengabaikan banyak pos yang merupakan nilai keuangan bagi perusahaan tetapi tidak bisa dicatat secara objektif.

2.6.6 Komponen-komponen Neraca

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2009 Bab 4 paragraf 6 halaman 20 menyatakan tentang klasifikasi Aset dan Kewajiban adalah sebagai berikut :

1. Aset Lancar (Current Assets) diklasifikasikan entitas jika:

a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas.

b. Dimiliki untuk diperdagangkan.

c. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunanya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

2. Aset Tidak Lancar (Non-Current Assets) diklasifikasikan entitas jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12 bulan.


(32)

a. Diperkirakan akan diselersaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas

b. Dimiliki untuk diperdagangkan

c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

4. Kewajiban Jangka Panjang (Long-Term Lialibilities) diklasifikasikan oleh entitas jika tidak memenuhi criteria sebagai Kewajiban Jangka Pendek Menurut Donald E.Kieso, Weygandt dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:192), menyataka bahwa :

“Akun Neraca diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga pos- pos serupa dikelompokan bersama untuk mendapatkan subtotal yang signifikan. Selain itu, penempatan juga diatur sedemikian rupa sehingga hubungan yang penting dapat terlihat”.

Untuk Neraca diklasifikasikan pos-pos dalam laporan keuangan, perusahaan mengelompokan pos-pos yang memiliki karakteristik serupa dan memisahkan pos-pos yang memiliki karakteristik berbeda. Perusahaan harus melapoirkan secara terpisah :

1. Aktiva yang berbeda jenis atau fungsi yang diharapkan dalam operasi sentral atau aktivitas lainnya.

2. Aktiva dan kewajiban yang memiliki implikasi berbeda atas fleksibilitas keuangan perusahaan.


(33)

Menurut Donald E.Kieso,Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:193-203) menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok pos yang umum terdapat dalam neraca adalah :

A. Aktiva (Asset) adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh dimasa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.

1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan datang dikonversi menjadi kas, dijual atau konsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi, tergantung mana yang paling lama. Jika suatu aktiva akan diubah menjadi kas atau digunakan untuk membayar kewajiban lancar dalam satu tahun atau satu siklus operasi, amna yang lebih panjang, maka aktiva ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

a) Kas (Cash) pada umumnya terdiri atas mata uang dan giro atau demand deposit (uang yang tersedia untuk memenuhi permintaan di institusi keuangan).

b) Ekuivalen Kas (Cash Ekuivalent) adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid dan akan jatuh tempo dalam jangka tiga bulan atau kurang atau biasa disebut juga dengan Setara Kas.

c) Investasi Jangka Pendek (Short Term Investment) adalah investasi dalam sekuritas utang dan ekuitas dikelompokan kedalam tiga portofolio terpisah untuk tujuan penilaian dan pelaporan, terdiri dari:


(34)

 Sekuritas yang dipegang hingga jatuh tempo (Held to Matururity Securities) yaitu sekuritas utang perusahaan yang memiliki nilai positif dan kemampuan untuk dipegang sampai jatuh tempo.

 Sekuritas Perdagangan (Trading Securities) yaitu sekuritas utang dan ekuitas yang terutama dibeli dan dipegang untuk dijual dalam waktu dekat untuk mendapatkan laba atas selisih harga jangka pendek.

 Sekuritas yang Tersedia untuk Dijual (Available for sale

securities) adalah sekuritas utang dan ekuitas yang tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dipegang hingga jatuh tempo dan sekuritas perdagangan.

d) Piutang (Receivable) memungknkan terjadinya kerugian yang diantisipasi akibat piutang tak tertagih, jumlah dan sifat dari setiap piutang non-dagang, serta setiap piutang yang digunakan sebagai

e) Persediaan (Inventory) harusdilaporkan berdasarkan dasar penilaian (yaitu mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar) dan metode penetapan harga (FIFO atau LIFO) harus diungkapkan.

f) Beban dibayar dimuka (Prepaid Expense) adalah pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat (biasanya jasa) yang akan diterima dalam satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang.


(35)

B. Aktiva Tidak Lancar (Non Current Assets) adalah aktiva yang tidak memenuhi definisi Aktiva Lancar

1. Investasi jangka panjang (Long Term Investment) yang sering disebut investasi saja, biasanya terdiri dari satu diantara empat jenis berikut :

a) Investasi dalam sekuritas (Investment on securities) seperti obligasi, saham biasa atau wesel jangka panjang.

b) Investasi dalam Aktiva Tetap Berwujud yang saat ini tidak digunakan dalam operasi, seperti tanah yang ditahan untuk spekulasi.

c) Investasi yang disisihkan dalam dana khusus, seperti dana pelunasan, dana pensiunan atau dana ekspansi pabrik. d) Investasi dalam anak perusahaan atau afiliasi yang tidak

dikonsolidasikan.

2. Properti, Pabrik dan Perlatan (Property, Plant and Equipment) Adalah kekayaan yang bersifat tahan lama yang digunakan dalam operasi regular perusahaan. Terdiri dari property atau kekayaan fisik seperti tanah, bangunan, mesin , perbotan , perkakas dan sumber daya lain yang tidak dapat diperbaharui (hutan,mineral) kecuali tanah, sebagian aktiva ini dapat disusutkan.

3. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) tidak memiliki substansi fisik dan bukan merupakan instrument keuangan.


(36)

Meliputi Paten (Patent), Hak Cipta (Right Copy), Waralaba (Franchise), Nama baik (Goodwill), Merk dagang, Nama dagang, dan Daftar Pelanggan.

4. Aktiva lainnya (Other Assets) meliputi beban dibayar dimuka jangka panjang, Biaya Pensiunan Dibayar Dimuka Jangka Panjang, Piutang Tidak Lancar , Aktiva Dalam Dana Khusus, Pajak Penghasilan yang ditangguhkan (Deffered Tax Income ), Properti yang dipegang untuk dijual dan kas atau sekuritas yang dibatasi. C. Kewajiban (Lialibilities) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang

mungkin terjadi dimasa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyedikan jasa kepada entitas lainnya dimasa yang depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian dimasa lalu.

1. Kewajiban Lancar (Current Lialibilities) adalah kewajiban yang diperkirakan secara memadai akan dilikuidasi melalui penggunaan Aktiva Lancar atau penciptaan Kewajiban Lancar Lainnya. Konsep ini meliputi :

a) Utang yang berasal dari akuisisi barang jasa seperti utang usaha, utang gaji, utang pajak, dan lain-lain.

b) Penagihan yang diterima dimuka sebelum barang dikirimkan atau jasa diberikan seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan.


(37)

c) Kewajiban lain yang likuidasinya akan dilakukan dalam siklus operasi seperti bagian obligasi jangka panjang yang harus dibayarkan dalam periode berjalan atau kewajiban jangka pendek yang berasal dari pembelian peralatan.

2. Kewajiban Jangka Pendek (Long Term Liabilities) adalah kewajiban yang diperkirakan secara memadai tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi yang normal , melainkan akan pada suatu tanggal diluar waktu itu. Seperti Utang Obligasi (Bonds Payable), Wesel Bayar (Notes Payable), Sebagian Pajak Penghasilan yang ditangguhkan , Kewajiban Lease (Leasing) dan Kewajiban pensiun merupakan contoh dari Kewajiban Jangka Panjang. Kewajiban Jangka Panjang terdiri dari tiga jenis yaitu :

a) Kewajiban yang berasal dari situasi pembayaran khusus seperti penerbitan Obligasi, Kewajiban Lease Jangka Panjang dan Wesel Bayar Jangka Panjang.

b) Kewajiban yang bersal dari operasi normal perusahaan seperti kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan.

c) Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidaknya satu kejadian atau lebih dimasa depan untuk memgkonfirmasi jumlah yang harus dibayar atau pihak yang harus dibayar atau tanggal pembayaran seperti jaminan atau produk dan kontijensi


(38)

D. Ekuitas (Equity) adalah kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas setelah dikurangi dengan kewajiban –kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan, terdiri dari :

1) Modal Saham (Equity Stock) adalah nilai par atau ditetapkan atas saham yang diterbitkan.

2) Modal Disetor Tambahan (Paid in Capital) adalah kelebihan jumlah yang dibayarkan diatas nilai par atau yang ditetapkan. 3) Laba Ditahan (Retained Earnings) adalah laba korporasi yang

tidak didistribusikan. 2.6.7 Contoh Format Neraca

Table 2.5 Format Neraca

CV REKANANDA UTAMA Laporan Posisi Keuangan

Untuk Bulan yang Berakhir 31 Maret 2013 ASET

Aset Lancar

Kas dan setara kas Rp xxx Pesediaan Rp xxx Piutang Rp xxx Perlengkapan Rp xxx Aset lancar lainnya Rp xxx

Total aset lancar Rp xxx Aset Tetap

Tanah Rp xxx Bangunan Rp xxx

Total aset tetap Rp xxx Aset Tak Berwujud


(39)

Total aset tak berwujud Rp xxx Total ASET Rp xxx KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kewajiban Lancar

Utang usaha Rp xxx Utang pajak Rp xxx Pendapatan diterima di muka Rp xxx

Total kewajiban lancar Rp xxx Kewajiban Jangka Panjang

Utang obligasi x %, 5 tahun Rp xxx

Total kewajiban jangka panjang Rp xxx Ekuitas

Modal disetor

Saham preferen x%, nilai par Rp xxx Rp xxx Saham biasa nilai par Rp xxx Rp xxx

Modal disetor tambahan Rp xxx Rp xxx Laba ditahan Rp xxx

Total ekuitas Rp xxx Total kewajiban dan ekuitas Rp xxx

Sumber : Donald E.Kieso.Akuntansi Intermediate( 2011:203)


(40)

2.7 Laporan Arus Kas

2.7.1 Pengertian Laporan Arus Kas

Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:174) menjelaskan bahwa laporan arus kas adalah

“laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukan secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.”

Laporan arus kas menurut Donal E.Kieso, Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:212), yaitu :

“Menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dan setara kas entitas selama periode. Laporan arus kas melaporkan (1) kas yang mempengaruhi operasi selama satu periode,(2) transaksi investasi, (3) transaksi pembiayaan, dan (4) kenaikan atau penuruna bersih kas selama satu periode.”

Pengertian laporan arus kas menurut Standar Akuntasi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009, menyatakan bahwa :

“Laporan keungan yang menyajikan informasi mengenai perbahan kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukan secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas operasi, investasi , dan pendanaan.”

2.7.2 Tujuan Laporan Arus Kas

Pendapat yang dikemukakan oleh Donald E.Kieso,Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:212) tujuan utama laporan arus kas adalah:

“ menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas seluruh perusahaan selama satu periode. (1) kas yang mempengaruhi operasi selama setahun, (2) transaksi investasi,(3)transaksi pembiayaan,dan (4) kenaikan atas penurunan bersih kas selama satu periode.”


(41)

2.7.3 Informasi yang disajikan dalam Laporan Arus Kas

Dalam SAK ETAP (2009:28) dijelaskan bahwa entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

1. Aktivitas Operasi (Operating Activities)

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah

(a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;

(b) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapatan lain; (c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

(d) Pembayaran kepada dan atas nama karyawan;

(e) Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat diidetifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

(f) Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.

2. Arus Kas dari Aktifitas Investasi


(42)

dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah :

(a) Pembayaran kas untuk smemperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya; (b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud , dan aset

jangka panjang lainnya;

(c) Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan);

(d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas dan efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan sebagai setara kas dan dimiliki untuk diperdagangkan); (e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;

(f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

3. Aktivitas Pendanaan (Financing Activities)

(a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain;

(b) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas;

(c) Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman , wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya;


(43)

(d) Pelunasan pinjaman

(e) Pembayaran kas oleh lease untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

2.7.4 Metode Pembuatan Laporan Arus Kas

Menurut Donald E.Kieso (terjemahan Emil Salim,2008:214) dalam buku “Akuntansi Intermediate” edisi Keduabelasasan Jilid 1, menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal dari (1) Neraca Komparatif, (2) Laporan laba rugi periode berjalan, (3) data transaksi terpilih. Pembuatan laporan arus kas dari sumber-sumber ini melibatkan langkah-langkah berikut :

1) Penerimaan kas yang disediakan oleh aktivitas dan digunakan dalam operasi. 2) Penentuan kas yang disediakan oleh atau digunakan dalam aktivitas investasi dan

pembiayaan.

3) Penerimaan perubahan (kenaikan atau penurunan) kas selama periode berjalan. 4) Rekonsiliasi perubahan kas dengan saldo kas awal dan akhir.

2.7.5 Kegunaan Laporan Arus Kas

Menurut Donal E.Kieso ,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008: 216), menyatakan bahwa :

“Bagi perusahaan kecil dan baru berkembang, arus kas merupakan suatu unsure yang paling penting demi kelangsungan hidup perusahaan.Titik awal yang baik dalam pemeriksaan arus kas adalah menemukan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi. Jika kas ersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi,


(44)

mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajiban tanpa harus meminjam dar luar “

2.7.6 Format Laporan Arus Kas

Donald E.Kieso,Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008: 217), dibawah ini merupakan contoh format laporan arus kas pada tabel 2.6 ,yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.6

Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung CV REKANADA UTAMA

Laporan Arus Kas

Untuk Bulan yang Berakhir Bulan Maret 2013 Arus kas dari aktivitas operasi

Laba bersih Rp xxx Penyesuaian untuk merekonsiliasi

laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi :

Beban penyusutan Rp xxx Amortisasi aktiva tak berwujud Rp xxx Kenaikan piutang usaha (Rp xxx) Penurunan utang usaha Rp xxx Penurunan persediaan (Rp xxx)

Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Rp xxx Arus kas dari aktivitas investasi

Penjualan aktiva pabrik Rp xxx Pembelian peralatan (Rp xxx) Pembelian tanah (Rp xxx)

Kas bersih yang digunakan oleh aktivitas investasi (Rp xxx) Arus kas dari aktivitas pembiayaan


(45)

Penerbitan saham biasa Rp xxx Penebusan obligasi (Rp xxx)

Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan Rp xxx Kenaikan bersih kas Rp xxx Kas pada awal tahun Rp xxx Kas pada akhir tahun Rp xxx


(1)

2.7 Laporan Arus Kas

2.7.1 Pengertian Laporan Arus Kas

Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:174) menjelaskan bahwa laporan arus kas adalah

“laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukan secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.”

Laporan arus kas menurut Donal E.Kieso, Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:212), yaitu :

“Menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dan setara kas entitas selama periode. Laporan arus kas melaporkan (1) kas yang mempengaruhi operasi selama satu periode,(2) transaksi investasi, (3) transaksi pembiayaan, dan (4) kenaikan atau penuruna bersih kas selama satu periode.”

Pengertian laporan arus kas menurut Standar Akuntasi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tahun 2009, menyatakan bahwa :

“Laporan keungan yang menyajikan informasi mengenai perbahan kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukan secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas operasi, investasi , dan pendanaan.”

2.7.2 Tujuan Laporan Arus Kas

Pendapat yang dikemukakan oleh Donald E.Kieso,Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim,2008:212) tujuan utama laporan arus kas adalah:

“ menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas seluruh perusahaan selama satu periode. (1) kas yang mempengaruhi operasi selama setahun, (2) transaksi investasi,(3)transaksi pembiayaan,dan (4) kenaikan atas penurunan bersih kas selama satu periode.”


(2)

2.7.3 Informasi yang disajikan dalam Laporan Arus Kas

Dalam SAK ETAP (2009:28) dijelaskan bahwa entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

1. Aktivitas Operasi (Operating Activities)

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah

(a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;

(b) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapatan lain; (c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

(d) Pembayaran kepada dan atas nama karyawan;

(e) Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat diidetifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

(f) Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.

2. Arus Kas dari Aktifitas Investasi

Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan


(3)

dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah :

(a) Pembayaran kas untuk smemperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya; (b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud , dan aset

jangka panjang lainnya;

(c) Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan);

(d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas dan efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan sebagai setara kas dan dimiliki untuk diperdagangkan); (e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;

(f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

3. Aktivitas Pendanaan (Financing Activities)

(a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain;

(b) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas;

(c) Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman , wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya;


(4)

(d) Pelunasan pinjaman

(e) Pembayaran kas oleh lease untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

2.7.4 Metode Pembuatan Laporan Arus Kas

Menurut Donald E.Kieso (terjemahan Emil Salim,2008:214) dalam buku “Akuntansi Intermediate” edisi Keduabelasasan Jilid 1, menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal dari (1) Neraca Komparatif, (2) Laporan laba rugi periode berjalan, (3) data transaksi terpilih. Pembuatan laporan arus kas dari sumber-sumber ini melibatkan langkah-langkah berikut :

1) Penerimaan kas yang disediakan oleh aktivitas dan digunakan dalam operasi. 2) Penentuan kas yang disediakan oleh atau digunakan dalam aktivitas investasi dan

pembiayaan.

3) Penerimaan perubahan (kenaikan atau penurunan) kas selama periode berjalan. 4) Rekonsiliasi perubahan kas dengan saldo kas awal dan akhir.

2.7.5 Kegunaan Laporan Arus Kas

Menurut Donal E.Kieso ,Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008: 216), menyatakan bahwa :

“Bagi perusahaan kecil dan baru berkembang, arus kas merupakan suatu unsure yang paling penting demi kelangsungan hidup perusahaan.Titik awal yang baik dalam pemeriksaan arus kas adalah menemukan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi. Jika kas ersih yang disediakan oleh aktivitas operasi tinggi, maka hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kas yang


(5)

mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajiban tanpa harus meminjam dar luar “

2.7.6 Format Laporan Arus Kas

Donald E.Kieso,Weygandt,dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008: 217), dibawah ini merupakan contoh format laporan arus kas pada tabel 2.6 ,yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.6

Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung CV REKANADA UTAMA

Laporan Arus Kas

Untuk Bulan yang Berakhir Bulan Maret 2013 Arus kas dari aktivitas operasi

Laba bersih Rp xxx Penyesuaian untuk merekonsiliasi

laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi :

Beban penyusutan Rp xxx Amortisasi aktiva tak berwujud Rp xxx Kenaikan piutang usaha (Rp xxx) Penurunan utang usaha Rp xxx Penurunan persediaan (Rp xxx)

Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Rp xxx Arus kas dari aktivitas investasi

Penjualan aktiva pabrik Rp xxx Pembelian peralatan (Rp xxx) Pembelian tanah (Rp xxx)

Kas bersih yang digunakan oleh aktivitas investasi (Rp xxx) Arus kas dari aktivitas pembiayaan


(6)

Penerbitan saham biasa Rp xxx Penebusan obligasi (Rp xxx)

Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan Rp xxx Kenaikan bersih kas Rp xxx Kas pada awal tahun Rp xxx Kas pada akhir tahun Rp xxx