memberi makna yang luas. Oleh karenanya kegiatan pariwisata juga memiliki dimensi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan dan berbagai interaksi antara
berbagai aspek kehidupan manusia. Berkaitan hal ini, Pendit 2003 mengemukakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan sebuah industri yang
didalamnya terdapat setidaknya sepuluh unsur pokok yaitu politikkebijakan pemerintah, perasaan ingin tahu yang melahirkan keinginan untuk berwisata, sifat
ramah tamah, aksesibilitas, akomodasi, transportasi, harga, publisitas dan promosi, dan kesempatan berbelanja bagi wisatawan.
Secara garis besar, pariwisata dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu pariwisata alam dan pariwisata budaya. Pariwisata alam atau nature tourism atau
nature-based tourism adalah seluruh bentuk pariwisata yang secara langsung tergantung pada sumber daya alam yang belum berkembangdikembangkan,
termasuk pemandangan, topografi, perairan, tumbuhan dan hewan liar World Conservation Union, 1996 dalam Tribuwani, 2002. Selanjutnya Raharjo 2000
dalam Winarso 2004 mengemukakan bahwa kegiatan wisata alam memiliki prinsip-prinsip yaitu kontak dengan alam, pengalaman yang bermanfaat secara
pribadi maupun sosial, bukan merupakan mass tourism, mencari tantangan fisik dan mental, interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat, adaptif
terhadap kondisi akomodasi pedesaan, toleran terhadap ketidaknyamanan, partisipasi aktif, dan lebih mengutamakan pengalaman dibanding kenyamanan.
Berdasarkan hal tersebut, maka secara prinsip pariwisata alam tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan pariwisata budaya. Meskipun demikian, wisata
budaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang semata-mata hanya untuk pemahaman mendalam terhadap obyek atau peristiwa budaya disuatu
tempat tertentu McKercher, 2002 dalam Suranti, 2005.
2.2. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat
Pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat merupakan suatu proses keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya alam dimana
mereka menggantungkan
hidupnya International
Institute of
Rural Reconstruction, 1998. Adhikari 2001 mengemukakan bahwa pengelolaan
sumberdaya alam berbasis masyarakat merupakan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh, untuk dan dengan masyarakat lokal yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan penguatan masyarakat lokal serta dalam rangka perlindungan terhadap sumberdaya alam.
Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat tergantung pada partisipasi masyarakat lokal dan hal tersebut dapat berlangsung
bila ada manfaat yang nyata diperoleh dari keterlibatan tersebut, akses yang tidak terhambat serta status akan hak kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut
Adhikari, 2001. Hal ini berarti bahwa masyarakat harus memiliki tanggungjawab yang penuh dan otonomi terhadap perlindungan dan pemanfaatan
sumberdaya alam Uphoff, 2002 Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan tidak
hanya ditentukan oleh penggunaan teknologi yang tepat, tetapi juga sangat ditentukan oleh sejauhmana keterlibatan institusi lokal Rasmussen dan Meinzen-
Dick, 1995 ; Selman, 2001. Keterlibatan masyarakat dan institusi lokal diharapkan dapat menghasilkan perencanaan pembangunan dan terbentuknya
konsensus yang berkaitan dengan keadaan lingkungan saat itu Innes, 1996; Selman, 2001. Selanjutnya, keberhasilan pendekatan partisipasi lokal akan
sangat ditentukan oleh adanya modal sosial social capital yang terdiri dari organisasi-organisasi masyarakat, struktur masyarakat dan hubungan antar
individu yang terbangun didalam masyarakat tersebut Selman, 2001. Konsep pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat seringkali
diasosiasikan dengan berbagai istilah yang berkaitan seperti pengelolaan sumberdaya masyarakat community resource management, pengelolaan
sumberdaya pesisir berbasis masyarakat community-based coastal resource management, kehutanan masyarakat community forestry, co-management
Carr et al., 1998, collaborative management Allmendinger, 2002. Konsep-konsep
tersebut pada
dasarnya ditujukan
agar dapat
mengakomodasi peranserta masyarakat yang bermukim disekitar wilayah pengelolaan. Perencanaan pengelolaan lingkungan dan upaya meningkatkan
pembangunan berkelanjutan pada tingkat lokal akan sangat ditentukan oleh partisipasi aktif masyarakat sekitar yang akan dipengaruhi oleh upaya
pengelolaan tersebut Selman, 2001.
2.3. Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat