3. Perancangan bangunan-bangunan air dan penanggulangan banjir yang menggunakan data debit puncak.
4. Kajian keterkaitan antara karakteristik suatu DAS dengan debit puncak yang terjadi di DAS tersebut.
2.2 Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dibatasi oleh punggung- punggung topografi yang dapat mengumpulkan dan menyimpan air hujan
kemudian menyalurkannya ke laut melalui saluran alami berupa sungai. Di dalam DAS terdapat sumber daya tanah, air dan vegetasi yang membentuk suatu
ekosistem alami dimana berlangsung proses-proses fisik hidrologi maupun ekonomi – sosial masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Di dalam Peraturan
Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No: P.04V-SET2009 juga disebutkan bahwa perubahan kondisi hidrologis suatu DAS yang berdampak
negatif seperti erosi dan sedimen, penurunan produktivitas lahan dan degradasi lahan dipicu oleh faktor kegiatan manusia, selain faktor peristiwa alam. Oleh
karena itu, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi untuk mengidentifikasi kondisi DAS sedini mungkin agar dapat dilakukan pengelolaan DAS yang sesuai.
Ekosistem hulu dari suatu DAS adalah bagian yang paling penting dan sering menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS. Bagian hulu memegang
peranan utama dalam keberlanjutan dan perlindungan fungsi tata air hingga wilayah hilir.
Ada keterkaitan erat antara wilayah hulu dan hilir. Alih fungsi lahan di wilayah hulu tidak hanya berdampak pada daerah itu saja tetapi juga di bagian
hilir dalam hal kualitas air, fluktuasi debit dan sedimen yang terbawa. Begitu pula dalam hal biogeofisik karena upaya reboisasi, konservasi dan deforestasi di
wilayah hulu akan mengubah fluktuasi hasil air dan kualitas aliran permukaan Asdak, 2002. Langkah reboisasi dan reforestasi daerah hulu akan menyebabkan
menurunnya hasil air water yield dan meningkatkan kualitas air tanah. Kegiatan perusakan wilayah konservasi di hulu seperti penebangan liar dan pembukaan area
hutan akan menyebabkan dampak sebaliknya pada water yield dan kualitas air, ditambah dengan meningkatnya erosi. Terjadinya erosi dan tanah longsor menjadi
sumber utama transpor sedimen. Sementara itu di bagian tengah DAS yang umumnya terdapat reservoir air akan mengalami pendangkalan. Keterkaitan antara
daerah hulu – hilir tersebut kemudian dijadikan landasan perencanaan DAS yang terpadu, meliputi wilayah kajian, lembaga dan program-program yang
diimplementasikan.
Dampak Penggunaan Lahan Terhadap Hidrologi di Kawasan DAS
Penggunaan lahan didefinisikan sebagai suatu bentuk campur tangan manusia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan
dibedakan menjadi 2 golongan besar, yaitu kelompok penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian adalah yang berkaitan dalam hal
penyediaan air dan komoditas pertanian yang diusahakan di atas lahan tersebut, misalnya ladangtegalan, perkebunan, kebun campuran, sawah, padang rumput,
hutan primer dan hutan sekunder. Penggunaan lahan non pertanian adalah kegiatan yang tidak berkaitan dengan penyediaan air dan tidak berhubungan
dengan tanaman, misalnya pemukiman, transportasi, pertambangan, institusi dan kawasan komersial Arsyad, 2009.
Ada banyak komponen hidrologi yang terpengaruh oleh adanya penggunaan lahan dan kegiatan pembangunan di bagian hulu DAS, namun hanya beberapa
yang menjadi fokus utama dan perlu menjadi perhatian Asdak ,2002, yaitu: 1. Koefisien runoff C, yang menunjukkan persentase besarnya air hujan yang
menjadi runoff. 2. Koefisien rejim sungai KRS, adalah koefisien yang menyatakan perbandingan
debit harian rata-rata maksimum dan rata-rata minimum. 3. Nisbahperbandingan antara debit maksimum Q
max
dan debit minimum Q
min
dari tahun ke tahun, dan diamati kecenderungan perubahannya. Valuasi ini untuk melihat keadaan DAS secara makro.
4. Kadar muatan sedimen dalam aliran sungai, yang dinyatakan dalam satuan mgliter air. Evaluasi sedimen aliran sungai dikaitkan dengan debit air yang
mengalir, dan digambarkan pada Sediment-Discharge Rating Curve yaitu kurva hubungan antara muatan sedimen C
s
dan debit sungai Q. Kurva ini berbentuk logaritmik dan dapat digunakan sebagai alat valuasi.
5. Karakteristik air tanah. 6. Frekuensi dan periode ulang banjir.
Evaluasi keenam komponen hidrologi tersebut memerlukan data iklim curah hujan, temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi surya, data
runoff, debit aliran sungai, potensi air tanah dan sedimen air sungai. Hasil dari valuasi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi apakah DAS yang diobservasi
berada dalam kondisi normal atau mulai terganggu. Kondisi DAS dalam keadaan normal bilamana fluktuasi C, nisbah Q
max
Q
min
dan koefisien arah kurva C
s
terhadap Q cenderung normal dan sama besarnya. Namun apabila nilai komponen-komponen tersebut terus naik dari tahun ke tahun maka DAS dianggap
mulai terganggu. Kriteria dan indikator pengelolaan Daerah Aliran Sungai diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Pengelolaan DAS
KRITERIA INDIKATOR
PARAMETER STANDAR
KETERANGAN A. Penggunaan
Lahan 1. Penutupan oleh
vegetasi 2. Indeks Erosi IE
3. Pengelolaan Lahan
IPL = LVPLuas DAS × 100
IE = Erosi AktualErosi Ditolelir×100
Pola tanam C dan tindakan Konservasi P
- IPL75 , baik - 30 ≤IPL≤75,
sedang - IPL˂30, buruk
IE≤1, baik IE˃1, buruk
C×P≤0.1, baik 0.1≤C×P≤0.5,
sedang C×P˃0.5, buruk
IPL = Indeks Penutupan Lahan;
LVP Luas lahan Vegetasi Permanen
informasi peta landuse
Perhitungan erosi merujuk pedoman
RTL-RLKT 1998. Perhitungan nilai
CP merujuk pedoman RLT-
RLKT 1998
B. Tata Air 1. Debit Air Sungai
2. Kandungan Sedimen
3. Kandungan Pencemaran
4.Nisbah hantar sedimen
KRS=QmaxQmin CV=SdQrata-rata×100
IPA=KebutuhanPersediaan
Kadar Sedimen dalam Air Kadar Biofisika Kimia
SDR=Total SedimentTotal Erosi
- KRS˂50, baik - 50≤KRS≤120,
sedang KRS˃120, buruk
- CV˂10, baik - CV˃10, buruk
Nilai IPA semakin kecil semakin baik.
Semakin kecil semakin baik
menurut mutu peruntukan.
Menurut standar yang berlaku
- SDR˂50, normal
- 50≤SDR≤75 , tidak normal
- SDR˃75, rusak KRS=Koefisien
Rejim Sungai Data SPAS
IPA=Kebutuhan Persediaan
Data SPAS Menurut standar
baku PP 822001 SDR=Sediment
Delivery Ratio dari data SPAS
dan pengukuran erosi
C. Ekonomi 1. Ketergantungan
penduduk terhadap lahan
2.Tingkat pendapatan
3.Produktivitas lahan
4.Jasa lingkungan air,wisata,iklim
makro,umur waduk Kontribusi pertanian
terhadap total pendapatan Pendapatan keluarga per
tahun Produksi ha per tahun
Internalisasi, eksternalitas, pembiayaan pengelolaan
bersama cost sharing - ˃75, tinggi
- 50 - 75, sedang
- ˂50, rendah Garis kemiskinan
BPS Menurun, tetap,
meningkat Dihitung per KK
per tahun KKth Data dari instansi
terkait atau responden
Data BPS atau responden
Dalam bentuk pajak retribusi
untuk dana lingkungan
D. Kelembagaan 1.Keberdayaan
lembaga 2.Ketergantungan
masyarakat kepada pemerintah
3.KISS 4.Kegiatan usaha
bersama Peranan lembaga lokal dalam
pengelolaan DAS Intervensi pemerintah
peraturan dan kebijakan Konflik
Jumlah unit -berperan
-tidak berperan -tinggi
-sedang -rendah
-tinggi -sedang
-rendah -bertambah
-berkurang -tetap
Data hasil pengamatan
Data hasil pengamatan
Data hasil pengamatan
Data dari instansi terkait
Sumber: Supriyono, 2001 dan Asdak, 2007 dalam Sucipto, 2008
2.3 Erosi dan Sedimentasi