Sistem Irigasi Padi SRI

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Irigasi Padi SRI

Tujuan utama irigasi adalah untuk mensuplai air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pada budidaya padi SRI umumnya menggunakan irigasi intermittent yang didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan kondisi cuaca tempat budidaya. Sehingga proses aerasi pada daerah perakaran dapat berjalan dengan baik dan tentunya akan meningkatkan jumlah anakan dan mendukung aktivitas mikroorganisme di daerah perakaran dan pada akhirnya meningkatkan produksi. Menurut Kalsim et al. 2007, pengelolaan air di petakan SRI di Jawa Barat pada prinsipnya dibagi dalam 5 fase, yaitu fase awal, vegetatif-anakan, pembungaan, pengisian bulir sampai masak susu, dan pematangan bulir sampai panen. Irigasi diberikan dalam kondisi macak-macak 0 – 5 mm, sedangkan untuk penyiangan gulma dilakukan 3 – 4 kali dalam satu musim tanam dengan tinggi genangan 20 mm. 2.1.1. Neraca Air Padi Sawah Konsep neraca air dapat digunakan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam inflow dan aliran ke luar outflow di suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air. Di lahan padi sawah beririgasi, komponen-komponen yang mempengaruhi neraca air adalah inflow irigasi dan hujan dan outflow drainase, perkolasi, seepage, evapotranspirasi, dan surface run off Secara umum kesetimbangan air di lahan padi sawah dapat dijabarkan seperti dalam persamaan berikut ini Khepar et al., 2000 : H t = H t-1 + R t – ET t + P t + RO t + Q t 1 dimana, H t = kedalaman genangan air di sawah pada saat hari ke-t mm H t-1 = kedalaman genangan air di sawah pada hari ke t-1 mm 5 Q t = Jumlah air irigasi + atau drainase - yang pada hari ke-t mm ET t = Evapotranspirasi tanaman mm P t = jumlah air yang hilang melalui perkolasi mm RO t = aliran permukaan yang terjadi di lahan sawah, jika ada mm t = perioda waktu 2.1.2. Evapotranspirasi Evapotranspirasi terdiri dari dua proses, yaitu proses menguapnya air dari tanah evaporasi dan proses menguapnya air dari tajuk tanaman transpirasi. Karena sulit untuk dibedakan, proses evaporasi E dan transpirasi T dirumuskan sebagai satu kesatuan sebagai evapotranspirasi ETc. Menurut Allen et.al. 1998 kebutuhan air tanaman dirumuskan dalam bentuk : ETc = ETo x Kc 2 dimana, ETc : evapotranspirasi tanaman potensial mmhari, ETo : evaporasi tanaman acuan mmhari, Kc : koefisien tanaman. ETo merupakan evapotranspirasi tanaman acuan yaitu rumput setinggi 10 cm yang tumbuh subur dan tidak kekurangan air. ETo hanya bergantung kepada faktor iklim, oleh karena itu telah banyak dikembangkan rumus-rumus pendekatan untuk menghitung ETo yang umumnya berupa rumus-rumus empiris berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. 2.1.3. Limpasan Permukaan Run off Run off RO akan terjadi pada suatu hari di lahan jika tinggi genangan air height of ponding H pada hari ke-t telah melampaui tinggi tanggul limpasan HL height of levee. Pada sawah biasanya terdapat tanggul limpasan dengan tinggi tertentu dari permukaan lahan sesuai dengan keinginan petani. Sehingga jumlah RO dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan di bawah ini : RO t = H t – HL 3 dimana, H t = tinggi genangan air pada hari akhir ke-t mm; HL = height of levee tinggi tanggul limpasan di sawah. 6

2.2. Pintu Air