CV Robust terkecil Z-score yang dihasilkan, dapat membedakan unjuk kerja lab yang baik, dan

Penyiapan sampel uji Sampel uji profisiensi yang homogen sangat diperlukan, agar keragaman hasil uji profisiensi dapat dipastikan karena keragaman kemampuan laboratorium peserta dan bukan dari keragaman sampelnya. Keragaman sampel ditekan sekecil mungkin. Sampel disiapkan dalam jumlah yang cukup. Dihomogenkan. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan. Dilakukan pengecekan terhadap homogenitas, dengan mengambil 10 kemasan, dan masing-masing diuji duplo kemudian dihitung nilai variansi dari pengambilan contoh sampling dan variansi dari keberulangan analisis. Kedua nilai tersebut masing-masing diperoleh dari MSB mean square between dan MSW mean square within. Sampel dinyatakan homogen apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. [ ] 2 1 2 − − + = ∑ + n X b a MSB bi ai i i [ ] 2 2n X b a MSW bi ai i i ∑ − − − = Dimana: a i b = data pengujian pertama i n = jumlah data = data pengujian kedua X = rata-rata Kriteria : Uji F = F = MSBMSW Sampel diyatakan homogen apabila F hit ung Ftabel db1, db2,α IUPAC, 2006; ISO, 2005. Kakao bubuk dilakukan uji homogenitas kadar air dan kadar lemak. Saus cabe dilakukan uji homogenitas kalium sorbat. Minyak nabati dilakukan uji homogenitas miristat 1, miristat 2, palmitat 1, palmitat 2, stearat 1, dan stearat 2. Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan Sampel dikirimkan ke laboratorium peserta kemudian sampel diuji di laboratorium peserta sesuai dengan metode rutin yang digunakan laboratorium. Hasil uji dilaporkan secara tertulis. Dilakukan rekapitulasi hasil uji dari peserta. Penentuan laboratorium peserta uji profisiensi ini adalah berdasarkan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan laboratorium dengan pertimbangan khusus sehingga laboratorium layak ikut serta dalam uji profisiensi ini. Laboratorium peserta yang diutamakan adalah laboratorium yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Pengiriman sampel uji ke laboratorium acuan. Sampel uji dikirim ke laboratorium acuan Jerman, untuk mendapatkan nilai acuan. Nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan kinerja laboratorium berdasarkan nilai acuan. Evaluasi hasil uji Dilakukan evaluasi hasil uji: 1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2. Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 3. Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score. 4. Metode evaluasi hasil uji 4 : dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai laboratorium acuan menggunakan rumus dari ISOIEC 17043 Annex A, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan ISO, 2005; IUPAC 2006; Trevor J.F., 2006. Uji Grubbs adalah metode yang digunakan untuk menghilangkan data yang ekstrem. Dalam uji Grubbs harus dilakukan langkah-langkah perhitungan berikut ini: Uji Grubbs - Data diurut dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar x 1 , x 2 , .... x n - Nilai G hasil perhitungan dibandingkan terhadap nilai kritis Grubbs yang diberikan pada Tabel G . tabel - Apabila nilai G . hasil perhitungan lebih besar daripada G tabel - Rumus untuk perhitungan Grubbs terdiri dari 3 : G , maka data yang dicurigai dibuang outlier. 1 , G 2 , G 3 - Rumus dipilih berdasarkan posisi data pada kumpulan data yang sedang diuji. Rumus Grubbs untuk G1, G2, dan G3 adalah sebagai berikut: . - s 2 n-2 = variansi dari semua data, tanpa mengikutsertakan 2 data terendah atau 2 data tertinggi s = Standar Deviasi dari semua data X = Harga rata-rata X i = Data yang dicurigai outlier X n = Data tertinggi X 1 = Data terendah G 1terendaht tertinggi =  x - x i  s G 2 = X n – X 1 s G 3 pasangan data terendah = 1 - [ n – 3 s 2 n-2 n-1 s 2 ] G 3 pasangan data tertinggi = 1 - [ n – 3 s 2 n-2 n-1 s 2 ] Data duplo hasil analisis yang dikirimkan oleh setiap laboratorium dihitung secara statistika menggunakan metode perhitungan statistika Robust Z-score. Parameter yang dihitung disini adalah Z between laboratories. Untuk menghitung Z, mula-mula dihitung Si dengan rumus berikut ini: Pendekatan nilai ketetapan konsensus dari laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi Robust Z-score S i = A i + B i A √2 i dan B i Z adalah kedua data duplo hasil analisis. = S i - median Si IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006 IQR Si IQR x 0,7413 adalah IQR ternormalisasi n IQR yang merupakan ukuran dari variabilitas data, yang mirip dengan simpangan baku. x 0,7413 n IQR ≈ SD IQR yang merupakan singkatan dari interquartile range adalah selisih antara quartile atas dan quartile bawah. Quartile bawah Q 1 adalah suatu harga dibawah mana seperempat dari seluruh hasil beradaterletak sedangkan quartile atas Q 3 IQR = Q adalah suatu harga diatas mana seperempat dari seluruh hasil berada.Normalized interquartile range IQR adalah perbedaan antara kuartil rendah dan kuartil tinggi. Kuartil rendah Q1 adalah nilai dibawah dimana seperempat hasil terletak. Kuartil tinggi Q3 adalah nilai diatas dimana seperempat hasil terletak. Kuartil dihitung dengan IQR = Q3 – Q1. Normalized IQR adalah IQR dikalikan 0.7413. Qi Zhou et al 2011 menyatakan bahwa nilai 0.7413 berasal dari distribusi standar normal, dimana mempunyai nilai rata-rata 0 dan standar deviasi sama dengan satu. Lebar interquartile range pada distribusi adalah 1.34898 dan 11.34898 = 0.7413. Mengalikan IQR dengan faktor ini membuatnya setara dengan standar deviasi. Seperti diketahui penggunaan yang luas untuk mengukur variabilitas atau penyebaran atau dispersi dari data adalah standar deviasi. 3 - Q n IQR = IQR x 0,7413 1 Dimana: Z = Z score antar laboratorium Ai = hasil uji sampel pertama dari laboratorium i Bi = hasil uji sampel kedua dari laboratorium i Median= nilai tengah dari sekelompok data n hitung 0.7413 = standar distribusi normal IQR = interquartile range Nilai Z a Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan outlier, apabila laboratorium tersebut memperoleh nilai Z dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori: yang bukan terletak diantara -3 dan +3. Besaran Z 3 Z menggambarkan presisi antara laboratorium 3 atau I Z I ≥3 b Laboratorium yang termasuk dalam kategori ”diperingatkan” questionable. 2 I Z I c Laboratorium yang memuaskan kompeten. 3 : berarti hasil analisisnya belum termasuk tidak memuaskan, tetapi sudah dalam batas diperingatkan. I Z I ≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan ISO, 2005. Nilai Z-score dihitung berdasarkan rumus: Pendekatan nilai ketetapan dari pengukuran sebuah laboratorium acuan Z-score = S xi – X dimana: xi = adalah nilai yang dilaporkan oleh laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi X = nilai acuan S = simpangan baku t ISO, 2005 Untuk simpangan baku digunakan SD Horwitz CV Horwitz = SD Horwitz nilai acuan SD Horwitz = CV Horwitz x nilai acuan Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik, dalam hal ini adalah, metode yang dapat memberikan hasil yang menggambarkan kompetensi laboratorium. Metode evaluasi hasil uji terbaik dalam uji profisiensi adalah: 1. Berdasarkan Robust Coefficient of Variation CV. Robust Coefficient of Variation yang terkecil merupakan metode yang terpilih APLAC, 2004. Robust Coefficient of Variation adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Coefficient Variance berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya 2. Metode yang dapat membedakan laboratorium yang memperoleh hasil baik,dan tidak baik ISO, 2005. Identifikasi unjuk kerja metode pengujian yang digunakan Dari evaluasi hasil uji terpilih, dilakukan identifikasi metode pengujian baik menggunakan SNI maupun metode lain. Diidentifikasi bagaimana kinerja yang diperoleh, terutama untuk metode pengujian dengan menggunakan SNI. Identifikasi kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan Setelah dilakukan evaluasi hasil uji, maka hasil evaluasi tersebut akan memberikan gambaran kinerja laboratorium mana saja yang dinyatakan memuaskan dan tidak memuaskan. Bagi laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebabnya. Juga akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis critical point untuk pengujian terkait. Data pendukung kemungkinan penyebab hasil kinerja tidak memuaskan dan kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis diperoleh dari: 1. Identifikasi metode pengujian terkait. 2. Studi pustaka mengenai metode pengujian terkait. 3. Wawancara terhadap pakar uji profisiensi, dan pakar pengujian terkait. 4. Observasi lapangan pengujian terkait di laboratorium. Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis pengujian terkait, akan digambarkan dalam diagram tulang ikan fishbone diagram dan akan dilakukan pembahasan. Diagram tulang ikan digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara suatu masalah dengan kemungkinan penyebabnya. IV. PEMBAHASAN

4.1. Kakao Bubuk

Sampel uji profisiensi kakao bubuk dipersiapkan hingga homogen. Parameter ujinya: kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, dan kadar logam kadmium Cd. Persiapan sampel uji dilakukan dengan mempersiapkan kakao bubuk dengan nomor batch yang sama. Adapun tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut - Uji homogenitas. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance. Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Sampel diambil sebanyak 10 kemasan secara acak 10 kemasan diambil dari keseluruhan kemasan yang siap dikirim ke laboratorium peserta. Dari setiap kemasan dihomogenkan kembali dan diambil dua bagian untuk dianalisis secara duplo, kemudian dihitung homogenitasnya dengan anova seperti pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. - Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu. Sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan stabil jika antara data pertama dan kedua, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. - Pengemasan Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label . - Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji kakao bubuk masing-masing 2 dua kemasan dengan berat masing-masing kemasan 90 gram kakao bubuk, kemasan diberi label A dan B. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. - Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta mengerjakan sampel tersebut dengan metode rutin sehari-hari dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan. 4.1.1 Kadar Air 4.1.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar air pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 2 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel A Gambar 3 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel B Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Dari kedua grafik pada Gambar 2 dan Gambar 3, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Satu data tersangka tidak memuaskan adalah pada data tertinggi KB 15 pada 5.36 dan 6.43. Nilai acuan berada pada angka 4.63 dan 4.56. Perhitungan statistika uji profisiensi dapat menggunakan berbagai cara perhitungan yang sesuai bagi masing-masing penyelenggara uji profisiensi, namun tetap memiliki dasar basis statistika ISO, 2005. Kumpulan data uji profisiensi pada penelitian ini dievaluasi dengan menggunakan 4 metode evaluasi hasil uji: 1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2. Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali, sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 3. Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score. 4. Metode evaluasi hasil uji 4: dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai lab acuan, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai lab acuan ISO, 2005; IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006. Istilah “Metode evaluasi hasil uji 1”, selanjutnya akan selalu digunakan untuk evaluasi dengan seleksi data Grubbs 1 kali, kemudian data yang tersisa diolah dengan Robust Z-score. Hal yang sama berlaku untuk metode 2 sampai 4. Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 merupakan evaluasi data berdasarkan data median hasil uji peserta, sedangkan metode 4 berdasarkan suatu nilai acuan. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier. Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji kadar air adalah sebagai berikut: Tabel 1 Ringkasan statistika kadar air kakao bubuk 4 metode evaluasi No Jumlah data Metoda evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 28 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 4.88 4.68 14.09 10.10 3.18 3.18 2 28 Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score 4.88 4.68 14.09 10.10 3.18 3.18 3 30 Langsung Z-score 4.88 4.68 14.09 10.34 3.18 3.18 4 30 Nilai acuan Horwitz 4.88 4.68 - - 3.18 3.18 Jumlah data adalah jumlah data yang diolah, dilambangkan dengan N. Median adalah nilai tengah kelompok, yaitu setengah data uji lebih tinggi daripada median dan setengah lebih rendah. Apabila N berjumlah ganjil maka median adalah nilai pusat tunggal yaitu X [N+ I2]. Apabila N adalah genap, median adalah rata- rata dari dua nilai tengah yaitu X [N2] + X[N2+ 1]2. CV robust adalah koefisien variasi dan sama dengan IQR normalisasi dibagi dengan median, yang dinyatakan dengan persentase. Normalised IQR adalah ukuran variabilitas hasil, sama dengan IQR atau interquartile range dikalikan dengan faktor 0.7413, yang membuatnya sebanding dengan standar deviasi. CV Horwitz adalah 2 1-0.5 log C Seleksi data Grubbs adalah metode seleksi data untuk data yang dicurigai tidak memuaskan. , dengan C adalah fraksi konsentrasi yang nilainya diambil dari nilai acuan. Pada analisis kandungan suatu analit yang relatif kecil, akan diperoleh koefisien variasi yang besar CV Horwitz besar. Apabila dalam suatu uji profisiensi digunakan suatu sampel yang mempunyai kandungan analit dengan konsentrasi relatif kecil maka dapat diduga dari hasil uji profisiensi kemungkinan akan diperoleh unjuk kerja laboratorium yang kurang baik, mengingat keragaman atau koefisien variasi yang diperoleh akan relatif besar. Penilaian baik tidaknya CV yang diperoleh tergantung pada seberapa besar CV yang diijinkan CV prediksi dari Horwitz. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 atas dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 4.68 – 4.88. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.10 – 14.09, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 3.18. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil ada pada metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 14.09 dan 10.10. Nilai ini hanya mendekati nilai CV harapan yaitu 3.18. Dapat dikatakan bahwa untuk pengujian kadar air dari bubuk kakao, data hasil peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada hasil Z-score pada Tabel 2. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak. Pada Tabel 2, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G2 dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan, dengan catatan KB 15 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs dan KB 23 mendapat katagori diperingatkan. Metode evaluasi hasil uji 3 langsung Z- score menunjukkan seluruh kinerja laboratorium memuaskan, tanpa catatan. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, lima belas laboratorium 50 dinyatakan tidak memuaskan. Apabila diperhatikan, untuk kadar air kakao bubuk, metode evaluasi hasil uji 3 kurang sensitif dibandingkan dengan metode berdasarkan median data hasil uji peserta yang lain. Seluruh laboratorium dinyatakan memuaskan dengan metode 3. Tabel 2 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar air Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 SNI 01-2891-1992 0.76 0.76 0.71 5.30 3.24 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.4 -0.19 -0.19 -0.18 1.22 0.76 KB 03 SNI 01-2891-1992 0.52 0.52 0.49 3.20 3.72 KB 04 SNI 01-2891-1992 1.33 1.33 1.24 8.30 4.20 KB 05 Gravimetri -.0.77 -.0.77 -0.72 -0.75 -1.24 KB 06 SNI 3747-2009 butir A.4 -0.33 -0.33 -0.31 0.34 0.69 KB 07 AS 2300.1.1.2008 0.65 0.65 0.61 3.67 4.13 KB 08 SNI 01-3747-1995 -1.19 -1.19 -1.10 -2.86 -2.00 KB 09 SNI 01-2891-1992 butir 5.1 -1.48 -1.48 -1.38 -3.60 -3.31 KB 10 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.3 0.32 0.32 0.30 2.86 2.69 KB 11 SNI 01-3747-2009 -0.98 -0.98 -0.90 -1.56 -1.79 KB 12 SNI 3747:2009 butir A.4 -0.38 -0.38 -0.36 0.07 0.62 KB 13 SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs Grubbs -1.63 -2.24 -6.54 KB 14 Gravimetri, SNI 01-2354.2-2006 -0.65 -0.65 -0.61 -0.88 -0.28 KB 15 SNI 3747:2009 Grubbs Grubbs 1.95 4.96 12.88 KB 16 Loss on dry 105 O C3 jam 0.89 0.89 0.83 7.16 2.30 KB 17 Gravimetri SNI 01-2891-1992 -0.60 -0.60 -0.56 -1.16 0.34 KB 18 drying oven 1.64 1.64 1.53 7.00 7.65 KB 19 SNI 01-2891-1992, gravimetri -0.44 -0.44 -0.41 -0.61 0.90 KB 20 SNI 3747:2009 butir A.4, gravimetri oven 100 O C -0.96 -0.96 -0.89 -1.90 -1.38 KB 21 SNI 3747:2009 lamp A.4 0.19 0.19 0.18 2.18 2.48 KB 22 SNI 3747:2009 butir A.4 -1.55 -1.55 -1.45 -3.94 -3.44 KB 23 SNI 3747:2009 2.09 2.09 1.94 10.2 7 7.44 KB 24 SNI 01-3747-1995 0.51 0.51 0.48 3.13 3.72 KB 25 SNI 3747:2009 0.20 0.20 0.19 5.51 -0.83 KB 26 Gravimetri 1.56 1.56 1.46 7.14 6.96 KB 27 SNI 01-3747-1995 -0.74 -0.74 -0.69 -1.16 -0.62 KB 30 Oven 1.03 1.03 0.96 6.19 4.20 KB 31 SNI 01-2891-1992 -0.47 -0.47 -0.44 -0.14 0.21 KB 32 Lain 0.25 0.25 0.24 2.31 2.76 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak Tidak 15 15 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.

4.1.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi adalah sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadar air No Metode pengujian Jumlah Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 peserta Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2891-1992 8 7 1 2. SNI 01-3747-1995 4 4 3. SNI 01-3747-2009 10 9 1 4. Gravimetri 3 3 5. SNI 01-2354.2-2006 1 1 6. Oven 3 3 7. AS 2300.1.1.2008 1 1 Total 30 28 2 Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01- 2891-1992 8 laboratorium dari 30 peserta atau 26.67 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao bubuk ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 sesuai metode evaluasi hasil uji 2 adalah 87.5. Untuk SNI 01-3747-2009 adalah 90 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 4 laboratorium 13.34 masih menggunakan SNI 01- 3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-3747-2009. Namun demikian kinerja keempat laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan. Untuk SNI 01-3747-2009 dari 10 peserta, 90 dinyatakan memuaskan.

4.1.1.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian adalah bobot yang hilang dalam oven pada suhu 100 C. Bobot hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri. Prinsip metode gravimetri adalah pengurangan berat dari zat asal setelah pemanasan dinyatakan sebagai banyaknya air yang terdapat dalam bahan tersebut. Waktu pemanasan memegang peranan penting dalam penentuan kadar air, karena pada pemanasan suatu sampel idealnya kehilangan berat yang dihasilkan hanya dari penguapan air secara kuantitatif. Kenyataannya pemanasan tersebut dapat pula mengakibatkan penguapan material lain selain air misal minyak atsiri, terlebih apabila waktu pemanasan relatif lebih lama atau temperatur pemanasan lebih tinggi dari yang seharusnya. Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan pada suhu 105 Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 15. Laboratorium KB 13 menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 dan laboratorium KB 15 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Hampir tidak ada perbedaan berarti diantara seluruh metode pengujian yang digunakan oleh peserta, kecuali SNI 01-2354.3-2006 yang melakukan pemanasan hingga 16-24 jam, sedangkan metode lain umumnya hanya dilakukan pemanasan selama 3 jam. Kemungkinan penyebab laboratorium dinyatakan tidak memuaskan semata-mata disebabkan karena kesalahankekurang telitian pihak laboratorium dalam melaksanakan pengujian. C cenderung bersifat higroskopis, oleh karena itu lamanya penyimpanan dalam desikator harus diperhatikan. Apabila terlalu lama maka air akan direabsorpsi kembali oleh bahan sehingga berat bahan yang ditimbang akan menjadi lebih besar dan mengakibatkan kandungan air menjadi lebih kecil dari yang seharusnya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi dan dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus selalu dalam keadaan bersih. Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Apabila suhu oven lebih tinggi daripada 105 o C maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya. Apabila suhu oven lebih kecil daripada 105 Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven. C sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari seharusnya. Gambar 4 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar air Desikator : silika gel yang terdapat pada desikator dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel, sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. Penggunaan blender Penggunaan blender sebagai alat penghalus pada saat preparasi dapat menyebabkan atau menimbulkan panas sehingga akan mengurangi kadar air dalam sampel. Tindakan perbaikan adalah tidak terlalu lama dalam menggunakan blender pada saat preparasi sampel. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan. Sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari yang seharusnya . - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. Keringat yang ada di tangan dapat menempel pada cawan, dan dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar masih sangat panas dapat menyebabkan kadar air lebih kecil dari seharusnya, karena belum seluruh air teruapkan. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar sudah terlalu dingin dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya karena sampel menyerap uap air. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pemanasan: - Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada saat proses pemanasan. Apabila waktu pemanasan masih kurang, maka sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari seharusnya. Apabila waktu pemanasan terlalu lama maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya. - Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan. Air yang terdapat dalam sampel belum menguap sehingga kadar air lebih kecil dari seharusnya. - Pengeringan alat-alat di oven yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi. Air yang terdapat pada alat akan diabsorbsi oleh sampel sehingga kadar air lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pendinginan - Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Hal ni dapat menyebabkan kadar air lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah tidak membiarkan sampel terlalu lama dalam desikator serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. 4.1.2 Lemak 4.1.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar lemak pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 5 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel A Gambar 6 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Dua data tersangka tidak memuaskan adalah pada data terendah KB 13 dan KB 28 pada 1.45 dan 1.26 serta 5.93 dan 5.70. Nilai acuan berada pada angka 11.74 dan 11.73. Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 4. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.78 – 10.80. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 5.71 – 7.31, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 2.76. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 6.66 dan 5.71 mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai CV harapan 2.76. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar lemak kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Tabel 4 Ringkasan statistika lemak kakao bubuk 4 metode evaluasi No Jumlah data Metoda evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 28 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 10.80 10.80 6.66 5.71 2.76 2.76 2 28 Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score 10.80 10.80 6.66 5.71 2.76 2.76 3 30 Langsung Z-score 10.78 10.79 7.31 6.22 2.76 2.76 4 30 Nilai acuan Horwitz 10.78 10.79 2.76 2.76 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi lemak Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 SNI 01-2891-1992 -0.44 -0.44 -0.39 -4.75 -2.99 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.3 -0.48 -0.48 -0.43 -4.32 -3.61 KB 03 SNI 01-2891-1992 1.47 1.47 1.50 0.06 0.65 KB 04 SNI 01-2891-1992 -0.08 -0.08 -0.03 -2.96 -3.18 KB 05 Soxhlet -0.66 -0.66 -0.60 -3.86 -4.85 KB 06 SNI 3747:2009 butir A.3 0.44 0.44 0.48 -2.04 -1.82 KB 07 Hidrolisis Welbull 0.78 0.78 0.82 -1.11 -1.23 KB 08 IKT.03.1-10 -1.46 -1.46 -1.39 -5.83 -6.42 KB 09 SNI 01-2891-1992 butir B.1 -1.33 -1.33 -1.27 -5.83 -5.87 KB 10 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.6 0.92 0.92 0.96 -0.89 -0.83 KB 11 SNI 01-3747:2009 -0.22 -0.22 -0.17 -3.39 -3.40 KB 12 SNI 3747:2009 butir A.3 -0.11 -0.11 -0.06 -3.02 -3.27 KB 13 SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs Grubbs -12.95 -31.75 -32.32 KB 14 Sokhlet, SNI 01-2354.3-2006 -0.60 -0.60 -0.54 -4.23 -4.23 KB 15 SNI 3747:2009 1.21 1.21 1.24 0.03 -0.49 KB 17 Soksletasi-Gravimetri, MA PPOMN 44MM00 -0.43 -0.43 -0.38 -3.89 -3.83 KB 18 Acid hydrolisis -1.67 -1.67 -1.60 -6.63 -6.58 KB 19 SNI 01-2891-1992, gravimetri 0.89 0.89 0.93 -0.96 -0.90 KB 20 SNI 3747:2009 butir A.3, cara hidrolisis -0.02 -0.02 0.03 -2.96 -2.93 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp. A3 0.75 0.75 0.78 -1.20 -1.30 KB 22 SNI 3747:2009 butir A.3 1.73 1.73 1.76 0.96 0.90 KB 23 SNI 3747:2009 -0.10 -0.10 -0.05 -3.49 -2.75 KB 24 SNI 01-3747:1995 0.02 0.02 0.07 -2.84 -2.87 KB 25 SNI 3747:2009 -0.51 -0.51 -0.45 -4.78 -3.27 KB 26 Soxhlet 1.94 1.94 1.96 0.86 1.91 KB 27 SNI 01-2891-1992 0.02 0.02 0.07 -2.84 -2.87 KB 28 SNI Grubbs Grubbs -6.81 -17.92 -18.62 KB 30 Soxlet 0.31 0.31 0.35 -2.31 -2.13 KB 31 AOAC 963.15 2005 2.34 2.34 2.36 1.82 2.75 KB 32 Gravimetri 0.93 0.93 0.96 -0.99 -0.71 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak 2 2 Tidak 15 15 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 , terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Laboratorium KB 13 dan KB 28 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs danatau karena Z-score. Metode evaluasi hasil uji 4 menunjukkan hasil yang agak berbeda, dengan nilai Z-score yang cenderung lebih tinggi dibandingkan keempat metode yang lain. Lima belas laboratorium 50 dinyatakan tidak memuaskan.

4.1.2.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya lemak No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minuman 7 6 1 2. SNI 01-3747-1995 2 2 3. SNI 01-3747-2009 10 10 4. Gravimetri 1 1 5. Soxlet tmsk SNI 01-2354.3-2006 4 4 6. Soxlet-gravimetri 1 1 7. Hidrolisis 2 2 8. Lain 2 1 1 9. AOAC 1 1 Total 30 28 2 Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 28 laboratorium atau 93.33. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01-2891-1992 7 laboratorium dari 30 peserta atau 23.33 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar lemak kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk SNI 01-3747-2009 adalah 100, sedangkan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 adalah 85.71 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 2 laboratorium 6.67 masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi dengan SNI 01-3747-2009. Namun demikian kinerja kedua laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan.

4.1.2.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk, merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian lemak adalah ekstraksi minyak bebas dari sampel kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis. Sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya, ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil dari yang seharusnya. Proses hidrolisis dibantu dengan pemanasan dan dilakukan selama lima belas menit. Hasil hidrolisis kemudian disaring panas-panas, residu yang dihasilkan dicuci dengan air panas sampai tidak bereaksi dengan asam lagi, kemudian dikeringkan. Waktu pengeringan cukup berpengaruh, apabila waktu pengeringan terlalu lama akan ada minyak yang mudah menguap volatil oil yang ikut teruapkan sehingga mengakibatkan kandungan lemak yang terukur menjadi lebih kecil. Proses selanjutnya yaitu ekstraksi residu bebas air dengan pelarut non polar seperti petroleum eter, dietil eter, n-haksan dan aseton untuk mengektraksi lemak. Waktu ekstraksi sangat berperan dalam analisis kadar lemak. Apabila ekstraksi kurang dari waktu yang telah ditentukan, maka lemak yang terekstrak akan berkurang. Setelah semua lemak terekstrasi sempurna, pelarut organik kemudian diuapkan dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 o C - 105 o Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan akan cenderung bersifat higroskopis. Oleh sebab itu lamanya pendinginan ekstrak lemak kering dalam desikator harus diperhatikan waktunya, karena apabila terlalu lama maka dapat terjadi pertambahan angka kadar lemak karena adanya absorpsi dari uap air. C. Lamanya pengeringan dalam oven juga berpengaruh terhadap kandungan lemak. Apabila terlalu lama kemungkinan akan ada volatil oil yang teruapkan. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 28. Laboratorium KB 13 menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 demikian juga laboratorium KB 28. Pada metode pengujian SNI 01-2891-1992 terdapat beberapa teknik pengujian lemak. Teknik pengujian lemak tersebut antara lain: butir 8.1. adalah metode ekstraksi langsung; butir 8.2. adalah metode hidrolisis Weibull; butir 8.3 adalah untuk margarine nentega; butir 8.4. adalah metode Gerber susu,keju; dan butir 8.5 adalah metode Mojonnier tepung-tepungan, biji-bijian. Sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Pada SNI 01-2891-1992 ini tidak terdapat petunjuk yang jelas untuk pengujian kakao bubuk seharusnya menggunakan metode yang mana. Hal ini dapat menyebabkan laboratorium salah memilih antara metode 8.1 dan 8.2. Laboratorium KB 14 menggunakan SNI 01-2354.3-2006. Pada metode ini analisis lemak dilakukan dengan soxlet dan tidak dilakukan hidrolisis. Pengujian kadar lemak dalam kakao bubuk dengan menggunakan metode tersebut adalah tidak sesuai. Seperti dijelaskan sebelumnya, sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu yang bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil dari yang seharusnya. Namun demikian cukup mengherankan bahwa kinerja laboratorium KB 14 ini dinyatakan memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2, karena hasil uji nya tidak menyimpang. Terkait hal tersebut, maka sebaiknya titik kritis metode pengujian ditanyakan oleh KAN, dan dilaporkan oleh laboratorium peserta. Misalnya pada lembar pelaporan hasil analisis dicantumkan point pertanyaan dari KAN, apakah laboratorium melakukan hidrolisis atau tidak. Laboratorium yang menggunakan metode pengujian tidak sesuai sebaiknya sudah diseleksi terlebih dahulu di awal, sehingga tidak perlu diikutsertakan dalam evaluasi hasil uji. Penomoran sampel juga sebaiknya dengan penomoran yang berbeda untuk setiap laboratorium, terkait kemungkinan laboratorium saling mengkonfirmasi hasil. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan lemak a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven. Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar lemak. Pemanasan: - Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada saat proses pemanasan. - Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan - Pengeringan alat-alat di oven yang sama Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pendinginan - Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Silika gel yang sudah jenuh, kurang optimal dalam menyerap uap air. Tindakan perbaikan adalah tidak mendinginkan sampel terlalu lama dalam desikator dan menggunakan silika gel yang masih memiliki kualitas baik. Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel. - Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel dilakukan dengan proses hidrolisis. Sesuai SNI 01-3747-2009, analisis kadar lemak nabati termasuk lemak pada kakao bubuk didahului dengan proses hidrolisis dalam asam untuk melepaskan lemak yang terikat pada jaringan kakao bubuk. Proses hidrolisis yang kurang sempurna dapat mengakibatkan hanya sebagian lemak yang terkekstrasi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Molaritas HCl. Molaritas HCl akan mempengaruhi hidrolisis yang terjadi. Apabila molaritas kecil, maka kemungkinan hidrolisis tidak sempurna. Tindakan perbaikan adalah menggunakan molaritas HCl sesuai ketentuan. Ekstraksi - Waktu ekstraksi yang belum sesuai. Waktu ekstraksi lemak yang belum sesuai menyebabkan lemak pada kakao bubuk belum terekstrak dengan sempurna. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Suhu pemanasan yang digunakan tidak sesuai. Suhu pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak hanya pelarut yang menguap, tetapi juga asam-asam lemak yang mudah menguap. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Suhu pemanasan yang terlalu rendah dapat menyebabkan jumlah sirkulasi pelarut dari alat soxlet untuk waktu ekstraksi tertentu relatif kecil, akibatnya tidak semua lemak terekstraksi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melakukan kalibrasi dan pengecekan suhu oven serta melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Siklus. Siklus proses ekstraksi belum diperhatikan sehingga proses ekstraksi sampel belum maksimal dan mengakibatkan kadar lemak belum maksimal. Tindakan perbaikan adalah menetapkan siklus ekstraksi sesuai persyaratan. - Pelarut pengestrak yang digunakan adalah kualitas teknis. Pelarut pengestrak yang digunakan adalah kualitas teknis yang mengandung banyak impurity sehingga proses penguapan pelarut impurity akan ada yang mengendap dan ditimbang bersama lemak. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah menggunakan pelarut pengestrak dengan kualitas tinggi. 4.1.3. Kehalusan Lolos Ayakan 200 Mesh 4.1.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter uji kehalusan lolos ayakan pada kakao bubuk adalah 8 laboratorium. Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kehalusan lolos ayakan kakao bubuk ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pengujian parameter lain untuk kakao bubuk yang mencapai 30 peserta. Hal ini disebabkan karena peserta uji profisiensi sebagian besar adalah laboratorium pangan yang bukan mengkhususkan untuk pengujian kakao bubuk. Sebagian besar laboratorium peserta tidak mempunyai peralatan cukup misal ayakan atau sieve shaker untuk pengujian kehalusan lolos ayakan ini. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Dari kedua gambar tersebut, terlihat satu adalah data yang sangat ekstrim rendah dengan nilai 0.35 dan 0.48. Tidak tersedia nilai acuan pada parameter ini. Gambar 8 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel A Gambar 9 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel B Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 7. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 99.69 – 99.73. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 0.16 – 0.23. Perubahan CV Robust setelah dilakukan seleksi data cukup signifikan 20. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji laboratorium KB 02 yang terseleksi dengan Grubbs adalah sangat ekstrim. CV Robust terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Tabel 7 Ringkasan statistika kehalusan lolos ayakan dengan 3 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust A B A B 1 7 Seleksi data Grubbs sekali, Z- score 99.70 99.73 0.16 0.18 2 7 Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score 99.70 99.73 0.16 0.18 3 8 Langsung Z-score 99.69 99.72 0.21 0.23 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 , terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan pada evaluasi hasil uji 1 dan 2, dengan catatan KB 02 tidak memuaskan karena Grubbs. Metode evaluasi hasil uji 3 menunjukkan kinerja laboratorium KB 02 tidak memuaskan dengan nilai Z-score yang sangat ekstrim dan kinerja laboratorium lain memuaskan. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode 1, 2, dan 3 adalah sama berjumlah 1. Tabel 8 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi kehalusan lolos ayakan Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.5 Grubbs Grubbs -455.93 KB 06 SNI 3747:2009 butir A.5 0.00 0.00 0.01 KB 11 SNI 3747:2009 -0.27 -0.27 -0.20 KB 15 SNI 3747-2009 1.82 1.82 1.39 KB 18 pengayakan -2.27 -2.27 -1.71 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp A.5 1.58 1.58 1.21 KB 24 SNI 01-3747-1995 0.82 0.82 0.63 KB 26 Mesh sieving -0.03 -0.03 -0.01 Total tidak memuas kan Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 1 1 1 1 1 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2.

4.1.3.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 9. Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 7 laboratorium atau 87.5. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 8 peserta atau 62.5 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-3747-2009 adalah 80. Satu laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI 01-3747- 2009 yaitu KB 02 menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, satu laboratorium masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah diabolisi dan digantikan oleh SNI 01-3747- 2009. Namun demikian kinerja laboratorium tersebut adalah memuaskan. Tabel 9 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kehalusan lolos ayakan No. Metode pengujian Jumlah Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2 peserta Memuaskan Tidak Memuaskan 1. SNI 01-3747-1995 1 1 2. SNI 01-3747-2009 5 4 1 3. Lain 2 2 Total 8 7 1

4.1.3.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kehalusan lolos ayakan adalah pengukuran derajat kehalusan dari sampel menggunakan ayakan mesh 200. Metode pengujian kehalusan lolos ayakan sesuai SNI 01-3747-2009 dapat dilihat pada Lampiran 25. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 02. Laboratorium KB 02 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Setelah dibandingkan, terdapat perbedaan pengujian antara SNI 01-3747-2009 dengan SNI sebelumnya SNI 01-3747-1995. Pada metode yang lebih mutakhir SNI 01-3747-2009 justru tidak diuraikan cara bagaimana residu disaring dan ini jelas menimbulkan potensi besar laboratorium salah mengerjakannya. Laboratorium KB 02 kemungkinan salah dalam pengerjaannya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 10. a. Peralatan Ayakan : ayakan belum dikalibrasi. Ayakan yang digunakan sesuai SNI 01- 3747-2009 adalah ukuran 200 mesh. Tindakan perbaikana adalah ayakan 200 mesh harus dikalibrasi. Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Gambar 10 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kehalusan lolos ayakan Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training. Pengadukan - Waktu pengadukan masih ada gumpalan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengadukan sesuai persyaratan yang ditetapkan. Pengayakan - Pelaksaaan pengayakan belum diperhatikan. Misal, ayakan harus digoyangkan terus, apabila ada suspensi yang sulit lolos maka tepuk penyaring secara perlahan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengayakan sesuai ketentuan. Pengeringan residu - Pengeringan residu belum diperhatikan. Misal penggunaan corong Buchner, kemudian penggunaan kertas saring yang telah dikeringkan pada suhu tertentu, semprot residu dari ayakan, dan sedot dengan vakum. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengeringan residu sesuai ketentuan. 4.1.4 Kadmium 4.1.4.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Laboratorium yang mengirimkan hasil untuk parameter uji kadmium adalah 23 laboratorium. Namun demikian laboratorium KB 18 dan KB 22 melaporkan hasil “tidak terdeteksi”, serta laboratorium KB 31 melaporkan hasil 0.02 mgkg, sehingga hasil dari ketiga laboratorium tersebut tidak diolah secara statistika. Oleh karena itu hanya diperoleh data dari 20 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 11 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel A Gambar 12 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa ada data yang sangat ekstrim tinggi dengan nilai 13.46 dan 12.79. Nilai acuan untuk parameter kadmium adalah 0.353 dan 0.354. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 10. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 0.29 – 0.31. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 14.70 – 22.24, sedangkan CV Horwitz adalah 18.71. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Tabel 10 Ringkasan statistika kadmium kakao bubuk 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 19 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 0.30 0.30 22.24 19.77 18.71 18.71 2 14 Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score 0.29 0.29 15.61 14.70 18.71 18.71 3 20 Langsung Z-score 0.31 0.31 21.21 19.85 18.71 18.71 4 20 Nilai acuan Horwitz 0.31 0.31 18.71 18.71 Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 15.61 dan 14.70 mempunyai nilai yang lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 18.71. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar kadmium kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi telah seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar kadmium Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 AOAC Method 999.10 -0.48 -0.32 -0.60 -1.41 -1.12 KB 02 SNI 3747:2009, butir A.7 0.32 0.76 0.21 -0.50 -0.51 KB 04 SNI 01-2896-1998 0.56 1.08 0.45 -0.05 -0.51 KB 06 SNI 3747:2009, butir A.7.1 0.00 0.32 -0.11 -0.80 -0.82 KB 07 AAS -0.87 -0.86 -1.00 -1.71 -1.57 KB 08 IK.T.03.1-20, IK.T.03.1-21 0.63 1.19 0.53 -0.20 -0.21 KB 11 SNI 01-3747-2009 -0.56 -0.43 -0.68 -1.41 -1.27 KB 12 IKUK5007-07 AAS 9.28 Grubbs 9.31 8.13 7.94 KB 13 AOAC Method Ed. 18 th. 2005, cara AAS -1.51 -1.73 -1.64 -2.16 -2.33 KB 14 Graphite furnace, AOAC 2005, Chp.9, 18 - 22 3.89 Grubbs 3.83 2.98 2.81 KB 15 AOAC Method 973.34 2.70 Grubbs 2.63 1.77 1.75 KB 16 AAS 0.22 0.63 0.11 -0.63 -0.57 KB 17 AAS-SNI 01-2896-1998 -3.81 Grubbs -3.98 -4.44 -4.44 KB 19 SNI 19-2896-1998, AAS -0.63 -0.54 -0.76 -1.41 -1.42 KB 20 SNI 3747:2009 butir 4.7.1, AAS tungku karbon Grubbs Grubbs 206.4 6 198.40 187.79 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp A.1 -4.13 Grubbs -4.30 -4.74 -4.74 KB 24 SNI 01-2896-1992 0.63 1.19 0.53 -0.20 -0.21 KB 26 AAS -1.43 -1.62 -1.56 -2.01 -2.33 KB 28 AOAC 0.42 0.86 0.29 -0.50 -0.36 KB 32 AAS 0.00 -0.32 -0.60 -1.26 -1.27 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 4 5 6 6 Tidak 5 5 Tidak 4 4 Metode evaluasi hasil uji 1, 2 3, dan 4 menunjukkan hasil yang relatif sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Hanya 2 laboratorium yang berbeda hasil yaitu KB 14 dan KB 15. Untuk KB 14, pada metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 tidak memuaskan, tetapi pada metode 4 diperingatkan. Untuk KB 15, pada metode evaluasi hasil uji 1, KB 15 diperingatkan, metode 2 tidak memuaskan dengan Grubbs, metode 3 diperingatkan, dan metode 4 memuaskan. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 adalah sama berjumlah 5. Untuk metode evaluasi hasil uji 2 lebih sensitif dengan jumlah tidak memuaskan 6. Metode evaluasi hasil uji 4 jumlah laboratorium tidak memuaskan adalah 4.

4.1.4.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 12. Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 20 peserta atau 25 dan metode pengujian AOAC 5 laboratorium dari 20 peserta atau 25 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar kadmium kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk SNI 01-3747-2009 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 60. Untuk metode pengujian SNI 01-2896-1998 adalah 66.67 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 1 laboratorium KB 24 masih menggunakan SNI 01-2896-1992, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-2896-1998. Kinerja laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah memuaskan. Tabel 12 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadmium No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-3747-2009 5 3 2 2. SNI 01-2896-1998 3 2 1 3. SNI 01-2896-1992 1 1 4. AOAC Method 5 3 2 5. AAS 4 4 7. Inhouse 2 1 1 Total 20 14 6 Laboratorium KB 22 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009 dan melaporkan tidak terdeteksi. Laboratorium KB 18 menggunakan atomic absoprtion spectrofotometer atau spektrofotometer serapan atom AAS dan melaporkan tidak terdeteksi. Sedangkan laboratorium KB 31 menggunakan metode pengujian SNI melaporkan dengan memakai tanda .

4.1.4.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kadmium adalah destruksi sampel dengan cara pengabuan kering pada 450 O C yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat atomic absoprtion spectrofotometer atau Spektrofotometer serapan atom AAS adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas unsur tersebut. spektrofotometer serapan atom AAS dengan panjang gelombang maksimal 228.8 nm. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak ± 61 logam. Keuntungan metode AAS adalah spesifik, batas limit deteksi yang rendah, dari larutan yang sama beberapa unsur yang berlainan dapat diukur, pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan sampel preparasi sampel sebelum pengukuran adalah sederhana, output data absorbance dapat dibaca langsung, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel, batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas. Pada preparasi sampel padat termasuk kakao bubuk dilakukan destruksi kering. Metode ini menggunakan pemanasan biasa. Metode pengabuan kering dilakukan untuk analisis logam-logam yang uapnya tidak mengandung racun, termasuk kadmium. Pemanasan dilakukan untuk menguapkan dan mengarangkan sampai menjadi abu, sehingga sampel dapat diukur setelah didapat larutannya. Keuntungan metode pengabuan kering yaitu lebih mudah pengerjaanya tetapi lebih lama diperoleh hasil analisisnya dibandingkan dengan metode pengabuan basah. Sesuai SNI, pengabuan dilakukan dalam tanur yang suhunya diatur pada 450 O Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 12, KB 14, KB 15, KB 17, KB 20 dan KB 21. Laboratorium KB 12 menggunakan metode inhouse, sehingga tidak jelas laboratorium menggunakan metode yang mana. Metode inhouse adalah metode C. Metode pengujian kadar kadmium kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009 dapat dilihat pada Lampiran 26. yang dikembangkan oleh pihak laboratorium sendiri dan memerlukan validasi metode. Laboratorium KB 14 menggunakan graphite furnace AAS, tapi tidak jelas metode destruksi-nya, kemungkinan permasalahan ada pada tahap destruksi sampel. Laboratorium KB 17 menggunakan SNI 01-2896-1998 dengan pengabuan kering, kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis laboratorium dalam melakukan pengujian. Laboratorium KB 20 dan KB 21 menggunakan SNI 01-3747-2009 dengan pengabuan kering dan sebaiknya dengan graphite furnace, kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar kadmium dengan AAS a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Peralatan gelas dan furnace : peralatan gelas dan furnace belum dikalibrasi. Peralatan gelas tidak di dekontaminasi terlebih dahulu menggunakan larutan HNO Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait dan melakukan pembersihan larutan gelas dengan larutan HNO 3 3 AAS : AAS belum dikalibrasi suhu dan panjang gelombang. . Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait. .- Pemeliharaan dan pengecekan instrument jarang dilakukan terutama pengecekan umur lampu, kebersihan burner dan lain-lain. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pemeliharaan-pengecekan instrument AAS secara teratur. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai. Destruksi Pelaksanaan destruksi belum sempurna. Destruksi kering adalah yang dianjurkan dalam SNI 01-3747-2009. Destruksi ini adalah proses pengabuan, menggunakan suhu tanur 450 o C agar logam Cd tidak hilang. Apabila lebih dari 450 o Tindakan perbaikan adalah melakukan destruksi sesuai ketentuan. C kemungkinan logam Cd sudah ada yang hilang, sehingga kadar Cd lebih kecil. Destruksi basah harus diperhatikan waktu destruksinya sehingga sampel terdestruksi sempurna. Pengukuran Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik. Analisis dengan AAS kemungkinan tidak menggunakan solvent dan reagents untuk trace dan ultratrace analysis khusus untuk AAS : AAS grade. Air murni untuk trace metal analysis yang digunakan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan. Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja, menggunakan solvent, reagents, dan air murni sesuai persyaratan pengujian. Ketrampilan personel. Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Personelanalis tidak mengetahui masalah kontaminasi, kestabilan sampel, cara mengatasi gangguan, kelemahanketerbatasan metode uji yang digunakan, interferensi jenis matriks. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian AAS.

4.2 Saus Cabe

Sampel uji profisiensi saus cabe dipersiapkan hingga homogen. Parameter ujinya: kalium sorbat, natrium benzoat, sakarin, dan jumlah padatan terlarut. Sampel dalam jumlah ±40 kg dihomogenkan, kemudian dimasukkan kedalam kemasan botol. Adapun tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut : - Uji homogenitas. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance. Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Parameter untuk homogenitas adalah kalium sorbat. Sampel diambil sebanyak 10 botol secara acak sesuai kodenomor botol. Dari setiap botol subsample dihomogenkan kembali dan diambil dua bagian untuk dianalisis secara duplo kemudian dihitung homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 16. - Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu, sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan stabil jika antara data pertama dan kedua atau data pertama, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. - Pengemasan Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label. - Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji saus cabe masing-masing 2 dua kemasan botol dengan berat masing-masing kemasan 130 ml saus cabai, kemasan diberi label A dan B. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta mengerjakan sampel tersebut dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan.

4.2.1 Pengawet Kalium Sorbat

4.2.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pengawet kalium sorbat pada kakao bubuk adalah 34 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 14 Hasil uji peserta, pengawet kalium sorbat saus cabe, sampel A Gambar 15 Hasil uji peserta, pengawet kalium sorbat saus cabe, sampel B Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Dari kedua grafik pada Gambar 14 dan Gambar 15, terlihat satu data yang ekstrim tinggi dengan nilai 817.14 dan 747.83. Nilai acuan pada parameter ini adalah 353 dan 314. Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 13. Dari data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode pada angka 315.27- 316.30. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.12 – 14.23, sedangkan CV Horwitz adalah 6.62 dan 6.73. CV Robust yang terkecil adalah dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Tabel 13 Ringkasan statistika kalium sorbat saus cabe 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 32 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 316.30 315.27 12.84 11.43 6.62 6.73 2 30 Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score 316.30 315.27 11.68 10.12 6.62 6.73 3 34 Langsung Z-score 316.30 315.27 14.23 11.74 6.62 6.73 4 34 Nilai acuan Horwitz 316.30 315.27 6.62 6.73 Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 11.68 dan 10.12 mempunyai nilai yang lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 6.62 dan 6.73. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar pengawet kalium sorbat pada saus cabe untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 14. Metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang relatif sama. Perbedaan hanya terdapat pada SC 41 yang pada metode evaluasi hasil uji 2 dinyatakan tidak memuaskan, sedangkan pada evaluasi 1 dan 3 dinyatakan diperingatkan. Enam laboratorium SC 8, SC 12, SC 28, SC 31, SC 32, SC 40 dinyatakan tidak memuaskan untuk metode 4 nilai acuan CV Horwitz sedang metode lain memuaskan dan diperingatkan. Untuk KB 24, pada metode evaluasi hasil uji 4 tidak memuaskan, tetapi pada metode lain diperingatkan. Untuk KB 41, pada metode evaluasi hasil uji 2 dan 4 tidak memuaskan, sedang metode lain diperingatkan. Tabel 14 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kalium sorbat Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B SC 4 SNI 01-2894-1992 Grubbs Grubbs 10.46 19.87 20.52 SC 5 HPLC 3.85 Grubbs 3.40 2.98 9.55 SC 6 KCKTPPOM 43MA93 0.56 10.90 0.71 -1.65 3.39 SC 7 KCKT 0.52 0.62 0.50 1.27 -0.76 SC 8 HPLC -1.65 -1.83 -1.46 -4.40 -2.70 SC 9 SNI 01-2894-1992 Grubbs Grubbs -5.10 -11.16 -10.54 SC 10 MAPPOMN 43MA93 -0.09 -0.09 -0.08 -1.60 0.02 SC 11 KCKT 01MA PPOMN07 0.09 0.10 0.08 -1.31 0.34 SC 12 HPLC -2.23 -2.49 -1.98 -5.58 -3.57 SC 14 HPLC -4.40 Grubbs -3.89 -8.43 -8.46 SC 15 HPLC 01PPOMN2007 -0.61 -0.67 -0.54 -2.46 -0.98 SC 16 MAPPOMN 43MA93 0.25 0.28 0.22 -1.64 1.30 SC 17 SOP 07LDJ2004 HPLC -0.34 -0.38 -0.30 -2.07 -0.42 SC 18 KCKT-MA PPOMN 43MA93 0.12 0.13 0.10 -1.18 0.31 SC 19 IKUK 5607-07 HPLC -0.09 -0.10 -0.08 -1.10 -0.55 SC 20 MAPPOMN 43MA93 0.07 0.08 0.07 -1.25 0.22 SC 21 SNI 01-2894-1992 HPLC 0.91 1.01 0.80 0.21 1.70 SC 23 01PPOMN07 -0.22 -0.24 -0.19 -1.76 -0.30 SC 24 HPLC 2.89 3.22 2.56 3.36 5.59 SC 25 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 0.37 0.41 0.33 -0.58 0.58 SC 27 MA PPOM 43MA93, HPLC -0.14 -0.16 -0.12 -2.06 0.31 SC 28 MA 43MA93 -0.89 -0.99 -0.78 -3.28 -1.10 SC 29 MA PPOM43MA93 0.76 0.84 0.67 1.72 -0.53 SC 30 18-5-18MUSMMSIG, HPLC 0.91 1.01 0.81 -0.02 1.97 SC 31 HPLC 2.67 2.97 2.36 4.01 4.06 SC 32 PPOM 43MA93; PPOM23MA98 -2.35 -2.61 -2.07 -4.84 -4.79 SC 33 MA 43.MA.1993, HPLC 0.02 0.03 0.02 -1.31 0.10 SC 34 SNI 01-2894-1992 1.51 1.68 1.33 2.60 1.29 SC 36 HPLC -0.02 -0.03 -0.02 -1.54 0.17 SC 38 TCLWI 5.4FK15 -0.51 -0.57 -0.45 -2.75 -0.29 SC 39 In house -0.86 -0.95 -0.76 -2.69 -1.65 SC 40 KCKT, 43 MA 93 -1.22 -1.35 -1.08 -3.59 -1.98 SC 41 HPLC MA PPOMN 43MA1993 -2.75 -3.06 -2.43 -6.06 -4.96 SC 45 MA PPOM43MA93 0.65 0.73 0.58 -0.47 1.51 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 3 4 4 1 5 Tidak 4 4 Tidak 12 12 Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode 1, dan 3 adalah sama berjumlah 4. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji 2 adalah 5 laboratorium, metode evaluasi hasil uji 4 adalah 12 laboratorium. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier. Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.

4.2.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kalium sorbat No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2894-1992 4 2 2 2. KCKT HPLC 20 17 3 3. Inhouse method 10 10 Total 34 28 5 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian high performance liquid chromatography HPLC atau kromatografi cair kinerja tinggi KCKT digunakan oleh 20 laboratorium dari 34 peserta atau 58.82. Metode pengujian HPLC ini mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian pengawet kalium sorbat pada saus cabe. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 50. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian KCKT adalah berkisar 85.. Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894-1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Metode pengujian pengawet kalium sorbat dengan menggunakan HPLC sesuai SNI 01-2894-1992 dapat dilihat pada Lampiran 27. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.2.4

4.2.2 Pengawet Natrium Benzoat

4.2.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pengawet natrium benzoat dalam saus cabe adalah 40 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 16 Hasil uji laboratorium peserta, natrium benzoat, sampel A Gambar 17 Hasil uji laboratorium peserta, natrium benzoat, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang diduga ekstrim rendah dan tinggi. Nilai acuan pada parameter ini adalah 701 dan 657. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 16. Ringkasan statistika natrium benzoat saus cabe 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 37 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 642.3 646.04 14.38 16.02 5.97 6.03 2 32 Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score 647.97 650.65 10.58 8.77 5.97 6.03 3 40 Langsung Z-score 643.46 648.81 15.81 14.49 5.97 6.03 4 40 Nilai acuan Horwitz 643.46 648.81 15.81 14.49 5.97 6.03 Dari data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 642.3 – 648.81. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 8.77 – 16.02, sedangkan CV Horwitz mempunyai nilai 5.97 dan 6.03. CV Robust yang terkecil adalah menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Tabel 17 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi natrium benzoat Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B SC 3 Titrimetri -5.19 Grubbs -5.92 -14.44 -13.83 SC 4 SNI 01-2894-1992 Grubbs Grubbs 4.99 11.67 9.88 SC 5 HPLC 0.79 1.22 0.79 -0.29 2.77 SC 6 KCKTPPOM 43MA93 0.41 0.51 0.37 -1.40 1.97 SC 7 KCKT 0.48 0.64 0.45 1.17 -0.38 SC 8 HPLC -0.86 -1.89 -1.06 -3.52 -2.54 SC 9 SNI 01-2894-1992 -5.17 Grubbs -5.89 -14.24 -13.93 SC 10 MAPPOMN 43MA93 0.15 0.01 0.07 -0.93 0.05 SC 11 KCKT 01MA PPOMN07 0.00 -0.27 -0.09 -1.35 -0.28 SC 12 HPLC 2.14 3.75 2.31 4.01 5.34 SC 14 HPLC -3.27 Grubbs -3.76 -9.37 -9.06 SC 15 HPLC 01PA2007 -0.13 -0.52 -0.24 -1.69 -0.63 SC 16 MAPPOMN 43MA93 0.84 1.32 0.85 0.49 2.23 SC 17 SOP 07LDJ2004 HPLC -0.53 -1.26 -0.69 -2.64 -1.69 SC 18 KCKT - MA PPOMN 43MA93 -0.18 -0.60 -0.30 -1.66 -0.90 SC 19 IKUK 5607-07 HPLC 2.72 Grubbs 2.96 5.26 7.11 SC 20 MAPPOMN 43MA93 -0.06 2.32 -0.16 -1.45 -0.48 SC 21 SNI 01-2894-1992 HPLC 0.08 -0.22 0.00 -1.03 -0.19 SC 22 HPLC -0.04 -0.33 -0.14 -1.60 -0.23 SC 23 01PPOMN07 0.41 0.15 0.37 -0.30 0.78 SC 24 HPLC -0.12 -0.01 -0.23 -1.66 -0.57 SC 25 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 0.59 0.19 0.57 0.15 1.27 SC 26 MA PPOMN No. 43MM93, HPLC 0.68 0.98 0.67 0.49 1.37 SC 27 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 0.42 0.65 0.37 -0.47 0.99 SC 28 MA PPOMN No. 43MA93 -0.37 -0.30 -0.50 -2.62 -0.86 SC 29 MA PPOM43MA93 0.59 0.58 0.57 1.46 -0.13 SC 30 18-5-18MUSMM-SIG, HPLC 0.43 0.15 0.39 -0.39 0.96 SC 31 HPLC 1.62 1.93 1.72 3.32 3.33 SC 32 PPOM 43MA93; PPOM23MA98 -0.97 0.30 -1.18 -3.26 -3.37 SC 33 MA 43.MA.1993, HPLC 0.09 -1.28 0.01 -1.12 -0.05 SC 34 SNI 01-2894-1992 -1.34 -1.00 -1.59 -3.51 -5.05 SC 36 HPLC -1.15 -3.04 -1.38 -4.22 -3.30 SC 37 AOAC Ekstraksi-volumetri Grubbs Grubbs 3.64 -5.81 21.99 SC 38 TCLWI 5.4FK11 -5.54 Grubbs -6.31 -15.18 -14.90 SC 39 In house -2.36 -4.69 -2.74 -7.11 -6.63 SC 40 KCKT, 43 MA 93 0.09 -0.10 0.00 -1.19 0.01 SC 41 HPLC MA PPOMN 43MA1993 -0.42 -1.06 -0.57 -2.40 -1.40 SC 42 SNI 01-2894-1992 Grubbs Grubbs 5.93 12.08 13.88 SC 43 Titrimetri -1.09 -2.32 -1.32 -4.05 -3.19 SC 45 MA PPOM43MA93 0.49 0.66 0.46 -0.11 1.01 TOTAL TIDAK MEMU ASKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 3 4 7 8 3 11 Tidak 7 7 Tidak 16 16 Apabila dilihat dari nilai CV Robust yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 10.58 dan 8.77. Nilai ini lebih besar daripada CV harapan yaitu 5.97 dan 6.03. Dapat dikatakan bahwa pengujian pengawet natrium benzoat saus cabe untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 17. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode evaluasi hasil uji 1, dan 3 adalah sama berjumlah 7, sedangkan metode evaluasi hasil uji 2 11 laboratorium tidak memuaskan, dan yang terbanyak adalah metode evaluasi hasil uji 4 16 laboratorium tidak memuaskan. Metode evaluasi hasil uji 2 adalah lebih sensitif dibandingkan metode evaluasi hasil uji 1 dan 3, tetapi tidak lebih senditif dibandingkan metode evaluasi hasil uji 4.

4.2.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode evaluasi hasil uji 2. Hasilnya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya natrium benzoat No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2894-1992 5 2 3 2. KCKT HPLC 29 25 4 3. TLC 1 1 4. Titrimetri 3 1 2 8. Inhouse method 2 1 1 Total 40 29 11 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian HPLC 29 laboratorium dari 40 peserta atau 72.5 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian pengawet natrium benzoat pada saus cabe ini. Namun demikian jumlah persen pemakai metode HPLC lebih besar lagi karena sebenarnya SNI 01- 2894-1992 adalah menggunakan termasuk menggunakan HPLC juga. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 40. Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894- 1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Metode pengujian pengawet natrium benzoat dengan menggunakan HPLC sesuai SNI 01-2894-1992 dapat dilihat pada Lampiran 27. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.2.4.

4.2.3 Pemanis Sakarin

4.2.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pemanis sakarin dalam saus cabe adalah 31 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 18 Hasil uji laboratorium peserta, sakarin, sampel A Gambar 19 Hasil uji laboratorium peserta, sakarin, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Tiga data tersangka tidak memuaskan adalah pada tiga data tertinggi. Nilai acuan berada pada angka 49.54 dan 49.08. Tabel 19. Ringkasan statistika sakarin saus cabe 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 29 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 61.99 61.61 10.69 10.09 8.89 8.90 2 27 Seleksi data Grubss berkali-kali 61.99 61.61 9.73 9.42 8.89 8.90 3 31 Langsung Z-score 62.56 63.09 13.53 13.94 8.89 8.90 4 31 Nilai acuan Horwitz 62.56 63.09 8.89 8.90 Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 19. Dari data terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 61.61 – 63.09. CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka 9.42 – 13.94, sedangkan CV Horwitz adalah 8.89 dan 8.90. CV Robust yang terkecil adalah dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Tabel 20 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi sakarin Kode lab Metode uji Metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B SC 5 HPLC 2.54 2.69 1.67 6.25 6.19 SC 8 HPLC -0.22 -0.24 -0.35 2.28 2.61 SC 9 SNI 01-2893-1992 0.00 0.00 -0.19 2.63 2.87 SC 10 MAPPOMN 43MA93 -2.74 -2.90 -2.19 -1.04 -0.95 SC 11 KCKT 01MA PPOMN07 0.26 0.28 0.00 3.01 3.21 SC 14 HPLC 3.02 3.20 2.02 6.23 7.53 SC 15 HPLC 01PPOMN2007 -0.51 -0.54 -0.57 1.99 2.11 SC 16 MAPPOMN 43MM93 2.06 2.18 1.31 5.71 5.41 SC 17 SOP 07LDJ2004 HPLC 0.89 0.94 0.46 3.93 4.00 SC 18 KCKT - MA PPOMN 43MA93 1.04 1.10 0.57 4.40 3.94 SC 19 IKUK 5107-07 HPLC -0.28 -0.30 -0.40 2.41 2.32 SC 20 MAPPOMN 43MA93 -0.11 -0.11 -0.27 2.70 2.51 SC 21 SNI 01-2894-1992 HPLC 0.28 0.30 0.02 2.96 3.32 SC 23 01PPOMN07 1.78 1.88 1.11 5.24 5.12 SC 24 HPLC 0.39 0.41 0.09 3.17 3.39 SC 25 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 -0.69 -0.73 -0.69 1.76 1.85 SC 26 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC Grubbs Grubbs 41.41 81.88 79.32 SC 27 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 0.71 0.76 0.33 3.54 3.92 SC 28 MA 43MM93 -0.83 -0.88 -0.80 1.42 1.80 SC 29 MA PPOM43MA93 2.05 2.17 1.31 5.18 5.94 SC 30 18-5-19MUSMM-SIG, HPLC -0.31 -0.33 -0.42 2.13 2.53 SC31 HPLC 1.33 1.40 0.78 4.16 4.97 SC32 PPOM 45MA92 -0.12 -0.13 -0.28 2.83 2.34 SC 33 MA.43.MA.1993 HPLC -2.54 -2.69 -2.05 -0.99 -0.46 SC 34 Bahan Tambahan Pangan hal 85 dan 88 Grubbs Grubbs 68.21 125.04 136.53 SC 36 HPLC 0.92 0.97 0.48 3.77 4.24 SC 39 In house -6.41 Grubbs -4.87 -6.12 -5.89 SC 40 KCKT, 43 MA 93 -1.21 -1.28 -1.07 0.96 1.24 SC 41 HPLC MA PPOMN 43MA1993 -0.18 -0.19 -0.32 2.39 2.62 SC 43 titrimetri 42.44 Grubbs 30.78 60.38 61.07 SC 45 MA PPOM No. 43MM93 -0.22 -0.23 -0.35 2.27 2.65 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 3 5 4 1 5 Tidak 4 4 Tidak 17 17 Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 9.73 dan 9.42. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.89 dan 8.90. Dapat dikatakan bahwa pengujian pemanis sakarin saus cabe untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 20. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama. Evaluasi hasil uji metode 4 adalah paling sensitif dibandingkan metode lain, dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan adalah 17.

4.2.3.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 21. Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian HPLC 24 dari 31 laboratorium atau 77.42 mendominasi metode yang digunakan dalam pemanis sakarin pada saus cabe ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992 dan SNI 01-2893-1992 sesuai evaluasi hasil uji 2adalah 100 memuaskan. Tabel 21 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya sakarin No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2894-1992 1 1 2. SNI 01-2893-1992 1 1 3. HPLC 24 22 2 4. Titrimetri 1 1 5. Inhouse method 4 2 2 Total 31 26 5

4.2.4 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894-1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Sedangkan SNI SNI 01-2893- 1992 adalah standar mengenai Cara Uji Pemanis Buatan. Dominasi pengujian kandungan natrium benzoat, kalium sorbat, dan sakarin dalam saus cabe adalah dengan menggunakan instrument high performance liquid chromatography HPLC. High performance liquid chromatography HPLC adalah suatu teknik analisis kimia instrumental melalui proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan absorpsi pada dua fasa yang tidak saling melarutkan yang kemudian dikuantifikasikan oleh suatu sistem detektor yang spesifik. Pada HPLC sebagai fasa gerak digunakan pelarut. Pelarut dialirkan ke dalam kolom menggunakan bantuan pompa. Kolom merupakan jantung HPLC. Pada HPLC terjadi pemisahan karena fase diam akan berinteraksi dengan berbagai komponen dengan kekuatan yang cukup berbeda, sehingga komponen keluar dengan waktu yang berbeda. Peralatan HPLC yang sederhana terdiri dari tempat pelarut, pompa, injektor, kolom, detektor, rekorder. Mekanisme kerja KCKT secara singkat yaitu campuran komponen yang dimasukkan melalui injektor akan dibawa oleh fasa gerak sampai ke kolom. Di dalam kolom inilah masing-masing komponen akan dipisahkan satu sama lain, dan komponen yang terpisah akan terus dialirkan sampai ke detektor. Pencatat yang dihubungkan dengan detektor selanjutnya akan menuliskan gambaran resolusi pemisahan yang berlangsung. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian kalium sorbat adalah laboratorium SC 4, SC 5, SC 6, SC 9, SC 14, SC 24, dan SC 41. Laboratorium SC 4 dan SC 9 menggunakan SNI 01- 2894-1992 Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Laboratorium tidak memuaskan yang lain menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan KCKTHPLC. Kemungkinan penyebab laboratorium yang menggunakan HPLC tidak memuaskan adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian natrium benzoat adalah laboratorium SC 3, SC 4, SC 9, SC 12, SC 14, SC 19, SC 36, SC 37, SC 38, SC 39, dan SC 42. Laboratorium SC 3 dan SC 37 melakukan pengujian dengan titrasi. Laboratorium SC 4, SC 9 dan SC 42 menggunakan SNI 01-2894-1992 Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Laboratorium SC 38 dan SC 39 menggunakan metode inhouse dan tidak jelas menggunakan metode yang mana. Laboratorium tidak memuaskan yang lain menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan KCKTHPLC. Laboratorium tidak memuaskan yang menggunakan HPLC kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian sakarin adalah laboratorium SC 14, SC 26, SC 34, SC 39, dan SC 43. Laboratorium SC 43 melakukan pengujian dengan titrasi. Laboratorium SC 34 dan SC 39 menggunakan metode inhouse dan tidak jelas menggunakan metode yang mana. Laboratorium SC 14 dan SC 26 menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan KCKTHPLC. Laboratorium tidak memuaskan yang menggunakan HPLC kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 20. a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Peralatan gelas : peralatan gelas belum dikalibrasi. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan gelas. b. Langkah pengerjaan Penimbangan - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai. Preparasi Preparasi sampel yang kurang sempurna. Preparasi sampel adalah salah satu bagian penting dalam analisis dengan HPLC agar diperoleh sampel yang reproducible dan homogen sebelum diinjeksikan ke dalam kolom. Tujuan utama preparasi sampel antara lain analit bebas dari pengganggumatriks sampel, menjaga umur kolom atau memperpanjang umur kolom, menyesuaikan dengan tujuan HPLC misalnya memerlukan proses derivatisasi untuk meningkatkan deteksipemisahan yang lebih bagus. Apabila preparasi sampel kurang sempurna, seperti disebut di atas maka analit belum bebas dari pengganggumatriks sampel sehingga HPLC tidak dapat mendeteksi seluruh analit yang ada ataupun tidak dapat mendeteksi dengan baik resolusi rendah. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh lebih rendah dari yang seharusnya. Kemungkinan adanya senyawa lain dari matriks sampel yang keluar pada waktu retensi yang sama dengan analit. Hal ini dapat menyebabkan yang diperoleh lebih tinggi dari yang seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan preparasi dengan sempurna dan cermat mengamati puncakpeak. Gambar 20 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kalium sorbat, natrium benzoat, sakarin dengan HPLC Konfimasi identitas Belum dilakukan konfirmasi identitas. Harus selalu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan pada proses pengukuran hanya berasal dari analit dan bukan berasal dari senyawa lain atau bukan merupakan campuran isyarat dari analit + senyawa lain yang kebetulan mempunyai sifat fisikakimia serupa dengan analit yang akan ditetapkan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan konfirmasi identitas. Resolusi yang rendah juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengamatan visual. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya. Pengukuran Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik. Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja. Ketrampilan personel. Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian dengan HPLC. 4.2.5 Jumlah Padatan Terlarut 4.2.5.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter jumlah padatan terlarut dalam saus cabe adalah 19 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 21 Hasil uji laboratorium peserta, jumlah padatan terlarut, sampel A Gambar 22 Hasil uji laboratorium peserta, jumlah padatan terlarut, sampel B Dari grafik tersebut terlihat bahwa data hasil uji peserta cukup baik. Nilai acuan berada pada angka 26.15 dan 26.05. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 22 Ringkasan statistika padatan terlarut saus cabe 4 metode evaluasi No N Evaluasi Hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 17 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 22.70 22.58 7.87 11.16 9.79 9.80 2 17 Seleksi data Grubss berkali- kali 22.70 22.58 7.87 11.16 9.79 9.80 3 19 Langsung Z-score 22.70 22.58 11.07 12.72 9.79 9.80 4 19 Nilai acuan Horwitz 22.70 22.58 9.79 9.80 Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 22.58 – 22.70. CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka 7.87 – 12.72, sedangkan CV Horwitz adalah 9.79 dan 9.80. CV Robust terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil mempunyai nilai 7.87 dan 11.16. Nilai ini lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 9.79 dan 9.80. Dapat dikatakan bahwa pengujian jumlah padatan terlarut saus cabe untuk peserta uji profisiensi telah seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi padatan terlarut Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B SC 4 SNI 01-2976-2006 -0.16 -0.16 -0.12 -1.35 -1.66 SC 8 SNI 01-2976-2006 lampiran A 1.39 1.39 1.08 -0.24 -0.27 SC 9 SNI 01-3546-2004 0.18 0.18 0.14 -1.31 -1.16 SC 14 Gravimetri -0.25 -0.25 -0.19 -1.54 -1.61 SC 16 SNI 06-1136-1989 -2.13 -2.13 -1.66 -3.14 -3.04 SC 17 SNI 01-2976-1992 kadar air dg Karl Fischer Grubbs Grubbs 10.55 9.39 9.68 SC 24 Gravimetri 1.10 1.10 0.86 -0.60 -0.38 SC 25 Gravimetri, SNI 01-2891-1992 1.65 1.65 1.28 0.09 -0.19 SC 26 SNI 01-2897-1992 butir 5.3, gravimetri 1.58 1.58 1.23 -0.05 -0.16 SC 29 SNI 01-2976-1992, SNI 01- 2976-2006 -0.11 -0.11 -0.09 -1.36 -1.57 SC 30 SNI 01-2976-2006 butir A.1, gravimetri 0.00 0.00 0.00 -1.39 -1.36 SC 31 SNI 01-2976-2006 0.42 0.42 0.33 -1.05 -1.02 SC 34 SNI 01-2976-2006 butir A.1.5.3 -1.79 -1.79 -1.39 -2.94 -2.69 SC 36 Refractometric, AOAC 970.59, Ed.17 -0.19 -0.19 -0.15 -1.52 -1.54 SC 37 AOAC gravimetri Grubbs Grubbs -6.55 -8.20 -8.11 SC 38 SNI 01-2976-2006 -1.04 -1.04 -0.81 -2.28 -2.14 SC 39 AOAC 1.75 1.75 1.37 0.05 0.02 SC 41 Gravimetri SNI 01-2976-2006 -0.73 -0.73 -0.57 -1.95 -1.98 SC 42 SNI 01-2976-2006 1.10 1.10 0.86 -0.65 -0.33 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak 2 2 Tidak 3 3 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G2 dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Laboratorium SC 17 dan SC 37 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, tiga boratorium KB 16, KB 17, dan KB 37 dinyatakan tidak memuaskan. Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 menunjukkan jumlah tidak memuaskan yang sama.

4.2.5.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode evaluasi hasil uji 2. Hasilnya disajikan pada Tabel 24. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-2976-2006 10 laboratorium dari 19 peserta atau 52.63 mendominasi metode yang digunakan dalam jumlah padatan terlarut pada saus cabe ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2976-2006 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 90. Tabel 24 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya padatan terlarut No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2976-2006 10 9 1 2. SNI 01-3546-2004 1 1 3. SNI 01-2891-1992 1 1 4. SNI 2897-1992 1 1 5. SNI 06-1136-1989 1 1 6. AOAC 3 2 1 7. Gravimetri 2 2 Total 19 17 2

4.2.5.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-2976-2006 adalah standar mengenai Saus Cabe. Metode pengujian jumlah padatan terlarut dalam saus cabe sesuai SNI 01- 2976-2006 dapat dilihat pada Lampiran 28. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium SC 17 dan SC 37. Laboratorium SC 17 menggunakan SNI 01-2976-1992 Saus Cabe. Laboratorium SC 37 menggunakan metode AOAC. Pada SNI 01-2976-2006 Saus Cabe, pinggan dipanaskan menggunakan vakum oven 69-71 C, P ≤ 50 mm Hg, 2 jam, sedangkan pada SNI-01- 2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minuman, kertas saring yang digunakan untuk menahan padatan terlarut dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam. Untuk metode refraktometer, AOAC 970.59 menggunakan enzim, sedang SNI 01- 3546-2004 Saus Tomat tidak menggunakan enzim. Manfaat penggunaan enzim di sini adalah untuk melumatkan gumpalan-gumpalan. Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan adalah pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan metode pengujiannya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 23. a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi neraca, piring timbang harus selalu dibersihkan. Gambar 23 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan jumlah padatan terlarut Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Apabila suhu oven lebih tinggi dari seharusnya maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh TDS yang lebih tinggi dari seharusnya. Apabila suhu oven lebih kecil daripada seharusnya sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh TDS yang lebih kecil dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi dan pengecekan suhu oven secara berkala. Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel. Tindakan perbaikan adalah menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b. Langkah pengerjaan Penimbangan - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan Sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh TDS yang lebih kecil dari yang seharusnya . - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. Keringat yang ada di tangan dapat menempel pada cawan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Temperatur belum sesuai dengan temperatur kamar masih sangat panas atau dingin dapat menyebabkan TDS tidak sesuai dengan seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu teliti dalam menimbang, mendapatkan bobot tetap, menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, menimbang pada saat suhu telah mencapai suhu kamar serta melaksanakan training teknis pengujian jumlah padatan terlarut bagi personel laboratorium terkait. Pemanasan - Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada saat proses pemanasan. Apabila waktu pemanasan masih kurang, maka sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh TDS yang lebih kecil dari seharusnya. Apabila waktu pemanasan terlalu lama maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh TDS yang lebih tinggi dari seharusnya. - Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan. - Pengeringan alat-alat di oven yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah menggunakan timer pada saat pemanasan, tidak membuka oven pada saat digunakan, tidak mengeringkan alat di oven yang sama serta melaksanakan training teknis pengujian jumlah padatan terlarut bagi personel laboratorium terkait. Pendinginan - Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Tindakan perbaikan adalah tidak membiarkan sampel terlalu lama dalam desikator.

4.3 Minyak Nabati

Parameter uji minyak nabati adalah: miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat. Tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut : - Uji homogenitas. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance. Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Homgenitas dilakukan dengan cara pengadukan. Sampel dimasukkan dalam botol 50 gr, kemudian 10 botol diambil secara acak dan diuji secara duplo. Homogenitas dilakukan untuk semua parameter: miristat, palmitat, linoleat, stearat dan oleat. Perhitungan homogenitas minyak nabati dapat dilihat pada Lampiran 9 – Lampiran 13. - Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu. Sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan stabil jika antara data pertama dan kedua atau data pertama, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. - Pengemasan Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label. Kemasan diberi kode sampel. Kemasan luar adalah box karton, didalamnya dilengkapi busagabus sebagai pelindung - Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji minyak nabati. Setiap laboratorium peserta diberikan 4 botol vial sampel masing-masing 10 mL dengan kode MN 1, MN 2, MN 3 dan MN 4. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta mengerjakan sampel tersebut dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan.

4.3.1 Miristat 1

4.3.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter miristat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 24 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 1, sampel A Gambar 25 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 1, sampel B Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Dari Gambar 24 dan Gambar 25 tersebut, terlihat satu data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian miristat 1. Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 25 Ringkasan statistika miristat 1 minyak nabati 3 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 12 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 4.43 4.47 27.01 27.39 9.04 9.03 2 11 Seleksi data Grubss berkali- kali 4.40 4.46 15.25 14.21 9.05 9.03 3 13 Langsung Z-score 4.45 4.47 53.81 57.21 9.04 9.03 Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004. CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 14.21 – 57.21, sedangkan CV Horwitz adalah berkisar 9.03 – 9.05. Pada evaluasi dengan metode 3, CV Robust 53.81 dan 57.21. Dengan metode evaluasi hasil uji hasil uji 2, CV Robust tersebut mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi 15.25 dan 14.21. Hal ini karena data yang dibuang dengan seleksi Grubbs, adalah cukup ekstrim. Apabila diihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil mempunyai nilai 15.25 dan 14.21. Nilai ini lebih besar daripada CV harapan yaitu 9.05 dan 9.03. Dapat dikatakan bahwa pengujian miristat 1 untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi miristat 1 Kode lab Metode uji Metode evaluasi hasil uji 1 2 3 MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.40 0.76 0.19 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.01 0.04 0.00 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 -0.01 0.00 -0.01 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 2.69 5.01 1.31 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 -0.46 -0.84 -0.23 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.24 -0.43 -0.12 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 1106.99 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 2.30 4.30 1.12 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -2.43 -4.50 -1.19 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.50 -2.77 -0.74 MN 12 AOAC 996.06 0.08 0.16 0.03 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 4.16 Grubbs 2.03 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.51 -0.94 -0.26 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 1 2 2 3 5 Tidak 1 1

4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya miristat 1 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 4 2 2. AOCS 6 4 2 3. ISO 1 1 Total 13 8 5 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau 46.15 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian miristat 1 pada minyak nabati ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian AOAC sesuai evaluasi hasil uji uji 2, dinyatakan memuaskan 66.67. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11. . 4.3.2 Miristat 2 4.3.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter miristat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 26 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 2, sampel A Gambar 27 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 2, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian miristat 2 ini. Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 28 Ringkasan statistika miristat 2 minyak nabati 3 metode evaluasi No N Evaluasi Hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 12 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 5.91 5.91 21.56 21.56 8.66 8.66 2 12 Seleksi data Grubss berkali-kali 5.91 5.91 21.56 21.56 8.66 8.66 3 13 Langsung Z-score 5.85 5.91 67.54 29.85 8.67 8.66 CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 21.56 – 67.54, sedangkan CV Horwitz 8.66 dan 8.67. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Pada evaluasi dengan metode evaluasi hasil uji 3, CV Robust 67.54 dan 29.85. Dengan metode evaluasi hasil uji 2, CV Robust tersebut mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi 21.56. Hal ini karena data yang dibuang dengan seleksi Grubbs, adalah cukup ekstrim. Hasil pada metode 1 dan 2 adalah sama, karena data hanya dapat digrubbs satu kali. Apabila diihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 dengan nilai 21.56. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.66. Dapat dikatakan bahwa pengujian miristat 2 minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi miristat 2 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.51 0.51 0.20 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.11 0.11 0.05 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 0.00 0.00 0.00 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 3.46 3.46 1.39 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 -0.66 -0.66 -0.26 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.34 -0.34 -0.12 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 1359.98 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 3.68 3.68 1.48 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -0.70 -0.70 -0.83 MN 11 AOC Ce 2-66 -2.18 -2.18 -0.87 MN 12 AOAC 996.06 0.00 0.00 -0.21 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 1.21 1.21 1.09 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.68 -0.68 -0.27 Total tidak memuaskan Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 2 3 1 2 3 Tidak 1 1 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 tertinggi dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Laboratorium 08 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs dan laboratorium MN 05 dan MN 09 tidak memuaskan melalui Robust Z-score. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, empat laboratorium MN 16, MN 17, MN 34 dan MN 37 dinyatakan tidak memuaskan. Pada metode evaluasi hasil uji 3 laboratorium MN 08 tidak memuaskan melalui Robust Z-score. Metode evaluasi hasil uji 3 adalah paling tidak sensitif dibandingkan dua metode yang lain.

4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 30. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau 46.15 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian miristat 1 pada minyak nabati ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian AOAC sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 83.33. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11. Tabel 30 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya miristat 2 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 5 1 2. AOCS 6 5 1 3. ISO 1 1 Total 13 10 3

4.3.2 Palmitat 1

4.3.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 28 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 1, sampel A Gambar 29 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 1, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian palmitat 1 ini. Tabel 31 Ringkasan statistika palmitat 1 minyak nabati 3 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 11 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 26.40 28.37 25.16 22.76 6.91 6.84 2 9 Seleksi data Grubss berkali- kali 28.37 28.37 10.09 13.77 6.84 6.84 3 13 Langsung Z-score 28.37 29.59 16.70 15.28 6.84 6.79 Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 10.09 – 25.16, sedangkan CV Horwitz untuk seluruh metode berkisar di angka 6.79 – 6.91. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Nilai CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi 2 dengan nilai CV Robust 10.09 dan 13.77. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada nilai 10.09 dan 13.77. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.84. Dapat dikatakan bahwa pengujian palmitat 1 minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi palmitat 1 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.67 1.04 0.37 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.63 0.95 0.33 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 0.50 0.61 0.21 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 5.01 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 270.13 0.26 0.00 0.00 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.39 0.32 0.11 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 2196.21 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.02 -0.74 -0.26 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -1.83 Grubbs -1.89 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.07 -3.44 -1.21 MN 12 AOAC 996.06 -0.86 Grubbs -1.02 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.96 -3.15 -1.11 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.00 -0.68 -0.24 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 4 2 6 Tidak 2 2 Metode evaluasi hasil uji 1, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama. Pada evaluasi hasil uji metode 5 semua tidak memuaskan. Nilai Z-score pada metode 5 sangat tinggi. Metode evaluasi hasil uji 2 adalah paling sensitif diantara metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 konsensus. Metode 4 adalah yang paling sensitif dari seluruh metode evaluasi hasil uji. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier. Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.

4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 33. Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian palmitat pada minyak nabati ini. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11. Tabel 33 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya palmitat 1 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 3 3 2. AOCS 6 4 2 3. ISO 1 1 Total 13 7 6

4.3.3 Palmitat 2

4.3.4.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 30 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 2, sampel A Gambar 31 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 2, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian palmitat 2 ini. Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 34. Ringkasan statistika palmitat 2 minyak nabati 3 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 12 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 10.29 9.97 13.53 12.40 7.97 8.00 2 8 Seleksi data Grubss berkali-kali 10.29 10.27 12.82 12.00 7.97 7.97 3 13 Langsung Z-score 10.53 9.97 14.29 14.80 7.94 8.00 Nilai CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai CV Robust 12.82 dan 12.00. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 7.97. Dapat dikatakan bahwa pengujian palmitat 2 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi palmitat 2 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.14 0.37 0.02 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.28 0.73 0.08 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 0.10 0.25 0.00 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 4.96 Grubbs 2.05 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 -0.43 -1.11 -0.22 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.10 -0.25 -0.08 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 1296.95 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.31 -0.81 -0.17 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -1.66 Grubbs -0.74 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.86 Grubbs -0.83 MN 12 AOAC 996.06 3.36 Grubbs 1.37 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 2.78 7.22 1.13 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.49 -1.29 -0.25 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 2 3 5 1 6 Tidak 1 1 Metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang relatif berbeda, dengan nilai Z-score yang berbeda. Laboratorium MN 10 dan MN 11, dengan menggunakan evaluasi hasil uji 1 adalah memuaskan, namun dengan metode evaluasi hasil uji 2 tidak memuaskan karena grubbs. Metode 2 lebih sensitif dibanding metode 1 dan 3.

4.3.4.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 36. Tabel 36 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya palmitat 2 No Metode pengujian Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 7 4 3 2. AOCS 5 3 2 3. ISO 1 1 Total 13 7 6 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC 7 laboratorium dari 13 peserta atau 53.85 dan AOCS 5 laboratorium dari 13 peserta atau 38.46 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian palmitat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC dan AOCS masing-masing dengan 7 dan 5 peserta dari total 13 peserta, dinyatakan masing-masing 57.14 dan 60 memuaskan. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.

4.3.4 Stearat 1

4.3.5.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 32 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 1, sampel A Gambar 33 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 1, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 3.86 dan 3.89. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 37. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data berkisar pada angka yang cukup besar 12.23 – 30.78, sedangkan CV Horwitz adalah 9.22 dan 9.23. Tabel 37 Ringkasan statistika stearat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 11 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 3.54 3.97 30.78 21.01 9.23 9.22 2 9 Seleksi data Grubss berkali-kali 3.92 4.00 12.48 12.23 9.23 9.22 3 13 Langsung Z-score 3.92 4.00 27.42 17.79 9.23 9.22 4 13 Nilai acuan Horwitz 3.92 4.00 9.23 9.22 Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 dengan nilai CV Robust 12.48 dan 12.23. Nilai ini lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 9.23 dan 9.22. Dapat dikatakan bahwa pengujian stearat 1 minyak nabat untuk peserta uji profisiensi cukup seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 38. Metode evaluasi hasil uji 2, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan berbeda. Metode 2 adalah paling sensitif diantara metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 konsensus. Metode 4 adalah yang paling sensitif. Tabel 38 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi stearat 1 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.74 0.27 0.17 0.67 0.56 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 1.05 0.79 0.51 1.43 1.25 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 0.97 0.65 0.42 1.09 1.20 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 7.97 16.86 18.48 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.78 0.33 0.21 0.76 0.64 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.58 0.00 0.00 0.17 0.31 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 3770.26 7974. 90 8517.4 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.02 -1.02 -0.65 -0.90 -1.48 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -2.50 Grubbs -3.34 -7.02 -7.14 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.75 Grubbs -2.53 -4.55 -6.05 MN 12 AOAC 996.06 -0.28 -1.46 -0.93 -3.84 0.22 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.90 -2.52 -1.61 -2.97 -3.60 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.00 -0.99 -0.63 -1.09 -1.20 Total tidak memuaskan Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 4 4 Tidak 3 3 Tidak 6 6

4.3.5.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya stearat 1 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 4 2 2. AOCS 6 5 1 3. ISO 1 1 Total 13 9 4 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau masing-masing 46.15 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian stearat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC dan AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 13 peserta, dinyatakan masing-masing 66.67 dan 83.33 memuaskan. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.

4.3.5 Stearat 2

4.3.6.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter stearat 2 dalam minyak nabati adalah 12 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 34 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 2, sampel A Gambar 35 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 2, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 2.97 dan 2.99. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 40 Ringkasan statistika stearat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 10 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 3.07 3.01 18.05 11.08 9.60 9.59 2 10 Seleksi data Grubss berkali-kali 3.07 3.01 18.05 11.08 9.60 9.59 3 12 Langsung Z-score 3.22 3.08 20.69 11.45 9.60 9.59 4 12 Nilai acuan Horwitz 3.22 3.08 9.60 9.59 CV Robust yang menggambarkan penyebaran data berkisar pada angka yang cukup besar 11.08 – 20.69, sedangkan CV Horwitz 9.59 dan 9.60. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 18.05 dan 11.08. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV Horwitz 9.60 dam 9.59. Dapat dikatakan bahwa pengujian stearat 2 masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 41. Metode evaluasi hasil uji 2, 3 dan menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Nilai Z-score pada metode 4 berjumlah 4 laboratorium. Metode 4 adalah yang paling sensitif. Tabel 41 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi stearat 2 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.05 0.05 -0.21 0.49 0.31 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.68 0.68 0.37 1.51 1.36 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 0.51 0.51 0.21 1.23 1.08 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 3.70 9.19 5.51 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.56 0.56 0.26 1.40 1.08 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.05 -0.05 -0.30 0.21 0.28 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 4220. 13 7456.1 7528. 16 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.82 -0.82 -1.02 -1.30 -0.77 MN 11 AOC Ce 2-66 -2.90 -2.90 -2.94 -4.42 -4.46 MN 12 AOAC 996.06 0.76 0.76 0.45 3.30 -0.14 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.74 -0.74 -0.94 -1.37 -0.42 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.89 -0.89 -1.08 -1.16 -1.12 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak 2 2 Tidak 4 4 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2

4.3.6.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 42. Tabel 42 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya stearat 2 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 5 4 1 2. AOCS 6 6 3. ISO 1 1 Total 12 10 2 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOCS 6 laboratorium dari 12 peserta atau masing-masing 50 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian stearat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 12 peserta, dinyatakan 100 memuaskan.

4.3.6 Oleat 1

4.3.7.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi

Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter oleat 1 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 36 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 1, sampel A Gambar 37 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 1, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat data yang ekstrim MN 04, MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 34.26 dan 34.45. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 43 Ringkasan statistika oleat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi Hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 12 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 32.59 31.05 28.01 27.15 6.65 6.64 2 11 Seleksi data Grubss berkali-kali 34.96 32.85 18.87 19.41 6.65 6.64 3 14 Langsung Z-score 33.05 34.04 22.23 22.34 6.65 6.64 4 14 Nilai acuan Horwitz 35.05 34.04 22.23 22.34 6.65 6.64 CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 18.87 – 28.01, sedangkan CV Horwitz adalah 6.64 dan 6.65. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data besar. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai CV Robust 18.87 dan 19.41. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.65 dan 6.64. Dapat dikatakan bahwa pengujian oleat 1 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam. Tabel 44 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi oleat 1 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.63 0.47 0.34 1.42 1.25 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.62 0.47 0.34 1.37 1.27 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 1.59 1.77 1.41 4.70 5.17 MN 04 Thermo manual book of chromatography colums consumables page 274 ed. 2006- 2007 -3.76 Grubbs -4.52 -15.02 -15.03 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 15.66 51.11 54.73 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.37 0.12 0.05 0.38 0.34 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.36 0.12 0.05 0.31 0.39 MN 08 AOAC 2005 Grubbs Grubbs 3186. 43 10633. 36 10824. 95 MN 09 AOCS.Ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.28 -0.74 -0.66 -1.78 -2.28 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -2.06 -3.15 -2.64 -8.65 -8.76 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.64 -2.59 -2.18 -7.32 -6.96 MN 12 AOAC 996.06 0.28 0.00 -0.05 0.75 -0.70 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.68 -1.28 -1.10 -3.56 -3.50 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.34 -0.82 -0.73 -2.13 -2.38 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 1 3 3 1 4 Tidak 3 3 Tidak 7 7 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 44. Evaluasi hasil uji metode 1 Grubbs sekali dan 3 langsung Robust Z-score menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Nilai Z-score pada metode 4 berjumlah 7 laboratorium. Metode 4 adalah yang paling sensitif.

4.3.7.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 45. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian oleat 1 pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 12 peserta, dinyatakan 100 memuaskan dan metode AOAC 66.7 memuaskan Tabel 45 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya oleat 1 No Metode pengujian Jumah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak Memuaskan 1. AOAC 6 4 2 2. AOCS 6 6 3. ISO 1 1 4. Inhouse 1 1 Total 14 10 4 ` 4.3.8 Oleat 2 4.3.8.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter stearat 2 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 38 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 2, sampel A Gambar 39 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 2, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 48.42 dan 49.09. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 46 Ringkasan statistika oleat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi Hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 13 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 41.1 49.46 47.67 30.02 6.31 6.30 2 11 Seleksi data Grubss berkali-kali 41.1 49.46 40.65 23.36 6.31 6.30 3 14 Langsung Z-score 45.2 49.95 41.95 30.27 6.31 6.30 4 14 Nilai acuan Horwitz 45.2 49.95 6.31 6.30 CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 23.36 – 47.67, sedangkan CV Horwitz 6.30 dan 6.31. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai CV Robust 40.65 dan 23.36. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.31 dan 6.30. Dapat dikatakan bahwa pengujian oleat 2 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 47. Metode evaluasi hasil uji 2, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Nilai Z-score pada metode evaluasi hasil uji 5 sangat tinggi dan jumlah tidak memuaskan sangat banyak, 8 laboratorium. Metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif Tabel 47 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi oleat 2 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.76 0.89 0.50 1.41 1.09 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.80 0.94 0.54 1.59 1.35 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 1.03 1.21 0.77 2.70 2.46 MN 04 Thermo manual book of chromatography colums consumables page 274 ed. 2006- 2007 -2.74 Grubbs -3.07 -15.83 -15.86 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 11.48 Grubbs 11.43 55.22 52.29 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.60 0.70 0.33 0.52 0.44 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.54 0.64 0.28 0.28 0.12 MN 08 AOAC 2005 Grubbs Grubbs 2700.16 13470.19 12448.61 MN 09 AOCS.Ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.59 -0.69 -0.88 -5.58 -5.13 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -0.35 -0.41 -0.63 -10.80 2.38 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.43 -1.68 -1.73 -9.30 -9.60 MN 12 AOAC 996.06 -0.12 -0.14 -0.40 -5.12 -0.99 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.99 -1.16 -1.28 -7.24 -7.33 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.00 0.00 -0.28 -2.40 -2.52 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 1 2 3 3 Tidak 3 3 Tidak 8 8

4.3.8.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 48. Tabel 48 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya oleat 2 minyak nabati No Metode pengujian Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 5 1 2. AOCS 6 6 3. ISO 1 1 4. Inhouse 1 1 Total 14 11 3 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian oleat 2 pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 12 peserta, dinyatakan 100 memuaskan dan metode AOAC 83.33 memuaskan. 4.3.9 Linoleat 1 4.3.9.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter linoleat 1 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 40 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 1, sampel A Gambar 41 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 1, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang ekstrim MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 9.25 dan 9.29. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: Tabel 49 Ringkasan statistika linoleat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 13 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 8.68 8.63 31.15 37.22 8.09 8.09 2 12 Seleksi data Grubss berkali-kali 8.68 8.63 31.15 37.22 8.09 8.09 3 14 Langsung Z-score 9.0 9.03 33.75 36.82 8.09 8.09 4 14 Nilai acuan Horwitz 9.0 9.03 8.09 8.09 CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 31.15 – 37.22, sedangkan CV Horwitz adalah 8.09. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 31.15 dan 37.22. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.09. Dapat dikatakan bahwa pengujian linoleat 1 pada minyak nabati masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 50. Tabel 50 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi linoleat 1 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.64 0.64 0.48 1.15 1.08 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.65 0.65 0.48 1.14 1.12 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 -3.65 -3.65 -3.37 -11.98 -12.03 MN 04 Thermo manual book of chromatography colums consumables page 274 ed. 2006- 2007 -3.58 -3.58 -3.30 -11.77 -11.79 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 13.62 41.86 50.02 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.22 0.22 0.10 -0.32 -0.07 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.30 0.30 0.17 0.00 0.11 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs 2463.82 8421.70 8390.21 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.10 -0.10 -0.18 -1.18 -1.13 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 -1.09 -1.09 -1.07 -4.71 -3.63 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.19 -1.19 -1.16 -3.71 -5.27 MN 12 AOAC 996.06 0.10 0.10 -0.01 -4.63 3.50 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.54 -0.54 -0.58 0.87 -5.86 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.12 0.12 0.01 -0.35 -0.63 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 4 2 2 4 Tidak 4 4 Tidak 8 8 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Metode evaluasi hasil uji 4 jumlah laboratorium tidak memuaskan 8. Metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif.

4.3.9.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 51. Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian linoleat 1 pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS dinyatakan 100 memuaskan dan metode AOAC 66.7 memuaskan. Tabel 51 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya linoleat 1 No Metode pengujian Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 4 2 2. AOCS 6 6 3. ISO 1 1 4. Inhouse 1 1 Total 14 10 4 4.3.10 Linoleat 2 4.3.10.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter linoleat 2 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 42 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 2, sampel A Gambar 43 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 2, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang ekstrim MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 5.84 dan 5.87. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 52. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 31.83 – 52.55, sedangkan CV Horwitz adalah pada 8.67. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Tabel 52 Ringkasan statistika linoleat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi No N Evaluasi Hasil Uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 12 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 5.22 6.17 42.29 31.83 8.67 8.67 2 12 Seleksi data Grubss berkali-kali 5.22 6.17 42.29 31.83 8.67 8.67 3 14 Langsung Z-score 5.71 6.42 37.91 52.55 8.67 8.67 4 14 Nilai acuan Horwitz 5.71 6.42 8.67 8.67 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 53. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, sesuai Tabel 52, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 42.29 dan 31.83. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.67. Dapat dikatakan bahwa pengujian linoleat 2 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi adalah masih beragam. Tabel 53 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi linoleat 2 Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.24 0.24 0.07 1.44 1.38 MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.19 0.19 0.03 1.24 1.20 MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22 -2.91 -2.91 -2.27 -10.94 -10.99 MN 04 Thermo manual book of chromatography colums consumables page 274 ed. 2006- 2007 -2.96 -2.96 -2.30 -11.13 -11.16 MN 05 ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs 7.92 41.49 44.50 MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.10 0.10 -0.03 0.77 0.94 MN 07 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.10 -0.10 -0.18 -0.02 0.22 MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Gubbs Gubbs 1737.92 9692.05 8722.12 MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.85 -0.85 -0.73 -2.98 -2.71 MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000 1.28 1.28 0.84 -4.84 15.80 MN 11 AOC Ce 2-66 -1.50 -1.50 -1.22 -5.43 -5.44 MN 12 AOAC 996.06 1.80 1.80 1.23 12.00 3.11 MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993 0.65 0.65 0.37 -1.97 8.00 MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.25 -0.25 -0.29 -0.49 -0.51 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak 2 2 Tidak 8 8 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2

4.3.10.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 54. Tabel 54 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya linoleat 2 No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. AOAC 6 6 2. AOCS 6 6 3. ISO 1 1 4. Inhouse 1 1 Total 14 12 2 Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian linoleat 2 pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC dan AOCS masing- masing dengan 6 peserta dari total 14 peserta, dinyatakan 100 memuaskan untuk AOCS dan metode AOAC 66.67 memuaskan.

4.3.11 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan

Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar laboratorium peserta menggunakan metode pengujian AOAC Association of Official Analytical Chemistry dan AOCS American Oil Chemistry Society dan menggunakan GC gas chromatography dalam melakukan pengujian minyak nabati. Metode pengujian asam lemak dalam minyak nabati dapat dilihat pada Lampiran 29. Kromatografi gasgas chromatography GC adalah suatu teknik untuk memisahkan campuran senyawa yang mudah menguap dengan bantuan aliran gas pembawa melewati suatu kolom yang berisikan fase diam stationary phase. Cuplikan yang berupa campuran akan dipisahkan, disuntikkan ke dalam aliran gas melalui ruang injektor, kemudian cuplikan dibawa gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Pemisahan terjadi akibat perbedaan waktu tambat antara masing-masing cuplikan terhadap fase diam. Pada kromatografi gas fase diam selalu ditempatkan dalam sebuah kolom. Kolom merupakan jantungnya pemisahan dalam GC. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk parameter miristat 1 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 09, MN 10, dan MN 14; untuk parameter miristat 2 adalah laboratorium MN 05, MN 08, dan MN 09; untuk parameter palmitat 1 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 10, MN 12, dan MN 14; untuk parameter palmitat 2 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 10, MN 11, MN 12, dan MN 14; untuk parameter stearat 1 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 10, dan MN 11; untuk parameter stearat 2 adalah laboratorium MN 05 dan MN 08; untuk parameter oleat 1 adalah laboratorium MN 04, MN 05, MN 08, dan MN 10; untuk parameter oleat 2 adalah laboratorium MN 04, MN 05, dan MN 08; untuk parameter linoleat 1 adalah laboratorium MN 03, MN 04, MN 05, dan MN 08; untuk parameter linoleat 2 adalah laboratorium MN 05 dan MN 08. Laboratorium MN 04 menggunakan inhouse method, sehingga informasi kurang jelas. Laboratorium MN 05 menggunakan metode International Standard Organization ISO. Laboratorium tidak memuaskan yang lain menggunakan metode AOAC dan AOCS. Semua laboratorium yang memilih metode yang jelas yang dapat menuliskan dgn jelas metode yang dipilihnya memberikan hasil baik, kecuali MN 10. Outliernya MN 10 kemungkinan disebabkan karena kesalahankekurang telitian laboratorium. Hampir semua prosedur yang digunakan menggunakan internal standard, kecuali AOCS Official Method Ce 1c-89. Dapat diduga MN 09, MN 11, dan MN 14 tidak menggunakan internal standard Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 44. a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Peralatan gelas : peralatan gelas belum dikalibrasi. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan gelas. b. Langkah pengerjaan Penimbangan - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai. Gambar 44 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan asam lemak minyak nabati dengan GC Preparasi Pada kromatografi gas terdapat persyaratan bahwa campuran komponen yang akan dipisahkan harus berupa uap atau dapat diuapkan pada temperatur operasi kolom. Fase gerak pada kromatografi gas digunakan gas. Agar dapat dibawa oleh fase gerak yang berupa gas, maka analit harus diuapkan. Untuk analit yang tidak mudah menguap seperti asam lemak, maka perlu dilakukan derivatisasi. Derivatisasi adalah reaksi kimia yang diaplikasikan pada suatu senyawa untuk mengubah senyawa tersebut menjadi derivat atau turunannya yang mempunyai sifat berbeda dengan senyawa asalnya misal metil ester asam lemak. Penggunaan internal standar Internal standar adalah senyawa yang telah diketahui kadarnya dengan pasti, berbeda dengan analit namun memiliki sifat yang hampir mirip. Pemilihan internal standar Tindakan perbaikan adalah menggunakan internal standar. Pemilihan senyawa yang digunakan sebagai internal standard kurang tepat, karena memungkinkan terdapat senyawa pengganggu yang memberikan peak pada waktu retensi yang sama sehingga area internal standard yang dihitung lebih tinggi dari yang seharusnya. Tindakan perbaikan adalah memilih internal standard dengan tepat. Pengukuran Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik. Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja. Ketrampilan personel. Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian dengan GC.

4.4. Implikasi

4.4.1 Metode Evaluasi Hasil Uji Terpilih Berdasarkan Median

APLAC 2004 menyatakan bahwa salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. ISO 2005 menyatakan bahwa apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Robust semakin besar. Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan. Pada Tabel 55 ditampilkan rekapitulasi hasil statistika berdasarkan metode evaluasi hasil uji terpilih metode 2 untuk masing-masing parameter. Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai CV Robust yang terkecil, maka metode evaluasi hasil uji 2 adalah metode yang terpilih. Sebagai catatan, untuk beberapa parameter pengujian, nilai CV Robust metode hasil uji 1 adalah sama dengan nilai CV Robust metode evaluasi hasil uji 2. Hal ini disebabkan karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Namun demikian metode terpilih adalah tetap direkomendasikan metode evaluasi hasil uji 2, dengan alasan bahwa untuk seluruh kumpulan data, rekomendasi terbaik adalah menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Hal ini berarti bahwa untuk seluruh kumpulan data sebaiknya dilakukan seleksi data berkali-kali, walaupun mungkin setelah dilakukan seleksi data satu kali, pada seleksi Grubbs berikutnya tidak ada data yang keluar.

4.4.2 Kinerja Tidak Memuaskan dengan Uji Grubbs dan Z-Score

Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Data diurut dari terkecil hingga terbesar. Kemudian dibuat grafik histogram. Data data histogram tersebut dapat ditetapkan rumus yang sesuai G1, G2 atau G3. Setelah data yang dinyatakan ekstrim dinyatakan tidak memuaskan dengan Grubbs, maka data yang tersisa diolah dengan Robust Z-score. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R et al 2007 menyatakan bahwa Z- score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier. Tabel 55 Rekapitulasi metode evaluasi hasil uji terpilih berdasarkan median Parameter Jumlah data Metode terpilih Median A Median B CV Robust A CV Robust B CV Horwitz A CV Horwitz B KAKAO BUBUK Kadar air 28 Seleksi data Grubbs berkali- kali 4.88 4.68 14.09 10.10 3.18 3.18 Kadar lemak 28 Seleksi data Grubss berkali- kali 10.80 10.80 6.66 5.71 2.76 2.76 Kehalusan lolos ayakan 7 Seleksi data Grubss berkali- kali 99.70 99.73 0.16 0.18 - - Kadmium 14 Seleksi data Grubss berkali- kali 0.29 0.29 15.61 14.70 18.71 18.71 SAUS CABE Kalium sorbat 30 Seleksi data Grubss berkali- kali 316.30 315.27 11.68 10.12 6.62 6.73 Natrium benzoat 32 Seleksi data Grubss berkali- kali 647.97 650.65 10.58 8.77 5.97 6.03 Sakarin 27 Seleksi data Grubss berkali- kali 61.99 61.61 9.73 9.42 8.89 8.90 Padatan terlarut 17 Seleksi data Grubss berkali- kali 22.70 22.58 7.87 11.16 9.79 9.80 MINYAK NABATI Miristat 1 11 Seleksi data Grubss berkali- kali 4.40 4.46 15.25 14.21 9.05 9.03 Miristat 2 12 Seleksi data Grubss berkali- kali 5.91 5.91 21.56 21.56 8.66 8.66 Palmitat 1 9 Seleksi data Grubss berkali- kali 28.37 28.37 10.09 13.77 6.84 6.84 Palmitat 2 8 Seleksi data Grubss berkali- kali 10.29 10.27 12.82 12.00 7.97 7.97 Stearat 1 9 Seleksi data Grubss berkali- kali 3.92 4.00 12.48 12.23 9.23 9.22 Stearat 2 10 Seleksi data Grubss berkali- kali 3.07 3.01 18.05 11.08 9.60 9.59 Oleat 1 11 Seleksi data Grubss berkali- kali 34.96 32.85 18.87 19.41 6.65 6.64 Oleat 2 11 Seleksi data Grubss berkali- kali 41.1 49.46 40.65 23.36 6.31 6.30 Linoleat 1 12 Seleksi data Grubss berkali- kali 8.68 8.63 31.15 37.22 8.09 8.09 Linoleat 2 12 Seleksi data Grubss berkali- kali 5.52 6.17 42.29 31.83 8.67 8.67 Menurut Qi Zhou et al. 2011 nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Z-score adalah tool yang penting untuk mengukur seberapa besar bias nilai laboratorium dari median atau nilai acuan. Rekapitulasi hasil tidak memuaskan dapat dilihat pada Tabel 56. Sesuai tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kinerja laboratorium tidak memuaskan dengan metode 2 Grubbs berkali-kali adalah yang paling banyak sensitif dibandingkan dengan metode 1 dan 3. Namun demikian beberapa parameter kadar air, lemak, lolos ayakan kakao bubuk; jumlah padatan terlarut saus cabe; miristat 2, stearat 2, linoleat 1, linoleat 2 dalam minyak nabati jumlah tidak memuaskan antara metode 1, 2, dan 3 adalah sama persis, dengan nilai Z-score yang sama. Hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali saja dan pada seleksi Grubbs berikutnya tidak ada lagi data yang keluar. Terdapat kumpulan data setelah dilakukan beberapa kali uji Grubbs, data yang tersisa diuji dengan Robust Z-score. Ternyata dari uji Robust Z-score tersebut, ada yang sudah tidak dapat terdeteksi tidak memuaskan, dan ada juga yang masih terdeteksi tidak memuaskan dengan Z-score. Pada Tabel 56 juga terlihat bahwa metode evaluasi hasil uji 2 merupakan metode yang paling sensitif dalam arti mampu mendeteksi laboratorium tidak memuaskan paling banyak dibandingkan dengan metode 1 dan 3. Namun demikian metode evaluasi hasil uji 4 mampu mendeteksi laboratorium tidak memuaskan lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif. Tabel 56 Rekapitulasi jumlah laboratorium tidak memuaskan Komoditi parameter N Grubbs 1 x Grubbs berkali-kali Langsung Robust Nilai acuan Horwitz Metode 1 Metode 2 Metode 3 Metode 4 Grubbs Z score Total Grubbs Z score Total Grubbs Z score Total Grubbs Z score Total Kakao bubuk Kadar air 30 2 2 2 2 T T 15 15 Lemak 30 2 2 2 2 T 2 2 T 15 15 Kehalusan lolos ayakan 8 1 1 1 1 T 1 1 Kadmium 20 1 4 5 6 6 T 5 5 T 4 4 Saus cabe Kalium sorbat 34 1 3 4 4 1 5 T 4 4 T 12 12 Natrium benzoat 40 3 4 7 8 3 11 T 7 7 T 16 16 Sakarin 31 2 3 5 4 1 5 T 4 4 T 17 17 Jumlah padatan terlarut 19 2 2 2 2 T 2 2 T 3 3 Minyak nabati Miristat 1 14 1 1 2 2 3 5 T 1 1 Miristat 2 11 1 2 3 1 2 3 T 1 1 Palmitat 1 13 2 2 4 2 6 T 2 2 Palmitat 2 13 1 2 3 5 1 6 T 1 1 Stearat 1 13 2 2 4 4 T 3 3 T 6 6 Stearat 2 12 2 2 2 2 T 2 2 T 4 4 Oleat 1 14 2 1 3 3 1 4 T 3 3 T 7 7 Oleat 2 14 1 1 2 3 3 T 3 3 T 8 8 Linoleat 1 14 2 2 4 2 2 4 T 4 4 T 8 8 Linoleat 2 14 2 2 2 2 T 2 2 T 8 8

4.4.3 Metode Pengujian

Berdasarkan hasil evaluasi metode 2 Grubbs berkali-kali dilanjutkan dengan Robust Z-score, dilakukan rekapitulasi laboratorium yang menggunakan metode SNI dan dinyatakan kinerjanya memuaskan sesuai Tabel 57 dan Tabel 58. Tabel 57 Rekapitulasi hasil memuaskan bagi laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI untuk kakao bubuk No Metode Parameter pengujian Kadar air Kadar lemak Lolos ayakan Kadmium Memuaskan 1. SNI 01-2891-1992 87.50 85.71 2. SNI 01-3747-1995 100 100 100 3. SNI 01-3747-2009 90 100 80 60 4. SNI 01-2354.2-2006 100 - 5. SNI 01-2354.3-2006 100 6. SNI 01-2896-1998 66.67 7. SNI 01-2896-1992 100 Dari Tabel 57 terlihat bahwa laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar lemak, lolos ayakan dan kadmium pada kakao bubuk, memperoleh hasil memuaskan rentang 60 - 100. Sebagai gambaran, SNI 01-3747-1995 untuk menguji kadar air kakao bubuk, digunakan oleh 8 laboratorium, berarti ke 8 laboratorium tersebut memperoleh hasil memuaskan. Pada Tabel 58 terlihat bahwa laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kalium sorbat, natrium benzoat dan jumlah padatan terlarut pada saus cabe, memperoleh hasil memuaskan dengan rentang 40 - 100. Untuk persentase memuaskan yang paling kecil 40 adalah untuk pengujian natrium benzoat dengan menggunakan SNI 01-2894-1992. Tabel 58 Rekapitulasi hasil memuaskan bagi laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI untuk saus cabe No Metode Parameter pengujian Kalium sorbat Natrium benzoat Sakarin Jumlah padatan terlarut Memuaskan 1. SNI 01-2894-1992 50 40 100 2. SNI 01-2976-2006 90 3. SNI 01-3546-2004 100 4. SNI 01-2891-1992 100 5. SNI 01-2897-1992 100 6. SNI 06-1136-1989 100 7. SNI 01-2893-1992 100

4.4.4 Hasil Uji Laboratorium Peserta dan Nilai Acuan

Dilakukan plot data median laboratorium peserta dan nilai acuan sesuai Gambar 38 dan Gambar 39 skala diperkecil. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa nilai median laboratorium peserta tidak berbeda jauh dengan nilai acuan dari Jerman. Namun demikian penyebarandistribusi sesuai penjelasan sebelumnya adalah cukup besar. Gambar 45 Median laboratorium peserta dan nilai acuan sampel A Gambar 46 Median laboratorium peserta dan nilai acuan sampel B Evaluasi hasil uji seluruh parameter dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji secara konsensus metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 berbeda hasilnya dengan metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan metode evaluasi hasil uji 4 .

4.4.5 Nilai Acuan

Seperti telah disampaikan sebelumnya, satu set sampel kakao bubuk, saus cabe dan minyak nabati, dikirim ke laboratorium di luar negeri. Laboratorium tersebut merupakan laboratorium acuan dan telah diakreditasi berdasarkan ISOIEC 17025:2005 General Requirement for the Competence of Testing and Calibration Laboratories dan merupakan laboratorium acuan. Standar tersebut telah diadopsi menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor SNI ISOIEC 17025:2008 Persyaratan Umum untuk Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Beberapa kumpulan data kadmium kakao bubuk, jumlah padatan terlarut saus cabe, menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji terpilih konsensus lebih kecil daripada jumlah laboratorium tidak memuaskan dengan metode evaluasi 4 acuan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan laboratorium penguji di Indonesia untuk melakukan pengujian terkait telah cukup baik. Hal tersebut dibuktikan pula dengan CV Robust yang lebih kecil daripada CV Horwitz. Dari Tabel 56 terlihat bahwa jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji yang terpilih dibandingkan dengan metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan SD Horwitz metode evaluasi hasil uji 4 sangatlah berbeda jauh, hal ini disebabkan karena SD Horwitz adalah sangat ketat. Menurut Horwitz 1982, dalam regulasi, kehandalan adalah sangat penting dan reproducibility merupakan kritikal komponen. Between laboratory coefficient of variation CV dirumuskan sebagai: CV = 2 1-0.5 log C Setelah CV horwitz diketahui, maka dicari SD Horwitz, yang merupakan perkalian antara CV Horwitz dan median. Nilai SD Horwitz ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai NIQR, sehingga “saringan” adalah lebih kecil, dan tentu saja lebih banyak laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan. , dimana C dinyatakan dalam fraksi konsentrasi yang nilainya diambil dari nilai acuan. Sebagian besar kinerja laboratorium untuk pengujian kakao, saus cabe dan minyak nabati masih dianggap belum terlalu baik. Ini diperlihatkan dengan CV Robust masih lebih besar dibandingkan dengan CV Horwitz CV harapan. Idealnya CV Robust CV Horwitz, yang berarti reproducibility between laboratory adalah kecil, atau tidak berbeda jauh antara hasil laboratorium yang satu dengan yang lain. CV Robust yang sangat besar bila dibandingkan dengan CV Horwitz mengindikasikan bahwa kemungkinan evaluasi statistika dengan konsensus yang dilakukan tidak memberikan gambaran nyata real bagi unjuk kerja laboratorium. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila suatu laboratorium dinyatakan memuaskan berdasarkan evaluasi statistika dengan konsensus, belum tentu laboratorium tersebut memberikan hasil yang valid. Dalam perhitungan menggunakan konsensus, apabila hasil uji peserta mengandung bias yang mengarah pada suatu kecenderungan tertentu, misal bias yang disebabkab oleh zat yang mudah menguap, maka hasil perhitungan dapat menyebabkan laboratorium yang sebenarnya mempunyai hasil yang akurat akan menjadi tidak memuaskan, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu assigned value nilai acuan yang telah tertelusur nilai benarnya sangat diperlukan untuk menentukan unjuk kerja laboratorium di Indonesia. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa nilai acuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan suatu bahan acuan yang telah diketahui nilai benarnya dan nilai dari expertise laboratories. Indonesia sudah memiliki lebih dari 550 laboratorium terakreditasi dengan lebih dari 150 laboratorium pangan dan agroindustri. Di Indonesia belum berkembang laboratorium yang mengkhususkan diri pada bidang spesialisasi tertentu, seperti pangujian residu pestisida, residu antibiotik dalam hewan, kandungan logam berbahaya, dll. Laboratorium spesialis seperti itu berpotensi dikembangkan sebagai laboratorium rujukan yang dibutuhkan oleh laboratorium- laboratorium pengujian lain sebagai pembanding. Laboratorium rujukan dapat memperluas fungsinya seperti menyediakan sampel uji profisiensi yang memiliki nilai acuan, menyediakan in house reference materials bahkan pada tingkat nasional dengan mensertifikasi bahan acuan. Semua ini digunakan laboratorium pengujian untuk menjamin validitas hasil pengujian yang tertelusur ke SI. Laboratorium rujukan memperoleh ketertelusuran tersebut dari National Measurement Institute NMI. Pada umumnya kelemahan dari laboratorium pengujian agroindustri disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pengujian dalam suatu matriks yang kompleks. Produk agroindustri mempunyai matriks yang sangat beragam dan kompleks bergantung pada jenis bahan baku dan proses pembuatannya. V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan tiga metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta dan satu metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai acuan, dapat disimpulkan bahwa metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta yang dianggap terbaik, adalah metode yang memberikan nilai Robust Coefficient of Variation CV yang terkecil. CV Robust menggambarkan seberapa besar penyebaran data dari laboratorium peserta. Metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score merupakan metode yang memberikan nilai Robust CV yang terkecil. Metode tersebut adalah juga yang paling sensitif memberikan jumlah laboratorium tidak memuaskan paling banyak apabila dibandingkan dengan metode evaluasi hasil uji yang lain berdasarkan nilai median peserta. Berdasarkan tingkat keragaman CV yang diperbolehkan menurut persamaan Horwitz, kemampuan laboratorium Indonesia untuk kadmium pada kakao bubuk serta padatan terlarut pada saus cabe sangat baik CV Robust CV Horwitz; untuk kadar air dan kadar lemak pada kakao bubuk, kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe, asam lemak pada minyak nabati tidak baik CV Robust CVHorwitz. Dominasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi untuk parameter pengujian kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, kadmium pada kakao bubuk serta jumlah padata terlarut saus cabe adalah Standar Nasional Indonesia SNI. Laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar lemak, lolos ayakan dan kadmium pada kakao bubuk, serta kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe memperoleh hasil memuaskan 40 - 100 melalui metode evaluasi hasil uji terpilih untuk sebagian besar parameter pengujiannya. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji yang terpilih dibandingkan dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan standard deviasi Horwitz SD Horwitz sangat berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena SD Horwitz sangat ketat. Nilai median dari metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score tidak berbeda dari nilai acuan. Namun demikian penyebarandistribusi data cukup besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan laboratorim di Indonesia mempunyai bias. Penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan adalah dari berbagai faktor, terutama adalah peralatan dan pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan metode pengujian yang telah ditetapkan.

5.2 Saran

Lingkup pengujian yang ada sangat luas, sehingga dapat dilakukan penelitian terkait lingkup pengujian lain, terutama dalam melihat kinerja laboratorium yang menerapkan metode pengujian Standar Nasional Indonesia SNI. Standar Nasional Indonesia SNI untuk komoditi kakao bubuk dan saus cabe, terkait metode pengujian untuk parameter kadar lolos ayakan dan jumlah padatan terlarut sebaiknya ditinjau ulang. Penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan dan penetapan certified reference material bahan acuan bersertifikat sangat diperlukan. Dengan adanya bahan acuan bersertifikat tersebut, maka uji profisiensi mempunyai suatu nilai benar, dan dapat dihindarkan bias. VI. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan tiga metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta dan satu metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai acuan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta yang dianggap terbaik, adalah metode yang memberikan nilai Robust Coefficient of Variation CV yang terkecil. CV Robust menggambarkan seberapa besar penyebaran data dari laboratorium peserta. 2. Metode evaluasi hasil uji terbaikterpilih adalah metode evaluasi seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score untuk seluruh parameter pengujian. 3. Metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score adalah yang paling sensitif memberikan jumlah laboratorium tidak memuaskan paling banyak apabila dibandingkan dengan metode evaluasi hasil uji yang lain berdasarkan nilai median peserta. 4. Berdasarkan tingkat keragaman CV yang diperbolehkan menurut persamaan Horwitz, kemampuan laboratorium Indonesia untuk kadmium pada kakao bubuk serta padatan terlarut pada saus cabe sangat baik CV Robust CV Horwitz; untuk kadar air dan kadar lemak pada kakao bubuk, kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe, asam lemak pada minyak nabati tidak baik CV Robust CVHorwitz. 5. Dominasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi untuk parameter pengujian kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, kadmium pada kakao bubuk serta jumlah padata terlarut saus cabe adalah Standar Nasional Indonesia SNI. 6. Laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar lemak, lolos ayakan dan kadmium pada kakao bubuk, serta kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe memperoleh hasil memuaskan 40 - 100 melalui metode evaluasi hasil uji terpilih metode 2 untuk sebagian besar parameter pengujiannya. 7. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji yang terpilih dibandingkan dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan standard deviasi Horwitz SD Horwitz sangat berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena SD Horwitz sangat ketat. Nilai median dari metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score tidak berbeda dari nilai acuan. Namun demikian penyebarandistribusi data cukup besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan laboratorim di Indonesia mempunyai bias. 8. Penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan adalah dari berbagai faktor, terutama adalah peralatan dan pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan metode pengujian yang telah ditetapkan.

5.2 Saran

1. Lingkup pengujian yang ada sangat luas, sehingga dapat dilakukan penelitian terkait lingkup pengujian lain, terutama dalam melihat kinerja laboratorium yang menerapkan metode pengujian SNI. 2. Standar Nasional Indonesia SNI untuk komoditi kakao bubuk dan saus cabe, terkait metode pengujian untuk parameter kadar lolos ayakan dan jumlah padatan terlarut sebaiknya ditinjau ulang. SISTEM UJI PROFISIENSI PRODUK AGROINDUSTRI UNTUK AKREDITASI LABORATORIUM NASIONAL FAJARINA BUDIANTARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 DAFTAR PUSTAKA [APLAC] Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation. 2004. Proficiency Testing Notes. APLAC. Bernard W. Minifie. 1999. Chocolate, Cocoa, and Confectionery Third Edition. New York. Van Nostrand [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI Wajib Kakao Diberlakukan. Jakarta. http:www.bsn.go.idnews_detail.php?news_id=1028 diunduh 8 Agustus 2011 [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 01-3747-2009 Kakao Bubuk. Jakarta. BSN Food and Consumer Safety Authority. Protocol for proficiency testing. Groningen: Quality assurance group inspectorate for health protection; 3 rd Edition 1995. p. 1-50 Edelgard Hund, D. Luc Massart. Johanna Smeyers-Verbeke. 2000. Interlaboratory Studies in Analytical Chemistry. Analtica Chimica Acta 423 2000 145-165 Erilia Yusnitha, Farida, Siti Aidah, Boru DS. 2008. Penetapan Nilai Acuan Sertifikat sebagai Assign Value Evaluasi Data Hasil Uji Profisiensi. Hasil- Hasil Penelitian EBN. ISBN 0854-5561. Hal. 649- 656 Eriyatno. 1999. Ilmu sistem: Meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen. Jilid satu. Bogor: IPB Press. Frank Baumeister Michael Kohc. 2009. Use of Consensus Means of Reference Values for the Calculation of the Assign Value in PTS for PAH Analysis. International Proficiency Testing II. 63-71 Herlina. 1997. Analisis Uji Antar Laboratorium PT Sucofindo. Bogor. IPB Iuliana Piciorea. 2009. CRM-Used for Estimate of The Bias. International Proficiency Testing II. 123-131 Irmawati R. 2001. Persiapan Sistem Mutu Uji Profisiensi Minyak CPO dan Implementasinya. Bogor. IPB [IPB] Institut Pertanian Bogor. Saus atau Sambal Cabe. Tekno Pangan dan Agroindustri, Volume I, Nomor 1. 1999. Bogor. IPB [ISO] International Organization for Standardization. 2005. ISOIEC 17025:2005: General Requirements for The Competence of Testing and Calibration Laboratories. Switzerland. ISO [ISO] International 0rganization for Standardization. 2005. ISOIEC 13528:2005: S tatistical Methods for Use in Proficiency Testing by Interlaboratory Comparisons. Switzerland. ISO [ISO] International 0rganization for Standardization. 2010. ISOIEC 17043:2010: Conformity Assessment - General Requirements for Proficiency Testing. Switzerland. ISO [IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry. 2006. The International Hormonized Protocol for The Proficiency Testing of Analytical Chemistry Laboratories. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 1, pp. 145–196, 2006. [KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2008. KAN Policies on Proficiency Testing. Jakarta. KAN [KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2011. Laporan Program Uji Profisiensi KAN 2011. Jakarta. KAN [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2011. Info Ekspor Indonesia. Jakarta. Kemendag [Kementan] Kementerian Pertanian. 2010. Ekspor – Impor Hasil Pertanian. Jakarta. Kementan [Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao. Jakarta. Kementerian Perindustrian Michael Kohc. Consensus Mean and Standard Deviation in PT Differences Between Various Calculation Methods. International Proficiency Testing II: 14-29 Pomeranz. Food Analysis Theory and Practice Third Edition. New York. Chapman Hall. Pedro Rosario, Jose Luis Martinez, Jose Miguel. 2007. Evaluation of Proficiency Test Data by Different Statistical Methods Comparison. International Proficiency Testing 1: 95-104 Qi Zhou, Ziyu Shen, Shaonan Li, Xiaopeng Li, Wei Wang, Zhiguo Wang. 2007. Robust and Traditional Statistical Methods in The Establishment of Immunuglobin E Target Values in External Quality Assessment Program. Clinica Chimica Acta 387 2008 66 - 70 Qi Zhou, Jianping Xu, Wei Xie, Shaonan Li, Xiaopeng Li. 2011. Use of Robust ZB and ZW to Evaluate Proficiency Testing Data. Clinica Chimica Acta 412 2011 936-939 Trevor J. F . 2006. Practical Statistics for the Analytical Scientist. LGC. UK Thompson, M . 2006. Fitness for Purpose – The Integrating Theme of The Revised Harmonised Protocol for Proficiency Testing in Analytical Chemistry Laboratories. Accreditation Quality Assurance 11: 373-378 Tjahja M, Darwin K. 2008. Sistem Jaminan Mutu Pangan. IPB Press. Bogor Uhlig S.2008. Statistical-Based Performance Characteristics in Laboratory Performance Studies. Analyst 123: 167-172 Winarno, F.G. 1994. Bahan Tambahan Makanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Winarno F, G. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat. Balai Pustaka. Jakarta 131 Lanjutan Lampiran 1 No. Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadar air Kode lab A B Metode 1 KB 01 5.41 5.03 SNI 01-2891-1992 2 KB 02 4.81 4.67 SNI 3747:2009 butir A.4 3 KB 03 5.1 5.1 SNI 01-2891-1992 4 KB 04 5.85 5.17 SNI 01-2891-1992 5 KB 05 4.52 4.38 Gravimetri 6 KB 06 4.68 4.66 SNI 3747-2009 butir A.4 7 KB 07 5.17 5.16 AS 2300.1.1.2008 8 KB 08 4.21 4.27 SNI 01-3747-1995 9 KB 09 4.1 4.08 SNI 01-2891-1992 butir 5.1 10 KB 10 5.05 4.95 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.3 11 KB 11 4.4 4.3 SNI 01-3747-2009 12 KB 12 4.64 4.65 SNI 3747:2009 butir A.4 13 KB 13 4.3 3.61 SNI 01-2891-1992, cara gravimetri 14 KB 14 4.5 4.52 Gravimetri, SNI 01-2354.2- 2006 15 KB 15 5.36 6.43 SNI 3747:2009 16 KB 16 5.68 4.89 Loss on dry 105OC3 jam 17 KB 17 4.46 4.61 Gravimetri SNI 01-2891-1992 18 KB 18 5.66 5.67 drying oven 19 KB 19 4.54 4.69 SNI 01-2891-1992, gravimetri 20 KB 20 4.35 4.36 SNI 3747:2009 butir A.4, gravimetri oven 100 O C 21 KB 21 4.95 4.92 SNI 3747:2009 lamp A.4 22 KB 22 4.05 4.06 SNI 3747:2009 butir A.4 23 KB 23 6.14 5.64 SNI 3747:2009 24 KB 24 5.09 5.1 SNI 01-3747-1995 25 KB 25 5.44 4.44 SNI 3747:2009 26 KB 26 5.68 5.57 Gravimetri 27 KB 27 4.46 4.47 SNI 01-3747-1995 28 KB 28 - - - 30 KB 30 5,54+0,31 5,17+0,24 Oven 31 KB 31 4.61 4.59 SNI 01-2891-1992 32 KB 32 4.97 4.96 Gravimetri 33 KB 33 - - - 132 Lanjutan Lampiran 2 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadar lemak No. Kode lab A B Metode 1 KB 01 10.20 10.76 SNI 01-2891-1992 2 KB 02 10.34 10.56 SNI 3747:2009 butir A.3 3 KB 03 11.76 11.94 SNI 01-2891-1992 4 KB 04 10.78 10.70 SNI 01-2891-1992 5 KB 05 10.49 10.16 Soxhlet 6 KB 06 11.08 11.14 SNI 3747:2009 butir A.3 7 KB 07 11.38 11.33 Hidrolisis Welbull 8 KB 08 9.85 9.65 IKT.03.1-10 9 KB 09 9.85 9.83 SNI 01-2891-1992 butir B.1 10 KB 10 11.45 11.46 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.6 11 KB 11 10.64 10.63 SNI 01-3747:2009 12 KB 12 10.76 10.67 SNI 3747:2009 butir A.3 13 KB 13 1.45 1.26 SNI 01-2891-1992, cara gravimetric 14 KB 14 10.37 10.36 Sokhlet, SNI 01-2354.3-2006 15 KB 15 11.75 11.57 SNI 3747:2009 16 KB 16 - - - 17 KB 17 10.48 10.49 Soksletasi-Gravimetri, MA PPOMN 44MM00 18 KB 18 9.59 9.60 acid hydrolysis 19 KB 19 11.43 11,44 SNI 01-2891-1992, gravimetric 20 KB 20 10.78 10.78 SNI 3747:2009 butir A.3, cara hidrolisis 21 KB 21 11.35 11.31 SNI 3747:2009 Lamp. A3 22 KB 22 12.05 12.02 SNI 3747:2009 butir A.3 23 KB 23 10.61 10.84 SNI 3747:2009 24 KB 24 10.82 10.80 SNI 01-3747:1995 25 KB 25 10.19 10.67 SNI 3747:2009 26 KB 26 12.02 12.35 Soxhlet 27 KB 27 10.82 10.80 SNI 01-2891-1992 28 KB 28 5.93 5.70 SNI 30 KB 30 10,99+0,37 11,04+0,44 Soxhlet 31 KB 31 12.33 12.62 AOAC 963,15 2005 32 KB 32 11.42 11.50 Gravimetri 33 KB 33 - - - 133 Lanjutan Lampiran 3 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kehalusan lolos ayakan 200 mesh No. Kode lab A B Metode 1 KB 01 - - - 2 KB 02 0.35 0.48 SNI 3747:2009 butir A.5 3 KB 03 - - - 4 KB 04 Sampel tidak cukup - 5 KB 05 - - - 6 KB 06 99.7 99.7 SNI 3747:2009 butir A.5 7 KB 07 - - - 8 KB 08 - - - 9 KB 09 - - - 10 KB 10 - - - 11 KB 11 99.67 99.64 SNI 3747:2009 12 KB 12 - - - 13 KB 13 - - - 14 KB 14 - - - 15 KB 15 100 100 SNI 3747-2009 16 KB 16 - - - 17 KB 17 - - - 18 KB 18 99.33 99.32 pengayakan 19 KB 19 - - - 20 KB 20 - - - 21 KB 21 99.94 99.98 SNI 3747:2009 Lamp A.5 22 KB 22 - - - 23 KB 23 - - - 24 KB 24 99.83 99.84 SNI 01-3747-1995 25 KB 25 - - - 26 KB 26 99.66 99.73 Mesh sieving 27 KB 27 - - - 28 KB 28 - - - 30 KB 30 - - - 31 KB 31 - - - 32 KB 32 - - - 33 KB 33 - - - 134 Lanjutan Lampiran 4 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadmium Cd No. Kode lab A mgkg B mgkg Metode 1 KB 01 0.26 0.28 AOAC Method 999.10 2 KB 02 0.32 0.32 SNI 3747:2009, butir A.7 3 KB 03 - - - 4 KB 04 0.35 0.32 SNI 01-2896-1998 5 KB 05 - - - 6 KB 06 0.3 0.3 SNI 3747:2009, butir A.7.1 7 KB 07 0.24 0.25 AAS 8 KB 08 0.28 0.28 IK.T.03.1-20, IK.T.03.1-21 9 KB 09 - - - 10 KB 10 - - - 11 KB 11 0.26 0.27 SNI 01-3747-2009 12 KB 12 0.89 0.88 IKUK5007-07 AAS 13 KB 13 0.21 0.2 AOAC Method Ed. 18 th. 2005, cara AAS 14 KB 14 0.55 0.54 Graphite furnace, AOAC 2005, Chp.9, 18 - 22 15 KB 15 0.47 0.47 AOAC Method 973.34 16 KB 16 0.3117 0.3163 AAS 17 KB 17 0.06 0.06 AAS-SNI 01-2896-1998 18 KB 18 tidak terdeteksi MDL 0.1 ppm - AAS 19 KB 19 0.26 0.26 SNI 19-2896-1998, AAS 20 KB 20 13.46 12.79 SNI 3747:2009 butir 4.7.1, AAS tungku karbon 21 KB 21 0.04 0.04 SNI 3747:2009 Lamp A.1 22 KB 22 tidak terdeteksi - SNI 3747:2009 butir A.7.1 23 KB 23 - - - 24 KB 24 0.34 0.34 SNI 01-2896-1992 25 KB 25 - - - 26 KB 26 0.22 0.2 AAS 27 KB 27 - - - 28 KB 28 0.32 0.33 AOAC 30 KB 30 - - - 31 KB 31 0,02 0,02 SNI 01-2896-1998 32 KB 32 0.27 0.27 AAS 33 KB 33 - - - 135 Lanjutan Lampiran 5 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: pengawet kalium sorbat No. Kode lab A mgkg A mgkg Metode 1 SC 01 - - 2 SC 02 - - 3 SC 03 - - 4 SC 04 817,14 747,83 SNI 01-2894-1992 5 SC 05 422,66 515,86 HPLC 6 SC 06 314,35 385,58 KCKTPPOM 43MA93 7 SC 07 382,7 297,94 KCKT 8 SC 08 250,27 256,97 HPLC 9 SC 09 92,39 91,03 SNI 01-2894-1992 10 SC 10 315,54 314,41 MAPPOMN 43MA93 11 SC 11 322,41 321,21 KCKT 01MA PPOMN07 12 SC 12 222,78 238,43 HPLC 13 SC 13 - - 14 SC 14 156 135,2 HPLC 15 SC 15 295,63 293,38 HPLC 01PPOMN2007 16 SC 16 314,66 341,4 MAPPOMN 43MA93 17 SC 17 304,74 305,21 SOP 07LDJ2004 HPLC 18 SC 18 325,34 320,48 KCKT-MA PPOMN 43MA93 19 SC 19 327,39 302,38 IKUK 5607-07 HPLC 20 SC 20 323,84 318,58 MAPPOMN 43MA93 21 SC 21 357,9 349,85 SNI 01-2894-1992 HPLC 22 SC 22 - - 23 SC 23 311,78 307,68 01PPOMN07 24 SC 24 431,37 432,22 HPLC 25 SC 25 339,45 326,18 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 26 SC 26 negatif negatif MA PPOMN No. 43MM93, HPLC 27 SC 27 304,95 320,63 MA PPOM 43MA93, HPLC 28 SC 28 276,32 290,79 MA 43MA93 29 SC 29 393,27 302,81 MA PPOM43MA93 30 SC 30 352,57 355,63 18-5-18MUSMMSIG, HPLC 31 SC 31 446,58 399,82 HPLC 32 SC 32 239,85 212,66 PPOM 43MA93; PPOM23MA98 33 SC 33 322,38 316,13 MA 43.MA.1993, HPLC 34 SC 34 413,66 341,33 SNI 01-2894-1992 35 SC 35 - - 36 SC 36 317,06 317,7 HPLC 37 SC 37 - - 38 SC 38 288,86 307,86 TCLWI 5.4FK15 39 SC 39 290,25 279,13 In house 40 SC 40 269,12 272,04 KCKT, 43 MA 93 41 SC 41 211,57 209,22 HPLC MA PPOMN 43MA1993 42 SC 42 - - 43 SC 43 - - 45 SC 45 342,07 345,9 MA PPOM43MA93 46 SC 46 - - 136 Lanjutan Lampiran 6 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: pengawet natrium benzoat No. Kode lab A mgkg A mglkg Metode 1 SC 01 - 2 SC 02 - 3 SC 03 96,73 109,61 Titrimetri 4 SC 04 1189,08 1048,25 SNI 01-2894-1992 5 SC 05 689,02 766,53 HPLC 6 SC 06 642,3 735,01 KCKTPPOM 43MA93 7 SC 07 749,98 641,91 KCKT 8 SC 08 553,71 556,42 HPLC 9 SC 09 105,11 105,38 SNI 01-2894-1992 10 SC 10 661,97 659,03 MAPPOMN 43MA93 11 SC 11 644,62 646,04 KCKT 01MA PPOMN07 12 SC 12 868,87 868,56 HPLC 13 SC 13 - 14 SC 14 309 298,4 HPLC 15 SC 15 630,41 632,19 HPLC 01PA2007 16 SC 16 721,49 745,18 MAPPOMN 43MA93 17 SC 17 590,45 589,97 SOP 07LDJ2004 HPLC 18 SC 18 631,67 621,39 KCKT - MA PPOMN 43MA93 19 SC 19 921,18 938,49 IKUK 5607-07 HPLC 20 SC 20 640,2 637,95 MAPPOMN 43MA93 21 SC 21 657,8 649,6 SNI 01-2894-1992 HPLC 22 SC 22 633,92 648,01 HPLC 23 SC 23 688,35 687,79 01PPOMN07 24 SC 24 631,66 634,27 HPLC 25 SC 25 707,12 707,37 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 26 SC 26 721,54 711,37 MA PPOMN No. 43MM93, HPLC 27 SC 27 681,49 696,02 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 28 SC 28 591,28 622,81 MA PPOMN No. 43MA93 29 SC 29 762,17 651,69 MA PPOM43MA93 30 SC 30 684,85 694,94 18-5-18MUSMM-SIG, HPLC 31 SC 31 839,71 788,69 HPLC 32 SC 32 564,45 523,7 PPOM 43MA93; PPOM23MA98 33 SC 33 654,14 654,99 MA 43.MA.1993, HPLC 34 SC 34 554,02 457,15 SNI 01-2894-1992 35 SC 35 - 36 SC 36 524,39 526,46 HPLC 37 SC 37 457,91 1527,61 AOAC Ekstraksi-volumetri 38 SC 38 65,78 67,2 TCLWI 5.4FK11 39 SC 39 403,38 394,6 In house 40 SC 40 651,31 657,29 KCKT, 43 MA 93 41 SC 41 600,74 601,47 HPLC MA PPOMN 43MA1993 42 SC 42 1206,27 1206,45 SNI 01-2894-1992 43 SC 43 531,43 530,68 Titrimetri 45 SC 45 696,41 696,79 MA PPOM43MA93 46 SC 46 - - 137 Lanjutan Lampiran 7 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: pemanis sakarin No Kode lab A mgkg A mgkg Metode 1 SC 01 - - 2 SC 02 - - 3 SC 03 - - 4 SC 04 positif positif SNI 01-2893-1992 5 SC 05 77,09 76,15 HPLC 6 SC 06 - - 7 SC 07 - - 8 SC 08 59,58 60,5 HPLC 9 SC 09 61,14 61,61 SNI 01-2893-1992 10 SC 10 44,96 44,93 MAPPOMN 43MA93 11 SC 11 62,8 63,09 KCKT 01MA PPOMN07 12 SC 12 - - 13 SC 13 - - 14 SC 14 77 82 HPLC 15 SC 15 58,3 58,28 HPLC 01PPOMN2007 16 SC 16 74,69 72,74 MAPPOMN 43MM93 17 SC 17 66,86 66,58 SOP 07LDJ2004 HPLC 18 SC 18 68,92 66,31 KCKT - MA PPOMN 43MA93 19 SC 19 60,14 59,23 IKUK 5107-07 HPLC 20 SC 20 61,44 60,05 MAPPOMN 43MA93 21 SC 21 62,56 63,6 SNI 01-2894-1992 HPLC 22 SC 22 - - 23 SC 23 72,62 71,46 01PPOMN07 24 SC 24 63,52 63,91 HPLC 25 SC 25 57,3 57,18 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 26 SC 26 410,25 395,72 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 27 SC 27 65,12 66,2 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 28 SC 28 55,8 56,95 MA 43MM93 29 SC 29 72,35 75,03 MA PPOM43MA93 30 SC 30 58,91 60,15 18-5-19MUSMM-SIG, HPLC 31 SC 31 67,85 70,81 HPLC 32 SC 32 61,99 59,31 PPOM 45MA92 33 SC 33 45,2 47,05 MA.43.MA.1993 HPLC 34 SC 34 600,34 645,77 Bahan Tambahan Pangan hal 85 dan 88 35 SC 35 - - 36 SC 36 66,14 67,62 HPLC 37 SC 37 - - 38 SC 38 - - 39 SC 39 22,57 23,34 In house 40 SC 40 53,75 54,49 KCKT, 43 MA 93 41 SC 41 60,05 60,55 HPLC MA PPOMN 43MA1993 42 SC 42 - - 43 SC 43 315,51 315,97 titrimetri 45 SC 45 59,53 60,64 MA PPOM No.43MM93 45 SC 46 - - 138 Lanjutan Lampiran 8 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: jumlah padatan terlarut No. Kode lab A mgkg A mgkg Metode 1 SC 01 - - 2 SC 02 - - 3 SC 03 - - 4 SC 04 22,7 21,81 SNI 01-2976-2006 5 SC 05 reagent tidak lengkap 6 SC 06 - - 7 SC 07 - - 8 SC 08 25,53 25,35 SNI 01-2976-2006 lampiran A 9 SC 09 22,8 23,1 SNI 01-3546-2004 10 SC 10 - - 11 SC 11 - - 12 SC 12 - - 13 SC 13 - - 14 SC 14 22,21 21,94 Gravimetri 15 SC 15 - - 16 SC 16 18,11 18,29 SNI 06-1136-1989 17 SC 17 50,19 50,76 SNI 01-2976-1992 kadar air dg Karl Fischer 18 SC 18 - - 19 SC 19 - - 20 SC 20 - - 21 SC 21 - - 22 SC 22 - - 23 SC 23 - - 24 SC 24 24,62 25,08 Gravimetri 25 SC 25 26,39 25,56 Gravimetri, SNI 01-2891-1992 26 SC 26 26,03 25,65 SNI 01-2897-1992 butir 5.3, gravimetri 27 SC 27 - - 28 SC 28 - - 29 SC 29 22,67 22,04 SNI 01-2976-1992, SNI 01-2976-2006 30 SC 30 22,58 22,58 SNI 01-2976-2006 butir A.1, gravimetri 31 SC 31 23,45 23,45 SNI 01-2976-2006 32 SC 32 - - 33 SC 33 - - 34 SC 34 18,62 19,18 SNI 01-2976-2006 butir A.1.5.3 35 SC 35 - - 36 SC 36 22,26 22,11 Refractometric, AOAC 970.59, Ed.17 37 SC 37 5,16 5,36 AOAC gravimetri 38 SC 38 20,32 20,58 SNI 01-2976-2006 39 SC 39 26,27 26,11 AOAC 40 SC 40 - - 41 SC 41 21,16 21 Gravimetri SNI 01-2976-2006 42 SC 42 24,49 25,21 SNI 01-2976-2006 43 SC 43 - - 45 SC 45 - - 46 SC 46 - - 139 Lanjutan Lampiran 9 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : kadar miristat Kode lab Miristat 1 mg100 mg contoh Miristat 2 mg100 mg contoh Metode A B Rata- rata A B Rata- rata MN 01 4,96 4,9 4,93 6,48 6,55 6,52 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 MN 02 4,45 4,47 4,46 6,04 6,05 6,05 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 MN 03 4,4 4,47 4,44 5,85 5,91 5,88 AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04 - - - - - - MN 05 7,49 7,9 7,70 10,34 10,31 10,33 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06 3,89 3,89 3,89 5,05 5,06 5,06 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07 4,2 4,11 4,16 5,55 5,47 5,51 AOAC Official Method 991.39 2005 GC MN 08 2799,49 2691,11 2745,30 4355,7 4366,49 4361,10 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09 7,12 7,34 7,23 10,65 10,59 10,62 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 MN 10 1,42 1,59 1,51 1,42 5,02 3,22 AOAC Official Method 991.39 2000 MN 11 2,83 2,44 2,64 3,05 3,13 3,09 AOC Ce 2-66 MN 12 4,62 4,46 4,54 4,49 5,9 5,20 AOAC 996.06 MN 14 7,43 11,53 9,48 11,31 7,44 9,38 GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15 3,88 3,77 3,83 5,01 5,04 5,03 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 140 Lanjutan Lampiran 10 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : kadar palmitat Kode lab Palmitat 1 mg100 mg contoh Palmitat 2 mg100 mg contoh Metode A B Rata- rata A B Rata- rata MN 01 31,95 31,76 31,86 10,81 10,57 10,69 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 MN 02 31,57 31,5 31,54 11,09 11,07 11,08 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 MN 03 30,14 30,67 30,41 10,53 10,59 10,56 AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04 - - MN 05 73,18 78,68 75,93 24,43 24,31 24,37 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06 28,37 28,37 28,37 9,06 9,08 9,07 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07 29,18 29,68 29,43 10,05 9,97 10,01 AOAC Official Method 991.39 2005 GC MN 08 20740, 64 21043, 07 20891, 86 8736, 95 8791, 77 8764, 36 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09 26,4 25,4 25,90 9,2 9,59 9,40 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 MN 10 10,16 10,59 10,38 2,48 8,67 5,58 AOAC Official Method 991.39 2000 MN 11 16,22 17,53 16,88 4,95 5,03 4,99 AOC Ce 2-66 MN 12 7,85 29,59 18,72 29,71 9,97 19,84 AOAC 996.06 MN 14 25,18 10,55 17,87 10,62 25,73 18,18 GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15 26,28 25,94 26,11 8,83 8,93 8,88 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 141 Lanjutan Lampiran 11 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : stearat Kode lab Stearat 1 mg100 mg contoh Stearat 2 mg100 mg contoh Metode A B Rata- rata A B Rata- rata MN 01 4,1 4,09 4,10 3,11 3,08 3,10 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 MN 02 4,37 4,34 4,36 3,4 3,38 3,39 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 MN 03 4,25 4,32 4,29 3,32 3,3 3,31 AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04 - - MN 05 9,87 10,52 10,20 5,59 4,57 5,08 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06 4,13 4,12 4,13 3,37 3,3 3,34 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07 3,92 4 3,96 3,03 3,07 3,05 AOAC Official Method 991.39 2005 GC MN 08 2845, 88 3059, 27 2952, 58 2129, 72 2162, 57 2146, 15 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09 3,54 3,36 3,45 2,6 2,77 2,69 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2- 62, Ed. 4, 1994 MN 10 1,36 1,33 1,35 0,86 - - AOAC Official Method 991.39 2000 MN 11 2,24 1,72 1,98 1,71 1,71 1,71 AOC Ce 2-66 MN 12 2,49 3,97 3,23 3,91 2,95 3,43 AOAC 996.06 MN 14 2,8 2,6 2,70 2,58 2,87 2,73 GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15 3,47 3,46 3,47 2,64 2,67 2,66 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 142 Lanjutan Lampiran 12 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : oleat Kode lab Oleat 1 mg100 mg contoh Oleat 2 mg100 mg contoh Metode A B Rata- rata A B Rata- rata MN 01 37,5 37,3 37,40 52,73 52,45 52,59 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 MN 02 37,39 37,36 37,38 53,28 53,27 53,28 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 MN 03 44,97 46,28 45,63 56,67 56,68 56,68 AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 MN 05 150,64 159,66 155,15 217,11 210,71 213,91 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06 35,13 35,23 35,18 50,01 50,44 50,23 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07 34,96 35,35 35,16 49,29 49,46 49,38 AOAC Official Method 991.39 2005 GC MN 08 24247, 58 24800, 11 24523, 85 41199, 58 38525, 91 39862, 75 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09 30,21 29,24 29,73 31,36 33,24 32,30 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 MN 10 14,57 14,42 14,50 15,44 56,45 35,95 AOAC Official Method 991.39 2000 MN 11 17,6 18,52 18,06 20,01 19,43 19,72 AOC Ce 2-66 MN 12 35,97 32,85 34,41 32,79 46,02 39,41 AOAC 996.06 MN 14 26,15 26,45 26,30 26,3 26,44 26,37 GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15 29,41 29 29,21 41,1 41,31 41,21 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 143 Lanjutan Lampiran 13 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : linoleat Kode lab Linoleat 1 mg100 mg contoh Linoleat 2 mg100 mg contoh Metode A B Rata- rata A B Rata- rata MN 01 10,11 10,1 10,11 6,57 6,57 6,57 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 MN 02 10,1 10,13 10,12 6,47 6,48 6,48 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 MN 03 0,28 0,25 0,27 0,3 0,28 0,29 AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04 0,44 0,43 0,44 0,2 0,19 0,20 MN 05 40,59 46,88 43,74 26,86 28,51 27,69 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06 9,01 9,24 9,13 6,23 6,35 6,29 Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07 9,25 9,37 9,31 5,83 5,98 5,91 AOAC Official Method 991.39 2005 GC MN 08 6314, 87 6314, 4 6314, 64 4915, 79 4443, 73 4679, 76 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09 8,37 8,44 8,41 4,33 4,49 4,41 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 MN 10 5,72 6,56 6,14 3,39 13,91 8,65 AOAC Official Method 991.39 2000 MN 11 6,47 5,33 5,90 3,09 3,1 3,10 AOC Ce 2-66 MN 12 5,78 11,92 8,85 11,92 7,45 9,69 AOAC 996.06 MN 14 9,9 4,89 7,40 4,84 9,94 7,39 GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15 8,99 8,82 8,91 5,59 5,61 5,60 AOAC Official Method 991.39 2005 GC 144 Lanjutan Lampiran 14 U No. ji homogenitas kakao bubuk Parameter uji : kadar air, a b a + b a+b- rerata [a+b- rerata] a - b 2 a - b - rerata [a - b- rerata] 2 1 4,93 4,73 9,66 0,095 0,009025 0,2 0,115 0,013225 2 4,94 4,51 9,45 -0,115 0,013225 0,43 0,345 0,119025 3 4,86 4,87 9,73 0,165 0,027225 -0,01 -0,095 0,009025 4 4,93 4,87 9,8 0,235 0,055225 0,06 -0,025 0,000625 5 4,99 4,85 9,84 0,275 0,075625 0,14 0,055 0,003025 6 4,68 4,68 9,36 -0,205 0,042025 -0,085 0,007225 7 4,69 4,48 9,17 -0,395 0,156025 0,21 0,125 0,015625 8 4,63 4,51 9,14 -0,425 0,180625 0,12 0,035 0,001225 9 4,83 4,86 9,69 0,125 0,015625 -0,03 -0,115 0,013225 10 4,77 5,04 9,81 0,245 0,060025 -0,27 -0,355 0,126025 4,825 4,74 9,565 0,63465 0,085 0,30825 4,78 MSB 0,035 MSW 0,015413 F hitung 2,288 Contoh Homogen F tabel 3,02 145 Lanjutan Lampiran 15 Uji homogenitas kakao bubuk Parameter uji : kadar lemak, No. a b a + b a+b- rerata [a+b- rerata] a - b 2 a - b - rerata [a - b- rerata] 2 1 11,30 10,90 22,20 0,12 0,0144 0,4 0,358 0,128164 2 11,35 11,18 22,53 0,45 0,2025 0,17 0,128 0,016384 3 10,76 10,85 21,61 -0,47 0,2209 -0,09 -0,132 0,017424 4 11,05 11,31 22,36 0,28 0,0784 -0,26 -0,302 0,091204 5 11,03 11,19 22,22 0,14 0,0196 -0,16 -0,202 0,040804 6 11,17 11,31 22,48 0,4 0,16 -0,14 -0,182 0,033124 7 10,68 10,94 21,62 -0,46 0,2116 -0,26 -0,302 0,091204 8 11,30 11,20 22,50 0,42 0,1764 0,1 0,058 0,003364 9 10,97 10,51 21,48 -0,6 0,36 0,46 0,418 0,174724 10 11,00 10,80 21,80 -0,28 0,0784 0,2 0,158 0,024964 220,80 1,5222 0,42 0,62136 rerata 22,08 rerata 0,042 MSB 0,084567 MSW 0,031068 F hitung 2,721986 F tabel 3,02 Contoh Homogen 146 Lanjutan Lampiran 16 Uji homogenitas saus cabe Parameter uji : kalium sorbat, mgkg No. a b a + b a+b- rata [a+b- rata] 2 a - b 2 a - b – rata [a - b- rata 2 2 ] 2 1 268 273 541 -33,9 1149,21 -5 1,3 1,69 2 307 308 615 40,1 1608,01 -1 5,3 28,09 3 252 266 518 -56,9 3237,61 -14 -7,7 59,29 4 307 321 628 53,1 2819,61 -14 -7,7 59,29 5 284 327 611 36,1 1303,21 -43 -36,7 1346,89 6 276 299 575 0,1 0,01 -23 -16,7 278,89 7 308 265 573 -1,9 3,61 43 49,3 2430,49 8 276 276 552 -22,9 524,41 6,3 39,69 9 288 278 566 -8,9 79,21 10 16,3 265,69 10 277 293 570 -4,9 24,01 -16 -9,7 94,09 5749 10748,9 -63 4604,1 Rata 2 574,9 rerata -6,3 MSB 597,161 MSW 230,205 F hitung 2,59 F tabel 3.02 Contoh Homogen 147 Lanjutan Lampiran 17 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : miristat 1 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB A B ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi-X ] ai+bi ]² 1 2.45 2.50 4.95 -0.2230 0.0497 2 2.33 2.50 4.83 -0.3430 0.1176 3 2.48 2.71 5.19 0.0170 0.0003 4 2.32 2.72 5.04 -0.1330 0.0177 5 2.58 2.65 5.23 0.0570 0.0032 6 2.68 2.65 5.33 0.1570 0.0246 7 3.02 2.63 5.65 0.4770 0.2275 8 2.29 2.24 4.53 -0.6430 0.4134 9 2.52 2.50 5.02 -0.1530 0.0234 10 2.58 3.38 5.96 0.7870 0.6194 Total 51.7300 1.4970 Rata-Rata 2.5865 5.1730 MSB = 0.0832 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW A B ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi-X ] ai-bi ]² 1 2.45 2.50 -0.0500 0.0730 0.0053 2 2.33 2.50 -0.1700 -0.0470 0.0022 3 2.48 2.71 -0.2300 -0.1070 0.0114 4 2.32 2.72 -0.4000 -0.2770 0.0767 5 2.58 2.65 -0.0700 0.0530 0.0028 6 2.68 2.65 0.0300 0.1530 0.0234 7 3.02 2.63 0.3900 0.5130 0.2632 8 2.29 2.24 0.0500 0.1730 0.0299 9 2.52 2.50 0.0200 0.1430 0.0204 10 2.58 3.38 -0.8000 -0.6770 0.4583 Total -1.2300 0.8938 Rata-Rata 2.5865 -0.1230 MSW = 0.0447 F hitung = 1.8610 F tabel = 3.025 RI F hitung F tabel Contoh homogen 148 Lanjutan Lampiran 18 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : kadar miristat 2 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB A B ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi-X ] ai+bi ]² 1 3.02 2.57 5.59 -0.5400 0.2916 2 2.82 3.35 6.17 0.0400 0.0016 3 2.42 2.64 5.06 -1.0700 1.1449 4 2.74 2.93 5.67 -0.4600 0.2116 5 3.04 3.27 6.31 0.1800 0.0324 6 3.57 3.24 6.81 0.6800 0.4624 7 3.26 3.17 6.43 0.3000 0.0900 8 3.20 2.93 6.13 0.0000 0.0000 9 3.38 2.95 6.33 0.2000 0.0400 10 3.34 3.46 6.80 0.6700 0.4489 Total 61.3000 2.7234 Rata-Rata 3.0650 6.1300 MSB = 0.1513 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW A B ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi-X ] ai-bi ]² 1 3.02 2.57 0.4500 0.4220 0.1781 2 2.82 3.35 -0.5300 -0.5580 0.3114 3 2.42 2.64 -0.2200 -0.2480 0.0615 4 2.74 2.93 -0.1900 -0.2180 0.0475 5 3.04 3.27 -0.2300 -0.2580 0.0666 6 3.57 3.24 0.3300 0.3020 0.0912 7 3.26 3.17 0.0900 0.0620 0.0038 8 3.20 2.93 0.2700 0.2420 0.0586 9 3.38 2.95 0.4300 0.4020 0.1616 10 3.34 3.46 -0.1200 -0.1480 0.0219 Total 0.2800 1.0022 Rata-Rata 3.0650 0.0280 MSW = 0.0501 F hitung = 3.0195 F tabel = 3.025 F hitung F tabel Contoh Homogen 149 Lanjutan Lampiran 19 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : palmitat 1 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB A B ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi-X ] ai+bi ]² 1 15.18 15.64 30.82 -0.1970 0.0388 2 14.49 16.34 30.83 -0.1870 0.0350 3 15.55 17.52 33.07 2.0530 4.2148 4 12.25 17.43 29.68 -1.3370 1.7876 5 16.88 15.96 32.84 1.8230 3.3233 6 16.53 16.90 33.43 2.4130 5.8226 7 18.76 15.94 34.70 3.6830 13.5645 8 12.44 13.76 26.20 -4.8170 23.2035 9 15.20 15.41 30.61 -0.4070 0.1656 10 14.76 13.23 27.99 -3.0270 9.1627 Total 310.1700 61.3184 Rata-rata 15.5085 31.0170 MSB = 3.4066 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW A B ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi-X ] ai-bi ]² 1 15.18 15.64 -0.4600 0.1490 0.0222 2 14.49 16.34 -1.8500 -1.2410 1.5401 3 15.55 17.52 -1.9700 -1.3610 1.8523 4 12.25 17.43 -5.1800 -4.5710 20.8940 5 16.88 15.96 0.9200 1.5290 2.3378 6 16.53 16.90 -0.3700 0.2390 0.0571 7 18.76 15.94 2.8200 3.4290 11.7580 8 12.44 13.76 -1.3200 -0.7110 0.5055 9 15.20 15.41 -0.2100 0.3990 0.1592 10 14.76 13.23 1.5300 2.1390 4.5753 Total -6.0900 43.7017 Rata-rata 15.5085 -0.6090 MSW = 2.1851 F hitung =1.5590 F tabel =3.025 F hitung F tabel Contoh Homogen 150 Lanjutan Lampiran 20 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : palmitat 2 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB ai bi ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi-X ] ai+bi ]² 1 6.43 5.44 11.87 0.2320 0.0538 2 6.13 6.55 12.68 1.0420 1.0858 3 4.62 4.94 9.56 -2.0780 4.3181 4 5.62 6.36 11.98 0.3420 0.1170 5 5.54 6.55 12.09 0.4520 0.2043 6 6.35 5.83 12.18 0.5420 0.2938 7 5.69 5.70 11.39 -0.2480 0.0615 8 5.70 5.17 10.87 -0.7680 0.5898 9 6.03 5.84 11.87 0.2320 0.0538 10 5.83 6.06 11.89 0.2520 0.0635 Total 116.3800 6.8414 Rata-rata 5.8190 11.6380 MSB = 0.3801 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW ai bi ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi- X ] ai-bi ]² 1 6.43 5.44 0.9900 1.0400 1.0816 2 6.13 6.55 -0.4200 -0.3700 0.1369 3 4.62 4.94 -0.3200 -0.2700 0.0729 4 5.62 6.36 -0.7400 -0.6900 0.4761 5 5.54 6.55 -1.0100 -0.9600 0.9216 6 6.35 5.83 0.5200 0.5700 0.3249 7 5.69 5.70 -0.0100 0.0400 0.0016 8 5.70 5.17 0.5300 0.5800 0.3364 9 6.03 5.84 0.1900 0.2400 0.0576 10 5.83 6.06 -0.2300 -0.1800 0.0324 Total -0.5000 3.4420 Rata-Rata 5.8190 -0.0500 MSW = 0.1721 F hitung = 2.2085 F tabel = 3.025 F hitung F tabel Contoh Homogen 151 Lanjutan Lampiran 21 Uji homogenitas minyak nabati Parameter: stearat 1 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB A B ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi- X ] ai+bi ]² 1 1.79 1.79 3.58 -0.5380 0.2894 2 1.73 1.90 3.63 -0.4880 0.2381 3 1.78 2.35 4.13 0.0120 0.0001 4 1.09 2.17 3.26 -0.8580 0.7362 5 2.12 1.09 3.21 -0.9080 0.8245 6 2.02 2.99 5.01 0.8920 0.7957 7 3.19 2.73 5.92 1.8020 3.2472 8 1.78 2.34 4.12 0.0020 0.0000 9 2.56 1.41 3.97 -0.1480 0.0219 10 2.37 1.98 4.35 0.2320 0.0538 Total 41.1800 6.2070 Rata-Rata 2.0590 4.1180 MSB = 0.3448 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW ai bi ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi-X ] ai-bi ]² 1 1.79 1.79 0.0000 0.0320 0.0010 2 1.73 1.90 -0.1700 -0.1380 0.0190 3 1.78 2.35 -0.5700 -0.5380 0.2894 4 1.09 2.17 -1.0800 -1.0480 1.0983 5 2.12 1.09 1.0300 1.0620 1.1278 6 2.02 2.99 -0.9700 -0.9380 0.8798 7 3.19 2.73 0.4600 0.4920 0.2421 8 1.78 2.34 -0.5600 -0.5280 0.2788 9 2.56 1.41 1.1500 1.1820 1.3971 10 2.37 1.98 0.3900 0.4220 0.1781 Total -0.3200 5.5116 Rata-Rata 2.0590 -0.0320 MSW = 0.2756 F hitung = 1.2513 F tabel = 3.025 F hitung F tabel Contoh Homogen 152 Lanjutan Lampiran 22 Uji homogenitas minyak nabati Parameter: stearat 2 Menghitung MSB No Hasil analisa mg100mg MSB A B ai+bi [ai+bi-X ai+bi [ai+bi-X ] ai+bi ]² 1 1.71 0.69 2.40 -0.9620 0.9254 2 1.43 1.74 3.17 -0.1920 0.0369 3 1.14 1.46 2.60 -0.7620 0.5806 4 1.52 1.62 3.14 -0.2220 0.0493 5 1.90 1.88 3.78 0.4180 0.1747 6 2.07 1.77 3.84 0.4780 0.2285 7 1.83 1.88 3.71 0.3480 0.1211 8 1.81 1.76 3.57 0.2080 0.0433 9 1.88 1.86 3.74 0.3780 0.1429 10 1.80 1.87 3.67 0.3080 0.0949 Total 33.6200 2.3976 Rata-rata 1.6810 3.3620 MSB = 0.1332 Menghitung MSW No Hasil analisa mg100mg MSW A B ai-bi [ai-bi-X ai-bi [ai-bi-X ] ai-bi ]² 1 1.71 0.69 1.0200 0.9640 0.9293 2 1.43 1.74 -0.3100 -0.3660 0.1340 3 1.14 1.46 -0.3200 -0.3760 0.1414 4 1.52 1.62 -0.1000 -0.1560 0.0243 5 1.90 1.88 0.0200 -0.0360 0.0013 6 2.07 1.77 0.3000 0.2440 0.0595 7 1.83 1.88 -0.0500 -0.1060 0.0112 8 1.81 1.76 0.0500 -0.0060 0.0000 9 1.88 1.86 0.0200 -0.0360 0.0013 10 1.80 1.87 -0.0700 -0.1260 0.0159 Total 0.5600 1.3182 Rata-Rata 1.6810 0.0560 MSW = 0.0659 F hitung = 2.0208 F tabel = 3.025 F hitung F tabel Contoh Homogen 153 Lanjutan Lampiran 23 Metode pengujian kadar air kakao kubuk sesuai SNI 01-3747-2009 Prinsip Bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu 100 °C. Bobot hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri. Peralatan a eksikator; b oven; c neraca analitik d cawan nikel, platina atau aluminium bertutup. Cara kerja a masukkan dengan seksama 2 g contoh ke dalam cawan bertutup yang sudah diketahui bobot tetapnya, tutup dan timbang; b keringkan cawan yang berisi contoh dalam oven pada suhu 100 ± 2 °C dalam kondisi tutup dibuka hingga bobotnya konstan; c tutup cawan pada saat masih dalam oven dan pindahkan ke dalam desikator, dinginkan selama 20 menit sampai dengan 30 menit kemudian timbang; d hitung kadar air dalam contoh. Perhitungan Kadar air = 100 2 1 × − m m m Keterangan: m adalah bobot contoh, g; m 1 adalah bobot contoh sebelum dikeringkan, g; m 2 adalah bobot contoh setelah dikeringkan, g. Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S. 154 Lanjutan Lampiran 24 Metode pengujian kadar lemak kakao bubuk sesuai SNI 01-3747- 2009 Prinsip Ekstrak minyak bebas dari contoh kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis. Peralatan a neraca analitis ketelitian 0,0001 g; b labu didih dasar rata kapasitas 250 ml; c oven pengering listrik; d penangas listrik; e alat ekstraksi soxhlet lengkap; f timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ukuran 33 mm x 80 mm; g gelas piala 300 ml – 500 ml; h kaca arloji; i kertas saring bebas lemak; j desikator. Pereaksi a asam klorida HCl 8 M; b petroleum ether, titik didih 30 °C – 60 °C; •c larutan perak AgNO 3 Cara kerja Hidrolisis a timbang 4 g sampai dengan 5 g contoh dengan ketelitian ke dalam gelas piala; b tambahkan perlahan 45 ml air suling mendidih sambil diaduk hingga homogen; c tambahkan 55 ml HCl 8M 2 bagian HCl ditambah 1 bagian air dan beberapa butir batu didih; d tutup gelas piala tersebut dengan kaca arloji lalu didihkan perlahan-lahan selama 15 menit; e cuci dengan 100 ml air suling dan masukkan air pembilas tersebut ke dalam gelas piala; f saring endapan melalui kertas saring yang bebas lemak; Formatt ed: I ndent: Hanging: 1,27 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,95 cm, List tab + Not at 1,27 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,95 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 3,81 cm + Tab after: 4,44 cm + I ndent at: 4,44 cm, Tab stops: Not at 4,44 cm 0,1 N. 155 Lanjutan g bilas gelas piala 3 kali dengan air suling, lakukan pencucian hingga bebas khlor yang dapat ditentukan dengan menambahkan 1 tetes sampai dengan 3 tetes AgNO 3 a keringkan selama 1 satu jam labu didih yang berisi beberapa butir batu didih pada suhu 100 °C. Dinginkan dan timbang lalu; sambungkan dengan alat ekstraksi soxhlet terhadap filtrat, jika tidak terdapat endapan putih AgCl maka telah bebas khlor; h pindahkan kertas saring serta isinya ke dalam timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring yang bebas lemak dan keringkan selama 6 jam sampai dengan 18 jam pada suhu 100 °C sampai dengan 101 °C. Ekstraksi Lemak b kemudian tempatkan timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ke dalam soxhlet, kemudian tuangkan pelarut petroleum ether sampai kurang dari 23 kapasitas labu didih. Kemudian ekstrak selama 4 jam lalu uapkan pelarut dengan alat penguapan atau dapat dihilangkan dengan cara memanaskan labu di atas penangas air. c Kemudian keringkan labu didih beserta lemak di dalam oven pada suhu 100 °C selama 1,5 jam sampai dengan 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang; d ulangi pengeringan sampai perbedaan penimbangan berat lemak yang dilakukan berturut-turut kurang dari 0,05 . Perhitungan Kadar lemak dinyatakan dalam persentase bobot per bobot dan dihitung dalam bobot kering dengan menggunakan rumus: Kadar lemak = 100 2 1 × − m m m keterangan: m 1 adalah bobot labu + lemak setelah pengeringan, g m 2 m adalah bobot labu kosong, g adalah bobot contoh, g Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at: 1,27 cm, Dont hyphenate, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 0,95 cm + 1,27 cm Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S. Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S. Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S. 156 Lanjutan Lampiran 25 Metode pengujian kehalusan lolos ayakan kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009 Prinsip Pengukuran derajat kehalusan dari contoh menggunakan ayakan mesh 200. P eralatan a gelas piala; b batang pengaduk; c ayakan mesh 200; d Erlenmeyer sedot; e Kertas saring Whatman 41; f neraca analitik; g oven 103-105 °C; h Botol pencuci; Pereaksi a Aceton p.a b Detergen konsentrat-surface active agent Cara kerja a timbang kira-kira 10 g contoh ke dalam gelas piala. Tambahkan 1 g detergen dan 20 ml air suling panas dan aduk dengan batang pengadukl secara hati-hati sampai tidak terdapat gumpalan lagi, kemudian, tambahkan 280 ml air suling panas 75 ± 5 °C dan aduk dengan kuat selama 2 menit dengan menggunakan pengaduk mekanik. b tuangkan suspensi ke dalam ayakan mesh 200 goyangkan. Bilasi gelas piala dan penyaring dengan 1,5 L air suling panas 75 ± 5 °C. Apabila suspensi sulit lolos, tepuk penyaring secara perlahan-lahan sampai tidak ada lagi partikel yang lolos. c Bilas saringan dan residu dengan 15 ml sampai 25 ml aceton untuk menghilangkan residu air dan lemak. d pindahkan saringan ke dalam kaca arloji dan keringkan selam 45 menit pada suhu 103 - 105 °C. e dinginkan dalam desikator selama 45 menit f timbang kertas saring, residu, dan kaca arloji. Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Not Bold, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden 157 Lanjutan Perhitungan kadar residu dari bahan kering bebas lemak = 100 2 1 × − m m m Kehalusan = 100 - kadar residu Keterangan: m 1 m adalah bobot kertas saring, residu kering dan kaca arloji g; 2 m adalah kertas saring dan kaca arloji g; adalah bobot contoh, g; Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Subscript Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden 158 Lanjutan Lampiran 26 Metode pengujian kadmium kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009 AAS dan Prinsip Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada 450 °C yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA dengan panjang gelombang maksimal 228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb. 2 Peralatan a Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; b cawan porselinplatinakwarsa dengan kapasitas 50 ml sampai dengan 100 ml; c penangas listrik; d kertas Whatman No. 41; e tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC °C ; f spektrofotometer Serapan Atom beserta kelengkapannya lampu katoda Cd dan Pb terkalibrasi sebaiknya menggunakan SSA tungku grafit; g pipet ukur berskala 0,05 ml atau mikro buret terkalibrasi; h labu ukur 50 ml, 100 ml, dan 1000 ml, terkalibrasi; i gelas ukur kapasitas 10 ml; j gelas piala 250 ml; dan k penangas air. 2 Pereaksi a Larutan asam nitrat, HNO 3 b larutan asam klorida, HCl pekat 37 , Bj 1,19 ; pekat 65 , Bj 1,4; c larutan asam nitrat, HNO 3 d encerkan 7 ml HNO 0,1 N; 3 e larutan asam klorida, HCl 6N; 65 dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan encerkan sampai tanda garis. f encerkan 500 ml HCl 37 dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan encerkan sampai tanda garis. g larutan baku 1 000 mcg μg ml Cd; Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto, Swedish Sweden Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Dont adjust space between Latin and Asian text, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm 159 Lanjutan h larutkan 1,000 g Cd dengan 7 ml HNO 3 i larutan baku 200 mcg μg ml Cd; pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Cd 1000 μmc gml siap pakai. j pipet 10 ml larutan baku 1 000 mcg μg ml Cd ke dalam labu ukur 50 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi 200 mcg μg ml Cd. k larutan baku 20 mcg μg ml Cd; l pipet 10 ml larutan baku 200 mcg μg ml Cd ke dalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku ketiga ini memiliki konsentrasi 20 mcg μg ml Cd. m larutan baku kerja Cd; n pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,5 ml, 1 ml; 2 ml; 4 ml; 7 ml dan 9 ml larutan baku 20 mcg μg ml kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO 3 o larutan baku 1000 mcg μg ml Pb; 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 mcg μg ml; 0,1 mcg μg ml; 0,2 mcg μg ml; 0,4 mcg μg ml; 0,8 mcg μg ml; 1,4 mcg μg ml dan 1,8 mcg μg ml Cd. p larutkan 1,000 g Pb dengan 7 ml HNO 3 q larutan baku 50 mcg μg ml Pb; dan pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Pb 1 000 mcg μg ml siap pakai. r pipet 5,0 ml larutan baku 1 000 mcg μg ml Pb ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi Pb 50 mcg μg ml. s larutan baku kerja Pb; t pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,2 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml dan 4 ml larutan baku 50 mcg μg ml kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO 3 Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34 cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda 160 Lanjutan garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 mcg μg ml; 0,1 mcg μg ml; 0,25 mcg μg ml; 0,5 mcg μg ml; 1,0 mcg μg ml; 1,5 mcg μg ml dan 2,0 mcg μg ml Pb. 2 Cara kerja a Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh dengan teliti dalam cawan porselinplatinakuarsa m; b tempatkan cawan berisi contoh uji di atas penangas listrik dan panaskan secara bertahap sampai contoh uji tidak berasap lagi; c lanjutkan pengabuan dalam tanur 450 ± 5 °C °C sampai abu berwarna putih, bebas dari karbon; d apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes HNO 3 e keringkan cawan di atas penangas listrik dan masukkan kembali ke dalam tanur pada suhu 450 °C °C kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi putih. Penambahan HNO pekat kira-kira 0,5 ml sampai dengan 3 ml; 3 f larutkan abu berwarna putih dalam 5 ml HCl 6N atau 5 ml HNO pekat dapat diulangi apabila abu masih berwarna keabu- abuan; 3 g siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh; 1N sambil dipanaskan di atas penangas listrik atau penangas air selama 2 menit sampai dengan 3 menit dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian tepatkan hingga tanda garis dengan air suling V, jika perlu, saring larutan menggunakan kertas saring Whatman No.41; h baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb; i buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam mcg μg ml sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y; Formatt ed: Bullets and Numbering Formatt ed: Bullets and Numbering Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0 cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0 cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm, Dont adjust space between Latin and Asian text Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0 cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm 161 Lanjutan j plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; dan k hitung kandungan logam dalam contoh. 2 Perhitungan Kandungan logam mgkg = V m C × Keterangan: C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, mcg μg ml; V adalah volume larutan akhir, ml; m adalah bobot contoh g.

2. Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi RSD maksimal 16 . Jika RSD lebih besar dari 16 , maka analisis harus diulang. Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto, Swedish Sweden Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Bold, Font color: Auto Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto, I ndonesian 162 Lanjutan Lampiran 27 Metode pengujian pengawet natrium benzoat dan kalium sorbat saus cabe sesuai SNI 01-2894-1992 HPLC atau KCKT Peralatan a. Seperangkat HPLC yang terdiri dari pompa, injector kolom analitik. Detektor UV dengan panjang gelombang bervariasi, integrator. b. Penyaring membrane ukuran 0,45 µm. Pereaksi Asam sorbat, asam benzoate pa, methanol HPLC grade, asam sitrat, asam asetat glacial CH 3 a. Persiapan analisis COOH Cara kerja Khusus untuk contoh beberapa juicesari buah-buahan atau sejenisnya, saring terlebih dahulu dengan penyaring membrane dan encerkan secukupnya dengan larutan asam sitrat 1. b. Persiapan standar Buat larutan masing-masing 10,69 mg sakarin, 4,39 mg asam sorbat dan 6,91 mg asam benzoat dengan larutan asam sitrat 1 dalam labu ukur 40 ml. c. Encerkan larutan di atas sebanyak 15 kali, 12 kali, 10 kali, 8 kali, 6 kali dan 4 kali sehingga diperoleh konsentrasi yang berbeda untuk keperluan kurva kalibrasi. d. Buat kurva kalibrasi dengan menyuntikkan 10 µl larutan standar dari setiap konsentrasi yang berbeda. e. Suntikkan pula larutan contoh yang telah diencerkan. f. Kondisi kromatografi dipersiapkan

Dokumen yang terkait

The Pattern of Occurance and Risk Factors of Avian Influenza Outbreaks on Backyard Poultry Farm in Lampung Province

0 3 179

Qualitative Risk Assessment on the Entering of Avian Influenza Virus (H5N1) into Pramuka Bird Market Jakarta through Birds.

0 14 70

Spatial and Temporal Analysis of Avian Influenza on Poultry Sector IV in Daerah Istimewa Yogyakarta Province

0 6 62

The Pattern of Occurance and Risk Factors of Avian Influenza Outbreaks on Backyard Poultry Farm in Lampung Province

0 2 96

Qualitative risk assessment for introduction of avian influenza virus H5N1 into South Kalimantan from poultry and poultry products through quarantine

1 17 144

Poultry and Poultry Products Policy Update Seoul Korea Republic of 8 23 2017

0 0 4

Isolasi dan Identifiicasi Serologis Virus Avian Influenza Dari Sampel Unggas Yang Diperoleh di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah = Isolation and Serological Identification of Avian Influenza Virus From Poultry Sample ... | Wibowo | Jurnal Sain Veteriner 346

0 0 7

Poultry and Products Annual Pretoria South Africa Republic of 10 20 2017

0 0 11

Triwibowo Ambar Garjito Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) AVIAN INFLUENZA VIRUS H5N1 : MOLECULAR BIOLOGY AND ITS TRANSMISSION POTENTIAL FROM POULTRY TO HUMAN Abstrak - VIRUS AVIAN INFLUENZA H5N1 : BIOLOGI MOLEKULER DAN POTENSI PE

0 0 13

Detection of Markers of Increased Virulence Non Structural protein (NS I) Avian Influenza Virus H5N1 from Indonesia=DETEKSI PENANDA PENINGKATAN VIRULENSI NON STRUKTURAL PROTEIN (NS1) VIRUS AVIAN INFLUENZA H5N1 ASAL INDONESIA

0 0 8