Penyiapan sampel uji
Sampel uji profisiensi yang homogen sangat diperlukan, agar keragaman hasil uji profisiensi dapat dipastikan karena keragaman kemampuan laboratorium peserta
dan bukan dari keragaman sampelnya. Keragaman sampel ditekan sekecil mungkin. Sampel disiapkan dalam jumlah yang cukup. Dihomogenkan. Kemudian
dimasukkan ke dalam kemasan. Dilakukan pengecekan terhadap homogenitas, dengan mengambil 10 kemasan, dan masing-masing diuji duplo kemudian dihitung
nilai variansi dari pengambilan contoh sampling dan variansi dari keberulangan analisis. Kedua nilai tersebut masing-masing diperoleh dari MSB mean square
between dan MSW mean square within. Sampel dinyatakan homogen apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel.
[ ]
2
1 2
− −
+ =
∑
+
n X
b a
MSB
bi ai
i i
[ ]
2
2n X
b a
MSW
bi ai
i i
∑
−
− −
=
Dimana: a
i
b =
data pengujian pertama
i
n =
jumlah data =
data pengujian kedua
X =
rata-rata Kriteria : Uji F = F = MSBMSW
Sampel diyatakan homogen apabila F hit ung Ftabel db1, db2,α IUPAC, 2006;
ISO, 2005. Kakao bubuk dilakukan uji homogenitas kadar air dan kadar lemak. Saus
cabe dilakukan uji homogenitas kalium sorbat. Minyak nabati dilakukan uji homogenitas miristat 1, miristat 2, palmitat 1, palmitat 2, stearat 1, dan stearat 2.
Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan
Sampel dikirimkan ke laboratorium peserta kemudian sampel diuji di laboratorium peserta sesuai dengan metode rutin yang digunakan laboratorium.
Hasil uji dilaporkan secara tertulis. Dilakukan rekapitulasi hasil uji dari peserta.
Penentuan laboratorium peserta uji profisiensi ini adalah berdasarkan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan laboratorium
dengan pertimbangan khusus sehingga laboratorium layak ikut serta dalam uji profisiensi ini. Laboratorium peserta yang diutamakan adalah laboratorium yang
telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau
maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et
al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium
peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Pengiriman sampel uji ke laboratorium acuan.
Sampel uji dikirim ke laboratorium acuan Jerman, untuk mendapatkan nilai acuan. Nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan kinerja laboratorium
berdasarkan nilai acuan.
Evaluasi hasil uji
Dilakukan evaluasi hasil uji: 1.
Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian
terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2.
Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai
tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.
3. Metode evaluasi hasil uji 3
: dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score.
4. Metode evaluasi hasil uji 4
: dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai laboratorium acuan menggunakan rumus dari ISOIEC 17043 Annex A, dan
sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan ISO, 2005; IUPAC
2006; Trevor J.F., 2006.
Uji Grubbs adalah metode yang digunakan untuk menghilangkan data yang ekstrem. Dalam uji Grubbs harus dilakukan langkah-langkah perhitungan berikut
ini: Uji Grubbs
- Data diurut dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar x
1
, x
2
, .... x
n
- Nilai G hasil perhitungan dibandingkan terhadap nilai kritis Grubbs yang
diberikan pada Tabel G .
tabel
- Apabila nilai G
.
hasil perhitungan
lebih besar daripada G
tabel
- Rumus untuk perhitungan Grubbs terdiri dari 3 : G
, maka data yang dicurigai dibuang outlier.
1
, G
2
, G
3
- Rumus dipilih berdasarkan posisi data pada kumpulan data yang sedang diuji.
Rumus Grubbs untuk G1, G2, dan G3 adalah sebagai berikut: .
-
s
2 n-2
= variansi dari semua data, tanpa mengikutsertakan 2 data terendah atau 2 data tertinggi
s = Standar Deviasi dari semua data X = Harga rata-rata
X
i
= Data yang dicurigai outlier X
n
= Data tertinggi X
1
= Data terendah
G
1terendaht tertinggi
=
x - x
i
s
G
2
= X
n
– X
1
s G
3 pasangan data terendah
= 1 -
[
n – 3 s
2 n-2
n-1 s
2
]
G
3 pasangan data tertinggi
= 1 -
[
n – 3 s
2 n-2
n-1 s
2
]
Data duplo hasil analisis yang dikirimkan oleh setiap laboratorium dihitung secara statistika menggunakan metode perhitungan statistika Robust Z-score.
Parameter yang dihitung disini adalah Z between laboratories. Untuk menghitung Z, mula-mula dihitung Si dengan rumus berikut ini:
Pendekatan nilai ketetapan konsensus dari laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi Robust Z-score
S
i
= A
i
+ B
i
A √2
i
dan B
i
Z adalah kedua data duplo hasil analisis.
= S
i
- median
Si
IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006
IQR
Si
IQR x 0,7413 adalah IQR ternormalisasi n IQR yang merupakan ukuran dari variabilitas data, yang mirip dengan simpangan baku.
x 0,7413
n IQR ≈ SD
IQR yang merupakan singkatan dari interquartile range adalah selisih antara quartile atas dan quartile bawah. Quartile bawah Q
1
adalah suatu harga dibawah mana seperempat dari seluruh hasil beradaterletak sedangkan quartile atas
Q
3
IQR = Q adalah suatu harga diatas mana seperempat dari seluruh hasil
berada.Normalized interquartile range IQR adalah perbedaan antara kuartil rendah dan kuartil tinggi. Kuartil rendah Q1 adalah nilai dibawah dimana
seperempat hasil terletak. Kuartil tinggi Q3 adalah nilai diatas dimana seperempat hasil terletak. Kuartil dihitung dengan IQR = Q3 – Q1. Normalized IQR adalah
IQR dikalikan 0.7413. Qi Zhou et al 2011 menyatakan bahwa nilai 0.7413 berasal dari distribusi standar normal, dimana mempunyai nilai rata-rata 0 dan standar
deviasi sama dengan satu. Lebar interquartile range pada distribusi adalah 1.34898 dan 11.34898 = 0.7413. Mengalikan IQR dengan faktor ini membuatnya setara
dengan standar deviasi. Seperti diketahui penggunaan yang luas untuk mengukur variabilitas atau penyebaran atau dispersi dari data adalah standar deviasi.
3
- Q n IQR = IQR x 0,7413
1
Dimana: Z
= Z score antar laboratorium
Ai =
hasil uji sampel pertama dari laboratorium i Bi
= hasil uji sampel kedua dari laboratorium i
Median= nilai tengah dari sekelompok data n hitung
0.7413 = standar distribusi normal
IQR =
interquartile range Nilai Z
a Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan outlier,
apabila laboratorium tersebut memperoleh nilai Z dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori:
yang bukan terletak diantara -3 dan +3. Besaran Z
3 Z menggambarkan presisi antara laboratorium
3 atau I Z I
≥3
b Laboratorium yang termasuk dalam kategori ”diperingatkan” questionable.
2 I Z I
c Laboratorium yang memuaskan kompeten.
3 : berarti hasil analisisnya belum termasuk tidak memuaskan, tetapi sudah dalam batas diperingatkan.
I Z I
≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan ISO, 2005.
Nilai Z-score dihitung berdasarkan rumus: Pendekatan nilai ketetapan dari pengukuran sebuah laboratorium acuan
Z-score = S
xi – X dimana:
xi =
adalah nilai yang dilaporkan oleh laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi
X =
nilai acuan S
= simpangan baku t ISO, 2005
Untuk simpangan baku digunakan SD Horwitz CV Horwitz = SD Horwitz nilai acuan
SD Horwitz = CV Horwitz x nilai acuan
Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik
Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik, dalam hal ini adalah, metode yang dapat memberikan hasil yang menggambarkan kompetensi laboratorium. Metode
evaluasi hasil uji terbaik dalam uji profisiensi adalah: 1.
Berdasarkan Robust Coefficient of Variation CV. Robust Coefficient of Variation yang terkecil merupakan metode yang terpilih APLAC, 2004.
Robust Coefficient of Variation adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Coefficient
Variance berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya 2.
Metode yang dapat membedakan laboratorium yang memperoleh hasil baik,dan tidak baik ISO, 2005.
Identifikasi unjuk kerja metode pengujian yang digunakan
Dari evaluasi hasil uji terpilih, dilakukan identifikasi metode pengujian baik menggunakan SNI maupun metode lain. Diidentifikasi bagaimana kinerja yang
diperoleh, terutama untuk metode pengujian dengan menggunakan SNI.
Identifikasi kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan
Setelah dilakukan evaluasi hasil uji, maka hasil evaluasi tersebut akan memberikan gambaran kinerja laboratorium mana saja yang dinyatakan memuaskan
dan tidak memuaskan. Bagi laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan akan dilakukan
investigasi kemungkinan penyebabnya. Juga akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis critical point
untuk pengujian terkait. Data pendukung kemungkinan penyebab hasil kinerja tidak memuaskan dan
kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis diperoleh dari: 1. Identifikasi metode pengujian terkait.
2. Studi pustaka mengenai metode pengujian terkait. 3. Wawancara terhadap pakar uji profisiensi, dan pakar pengujian terkait.
4. Observasi lapangan pengujian terkait di laboratorium. Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan secara umum berdasarkan
titik kritis pengujian terkait, akan digambarkan dalam diagram tulang ikan fishbone diagram dan akan dilakukan pembahasan. Diagram tulang ikan
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara suatu masalah dengan kemungkinan penyebabnya.
IV.
PEMBAHASAN
4.1. Kakao Bubuk
Sampel uji profisiensi kakao bubuk dipersiapkan hingga homogen. Parameter ujinya: kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, dan kadar logam kadmium
Cd. Persiapan sampel uji dilakukan dengan mempersiapkan kakao bubuk dengan nomor batch yang sama. Adapun tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai
berikut -
Uji homogenitas. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan
sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika.
Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance. Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji
homogenitas. Sampel diambil sebanyak 10 kemasan secara acak 10 kemasan diambil dari keseluruhan kemasan yang siap dikirim ke laboratorium peserta.
Dari setiap kemasan dihomogenkan kembali dan diambil dua bagian untuk dianalisis secara duplo, kemudian dihitung homogenitasnya dengan anova
seperti pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. -
Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu.
Sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat
semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan stabil jika antara data pertama dan kedua, tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan. -
Pengemasan Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label .
- Pendistribusian
Laboratorium peserta dikirim sampel uji kakao bubuk masing-masing 2 dua kemasan dengan berat masing-masing kemasan 90 gram kakao bubuk,
kemasan diberi label A dan B. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan.
- Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta
mengerjakan sampel tersebut dengan metode rutin sehari-hari dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan.
4.1.1 Kadar Air 4.1.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar air pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 2 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel A
Gambar 3 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel B
Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995
merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji
profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi.
Dari kedua grafik pada Gambar 2 dan Gambar 3, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Satu data
tersangka tidak memuaskan adalah pada data tertinggi KB 15 pada 5.36 dan 6.43. Nilai acuan berada pada angka 4.63 dan 4.56.
Perhitungan statistika uji profisiensi dapat menggunakan berbagai cara perhitungan yang sesuai bagi masing-masing penyelenggara uji profisiensi, namun
tetap memiliki dasar basis statistika ISO, 2005. Kumpulan data uji profisiensi pada penelitian ini dievaluasi dengan menggunakan 4 metode evaluasi hasil uji:
1. Metode evaluasi hasil uji 1
: dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.
2. Metode evaluasi hasil uji 2
: dilakukan seleksi Grubbs berulang kali, sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan
perhitungan Robust Z-score. 3.
Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara
perhitungan Robust Z-score. 4.
Metode evaluasi hasil uji 4:
dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai lab acuan, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk
menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai lab acuan ISO, 2005; IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006.
Istilah “Metode evaluasi hasil uji 1”, selanjutnya akan selalu digunakan untuk
evaluasi dengan seleksi data Grubbs 1 kali, kemudian data yang tersisa diolah dengan Robust Z-score. Hal yang sama berlaku untuk metode 2 sampai 4. Metode
evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 merupakan evaluasi data berdasarkan data median hasil uji peserta, sedangkan metode 4 berdasarkan suatu nilai acuan.
Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat
digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada
interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier.
Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji kadar air adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Ringkasan statistika kadar air kakao bubuk 4 metode evaluasi
No Jumlah
data Metoda evaluasi hasil uji
Median CV Robust
CV Horwitz A
B A
B A
B 1
28 Seleksi data Grubbs
sekali, Z-score 4.88
4.68 14.09
10.10 3.18
3.18 2
28 Seleksi data Grubss
berkali-kali, Z-score 4.88
4.68 14.09
10.10 3.18
3.18 3
30 Langsung Z-score
4.88 4.68
14.09 10.34
3.18 3.18
4 30
Nilai acuan Horwitz 4.88
4.68 -
- 3.18
3.18
Jumlah data
adalah jumlah data yang diolah, dilambangkan dengan N. Median
adalah nilai tengah kelompok, yaitu setengah data uji lebih tinggi daripada median dan setengah lebih rendah. Apabila N berjumlah ganjil maka median adalah
nilai pusat tunggal yaitu X [N+ I2]. Apabila N adalah genap, median adalah rata- rata dari dua nilai tengah yaitu X [N2] + X[N2+ 1]2.
CV robust adalah koefisien variasi dan sama dengan IQR normalisasi dibagi
dengan median, yang dinyatakan dengan persentase.
Normalised IQR adalah ukuran variabilitas hasil, sama dengan IQR atau
interquartile range dikalikan dengan faktor 0.7413, yang membuatnya sebanding dengan standar deviasi.
CV Horwitz adalah 2
1-0.5 log C
Seleksi data Grubbs adalah metode seleksi data untuk data yang dicurigai tidak
memuaskan. , dengan C adalah fraksi konsentrasi yang nilainya
diambil dari nilai acuan. Pada analisis kandungan suatu analit yang relatif kecil, akan diperoleh koefisien variasi yang besar CV Horwitz besar. Apabila dalam
suatu uji profisiensi digunakan suatu sampel yang mempunyai kandungan analit dengan konsentrasi relatif kecil maka dapat diduga dari hasil uji profisiensi
kemungkinan akan diperoleh unjuk kerja laboratorium yang kurang baik, mengingat keragaman atau koefisien variasi yang diperoleh akan relatif besar. Penilaian baik
tidaknya CV yang diperoleh tergantung pada seberapa besar CV yang diijinkan CV prediksi dari Horwitz.
Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu
kali G1 atas dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode
berkisar pada angka 4.68 – 4.88. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data
untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.10 – 14.09, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 3.18. CV Robust yang
terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik
adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV
Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut
dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil ada pada metode evaluasi hasil uji 1
dan 2 dengan nilai CV Robust 14.09 dan 10.10. Nilai ini hanya mendekati nilai CV harapan yaitu 3.18. Dapat dikatakan bahwa untuk pengujian kadar air dari bubuk
kakao, data hasil peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-score. Kinerja laboratorium
peserta uji profisiensi dapat dilihat pada hasil Z-score pada Tabel 2. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk
menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk
menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak.
Pada Tabel 2, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G2 dan pada seleksi Grubbs
berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan, dengan catatan KB 15 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs dan
KB 23 mendapat katagori diperingatkan. Metode evaluasi hasil uji 3 langsung Z- score menunjukkan seluruh kinerja laboratorium memuaskan, tanpa catatan.
Melalui metode evaluasi hasil uji 4, lima belas laboratorium 50 dinyatakan tidak
memuaskan. Apabila diperhatikan, untuk kadar air kakao bubuk, metode evaluasi hasil uji 3 kurang sensitif dibandingkan dengan metode berdasarkan median data
hasil uji peserta yang lain. Seluruh laboratorium dinyatakan memuaskan dengan metode 3.
Tabel 2 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar air
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B KB 01
SNI 01-2891-1992 0.76
0.76 0.71
5.30 3.24
KB 02 SNI 3747:2009 butir A.4
-0.19 -0.19
-0.18 1.22
0.76 KB 03
SNI 01-2891-1992 0.52
0.52 0.49
3.20 3.72
KB 04 SNI 01-2891-1992
1.33 1.33
1.24 8.30
4.20 KB 05
Gravimetri -.0.77
-.0.77 -0.72
-0.75 -1.24
KB 06 SNI 3747-2009 butir A.4
-0.33 -0.33
-0.31 0.34
0.69 KB 07
AS 2300.1.1.2008 0.65
0.65 0.61
3.67 4.13
KB 08 SNI 01-3747-1995
-1.19 -1.19
-1.10 -2.86
-2.00 KB 09
SNI 01-2891-1992 butir 5.1 -1.48
-1.48 -1.38
-3.60 -3.31
KB 10 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.3
0.32 0.32
0.30 2.86
2.69 KB 11
SNI 01-3747-2009 -0.98
-0.98 -0.90
-1.56 -1.79
KB 12 SNI 3747:2009 butir A.4
-0.38 -0.38
-0.36 0.07
0.62 KB 13
SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs
Grubbs -1.63
-2.24 -6.54
KB 14 Gravimetri, SNI 01-2354.2-2006
-0.65 -0.65
-0.61 -0.88
-0.28 KB 15
SNI 3747:2009 Grubbs
Grubbs 1.95
4.96 12.88
KB 16 Loss on dry 105
O
C3 jam 0.89
0.89 0.83
7.16 2.30
KB 17 Gravimetri SNI 01-2891-1992
-0.60 -0.60
-0.56 -1.16
0.34 KB 18
drying oven 1.64
1.64 1.53
7.00 7.65
KB 19 SNI 01-2891-1992, gravimetri
-0.44 -0.44
-0.41 -0.61
0.90 KB 20
SNI 3747:2009 butir A.4, gravimetri oven 100
O
C -0.96
-0.96 -0.89
-1.90 -1.38
KB 21 SNI 3747:2009 lamp A.4
0.19 0.19
0.18 2.18
2.48 KB 22
SNI 3747:2009 butir A.4 -1.55
-1.55 -1.45
-3.94 -3.44
KB 23 SNI 3747:2009
2.09 2.09
1.94 10.2
7 7.44
KB 24 SNI 01-3747-1995
0.51 0.51
0.48 3.13
3.72 KB 25
SNI 3747:2009 0.20
0.20 0.19
5.51 -0.83
KB 26 Gravimetri
1.56 1.56
1.46 7.14
6.96 KB 27
SNI 01-3747-1995 -0.74
-0.74 -0.69
-1.16 -0.62
KB 30 Oven
1.03 1.03
0.96 6.19
4.20 KB 31
SNI 01-2891-1992 -0.47
-0.47 -0.44
-0.14 0.21
KB 32 Lain
0.25 0.25
0.24 2.31
2.76
TOTAL TIDAK
MEMUA SKAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 2
2 Tidak
Tidak 15
15
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi
daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah
-3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.
4.1.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi adalah sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadar air
No Metode pengujian
Jumlah Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2
peserta Memuaskan
Tidak memuaskan 1.
SNI 01-2891-1992 8
7 1
2. SNI 01-3747-1995
4 4
3. SNI 01-3747-2009
10 9
1 4.
Gravimetri 3
3 5.
SNI 01-2354.2-2006 1
1 6.
Oven 3
3 7.
AS 2300.1.1.2008 1
1 Total
30 28
2
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01-
2891-1992 8 laboratorium dari 30 peserta atau 26.67 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao bubuk ini. Persentase hasil yang
memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 sesuai metode evaluasi hasil uji 2 adalah 87.5. Untuk SNI 01-3747-2009 adalah 90 memuaskan. Hal
yang cukup menarik di sini, 4 laboratorium 13.34 masih menggunakan SNI 01- 3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-3747-2009. Namun
demikian kinerja keempat laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan. Untuk SNI 01-3747-2009 dari 10 peserta, 90
dinyatakan memuaskan.
4.1.1.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian
adalah bobot yang hilang dalam oven pada suhu 100 C. Bobot hilang atau kadar air
dihitung secara gravimetri.
Prinsip metode gravimetri adalah pengurangan berat dari zat asal setelah pemanasan dinyatakan sebagai banyaknya air yang terdapat dalam bahan tersebut.
Waktu pemanasan memegang peranan penting dalam penentuan kadar air, karena pada pemanasan suatu sampel idealnya kehilangan berat yang dihasilkan
hanya dari penguapan air secara kuantitatif. Kenyataannya pemanasan tersebut dapat pula mengakibatkan penguapan material lain selain air misal minyak atsiri,
terlebih apabila waktu pemanasan relatif lebih lama atau temperatur pemanasan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan pada suhu 105
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 15. Laboratorium KB 13
menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 dan laboratorium KB 15 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Hampir tidak ada perbedaan
berarti diantara seluruh metode pengujian yang digunakan oleh peserta, kecuali SNI 01-2354.3-2006 yang melakukan pemanasan hingga 16-24 jam, sedangkan metode
lain umumnya hanya dilakukan pemanasan selama 3 jam. Kemungkinan penyebab laboratorium dinyatakan tidak memuaskan semata-mata disebabkan karena
kesalahankekurang telitian pihak laboratorium dalam melaksanakan pengujian. C cenderung
bersifat higroskopis, oleh karena itu lamanya penyimpanan dalam desikator harus diperhatikan. Apabila terlalu lama maka air akan direabsorpsi kembali oleh bahan
sehingga berat bahan yang ditimbang akan menjadi lebih besar dan mengakibatkan kandungan air menjadi lebih kecil dari yang seharusnya.
Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.
a. Peralatan
Neraca
: neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi dan dapat
menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring
timbang harus selalu dalam keadaan bersih.
Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu
yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Apabila suhu oven lebih tinggi
daripada 105
o
C maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya. Apabila suhu oven lebih kecil
daripada 105
Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven.
C sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari seharusnya.
Gambar 4 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar air
Desikator : silika gel yang terdapat pada desikator dalam kondisi tidak baik
jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel, sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih
rendah dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik.
Penggunaan blender
Penggunaan blender sebagai alat penghalus pada saat preparasi dapat menyebabkan atau menimbulkan panas sehingga akan mengurangi kadar air
dalam sampel. Tindakan perbaikan adalah tidak terlalu lama dalam menggunakan blender
pada saat preparasi sampel. b. Langkah pengerjaan
Penimbangan :
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan. Sebagian air belum
teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari yang seharusnya .
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan. Keringat yang ada di tangan dapat
menempel pada cawan, dan dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar masih sangat panas dapat menyebabkan kadar air lebih kecil dari seharusnya, karena
belum seluruh air teruapkan. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar sudah terlalu dingin dapat menyebabkan kadar air lebih
tinggi dari seharusnya karena sampel menyerap uap air. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan
training terkait teknis pengujian kadar air.
Pemanasan:
- Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada
saat proses pemanasan. Apabila waktu pemanasan masih kurang, maka sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air
yang lebih kecil dari seharusnya. Apabila waktu pemanasan terlalu lama maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi
dari seharusnya. -
Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan. Air yang terdapat dalam sampel belum menguap sehingga kadar air lebih kecil dari seharusnya.
- Pengeringan alat-alat di oven yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan
kontaminasi. Air yang terdapat pada alat akan diabsorbsi oleh sampel sehingga kadar air lebih tinggi dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven
digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air.
Pendinginan -
Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat
menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Hal ni dapat menyebabkan kadar air lebih rendah dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah tidak membiarkan sampel terlalu lama dalam desikator serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air.
4.1.2 Lemak 4.1.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar lemak pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 5 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel A
Gambar 6 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Dua data tersangka tidak
memuaskan adalah pada data terendah KB 13 dan KB 28 pada 1.45 dan 1.26 serta 5.93 dan 5.70. Nilai acuan berada pada angka 11.74 dan 11.73.
Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 4. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena
dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari
kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.78 – 10.80. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk
seluruh metode berkisar pada angka 5.71 – 7.31, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 2.76. CV Robust yang terkecil
diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana
penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 6.66 dan 5.71 mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai CV harapan 2.76. Dapat dikatakan bahwa
pengujian kadar lemak kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi masih beragam.
Tabel 4 Ringkasan statistika lemak kakao bubuk 4 metode evaluasi
No Jumlah
data Metoda evaluasi hasil
uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 28
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
10.80 10.80
6.66 5.71
2.76 2.76
2 28
Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score
10.80 10.80
6.66 5.71
2.76 2.76
3 30
Langsung Z-score 10.78
10.79 7.31
6.22 2.76
2.76 4
30 Nilai acuan Horwitz
10.78 10.79
2.76 2.76
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi lemak
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B KB 01
SNI 01-2891-1992 -0.44
-0.44 -0.39
-4.75 -2.99
KB 02 SNI 3747:2009 butir A.3
-0.48 -0.48
-0.43 -4.32
-3.61 KB 03
SNI 01-2891-1992 1.47
1.47 1.50
0.06 0.65
KB 04 SNI 01-2891-1992
-0.08 -0.08
-0.03 -2.96
-3.18 KB 05
Soxhlet -0.66
-0.66 -0.60
-3.86 -4.85
KB 06 SNI 3747:2009 butir A.3
0.44 0.44
0.48 -2.04
-1.82 KB 07
Hidrolisis Welbull 0.78
0.78 0.82
-1.11 -1.23
KB 08 IKT.03.1-10
-1.46 -1.46
-1.39 -5.83
-6.42 KB 09
SNI 01-2891-1992 butir B.1 -1.33
-1.33 -1.27
-5.83 -5.87
KB 10
Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.6
0.92 0.92
0.96 -0.89
-0.83 KB 11
SNI 01-3747:2009 -0.22
-0.22 -0.17
-3.39 -3.40
KB 12 SNI 3747:2009 butir A.3
-0.11 -0.11
-0.06 -3.02
-3.27 KB 13
SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs
Grubbs -12.95
-31.75 -32.32
KB 14 Sokhlet, SNI 01-2354.3-2006
-0.60 -0.60
-0.54 -4.23
-4.23 KB 15
SNI 3747:2009 1.21
1.21 1.24
0.03 -0.49
KB 17 Soksletasi-Gravimetri, MA
PPOMN 44MM00 -0.43
-0.43 -0.38
-3.89 -3.83
KB 18 Acid hydrolisis
-1.67 -1.67
-1.60 -6.63
-6.58 KB 19
SNI 01-2891-1992, gravimetri 0.89
0.89 0.93
-0.96 -0.90
KB 20
SNI 3747:2009 butir A.3, cara hidrolisis
-0.02 -0.02
0.03 -2.96
-2.93 KB 21
SNI 3747:2009 Lamp. A3 0.75
0.75 0.78
-1.20 -1.30
KB 22 SNI 3747:2009 butir A.3
1.73 1.73
1.76 0.96
0.90 KB 23
SNI 3747:2009 -0.10
-0.10 -0.05
-3.49 -2.75
KB 24 SNI 01-3747:1995
0.02 0.02
0.07 -2.84
-2.87 KB 25
SNI 3747:2009 -0.51
-0.51 -0.45
-4.78 -3.27
KB 26 Soxhlet
1.94 1.94
1.96 0.86
1.91 KB 27
SNI 01-2891-1992 0.02
0.02 0.07
-2.84 -2.87
KB 28 SNI
Grubbs Grubbs
-6.81 -17.92
-18.62 KB 30
Soxlet 0.31
0.31 0.35
-2.31 -2.13
KB 31 AOAC 963.15 2005
2.34 2.34
2.36 1.82
2.75 KB 32
Gravimetri 0.93
0.93 0.96
-0.99 -0.71
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 2
2 Tidak
2 2
Tidak 15
15
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan
sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs
berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 , terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang
tidak berbeda jauh. Laboratorium KB 13 dan KB 28 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs danatau karena Z-score. Metode evaluasi hasil uji 4 menunjukkan
hasil yang agak berbeda, dengan nilai Z-score yang cenderung lebih tinggi dibandingkan keempat metode yang lain. Lima belas laboratorium 50 dinyatakan
tidak memuaskan.
4.1.2.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya lemak
No Metode pengujian
Jumlah peserta
Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 Memuaskan
Tidak memuaskan 1.
SNI 01-2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minuman
7 6
1 2.
SNI 01-3747-1995 2
2 3.
SNI 01-3747-2009 10
10 4.
Gravimetri 1
1 5.
Soxlet tmsk SNI 01-2354.3-2006 4
4 6.
Soxlet-gravimetri 1
1 7.
Hidrolisis 2
2 8.
Lain 2
1 1
9. AOAC
1 1
Total 30
28 2
Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 28 laboratorium atau 93.33. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa
metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01-2891-1992 7 laboratorium dari 30 peserta
atau 23.33 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar lemak kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk SNI 01-3747-2009 adalah
100, sedangkan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 adalah 85.71 memuaskan.
Hal yang cukup menarik di sini, 2 laboratorium 6.67 masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi dengan SNI 01-3747-2009.
Namun demikian kinerja kedua laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan.
4.1.2.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan
Standar Nasional Indonesia 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk, merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian lemak adalah
ekstraksi minyak bebas dari sampel kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis.
Sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan
lemak dengan bahan organik lainnya, ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan
karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil dari yang seharusnya.
Proses hidrolisis dibantu dengan pemanasan dan dilakukan selama lima belas menit. Hasil hidrolisis kemudian disaring panas-panas, residu yang dihasilkan
dicuci dengan air panas sampai tidak bereaksi dengan asam lagi, kemudian dikeringkan. Waktu pengeringan cukup berpengaruh, apabila waktu pengeringan
terlalu lama akan ada minyak yang mudah menguap volatil oil yang ikut teruapkan sehingga mengakibatkan kandungan lemak yang terukur menjadi lebih kecil.
Proses selanjutnya yaitu ekstraksi residu bebas air dengan pelarut non polar seperti petroleum eter, dietil eter, n-haksan dan aseton untuk mengektraksi lemak.
Waktu ekstraksi sangat berperan dalam analisis kadar lemak. Apabila ekstraksi kurang dari waktu yang telah ditentukan, maka lemak yang terekstrak akan
berkurang. Setelah semua lemak terekstrasi sempurna, pelarut organik kemudian diuapkan
dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 100
o
C - 105
o
Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan akan cenderung bersifat higroskopis. Oleh sebab itu lamanya pendinginan ekstrak lemak kering dalam
desikator harus diperhatikan waktunya, karena apabila terlalu lama maka dapat terjadi pertambahan angka kadar lemak karena adanya absorpsi dari uap air.
C. Lamanya pengeringan dalam oven juga berpengaruh terhadap kandungan lemak. Apabila
terlalu lama kemungkinan akan ada volatil oil yang teruapkan.
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 28. Laboratorium KB 13
menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 demikian juga laboratorium KB 28. Pada metode pengujian SNI 01-2891-1992 terdapat beberapa teknik pengujian
lemak. Teknik pengujian lemak tersebut antara lain: butir 8.1. adalah metode ekstraksi langsung; butir 8.2. adalah metode hidrolisis Weibull; butir 8.3 adalah
untuk margarine nentega; butir 8.4. adalah metode Gerber susu,keju; dan butir 8.5 adalah metode Mojonnier tepung-tepungan, biji-bijian. Sampel yang berasal
dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan
organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Pada SNI
01-2891-1992 ini tidak terdapat petunjuk yang jelas untuk pengujian kakao bubuk seharusnya menggunakan metode yang mana. Hal ini dapat menyebabkan
laboratorium salah memilih antara metode 8.1 dan 8.2. Laboratorium KB 14 menggunakan SNI 01-2354.3-2006. Pada metode ini
analisis lemak dilakukan dengan soxlet dan tidak dilakukan hidrolisis. Pengujian kadar lemak dalam kakao bubuk dengan menggunakan metode tersebut adalah tidak
sesuai. Seperti dijelaskan sebelumnya, sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu yang bertujuan
memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan
dengan protein dan karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil
dari yang seharusnya. Namun demikian cukup mengherankan bahwa kinerja laboratorium KB 14 ini dinyatakan memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil
uji 2, karena hasil uji nya tidak menyimpang. Terkait hal tersebut, maka sebaiknya titik kritis metode pengujian ditanyakan oleh KAN, dan dilaporkan oleh
laboratorium peserta. Misalnya pada lembar pelaporan hasil analisis dicantumkan point pertanyaan dari KAN, apakah laboratorium melakukan hidrolisis atau tidak.
Laboratorium yang menggunakan metode pengujian tidak sesuai sebaiknya sudah diseleksi terlebih dahulu di awal, sehingga tidak perlu diikutsertakan dalam evaluasi
hasil uji. Penomoran sampel juga sebaiknya dengan penomoran yang berbeda untuk setiap laboratorium, terkait kemungkinan laboratorium saling mengkonfirmasi hasil.
Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan lemak
a. Peralatan
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring
timbang harus dibersihkan.
Oven
: oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi.
Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven.
Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak
baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel.
Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik.
b. Langkah pengerjaan
Penimbangan :
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan
training terkait teknis pengujian kadar lemak.
Pemanasan:
- Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada
saat proses pemanasan. -
Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan -
Pengeringan alat-alat di oven yang sama Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi.
Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven
digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air.
Pendinginan -
Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam
desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient
desikator. Silika gel yang sudah jenuh, kurang optimal dalam menyerap uap air.
Tindakan perbaikan adalah tidak mendinginkan sampel terlalu lama dalam desikator dan menggunakan silika gel yang masih memiliki kualitas baik.
Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel.
- Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel dilakukan dengan proses
hidrolisis. Sesuai SNI 01-3747-2009, analisis kadar lemak nabati termasuk lemak pada kakao bubuk didahului dengan proses hidrolisis dalam asam
untuk melepaskan lemak yang terikat pada jaringan kakao bubuk. Proses hidrolisis yang kurang sempurna dapat mengakibatkan hanya sebagian lemak
yang terkekstrasi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak.
- Molaritas HCl. Molaritas HCl akan mempengaruhi hidrolisis yang terjadi.
Apabila molaritas kecil, maka kemungkinan hidrolisis tidak sempurna. Tindakan perbaikan adalah menggunakan molaritas HCl sesuai ketentuan.
Ekstraksi
- Waktu ekstraksi yang belum sesuai. Waktu ekstraksi lemak yang belum sesuai
menyebabkan lemak pada kakao bubuk belum terekstrak dengan sempurna. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak.
- Suhu pemanasan yang digunakan tidak sesuai. Suhu pemanasan yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan tidak hanya pelarut yang menguap, tetapi juga asam-asam lemak yang mudah menguap. Hal ini dapat menyebabkan kadar
lemak lebih rendah dari seharusnya. Suhu pemanasan yang terlalu rendah dapat menyebabkan jumlah sirkulasi pelarut dari alat soxlet untuk waktu
ekstraksi tertentu relatif kecil, akibatnya tidak semua lemak terekstraksi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah melakukan kalibrasi dan pengecekan suhu oven serta melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak.
- Siklus. Siklus proses ekstraksi belum diperhatikan sehingga proses ekstraksi
sampel belum maksimal dan mengakibatkan kadar lemak belum maksimal. Tindakan perbaikan adalah menetapkan siklus ekstraksi sesuai persyaratan.
- Pelarut pengestrak yang digunakan adalah kualitas teknis. Pelarut pengestrak
yang digunakan adalah kualitas teknis yang mengandung banyak impurity sehingga proses penguapan pelarut impurity akan ada yang mengendap dan
ditimbang bersama lemak. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih tinggi dari seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah menggunakan pelarut pengestrak dengan kualitas tinggi.
4.1.3. Kehalusan Lolos Ayakan 200 Mesh 4.1.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter uji kehalusan lolos ayakan pada kakao bubuk adalah 8 laboratorium. Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter
kehalusan lolos ayakan kakao bubuk ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pengujian parameter lain untuk kakao bubuk yang mencapai 30 peserta. Hal ini
disebabkan karena peserta uji profisiensi sebagian besar adalah laboratorium pangan yang bukan mengkhususkan untuk pengujian kakao bubuk. Sebagian besar
laboratorium peserta tidak mempunyai peralatan cukup misal ayakan atau sieve shaker untuk pengujian kehalusan lolos ayakan ini.
Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Dari kedua gambar tersebut, terlihat satu adalah data yang sangat ekstrim rendah
dengan nilai 0.35 dan 0.48. Tidak tersedia nilai acuan pada parameter ini.
Gambar 8 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel A
Gambar 9 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel B
Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 7. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena
dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari
kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 99.69 – 99.73. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk
seluruh metode berkisar pada angka 0.16 – 0.23. Perubahan CV Robust setelah dilakukan seleksi data cukup signifikan 20. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
uji laboratorium KB 02 yang terseleksi dengan Grubbs adalah sangat ekstrim. CV Robust terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2.
Tabel 7 Ringkasan statistika kehalusan lolos ayakan dengan 3 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust A
B A
B 1
7 Seleksi data Grubbs sekali, Z-
score 99.70
99.73 0.16
0.18 2
7 Seleksi data Grubss berkali-
kali, Z-score 99.70
99.73 0.16
0.18 3
8 Langsung Z-score
99.69 99.72
0.21 0.23
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan
sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs
berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 ,
terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan pada
evaluasi hasil uji 1 dan 2, dengan catatan KB 02 tidak memuaskan karena Grubbs. Metode evaluasi hasil uji 3 menunjukkan kinerja laboratorium KB 02 tidak
memuaskan dengan nilai Z-score yang sangat ekstrim dan kinerja laboratorium lain memuaskan. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode 1, 2, dan 3 adalah sama
berjumlah 1.
Tabel 8 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi kehalusan lolos ayakan
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
KB 02 SNI 3747:2009 butir A.5
Grubbs Grubbs
-455.93 KB 06
SNI 3747:2009 butir A.5 0.00
0.00 0.01
KB 11 SNI 3747:2009
-0.27 -0.27
-0.20 KB 15
SNI 3747-2009 1.82
1.82 1.39
KB 18 pengayakan
-2.27 -2.27
-1.71 KB 21
SNI 3747:2009 Lamp A.5 1.58
1.58 1.21
KB 24 SNI 01-3747-1995
0.82 0.82
0.63 KB 26
Mesh sieving -0.03
-0.03 -0.01
Total tidak
memuas kan
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
1 1
1 1
1
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2.
4.1.3.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 9.
Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 7 laboratorium atau 87.5. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode
pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 8 peserta atau 62.5 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao ini.
Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-3747-2009 adalah 80. Satu laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-
2009 yaitu KB 02 menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, satu laboratorium masih menggunakan SNI
01-3747-1995, yang sebenarnya telah diabolisi dan digantikan oleh SNI 01-3747- 2009. Namun demikian kinerja laboratorium tersebut adalah memuaskan.
Tabel 9 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kehalusan lolos ayakan
No. Metode pengujian
Jumlah Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2
peserta Memuaskan
Tidak Memuaskan 1.
SNI 01-3747-1995 1
1 2.
SNI 01-3747-2009 5
4 1
3. Lain
2 2
Total 8
7 1
4.1.3.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kehalusan lolos
ayakan adalah pengukuran derajat kehalusan dari sampel menggunakan ayakan mesh 200. Metode pengujian kehalusan lolos ayakan sesuai SNI 01-3747-2009
dapat dilihat pada Lampiran 25. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi
hasil uji 2 adalah laboratorium KB 02. Laboratorium KB 02 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Setelah dibandingkan, terdapat perbedaan pengujian
antara SNI 01-3747-2009 dengan SNI sebelumnya SNI 01-3747-1995. Pada metode yang lebih mutakhir SNI 01-3747-2009 justru tidak diuraikan cara
bagaimana residu disaring dan ini jelas menimbulkan potensi besar laboratorium salah mengerjakannya. Laboratorium KB 02 kemungkinan salah dalam
pengerjaannya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum
berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 10. a.
Peralatan
Ayakan : ayakan belum dikalibrasi. Ayakan yang digunakan sesuai SNI 01-
3747-2009 adalah ukuran 200 mesh. Tindakan perbaikana adalah ayakan 200 mesh harus dikalibrasi.
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring
timbang harus dibersihkan.
Gambar 10 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kehalusan lolos ayakan
Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak
baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel.
Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik.
b. Langkah pengerjaan
Penimbangan :
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan
training.
Pengadukan
- Waktu pengadukan masih ada gumpalan.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengadukan sesuai persyaratan yang ditetapkan.
Pengayakan -
Pelaksaaan pengayakan belum diperhatikan. Misal, ayakan harus digoyangkan terus, apabila ada suspensi yang sulit lolos maka tepuk penyaring
secara perlahan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengayakan sesuai ketentuan.
Pengeringan residu
- Pengeringan residu belum diperhatikan. Misal penggunaan corong Buchner,
kemudian penggunaan kertas saring yang telah dikeringkan pada suhu tertentu, semprot residu dari ayakan, dan sedot dengan vakum.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengeringan residu sesuai ketentuan.
4.1.4 Kadmium 4.1.4.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Laboratorium yang mengirimkan hasil untuk parameter uji kadmium adalah 23 laboratorium. Namun demikian laboratorium KB 18 dan KB 22 melaporkan
hasil “tidak terdeteksi”, serta laboratorium KB 31 melaporkan hasil 0.02 mgkg, sehingga hasil dari ketiga laboratorium tersebut tidak diolah secara statistika. Oleh
karena itu hanya diperoleh data dari 20 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 11 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel A
Gambar 12 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa ada data yang sangat ekstrim tinggi dengan nilai 13.46 dan 12.79. Nilai acuan untuk parameter kadmium adalah 0.353
dan 0.354. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 10.
Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 0.29 – 0.31. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data
untuk seluruh metode berkisar pada angka 14.70 – 22.24, sedangkan CV Horwitz adalah 18.71. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode
evaluasi hasil uji 2.
Tabel 10 Ringkasan statistika kadmium kakao bubuk 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 19
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
0.30 0.30
22.24 19.77
18.71 18.71
2 14
Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score
0.29 0.29
15.61 14.70
18.71 18.71
3 20
Langsung Z-score 0.31
0.31 21.21
19.85 18.71
18.71 4
20 Nilai acuan Horwitz
0.31 0.31
18.71 18.71
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 15.61 dan 14.70 mempunyai nilai
yang lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 18.71. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar kadmium kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi telah seragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar kadmium
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B KB 01
AOAC Method 999.10 -0.48
-0.32 -0.60
-1.41 -1.12
KB 02 SNI 3747:2009, butir A.7
0.32 0.76
0.21 -0.50
-0.51 KB 04
SNI 01-2896-1998 0.56
1.08 0.45
-0.05 -0.51
KB 06 SNI 3747:2009, butir A.7.1
0.00 0.32
-0.11 -0.80
-0.82 KB 07
AAS -0.87
-0.86 -1.00
-1.71 -1.57
KB 08 IK.T.03.1-20, IK.T.03.1-21
0.63 1.19
0.53 -0.20
-0.21 KB 11
SNI 01-3747-2009 -0.56
-0.43 -0.68
-1.41 -1.27
KB 12 IKUK5007-07 AAS
9.28 Grubbs
9.31 8.13
7.94 KB 13
AOAC Method Ed. 18 th. 2005, cara AAS
-1.51 -1.73
-1.64 -2.16
-2.33 KB 14
Graphite furnace, AOAC 2005, Chp.9, 18 - 22
3.89 Grubbs
3.83 2.98
2.81 KB 15
AOAC Method 973.34 2.70
Grubbs 2.63
1.77 1.75
KB 16 AAS
0.22 0.63
0.11 -0.63
-0.57 KB 17
AAS-SNI 01-2896-1998 -3.81
Grubbs -3.98
-4.44 -4.44
KB 19 SNI 19-2896-1998, AAS
-0.63 -0.54
-0.76 -1.41
-1.42 KB 20
SNI 3747:2009 butir 4.7.1, AAS tungku karbon
Grubbs Grubbs
206.4 6
198.40 187.79
KB 21 SNI 3747:2009 Lamp A.1
-4.13 Grubbs
-4.30 -4.74
-4.74 KB 24
SNI 01-2896-1992 0.63
1.19 0.53
-0.20 -0.21
KB 26 AAS
-1.43 -1.62
-1.56 -2.01
-2.33 KB 28
AOAC 0.42
0.86 0.29
-0.50 -0.36
KB 32 AAS
0.00 -0.32
-0.60 -1.26
-1.27
TOTAL TIDAK
MEMUA SKAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
4 5
6 6
Tidak 5
5
Tidak 4
4
Metode evaluasi hasil uji 1, 2 3, dan 4 menunjukkan hasil yang relatif sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Hanya 2 laboratorium yang berbeda
hasil yaitu KB 14 dan KB 15. Untuk KB 14, pada metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 tidak memuaskan, tetapi pada metode 4 diperingatkan. Untuk KB 15, pada
metode evaluasi hasil uji 1, KB 15 diperingatkan, metode 2 tidak memuaskan dengan Grubbs, metode 3 diperingatkan, dan metode 4 memuaskan.
Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 adalah sama berjumlah 5. Untuk metode evaluasi hasil uji 2 lebih sensitif dengan jumlah
tidak memuaskan 6. Metode evaluasi hasil uji 4 jumlah laboratorium tidak memuaskan adalah 4.
4.1.4.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 12.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 20 peserta atau 25 dan metode pengujian AOAC 5
laboratorium dari 20 peserta atau 25 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar kadmium kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk
SNI 01-3747-2009 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 60. Untuk metode pengujian SNI 01-2896-1998 adalah 66.67 memuaskan.
Hal yang cukup menarik di sini, 1 laboratorium KB 24 masih menggunakan SNI 01-2896-1992, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-2896-1998. Kinerja
laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah memuaskan.
Tabel 12 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadmium
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. SNI 01-3747-2009
5 3
2 2.
SNI 01-2896-1998 3
2 1
3. SNI 01-2896-1992
1 1
4. AOAC Method
5 3
2 5.
AAS 4
4 7.
Inhouse 2
1 1
Total 20
14 6
Laboratorium KB 22 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009 dan melaporkan tidak terdeteksi. Laboratorium KB 18 menggunakan atomic absoprtion
spectrofotometer atau spektrofotometer serapan atom AAS dan melaporkan tidak
terdeteksi. Sedangkan laboratorium KB 31 menggunakan metode pengujian SNI melaporkan dengan memakai tanda .
4.1.4.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kadmium
adalah destruksi sampel dengan cara pengabuan kering pada 450
O
C yang dilanjutkan
dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat atomic absoprtion spectrofotometer atau
Spektrofotometer serapan atom AAS adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi
oleh atom bebas unsur tersebut. spektrofotometer serapan atom AAS
dengan panjang gelombang maksimal 228.8 nm.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain
dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak ± 61 logam.
Keuntungan metode AAS adalah spesifik, batas limit deteksi yang rendah, dari larutan yang sama beberapa unsur yang berlainan dapat diukur, pengukuran
dapat langsung dilakukan terhadap larutan sampel preparasi sampel sebelum pengukuran adalah sederhana, output data absorbance dapat dibaca langsung,
cukup ekonomis, dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel, batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas.
Pada preparasi sampel padat termasuk kakao bubuk dilakukan destruksi kering. Metode ini menggunakan pemanasan biasa. Metode pengabuan kering
dilakukan untuk analisis logam-logam yang uapnya tidak mengandung racun, termasuk kadmium. Pemanasan dilakukan untuk menguapkan dan mengarangkan
sampai menjadi abu, sehingga sampel dapat diukur setelah didapat larutannya. Keuntungan metode pengabuan kering yaitu lebih mudah pengerjaanya tetapi lebih
lama diperoleh hasil analisisnya dibandingkan dengan metode pengabuan basah. Sesuai SNI, pengabuan dilakukan dalam tanur yang suhunya diatur pada 450
O
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 12, KB 14, KB 15, KB 17, KB 20 dan KB 21.
Laboratorium KB 12 menggunakan metode inhouse, sehingga tidak jelas laboratorium menggunakan metode yang mana. Metode inhouse adalah metode
C. Metode pengujian kadar kadmium kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009
dapat dilihat pada Lampiran 26.
yang dikembangkan oleh pihak laboratorium sendiri dan memerlukan validasi metode. Laboratorium KB 14 menggunakan graphite furnace AAS, tapi tidak jelas
metode destruksi-nya, kemungkinan permasalahan ada pada tahap destruksi sampel. Laboratorium KB 17 menggunakan SNI 01-2896-1998 dengan pengabuan kering,
kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis laboratorium dalam melakukan pengujian. Laboratorium KB 20 dan KB 21 menggunakan SNI 01-3747-2009
dengan pengabuan kering dan sebaiknya dengan graphite furnace, kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian.
Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar kadmium dengan AAS
a. Peralatan
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi.
Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan.
Peralatan gelas dan furnace : peralatan gelas dan furnace belum dikalibrasi.
Peralatan gelas tidak di dekontaminasi terlebih dahulu menggunakan larutan HNO
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait dan melakukan pembersihan larutan gelas dengan larutan HNO
3
3
AAS : AAS belum dikalibrasi suhu dan panjang gelombang.
.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait. .-
Pemeliharaan dan pengecekan instrument jarang dilakukan terutama pengecekan umur lampu, kebersihan burner dan lain-lain.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pemeliharaan-pengecekan instrument AAS secara teratur.
b. Langkah pengerjaan
Penimbangan :
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai.
Destruksi
Pelaksanaan destruksi belum sempurna. Destruksi kering adalah yang dianjurkan dalam SNI 01-3747-2009. Destruksi ini adalah proses pengabuan,
menggunakan suhu tanur 450
o
C agar logam Cd tidak hilang. Apabila lebih dari 450
o
Tindakan perbaikan adalah melakukan destruksi sesuai ketentuan. C kemungkinan logam Cd sudah ada yang hilang, sehingga kadar Cd lebih
kecil. Destruksi basah harus diperhatikan waktu destruksinya sehingga sampel terdestruksi sempurna.
Pengukuran
Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah
linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan
larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik.
Analisis dengan AAS kemungkinan tidak menggunakan solvent dan reagents untuk trace dan ultratrace analysis khusus untuk AAS : AAS grade. Air
murni untuk trace metal analysis yang digunakan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja, menggunakan solvent, reagents, dan
air murni sesuai persyaratan pengujian.
Ketrampilan personel.
Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Personelanalis tidak mengetahui masalah kontaminasi, kestabilan sampel,
cara mengatasi gangguan, kelemahanketerbatasan metode uji yang digunakan, interferensi jenis matriks.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian AAS.
4.2 Saus Cabe
Sampel uji profisiensi saus cabe dipersiapkan hingga homogen. Parameter ujinya: kalium sorbat, natrium benzoat, sakarin, dan jumlah padatan terlarut.
Sampel dalam jumlah ±40 kg dihomogenkan, kemudian dimasukkan kedalam kemasan botol. Adapun tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut :
- Uji homogenitas.
Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas
sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance.
Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Parameter untuk homogenitas adalah kalium sorbat. Sampel
diambil sebanyak 10 botol secara acak sesuai kodenomor botol. Dari setiap botol subsample dihomogenkan kembali dan diambil dua bagian untuk
dianalisis secara duplo kemudian dihitung homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 16.
- Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu, sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji
homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan
stabil jika antara data pertama dan kedua atau data pertama, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.
- Pengemasan
Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label. -
Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji saus cabe masing-masing 2 dua
kemasan botol dengan berat masing-masing kemasan 130 ml saus cabai, kemasan diberi label A dan B. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar
negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta
mengerjakan sampel tersebut dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan.
4.2.1 Pengawet Kalium Sorbat
4.2.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pengawet kalium sorbat pada kakao bubuk adalah 34 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat
pada grafik berikut:
Gambar 14 Hasil uji peserta, pengawet kalium sorbat saus cabe, sampel A
Gambar 15 Hasil uji peserta, pengawet kalium sorbat saus cabe, sampel B
Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995
merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji
profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi.
Dari kedua grafik pada Gambar 14 dan Gambar 15, terlihat satu data yang ekstrim tinggi dengan nilai 817.14 dan 747.83. Nilai acuan pada parameter ini
adalah 353 dan 314. Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik
adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV
Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut
dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004.
Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 13. Dari data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode pada
angka 315.27- 316.30. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk
seluruh metode berkisar pada angka 10.12 – 14.23, sedangkan CV Horwitz adalah 6.62 dan 6.73. CV Robust yang terkecil adalah dengan menggunakan metode
evaluasi hasil uji 2.
Tabel 13 Ringkasan statistika kalium sorbat saus cabe 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 32
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
316.30 315.27
12.84 11.43
6.62 6.73
2 30
Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score
316.30 315.27
11.68 10.12
6.62 6.73
3 34
Langsung Z-score 316.30
315.27 14.23
11.74 6.62
6.73 4
34 Nilai acuan Horwitz
316.30 315.27
6.62 6.73
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 11.68 dan 10.12 mempunyai nilai
yang lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 6.62 dan 6.73. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar pengawet kalium sorbat pada saus cabe untuk peserta uji
profisiensi masih beragam. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk
menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk
menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 14.
Metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang relatif sama. Perbedaan hanya terdapat pada SC 41 yang pada metode evaluasi hasil uji 2
dinyatakan tidak memuaskan, sedangkan pada evaluasi 1 dan 3 dinyatakan diperingatkan. Enam laboratorium SC 8, SC 12, SC 28, SC 31, SC 32, SC 40
dinyatakan tidak memuaskan untuk metode 4 nilai acuan CV Horwitz sedang metode lain memuaskan dan diperingatkan. Untuk KB 24, pada metode evaluasi
hasil uji 4 tidak memuaskan, tetapi pada metode lain diperingatkan. Untuk KB 41, pada metode evaluasi hasil uji 2 dan 4 tidak memuaskan, sedang metode lain
diperingatkan.
Tabel 14 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kalium sorbat
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B SC 4
SNI 01-2894-1992 Grubbs
Grubbs 10.46
19.87 20.52
SC 5 HPLC
3.85 Grubbs
3.40 2.98
9.55 SC 6
KCKTPPOM 43MA93 0.56
10.90 0.71
-1.65 3.39
SC 7 KCKT
0.52 0.62
0.50 1.27
-0.76 SC 8
HPLC -1.65
-1.83 -1.46
-4.40 -2.70
SC 9 SNI 01-2894-1992
Grubbs Grubbs
-5.10 -11.16
-10.54 SC 10
MAPPOMN 43MA93 -0.09
-0.09 -0.08
-1.60 0.02
SC 11 KCKT 01MA PPOMN07
0.09 0.10
0.08 -1.31
0.34 SC 12
HPLC -2.23
-2.49 -1.98
-5.58 -3.57
SC 14 HPLC
-4.40 Grubbs
-3.89 -8.43
-8.46 SC 15
HPLC 01PPOMN2007 -0.61
-0.67 -0.54
-2.46 -0.98
SC 16 MAPPOMN 43MA93
0.25 0.28
0.22 -1.64
1.30 SC 17
SOP 07LDJ2004 HPLC -0.34
-0.38 -0.30
-2.07 -0.42
SC 18 KCKT-MA PPOMN 43MA93
0.12 0.13
0.10 -1.18
0.31 SC 19
IKUK 5607-07 HPLC -0.09
-0.10 -0.08
-1.10 -0.55
SC 20 MAPPOMN 43MA93
0.07 0.08
0.07 -1.25
0.22 SC 21
SNI 01-2894-1992 HPLC 0.91
1.01 0.80
0.21 1.70
SC 23 01PPOMN07
-0.22 -0.24
-0.19 -1.76
-0.30 SC 24
HPLC 2.89
3.22 2.56
3.36 5.59
SC 25 KCKT, MA PPOMN No.
26MA98 0.37
0.41 0.33
-0.58 0.58
SC 27 MA PPOM 43MA93, HPLC
-0.14 -0.16
-0.12 -2.06
0.31 SC 28
MA 43MA93 -0.89
-0.99 -0.78
-3.28 -1.10
SC 29 MA PPOM43MA93
0.76 0.84
0.67 1.72
-0.53 SC 30
18-5-18MUSMMSIG, HPLC 0.91
1.01 0.81
-0.02 1.97
SC 31 HPLC
2.67 2.97
2.36 4.01
4.06 SC 32
PPOM 43MA93; PPOM23MA98
-2.35 -2.61
-2.07 -4.84
-4.79 SC 33
MA 43.MA.1993, HPLC 0.02
0.03 0.02
-1.31 0.10
SC 34 SNI 01-2894-1992
1.51 1.68
1.33 2.60
1.29 SC 36
HPLC -0.02
-0.03 -0.02
-1.54 0.17
SC 38 TCLWI 5.4FK15
-0.51 -0.57
-0.45 -2.75
-0.29 SC 39
In house -0.86
-0.95 -0.76
-2.69 -1.65
SC 40 KCKT, 43 MA 93
-1.22 -1.35
-1.08 -3.59
-1.98 SC 41
HPLC MA PPOMN 43MA1993 -2.75
-3.06 -2.43
-6.06 -4.96
SC 45 MA PPOM43MA93
0.65 0.73
0.58 -0.47
1.51
TOTAL TIDAK
MEMUA SKAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
3 4
4 1
5 Tidak
4 4
Tidak 12
12
Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode 1, dan 3 adalah sama berjumlah 4. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji 2 adalah 5
laboratorium, metode evaluasi hasil uji 4 adalah 12 laboratorium. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara
estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score
adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan
questionable atau tidak memuaskan outlier. Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3
mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah
-3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.
4.2.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kalium sorbat
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. SNI 01-2894-1992
4 2
2 2.
KCKT HPLC 20
17 3
3. Inhouse method
10 10
Total 34
28 5
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian high performance liquid chromatography HPLC atau kromatografi cair kinerja tinggi KCKT
digunakan oleh 20 laboratorium dari 34 peserta atau 58.82. Metode pengujian HPLC ini mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian pengawet kalium
sorbat pada saus cabe. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992
sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 50. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian KCKT adalah berkisar 85..
Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894-1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Metode pengujian pengawet
kalium sorbat dengan menggunakan HPLC sesuai SNI 01-2894-1992 dapat dilihat pada Lampiran 27. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan
akan dibahas pada bagian 4.2.4
4.2.2 Pengawet Natrium Benzoat
4.2.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pengawet natrium benzoat dalam saus cabe adalah 40 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat
pada grafik berikut:
Gambar 16 Hasil uji laboratorium peserta, natrium benzoat, sampel A
Gambar 17 Hasil uji laboratorium peserta, natrium benzoat, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang diduga ekstrim rendah dan tinggi. Nilai acuan pada parameter ini adalah 701 dan 657. Ringkasan statistika
dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 16. Ringkasan statistika natrium benzoat saus cabe 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 37
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
642.3 646.04
14.38 16.02
5.97 6.03
2 32
Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score
647.97 650.65
10.58 8.77
5.97 6.03
3 40
Langsung Z-score 643.46
648.81 15.81
14.49 5.97
6.03 4
40 Nilai acuan Horwitz
643.46 648.81
15.81 14.49
5.97 6.03
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 642.3 – 648.81. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data
untuk seluruh metode berkisar pada angka 8.77 – 16.02, sedangkan CV Horwitz
mempunyai nilai 5.97 dan 6.03. CV Robust yang terkecil adalah menggunakan metode evaluasi hasil uji 2.
Tabel 17 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi natrium benzoat
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B SC 3
Titrimetri -5.19
Grubbs -5.92
-14.44 -13.83
SC 4 SNI 01-2894-1992
Grubbs Grubbs
4.99 11.67
9.88 SC 5
HPLC 0.79
1.22 0.79
-0.29 2.77
SC 6 KCKTPPOM 43MA93
0.41 0.51
0.37 -1.40
1.97 SC 7
KCKT 0.48
0.64 0.45
1.17 -0.38
SC 8 HPLC
-0.86 -1.89
-1.06 -3.52
-2.54 SC 9
SNI 01-2894-1992 -5.17
Grubbs -5.89
-14.24 -13.93
SC 10 MAPPOMN 43MA93
0.15 0.01
0.07 -0.93
0.05 SC 11
KCKT 01MA PPOMN07 0.00
-0.27 -0.09
-1.35 -0.28
SC 12 HPLC
2.14 3.75
2.31 4.01
5.34 SC 14
HPLC -3.27
Grubbs -3.76
-9.37 -9.06
SC 15 HPLC 01PA2007
-0.13 -0.52
-0.24 -1.69
-0.63 SC 16
MAPPOMN 43MA93 0.84
1.32 0.85
0.49 2.23
SC 17 SOP 07LDJ2004 HPLC
-0.53 -1.26
-0.69 -2.64
-1.69 SC 18
KCKT - MA PPOMN 43MA93 -0.18
-0.60 -0.30
-1.66 -0.90
SC 19 IKUK 5607-07 HPLC
2.72 Grubbs
2.96 5.26
7.11 SC 20
MAPPOMN 43MA93 -0.06
2.32 -0.16
-1.45 -0.48
SC 21 SNI 01-2894-1992 HPLC
0.08 -0.22
0.00 -1.03
-0.19 SC 22
HPLC -0.04
-0.33 -0.14
-1.60 -0.23
SC 23 01PPOMN07
0.41 0.15
0.37 -0.30
0.78 SC 24
HPLC -0.12
-0.01 -0.23
-1.66 -0.57
SC 25 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98
0.59 0.19
0.57 0.15
1.27 SC 26
MA PPOMN No. 43MM93, HPLC 0.68
0.98 0.67
0.49 1.37
SC 27 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC
0.42 0.65
0.37 -0.47
0.99 SC 28
MA PPOMN No. 43MA93 -0.37
-0.30 -0.50
-2.62 -0.86
SC 29 MA PPOM43MA93
0.59 0.58
0.57 1.46
-0.13 SC 30
18-5-18MUSMM-SIG, HPLC 0.43
0.15 0.39
-0.39 0.96
SC 31 HPLC
1.62 1.93
1.72 3.32
3.33 SC 32
PPOM 43MA93; PPOM23MA98 -0.97
0.30 -1.18
-3.26 -3.37
SC 33 MA 43.MA.1993, HPLC
0.09 -1.28
0.01 -1.12
-0.05 SC 34
SNI 01-2894-1992 -1.34
-1.00 -1.59
-3.51 -5.05
SC 36 HPLC
-1.15 -3.04
-1.38 -4.22
-3.30 SC 37
AOAC Ekstraksi-volumetri Grubbs
Grubbs 3.64
-5.81 21.99
SC 38 TCLWI 5.4FK11
-5.54 Grubbs
-6.31 -15.18
-14.90 SC 39
In house -2.36
-4.69 -2.74
-7.11 -6.63
SC 40 KCKT, 43 MA 93
0.09 -0.10
0.00 -1.19
0.01 SC 41
HPLC MA PPOMN 43MA1993 -0.42
-1.06 -0.57
-2.40 -1.40
SC 42 SNI 01-2894-1992
Grubbs Grubbs
5.93 12.08
13.88 SC 43
Titrimetri -1.09
-2.32 -1.32
-4.05 -3.19
SC 45 MA PPOM43MA93
0.49 0.66
0.46 -0.11
1.01
TOTAL TIDAK
MEMU ASKAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 3
4 7
8 3
11
Tidak 7
7
Tidak 16
16
Apabila dilihat dari nilai CV Robust yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 10.58 dan 8.77. Nilai ini lebih
besar daripada CV harapan yaitu 5.97 dan 6.03. Dapat dikatakan bahwa pengujian pengawet natrium benzoat saus cabe untuk peserta uji profisiensi masih beragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 17.
Metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode evaluasi hasil
uji 1, dan 3 adalah sama berjumlah 7, sedangkan metode evaluasi hasil uji 2 11 laboratorium tidak memuaskan, dan yang terbanyak adalah metode evaluasi hasil
uji 4 16 laboratorium tidak memuaskan. Metode evaluasi hasil uji 2 adalah lebih sensitif dibandingkan metode evaluasi hasil uji 1 dan 3, tetapi tidak lebih senditif
dibandingkan metode evaluasi hasil uji 4.
4.2.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode evaluasi hasil uji 2. Hasilnya disajikan pada
Tabel 18.
Tabel 18 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya natrium benzoat
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. SNI 01-2894-1992
5 2
3 2.
KCKT HPLC 29
25 4
3. TLC
1 1
4. Titrimetri
3 1
2 8.
Inhouse method 2
1 1
Total 40
29 11
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian HPLC 29 laboratorium dari 40 peserta atau 72.5 mendominasi metode yang digunakan
dalam pengujian pengawet natrium benzoat pada saus cabe ini. Namun demikian jumlah persen pemakai metode HPLC lebih besar lagi karena sebenarnya SNI 01-
2894-1992 adalah menggunakan termasuk menggunakan HPLC juga. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992
sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 40. Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894- 1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan
Pengawet. Metode pengujian pengawet natrium benzoat dengan menggunakan HPLC sesuai SNI 01-2894-1992 dapat dilihat pada Lampiran 27.
Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.2.4.
4.2.3 Pemanis Sakarin
4.2.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter pemanis sakarin dalam saus cabe adalah 31 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada
grafik berikut:
Gambar 18 Hasil uji laboratorium peserta, sakarin, sampel A
Gambar 19 Hasil uji laboratorium peserta, sakarin, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Tiga data tersangka tidak
memuaskan adalah pada tiga data tertinggi. Nilai acuan berada pada angka 49.54 dan 49.08.
Tabel 19. Ringkasan statistika sakarin saus cabe 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 29
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
61.99 61.61
10.69 10.09
8.89 8.90
2 27
Seleksi data Grubss berkali-kali
61.99 61.61
9.73 9.42
8.89 8.90
3 31
Langsung Z-score 62.56
63.09 13.53
13.94 8.89
8.90 4
31 Nilai acuan Horwitz
62.56 63.09
8.89 8.90
Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 19. Dari data terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 61.61 –
63.09. CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka 9.42 – 13.94, sedangkan CV Horwitz adalah 8.89 dan 8.90. CV Robust yang terkecil adalah
dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2.
Tabel 20 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi sakarin
Kode lab
Metode uji Metode evaluasi hasil uji
1 2
3 4
A B
SC 5 HPLC
2.54 2.69
1.67 6.25
6.19 SC 8
HPLC -0.22
-0.24 -0.35
2.28 2.61
SC 9 SNI 01-2893-1992
0.00 0.00
-0.19 2.63
2.87 SC 10
MAPPOMN 43MA93 -2.74
-2.90 -2.19
-1.04 -0.95
SC 11 KCKT 01MA PPOMN07
0.26 0.28
0.00 3.01
3.21 SC 14
HPLC 3.02
3.20 2.02
6.23 7.53
SC 15 HPLC 01PPOMN2007
-0.51 -0.54
-0.57 1.99
2.11 SC 16
MAPPOMN 43MM93 2.06
2.18 1.31
5.71 5.41
SC 17 SOP 07LDJ2004 HPLC
0.89 0.94
0.46 3.93
4.00 SC 18
KCKT - MA PPOMN 43MA93 1.04
1.10 0.57
4.40 3.94
SC 19 IKUK 5107-07 HPLC
-0.28 -0.30
-0.40 2.41
2.32 SC 20
MAPPOMN 43MA93 -0.11
-0.11 -0.27
2.70 2.51
SC 21 SNI 01-2894-1992 HPLC
0.28 0.30
0.02 2.96
3.32 SC 23
01PPOMN07 1.78
1.88 1.11
5.24 5.12
SC 24 HPLC
0.39 0.41
0.09 3.17
3.39 SC 25
KCKT, MA PPOMN No. 26MA98
-0.69 -0.73
-0.69 1.76
1.85 SC 26
MA PPOMN No. 43MA93, HPLC Grubbs
Grubbs 41.41
81.88 79.32
SC 27 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC
0.71 0.76
0.33 3.54
3.92 SC 28
MA 43MM93 -0.83
-0.88 -0.80
1.42 1.80
SC 29 MA PPOM43MA93
2.05 2.17
1.31 5.18
5.94 SC 30
18-5-19MUSMM-SIG, HPLC -0.31
-0.33 -0.42
2.13 2.53
SC31 HPLC
1.33 1.40
0.78 4.16
4.97 SC32
PPOM 45MA92 -0.12
-0.13 -0.28
2.83 2.34
SC 33 MA.43.MA.1993 HPLC
-2.54 -2.69
-2.05 -0.99
-0.46 SC 34
Bahan Tambahan Pangan hal 85 dan 88
Grubbs Grubbs
68.21 125.04
136.53 SC 36
HPLC 0.92
0.97 0.48
3.77 4.24
SC 39 In house
-6.41 Grubbs
-4.87 -6.12
-5.89 SC 40
KCKT, 43 MA 93 -1.21
-1.28 -1.07
0.96 1.24
SC 41 HPLC MA PPOMN 43MA1993
-0.18 -0.19
-0.32 2.39
2.62 SC 43
titrimetri 42.44
Grubbs 30.78
60.38 61.07
SC 45 MA PPOM No. 43MM93
-0.22 -0.23
-0.35 2.27
2.65
TOTAL TIDAK
MEMUA SKAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
3 5
4 1
5 Tidak
4 4
Tidak 17
17
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 9.73 dan 9.42. Nilai ini lebih
besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.89 dan 8.90. Dapat dikatakan bahwa pengujian pemanis sakarin saus cabe untuk peserta uji profisiensi masih beragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 20.
Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama. Evaluasi hasil uji metode 4 adalah paling sensitif
dibandingkan metode lain, dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan adalah 17.
4.2.3.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 21.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian HPLC 24 dari 31 laboratorium atau 77.42 mendominasi metode yang digunakan dalam pemanis
sakarin pada saus cabe ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2894-1992
dan SNI 01-2893-1992 sesuai evaluasi hasil uji 2adalah 100 memuaskan.
Tabel 21 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya sakarin
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. SNI 01-2894-1992
1 1
2. SNI 01-2893-1992
1 1
3. HPLC
24 22
2 4.
Titrimetri 1
1 5.
Inhouse method 4
2 2
Total 31
26 5
4.2.4 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-2894-1992 adalah standar mengenai Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Sedangkan SNI SNI 01-2893-
1992 adalah standar mengenai Cara Uji Pemanis Buatan. Dominasi pengujian kandungan natrium benzoat, kalium sorbat, dan sakarin
dalam saus cabe adalah dengan menggunakan instrument high performance liquid chromatography HPLC. High performance liquid chromatography HPLC
adalah suatu teknik analisis kimia instrumental melalui proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan absorpsi pada dua fasa yang tidak saling melarutkan yang
kemudian dikuantifikasikan oleh suatu sistem detektor yang spesifik. Pada HPLC sebagai fasa gerak digunakan pelarut. Pelarut dialirkan ke dalam
kolom menggunakan bantuan pompa. Kolom merupakan jantung HPLC. Pada
HPLC terjadi pemisahan karena fase diam akan berinteraksi dengan berbagai komponen dengan kekuatan yang cukup berbeda, sehingga komponen keluar dengan
waktu yang berbeda. Peralatan HPLC yang sederhana terdiri dari tempat pelarut, pompa, injektor,
kolom, detektor, rekorder. Mekanisme kerja KCKT secara singkat yaitu campuran komponen yang dimasukkan melalui injektor akan dibawa oleh fasa gerak sampai ke
kolom. Di dalam kolom inilah masing-masing komponen akan dipisahkan satu sama lain, dan komponen yang terpisah akan terus dialirkan sampai ke detektor. Pencatat
yang dihubungkan dengan detektor selanjutnya akan menuliskan gambaran resolusi pemisahan yang berlangsung.
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian kalium sorbat adalah laboratorium SC 4, SC 5, SC 6, SC
9, SC 14, SC 24, dan SC 41. Laboratorium SC 4 dan SC 9 menggunakan SNI 01- 2894-1992 Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Laboratorium
tidak memuaskan yang lain menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan KCKTHPLC. Kemungkinan penyebab laboratorium
yang menggunakan HPLC tidak memuaskan adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian.
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian natrium benzoat adalah laboratorium SC 3, SC 4, SC 9,
SC 12, SC 14, SC 19, SC 36, SC 37, SC 38, SC 39, dan SC 42. Laboratorium SC 3 dan SC 37 melakukan pengujian dengan titrasi. Laboratorium SC 4, SC 9 dan SC 42
menggunakan SNI 01-2894-1992 Cara Uji Bahan Tambahan MakananBahan Pengawet. Laboratorium SC 38 dan SC 39 menggunakan metode inhouse dan tidak
jelas menggunakan metode yang mana. Laboratorium tidak memuaskan yang lain menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan
KCKTHPLC. Laboratorium tidak memuaskan yang menggunakan HPLC kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian.
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk pengujian sakarin adalah laboratorium SC 14, SC 26, SC 34, SC 39,
dan SC 43. Laboratorium SC 43 melakukan pengujian dengan titrasi. Laboratorium SC 34 dan SC 39 menggunakan metode inhouse dan tidak jelas menggunakan
metode yang mana. Laboratorium SC 14 dan SC 26 menggunakan KCKTHPLC. Metode pengujian yang tepat adalah menggunakan KCKTHPLC. Laboratorium
tidak memuaskan yang menggunakan HPLC kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian.
Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 20.
a. Peralatan
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring
timbang harus dibersihkan.
Peralatan gelas : peralatan gelas belum dikalibrasi.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan gelas. b.
Langkah pengerjaan
Penimbangan
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai.
Preparasi
Preparasi sampel yang kurang sempurna. Preparasi sampel adalah salah satu bagian penting dalam analisis dengan HPLC agar diperoleh sampel yang
reproducible dan homogen sebelum diinjeksikan ke dalam kolom. Tujuan utama preparasi sampel antara lain analit bebas dari pengganggumatriks
sampel, menjaga umur kolom atau memperpanjang umur kolom, menyesuaikan dengan tujuan HPLC misalnya memerlukan proses derivatisasi
untuk meningkatkan deteksipemisahan yang lebih bagus.
Apabila preparasi sampel kurang sempurna, seperti disebut di atas maka analit belum bebas dari pengganggumatriks sampel sehingga HPLC tidak dapat
mendeteksi seluruh analit yang ada ataupun tidak dapat mendeteksi dengan baik resolusi rendah. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh lebih
rendah dari yang seharusnya. Kemungkinan adanya senyawa lain dari matriks sampel yang keluar pada
waktu retensi yang sama dengan analit. Hal ini dapat menyebabkan yang diperoleh lebih tinggi dari yang seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan preparasi dengan sempurna dan cermat mengamati puncakpeak.
Gambar 20 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kalium sorbat, natrium benzoat, sakarin
dengan HPLC
Konfimasi identitas
Belum dilakukan konfirmasi identitas. Harus selalu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan pada proses pengukuran hanya berasal dari analit dan bukan
berasal dari senyawa lain atau bukan merupakan campuran isyarat dari analit + senyawa lain yang kebetulan mempunyai sifat fisikakimia serupa dengan
analit yang akan ditetapkan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan konfirmasi identitas.
Resolusi yang rendah juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pengamatan visual. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh lebih rendah atau lebih
tinggi dari yang seharusnya.
Pengukuran
Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah
linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan
larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik.
Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja.
Ketrampilan personel.
Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian dengan
HPLC.
4.2.5 Jumlah Padatan Terlarut 4.2.5.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter jumlah padatan terlarut dalam saus cabe adalah 19 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada
grafik berikut:
Gambar 21 Hasil uji laboratorium peserta, jumlah padatan terlarut, sampel A
Gambar 22 Hasil uji laboratorium peserta, jumlah padatan terlarut, sampel B
Dari grafik tersebut terlihat bahwa data hasil uji peserta cukup baik. Nilai acuan berada pada angka 26.15 dan 26.05. Ringkasan statistika dengan 4 metode
evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 22 Ringkasan statistika padatan terlarut saus cabe 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi Hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 17
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
22.70 22.58
7.87 11.16
9.79 9.80
2 17
Seleksi data Grubss berkali- kali
22.70 22.58
7.87 11.16
9.79 9.80
3 19
Langsung Z-score 22.70
22.58 11.07
12.72 9.79
9.80 4
19 Nilai acuan Horwitz
22.70 22.58
9.79 9.80
Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu
kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh
metode berkisar pada angka 22.58 – 22.70. CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka 7.87 – 12.72, sedangkan CV Horwitz adalah 9.79 dan 9.80. CV
Robust terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil mempunyai nilai 7.87 dan 11.16.
Nilai ini lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 9.79 dan 9.80. Dapat dikatakan bahwa pengujian jumlah padatan terlarut saus cabe untuk peserta uji profisiensi
telah seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-
score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi padatan terlarut
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B SC 4
SNI 01-2976-2006 -0.16
-0.16 -0.12
-1.35 -1.66
SC 8 SNI 01-2976-2006 lampiran A
1.39 1.39
1.08 -0.24
-0.27 SC 9
SNI 01-3546-2004 0.18
0.18 0.14
-1.31 -1.16
SC 14 Gravimetri
-0.25 -0.25
-0.19 -1.54
-1.61 SC 16
SNI 06-1136-1989 -2.13
-2.13 -1.66
-3.14 -3.04
SC 17 SNI 01-2976-1992 kadar air
dg Karl Fischer Grubbs
Grubbs 10.55
9.39 9.68
SC 24 Gravimetri
1.10 1.10
0.86 -0.60
-0.38 SC 25
Gravimetri, SNI 01-2891-1992 1.65
1.65 1.28
0.09 -0.19
SC 26 SNI 01-2897-1992 butir 5.3,
gravimetri 1.58
1.58 1.23
-0.05 -0.16
SC 29 SNI 01-2976-1992, SNI 01-
2976-2006 -0.11
-0.11 -0.09
-1.36 -1.57
SC 30 SNI 01-2976-2006 butir A.1,
gravimetri 0.00
0.00 0.00
-1.39 -1.36
SC 31 SNI 01-2976-2006
0.42 0.42
0.33 -1.05
-1.02 SC 34
SNI 01-2976-2006 butir A.1.5.3
-1.79 -1.79
-1.39 -2.94
-2.69 SC 36
Refractometric, AOAC 970.59, Ed.17
-0.19 -0.19
-0.15 -1.52
-1.54 SC 37
AOAC gravimetri Grubbs
Grubbs -6.55
-8.20 -8.11
SC 38 SNI 01-2976-2006
-1.04 -1.04
-0.81 -2.28
-2.14 SC 39
AOAC 1.75
1.75 1.37
0.05 0.02
SC 41 Gravimetri SNI 01-2976-2006
-0.73 -0.73
-0.57 -1.95
-1.98 SC 42
SNI 01-2976-2006 1.10
1.10 0.86
-0.65 -0.33
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 2
2 Tidak
2 2
Tidak 3
3
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G2 dan pada seleksi Grubbs
berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Laboratorium SC 17 dan SC 37 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, tiga
boratorium KB 16, KB 17, dan KB 37 dinyatakan tidak memuaskan. Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 menunjukkan jumlah tidak memuaskan yang sama.
4.2.5.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode evaluasi hasil uji 2. Hasilnya disajikan pada
Tabel 24. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-2976-2006
10 laboratorium dari 19 peserta atau 52.63 mendominasi metode yang digunakan dalam jumlah padatan terlarut pada saus cabe ini. Persentase hasil yang memuaskan
untuk metode pengujian SNI 01-2976-2006 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 90.
Tabel 24 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya padatan terlarut
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. SNI 01-2976-2006
10 9
1 2.
SNI 01-3546-2004 1
1 3.
SNI 01-2891-1992 1
1 4.
SNI 2897-1992 1
1 5.
SNI 06-1136-1989 1
1 6.
AOAC 3
2 1
7. Gravimetri
2 2
Total 19
17 2
4.2.5.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan
Standar Nasional Indonesia SNI 01-2976-2006 adalah standar mengenai Saus Cabe. Metode pengujian jumlah padatan terlarut dalam saus cabe sesuai SNI 01-
2976-2006 dapat dilihat pada Lampiran 28. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi
hasil uji 2 adalah laboratorium SC 17 dan SC 37. Laboratorium SC 17 menggunakan SNI 01-2976-1992 Saus Cabe. Laboratorium SC 37 menggunakan
metode AOAC. Pada SNI 01-2976-2006 Saus Cabe, pinggan dipanaskan menggunakan vakum oven 69-71
C, P ≤ 50 mm Hg, 2 jam, sedangkan pada SNI-01-
2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minuman, kertas saring yang digunakan untuk menahan padatan terlarut dikeringkan dalam oven pada suhu 105
C selama 2 jam.
Untuk metode refraktometer, AOAC 970.59 menggunakan enzim, sedang SNI 01- 3546-2004 Saus Tomat tidak menggunakan enzim. Manfaat penggunaan enzim di
sini adalah untuk melumatkan gumpalan-gumpalan. Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan adalah pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan
metode pengujiannya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum
berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 23. a.
Peralatan
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi neraca, piring timbang harus selalu
dibersihkan.
Gambar 23 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan jumlah padatan terlarut
Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu
yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Apabila suhu oven lebih tinggi dari seharusnya maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh TDS
yang lebih tinggi dari seharusnya. Apabila suhu oven lebih kecil daripada seharusnya sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh
TDS yang lebih kecil dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi dan pengecekan suhu oven
secara berkala.
Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak
baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel.
Tindakan perbaikan adalah menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b.
Langkah pengerjaan
Penimbangan
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
Sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh TDS yang lebih kecil dari yang seharusnya .
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan. Keringat yang ada di tangan dapat
menempel pada cawan. -
Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Temperatur belum sesuai dengan temperatur kamar masih sangat
panas atau dingin dapat menyebabkan TDS tidak sesuai dengan seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu teliti dalam menimbang, mendapatkan bobot
tetap, menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, menimbang pada saat suhu telah mencapai suhu kamar serta melaksanakan
training teknis pengujian jumlah padatan terlarut bagi personel laboratorium terkait.
Pemanasan
- Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada
saat proses pemanasan.
Apabila waktu pemanasan masih kurang, maka sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh TDS yang lebih kecil dari seharusnya.
Apabila waktu pemanasan terlalu lama maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh TDS yang lebih tinggi dari seharusnya.
- Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan.
- Pengeringan alat-alat di oven yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan
kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah menggunakan timer pada saat pemanasan, tidak
membuka oven pada saat digunakan, tidak mengeringkan alat di oven yang sama serta melaksanakan training teknis pengujian jumlah padatan terlarut
bagi personel laboratorium terkait.
Pendinginan -
Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat
menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Tindakan perbaikan adalah tidak membiarkan sampel terlalu lama dalam
desikator.
4.3 Minyak Nabati
Parameter uji minyak nabati adalah: miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat. Tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut :
- Uji homogenitas.
Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas
sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance.
Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Homgenitas dilakukan dengan cara pengadukan. Sampel
dimasukkan dalam botol 50 gr, kemudian 10 botol diambil secara acak dan diuji secara duplo. Homogenitas dilakukan untuk semua parameter:
miristat, palmitat, linoleat, stearat dan oleat. Perhitungan homogenitas minyak nabati dapat dilihat pada Lampiran 9 – Lampiran 13.
- Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu. Sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji
homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan
stabil jika antara data pertama dan kedua atau data pertama, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.
- Pengemasan
Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label. Kemasan diberi kode sampel. Kemasan luar adalah box karton, didalamnya dilengkapi busagabus
sebagai pelindung -
Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji minyak nabati. Setiap laboratorium
peserta diberikan 4 botol vial sampel masing-masing 10 mL dengan kode MN 1, MN 2, MN 3 dan MN 4. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar
negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta
mengerjakan sampel tersebut dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan.
4.3.1 Miristat 1
4.3.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter miristat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 24 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 1, sampel A
Gambar 25 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 1, sampel B
Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995
merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji
profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi.
Dari Gambar 24 dan Gambar 25 tersebut, terlihat satu data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian miristat 1. Ringkasan statistika
dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 25 Ringkasan statistika miristat 1 minyak nabati 3 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 12
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
4.43 4.47
27.01 27.39
9.04 9.03
2 11
Seleksi data Grubss berkali- kali
4.40 4.46
15.25 14.21
9.05 9.03
3 13
Langsung Z-score 4.45
4.47 53.81
57.21 9.04
9.03
Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki
variabilitas tinggi, maka CV Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis
yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait.
Robust semakin besar APLAC, 2004.
CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 14.21 – 57.21, sedangkan CV Horwitz adalah berkisar 9.03 – 9.05. Pada evaluasi dengan
metode 3, CV Robust 53.81 dan 57.21. Dengan metode evaluasi hasil uji hasil uji 2, CV Robust tersebut mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi 15.25 dan
14.21. Hal ini karena data yang dibuang dengan seleksi Grubbs, adalah cukup ekstrim.
Apabila diihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil mempunyai nilai 15.25 dan 14.21.
Nilai ini lebih besar daripada CV harapan yaitu 9.05 dan 9.03. Dapat dikatakan bahwa pengujian miristat 1 untuk peserta uji profisiensi masih beragam.
Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah
termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang
lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau
tidak. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-
score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi miristat 1
Kode lab
Metode uji Metode evaluasi hasil uji
1 2
3
MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.40 0.76
0.19 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.01
0.04 0.00
MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22
-0.01 0.00
-0.01 MN 05
ISO Vol 5 Th 2000 2.69
5.01 1.31
MN 06 Official Methpds of Analysis AOAC
International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27
-0.46 -0.84
-0.23 MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.24
-0.43 -0.12
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Grubbs Grubbs
1106.99 MN 09
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
2.30 4.30
1.12 MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000 -2.43
-4.50 -1.19
MN 11 AOC Ce 2-66
-1.50 -2.77
-0.74 MN 12
AOAC 996.06 0.08
0.16 0.03
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
4.16 Grubbs
2.03 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.51
-0.94 -0.26
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
1 2
2 3
5 Tidak
1 1
4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya miristat 1
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 4
2 2.
AOCS 6
4 2
3. ISO
1 1
Total 13
8 5
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau 46.15 mendominasi metode
yang digunakan dalam pengujian miristat 1 pada minyak nabati ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian AOAC sesuai evaluasi hasil uji uji 2,
dinyatakan memuaskan 66.67. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.
.
4.3.2 Miristat 2 4.3.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter miristat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 26 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 2, sampel A
Gambar 27 Hasil uji laboratorium peserta, miristat 2, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian miristat 2 ini. Ringkasan statistika
dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 28 Ringkasan statistika miristat 2 minyak nabati 3 metode evaluasi
No N
Evaluasi Hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 12
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
5.91 5.91
21.56 21.56
8.66 8.66
2 12
Seleksi data Grubss berkali-kali
5.91 5.91
21.56 21.56 8.66
8.66 3
13 Langsung Z-score
5.85 5.91
67.54 29.85
8.67 8.66
CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 21.56 – 67.54, sedangkan CV Horwitz 8.66 dan 8.67. CV Robust yang cukup besar
menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Pada evaluasi dengan metode evaluasi hasil uji 3, CV Robust 67.54 dan 29.85. Dengan metode evaluasi hasil uji
2, CV Robust tersebut mengalami penurunan yang cukup besar, menjadi 21.56. Hal ini karena data yang dibuang dengan seleksi Grubbs, adalah cukup ekstrim. Hasil
pada metode 1 dan 2 adalah sama, karena data hanya dapat digrubbs satu kali. Apabila diihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana
penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 dengan nilai 21.56. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu
8.66. Dapat dikatakan bahwa pengujian miristat 2 minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi miristat 2
Kode lab Metode uji
Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji
1 2
3 MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.51
0.51 0.20
MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.11 0.11
0.05 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 0.00
0.00 0.00
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
3.46 3.46
1.39 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27
-0.66 -0.66
-0.26 MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.34
-0.34 -0.12
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Grubbs Grubbs
1359.98 MN 09
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
3.68 3.68
1.48 MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000 -0.70
-0.70 -0.83
MN 11 AOC Ce 2-66
-2.18 -2.18
-0.87 MN 12
AOAC 996.06 0.00
0.00 -0.21
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
1.21 1.21
1.09 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.68
-0.68 -0.27
Total tidak memuaskan
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
2 3
1 2
3 Tidak
1 1
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 tertinggi dan pada seleksi
Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Laboratorium 08 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs dan laboratorium MN 05 dan MN 09 tidak
memuaskan melalui Robust Z-score. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, empat laboratorium MN 16, MN 17, MN 34 dan MN 37 dinyatakan tidak memuaskan.
Pada metode evaluasi hasil uji 3 laboratorium MN 08 tidak memuaskan melalui Robust Z-score. Metode evaluasi hasil uji 3 adalah paling tidak sensitif
dibandingkan dua metode yang lain.
4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 30.
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau 46.15 mendominasi
metode yang digunakan dalam pengujian miristat 1 pada minyak nabati ini.
Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian AOAC sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 83.33. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak
memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.
Tabel 30 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya miristat 2
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 5
1 2.
AOCS 6
5 1
3. ISO
1 1
Total 13
10 3
4.3.2 Palmitat 1
4.3.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 28 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 1, sampel A
Gambar 29 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 1, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian palmitat 1 ini.
Tabel 31 Ringkasan statistika palmitat 1 minyak nabati 3 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 11
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
26.40 28.37
25.16 22.76
6.91 6.84
2 9
Seleksi data Grubss berkali- kali
28.37 28.37
10.09 13.77
6.84 6.84
3 13
Langsung Z-score 28.37
29.59 16.70
15.28 6.84
6.79
Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut: CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar
pada angka yang cukup besar 10.09 – 25.16, sedangkan CV Horwitz untuk seluruh metode berkisar di angka 6.79 – 6.91. CV Robust yang cukup besar menunjukkan
bahwa penyebaran data sangat besar. Nilai CV Robust terkecil adalah pada metode
evaluasi 2 dengan nilai CV Robust 10.09 dan 13.77.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada nilai 10.09 dan 13.77.
Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.84. Dapat dikatakan bahwa pengujian palmitat 1 minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi palmitat 1
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
MN 01 Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.67 1.04
0.37 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 0.63
0.95 0.33
MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22
0.50 0.61
0.21 MN 05
ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs
Grubbs 5.01
MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 270.13
0.26 0.00
0.00 MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC 0.39
0.32 0.11
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Grubbs Grubbs
2196.21 MN 09
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
-0.02 -0.74
-0.26 MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000 -1.83
Grubbs -1.89
MN 11 AOC Ce 2-66
-1.07 -3.44
-1.21 MN 12
AOAC 996.06 -0.86
Grubbs -1.02
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
-0.96 -3.15
-1.11 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.00
-0.68 -0.24
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 4
2 6
Tidak 2
2
Metode evaluasi hasil uji 1, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama. Pada evaluasi hasil uji metode 5 semua tidak memuaskan. Nilai
Z-score pada metode 5 sangat tinggi. Metode evaluasi hasil uji 2 adalah paling sensitif diantara metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 konsensus. Metode 4 adalah
yang paling sensitif dari seluruh metode evaluasi hasil uji. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara
estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score
adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan
questionable atau tidak memuaskan outlier. Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3
mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah
-3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.
4.3.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 33.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86
mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian palmitat pada minyak nabati ini. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan akan dibahas
pada bagian 4.3.11.
Tabel 33 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya palmitat 1
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 3
3 2.
AOCS 6
4 2
3. ISO
1 1
Total 13
7 6
4.3.3 Palmitat 2
4.3.4.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 30 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 2, sampel A
Gambar 31 Hasil uji laboratorium peserta, palmitat 2, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Tidak terdapat nilai acuan pada pengujian palmitat 2 ini. Ringkasan statistika
dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 34. Ringkasan statistika palmitat 2 minyak nabati 3 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 12
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
10.29 9.97
13.53 12.40
7.97 8.00
2 8
Seleksi data Grubss berkali-kali
10.29 10.27
12.82 12.00
7.97 7.97
3 13
Langsung Z-score 10.53
9.97 14.29
14.80 7.94
8.00
Nilai CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai CV Robust 12.82 dan 12.00. Nilai ini lebih besar
daripada nilai CV harapan yaitu 7.97. Dapat dikatakan bahwa pengujian palmitat 2 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi palmitat 2
Kode lab Metode uji
Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji
1 2
3 MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89 0.14
0.37 0.02
MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.28 0.73
0.08 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 0.10
0.25 0.00
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
4.96 Grubbs
2.05 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter 41, p 27
-0.43 -1.11
-0.22 MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.10
-0.25 -0.08
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Grubbs Grubbs
1296.95 MN 09
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
-0.31 -0.81
-0.17 MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000 -1.66
Grubbs -0.74
MN 11 AOC Ce 2-66
-1.86 Grubbs
-0.83 MN 12
AOAC 996.06 3.36
Grubbs 1.37
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
2.78 7.22
1.13 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC -0.49
-1.29 -0.25
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
2 3
5 1
6 Tidak
1 1
Metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang relatif berbeda, dengan nilai Z-score yang berbeda. Laboratorium MN 10 dan MN 11, dengan
menggunakan evaluasi hasil uji 1 adalah memuaskan, namun dengan metode evaluasi hasil uji 2 tidak memuaskan karena grubbs. Metode 2 lebih sensitif
dibanding metode 1 dan 3.
4.3.4.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya palmitat 2
No Metode pengujian
Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
7 4
3 2.
AOCS 5
3 2
3. ISO
1 1
Total 13
7 6
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC 7 laboratorium dari 13 peserta atau 53.85 dan AOCS 5 laboratorium dari 13
peserta atau 38.46 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian palmitat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC
dan AOCS masing-masing dengan 7 dan 5 peserta dari total 13 peserta, dinyatakan masing-masing 57.14 dan 60 memuaskan. Kemungkinan penyebab kinerja
laboratorium tidak memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.
4.3.4 Stearat 1
4.3.5.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter palmitat dalam minyak nabati adalah 13 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 32 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 1, sampel A
Gambar 33 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 1, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 3.86 dan 3.89.
Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 37. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data berkisar pada angka yang cukup
besar 12.23 – 30.78, sedangkan CV Horwitz adalah 9.22 dan 9.23.
Tabel 37 Ringkasan statistika stearat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 11
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
3.54 3.97
30.78 21.01
9.23 9.22
2 9
Seleksi data Grubss berkali-kali
3.92 4.00
12.48 12.23
9.23 9.22
3 13
Langsung Z-score 3.92
4.00 27.42
17.79 9.23
9.22 4
13 Nilai acuan Horwitz
3.92 4.00
9.23 9.22
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil
uji 2 dengan nilai CV Robust 12.48 dan 12.23. Nilai ini lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 9.23 dan 9.22. Dapat dikatakan bahwa pengujian stearat 1
minyak nabat untuk peserta uji profisiensi cukup seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-
score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 38. Metode evaluasi hasil uji 2, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak
memuaskan berbeda. Metode 2 adalah paling sensitif diantara metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 konsensus. Metode 4 adalah yang paling sensitif.
Tabel 38 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi stearat 1
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.74 0.27
0.17 0.67
0.56 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004 1.05
0.79 0.51
1.43 1.25
MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22
0.97 0.65
0.42 1.09
1.20 MN 05
ISO Vol 5 Th 2000 Grubbs Grubbs
7.97 16.86
18.48 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000
Chapter 41, p 27 0.78
0.33 0.21
0.76 0.64
MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
0.58 0.00
0.00 0.17
0.31 MN 08
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs Grubbs
3770.26 7974.
90 8517.4
MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce
2-62, Ed. 4, 1994 -0.02
-1.02 -0.65
-0.90 -1.48
MN 10 AOAC Official Method 991.39 2000
-2.50 Grubbs
-3.34 -7.02
-7.14 MN 11
AOC Ce 2-66 -1.75
Grubbs -2.53
-4.55 -6.05
MN 12 AOAC 996.06
-0.28 -1.46
-0.93 -3.84
0.22 MN 14
GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.90
-2.52 -1.61
-2.97 -3.60
MN 15 AOAC Official Method 991.39 2005
GC 0.00
-0.99 -0.63
-1.09 -1.20
Total tidak memuaskan
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 4
4 Tidak
3 3
Tidak 6
6
4.3.5.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 39.
Tabel 39 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya stearat 1
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 4
2 2.
AOCS 6
5 1
3. ISO
1 1
Total 13
9 4
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 13 peserta atau masing-masing 46.15
mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian stearat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC dan AOCS masing-masing
dengan 6 peserta dari total 13 peserta, dinyatakan masing-masing 66.67 dan 83.33 memuaskan. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak
memuaskan akan dibahas pada bagian 4.3.11.
4.3.5 Stearat 2
4.3.6.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter stearat 2 dalam minyak nabati adalah 12 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 34 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 2, sampel A
Gambar 35 Hasil uji laboratorium peserta, stearat 2, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 2.97 dan 2.99. Ringkasan statistika
dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 40 Ringkasan statistika stearat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 10
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
3.07 3.01
18.05 11.08
9.60 9.59
2 10
Seleksi data Grubss berkali-kali
3.07 3.01
18.05 11.08
9.60 9.59
3 12
Langsung Z-score 3.22
3.08 20.69
11.45 9.60
9.59 4
12 Nilai acuan Horwitz
3.22 3.08
9.60 9.59
CV Robust yang menggambarkan penyebaran data berkisar pada angka yang cukup besar 11.08 – 20.69, sedangkan CV Horwitz 9.59 dan 9.60.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah 18.05 dan 11.08. Nilai ini
lebih besar daripada nilai CV Horwitz 9.60 dam 9.59. Dapat dikatakan bahwa pengujian stearat 2 masih beragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 41.
Metode evaluasi hasil uji 2, 3 dan menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Nilai Z-score pada
metode 4 berjumlah 4 laboratorium. Metode 4 adalah yang paling sensitif.
Tabel 41 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi stearat 2
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.05 0.05
-0.21 0.49
0.31 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.68 0.68
0.37 1.51
1.36 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 0.51
0.51 0.21
1.23 1.08
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
Grubbs Grubbs
3.70 9.19
5.51 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000
Chapter 41, p 27 0.56
0.56 0.26
1.40 1.08
MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
-0.05 -0.05
-0.30 0.21
0.28 MN 08
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 Grubbs
Grubbs 4220.
13 7456.1
7528. 16
MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce
2-62, Ed. 4, 1994 -0.82
-0.82 -1.02
-1.30 -0.77
MN 11 AOC Ce 2-66
-2.90 -2.90
-2.94 -4.42
-4.46 MN 12
AOAC 996.06 0.76
0.76 0.45
3.30 -0.14
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
-0.74 -0.74
-0.94 -1.37
-0.42 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
-0.89 -0.89
-1.08 -1.16
-1.12
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 2
2 Tidak
2 2
Tidak 4
4
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
4.3.6.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 42.
Tabel 42 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya stearat 2
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
5 4
1 2.
AOCS 6
6 3.
ISO 1
1 Total
12 10
2
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOCS 6 laboratorium dari 12 peserta atau masing-masing 50 mendominasi metode yang
digunakan dalam pengujian stearat pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 12 peserta,
dinyatakan 100 memuaskan.
4.3.6 Oleat 1
4.3.7.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter oleat 1 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 36 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 1, sampel A
Gambar 37 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 1, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat data yang ekstrim MN 04, MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 34.26 dan 34.45. Ringkasan statistika
dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 43 Ringkasan statistika oleat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi Hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 12
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
32.59 31.05
28.01 27.15
6.65 6.64
2 11
Seleksi data Grubss berkali-kali
34.96 32.85
18.87 19.41
6.65 6.64
3 14
Langsung Z-score 33.05
34.04 22.23
22.34 6.65
6.64 4
14 Nilai acuan Horwitz
35.05 34.04
22.23 22.34
6.65 6.64
CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 18.87 – 28.01, sedangkan CV Horwitz adalah
6.64 dan 6.65. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data besar.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil
uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai CV Robust 18.87 dan 19.41. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.65 dan 6.64. Dapat dikatakan bahwa
pengujian oleat 1 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi tidak seragam.
Tabel 44 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi oleat 1
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.63 0.47
0.34 1.42
1.25 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.62 0.47
0.34 1.37
1.27 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 1.59
1.77 1.41
4.70 5.17
MN 04 Thermo manual book of
chromatography colums consumables page 274 ed. 2006-
2007 -3.76
Grubbs -4.52
-15.02 -15.03
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
Grubbs Grubbs
15.66 51.11
54.73 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000
Chapter 41, p 27 0.37
0.12 0.05
0.38 0.34
MN 07 AOAC Official Method 991.39
2005 GC 0.36
0.12 0.05
0.31 0.39
MN 08 AOAC 2005
Grubbs Grubbs
3186. 43
10633. 36
10824. 95
MN 09 AOCS.Ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS.
Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.28
-0.74 -0.66
-1.78 -2.28
MN 10 AOAC Official Method 991.39
2000 -2.06
-3.15 -2.64
-8.65 -8.76
MN 11 AOC Ce 2-66
-1.64 -2.59
-2.18 -7.32
-6.96 MN 12
AOAC 996.06 0.28
0.00 -0.05
0.75 -0.70
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
-0.68 -1.28
-1.10 -3.56
-3.50 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
-0.34 -0.82
-0.73 -2.13
-2.38
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
1 3
3 1
4 Tidak
3 3
Tidak 7
7
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 44.
Evaluasi hasil uji metode 1 Grubbs sekali dan 3 langsung Robust Z-score menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score
yang relatif sama. Nilai Z-score pada metode 4 berjumlah 7 laboratorium. Metode 4 adalah yang paling sensitif.
4.3.7.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih dan hasilnya disajikan pada Tabel 45.
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing
42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian oleat 1 pada minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing
dengan 6 peserta dari total 12 peserta, dinyatakan 100 memuaskan dan metode AOAC 66.7 memuaskan
Tabel 45 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya oleat 1
No Metode pengujian
Jumah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak Memuaskan
1. AOAC
6 4
2 2.
AOCS 6
6 3.
ISO 1
1 4.
Inhouse 1
1 Total
14 10
4
` 4.3.8
Oleat 2 4.3.8.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter stearat 2 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 38 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 2, sampel A
Gambar 39 Hasil uji laboratorium peserta, oleat 2, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat satu adalah data yang ekstrim tinggi MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 48.42 dan 49.09. Ringkasan statistika
dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 46 Ringkasan statistika oleat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi Hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 13
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
41.1 49.46
47.67 30.02
6.31 6.30
2 11
Seleksi data Grubss berkali-kali
41.1 49.46
40.65 23.36
6.31 6.30
3 14
Langsung Z-score 45.2
49.95 41.95
30.27 6.31
6.30 4
14 Nilai acuan Horwitz
45.2 49.95
6.31 6.30
CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 23.36 – 47.67, sedangkan CV Horwitz 6.30 dan 6.31. Apabila dilihat dari nilai CV
Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi hasil uji 2 Grubbs berkali-kali dengan nilai
CV Robust 40.65 dan 23.36. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 6.31 dan 6.30. Dapat dikatakan bahwa pengujian oleat 2 pada minyak nabati untuk
peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-
score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 47. Metode evaluasi hasil uji 2, dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak
memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Nilai Z-score pada metode evaluasi hasil uji 5 sangat tinggi dan jumlah tidak memuaskan sangat
banyak, 8 laboratorium. Metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif
Tabel 47 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi oleat 2
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.76 0.89
0.50 1.41
1.09 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.80 0.94
0.54 1.59
1.35 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 1.03
1.21 0.77
2.70 2.46
MN 04 Thermo manual book of
chromatography colums consumables page 274 ed. 2006-
2007 -2.74
Grubbs -3.07
-15.83 -15.86
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
11.48 Grubbs
11.43 55.22
52.29 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition,
2000 Chapter 41, p 27 0.60
0.70 0.33
0.52 0.44
MN 07
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
0.54 0.64
0.28 0.28
0.12 MN 08
AOAC 2005 Grubbs
Grubbs
2700.16 13470.19
12448.61
MN 09 AOCS.Ce 2-66, Ed.4, 1994;
AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.59
-0.69 -0.88
-5.58 -5.13
MN 10 AOAC Official Method 991.39
2000 -0.35
-0.41 -0.63
-10.80 2.38
MN 11 AOC Ce 2-66
-1.43 -1.68
-1.73 -9.30
-9.60 MN 12
AOAC 996.06 -0.12
-0.14 -0.40
-5.12 -0.99
MN 14 GC AOCS Method Ce-66, 1993
-0.99 -1.16
-1.28 -7.24
-7.33 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
0.00 0.00
-0.28 -2.40
-2.52
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 1
1 2
3 3
Tidak 3
3
Tidak 8
8
4.3.8.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 48.
Tabel 48 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya oleat 2 minyak nabati
No Metode pengujian
Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 5
1 2.
AOCS 6
6 3.
ISO 1
1 4.
Inhouse 1
1 Total
14 11
3
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing
42.86 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian oleat 2 pada
minyak nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS masing-masing dengan 6 peserta dari total 12 peserta, dinyatakan 100 memuaskan dan metode
AOAC 83.33 memuaskan.
4.3.9 Linoleat 1 4.3.9.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter linoleat 1 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 40 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 1, sampel A
Gambar 41 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 1, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang ekstrim MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 9.25 dan 9.29. Ringkasan statistika
dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sebagai berikut:
Tabel 49 Ringkasan statistika linoleat 1 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi hasil uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 13
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
8.68 8.63
31.15 37.22
8.09 8.09
2 12
Seleksi data Grubss berkali-kali
8.68 8.63
31.15 37.22
8.09 8.09
3 14
Langsung Z-score 9.0
9.03 33.75
36.82 8.09
8.09 4
14 Nilai acuan Horwitz
9.0 9.03
8.09 8.09
CV Robust untuk seluruh metode berkisar pada angka yang cukup besar 31.15 – 37.22, sedangkan CV Horwitz adalah 8.09. CV Robust yang cukup besar
menunjukkan bahwa penyebaran data sangat besar. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana
penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode evaluasi 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 31.15 dan 37.22. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV
harapan yaitu 8.09. Dapat dikatakan bahwa pengujian linoleat 1 pada minyak nabati masih beragam.
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 50.
Tabel 50 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi linoleat 1
Kode lab Metode uji
Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji
1 2
3 4
A B
MN 01 Gas Chromatography GC
AOCS Ce I b-89 0.64
0.64 0.48
1.15 1.08
MN 02 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66,
2004 0.65
0.65 0.48
1.14 1.12
MN 03 AOCS 969.33 dan 963.22
-3.65 -3.65
-3.37 -11.98
-12.03 MN 04
Thermo manual book of chromatography colums
consumables page 274 ed. 2006- 2007
-3.58 -3.58
-3.30 -11.77
-11.79
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
Grubbs Grubbs
13.62 41.86
50.02 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th
Edition, 2000 Chapter 41, p 27 0.22
0.22 0.10
-0.32 -0.07
MN 07 AOAC Official Method 991.39
2005 GC 0.30
0.30 0.17
0.00 0.11
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Grubbs Grubbs
2463.82 8421.70
8390.21 MN 09
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
-0.10 -0.10
-0.18 -1.18
-1.13 MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000
-1.09 -1.09
-1.07 -4.71
-3.63 MN 11
AOC Ce 2-66 -1.19
-1.19 -1.16
-3.71 -5.27
MN 12 AOAC 996.06
0.10 0.10
-0.01 -4.63
3.50 MN 14
GC AOCS Method Ce-66, 1993 -0.54
-0.54 -0.58
0.87 -5.86
MN 15 AOAC Official Method 991.39
2005 GC 0.12
0.12 0.01
-0.35 -0.63
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 4
2 2
4 Tidak
4 4
Tidak 8
8
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan sama, dengan nilai Z-score yang relatif sama. Metode evaluasi hasil uji
4 jumlah laboratorium tidak memuaskan 8. Metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif.
4.3.9.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 51.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOACS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86
mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian linoleat 1 pada minyak nabati ini.
Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOCS dinyatakan 100 memuaskan dan metode AOAC 66.7 memuaskan.
Tabel 51 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya linoleat 1
No Metode pengujian
Jumlah peserta Hasil sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 4
2 2.
AOCS 6
6 3.
ISO 1
1 4.
Inhouse 1
1 Total
14 10
4
4.3.10 Linoleat 2 4.3.10.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi
Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter linoleat 2 dalam minyak nabati adalah 14 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 42 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 2, sampel A
Gambar 43 Hasil uji laboratorium peserta, linoleat 2, sampel B
Dari kedua grafik tersebut, terlihat beberapa data yang ekstrim MN 05, MN 08. Nilai acuan pada parameter ini adalah 5.84 dan 5.87.
Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 52. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar
pada angka yang cukup besar 31.83 – 52.55, sedangkan CV Horwitz adalah pada 8.67. CV Robust yang cukup besar menunjukkan bahwa penyebaran data sangat
besar.
Tabel 52 Ringkasan statistika linoleat 2 minyak nabati 4 metode evaluasi
No N
Evaluasi Hasil Uji Median
CV Robust CV Horwitz
A B
A B
A B
1 12
Seleksi data Grubbs sekali, Z-score
5.22 6.17
42.29 31.83
8.67 8.67
2 12
Seleksi data Grubss berkali-kali
5.22 6.17
42.29 31.83
8.67 8.67
3 14
Langsung Z-score 5.71
6.42 37.91
52.55 8.67
8.67 4
14 Nilai acuan Horwitz
5.71 6.42
8.67 8.67
Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 53.
Apabila dilihat dari nilai CV Robust, sesuai Tabel 52, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil adalah pada metode
evaluasi hasil uji 2 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 42.29 dan 31.83. Nilai ini lebih besar daripada nilai CV harapan yaitu 8.67. Dapat dikatakan bahwa pengujian
linoleat 2 pada minyak nabati untuk peserta uji profisiensi adalah masih beragam.
Tabel 53 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi linoleat 2
Kode lab
Metode uji Nilai Z-score dari
metode evaluasi hasil uji 1
2 3
4 A
B MN 01
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
0.24 0.24
0.07 1.44
1.38 MN 02
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
0.19 0.19
0.03 1.24
1.20 MN 03
AOCS 969.33 dan 963.22 -2.91
-2.91 -2.27
-10.94 -10.99
MN 04 Thermo manual book of
chromatography colums consumables page 274 ed. 2006-
2007 -2.96
-2.96 -2.30
-11.13 -11.16
MN 05 ISO Vol 5 Th 2000
Grubbs Grubbs
7.92 41.49
44.50 MN 06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition,
2000 Chapter 41, p 27 0.10
0.10 -0.03
0.77 0.94
MN 07 AOAC Official Method 991.39
2005 GC -0.10
-0.10 -0.18
-0.02 0.22
MN 08 AOAC 33. p 65 33.6.13.2006
Gubbs Gubbs
1737.92 9692.05
8722.12
MN 09 AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS.
Ce 2-62, Ed. 4, 1994 -0.85
-0.85 -0.73
-2.98 -2.71
MN 10
AOAC Official Method 991.39 2000
1.28 1.28
0.84 -4.84
15.80 MN 11
AOC Ce 2-66 -1.50
-1.50 -1.22
-5.43 -5.44
MN 12 AOAC 996.06
1.80 1.80
1.23 12.00
3.11 MN 14
GC AOCS Method Ce-66, 1993
0.65 0.65
0.37 -1.97
8.00 MN 15
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
-0.25 -0.25
-0.29 -0.49
-0.51
TOTAL TIDAK
MEMUAS KAN
Grubbs Tidak memuaskan Z-score
Total 2
2 2
2 Tidak
2 2
Tidak 8
8
Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2
4.3.10.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya
Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 54.
Tabel 54 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya linoleat 2
No Metode pengujian
Jumlah peserta Kinerja sesuai metode evaluasi hasil uji 2
Memuaskan Tidak memuaskan
1. AOAC
6 6
2. AOCS
6 6
3. ISO
1 1
4. Inhouse
1 1
Total 14
12 2
Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian AOAC dan AOCS masing-masing 6 laboratorium dari 14 peserta atau masing-masing 42.86
mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian linoleat 2 pada minyak
nabati ini. Pada hasil evaluasi hasil uji 2 ini, metode AOAC dan AOCS masing- masing dengan 6 peserta dari total 14 peserta, dinyatakan 100 memuaskan untuk
AOCS dan metode AOAC 66.67 memuaskan.
4.3.11 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan
Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar laboratorium peserta menggunakan metode pengujian AOAC Association of Official Analytical
Chemistry dan AOCS American Oil Chemistry Society dan menggunakan GC gas chromatography dalam melakukan pengujian minyak nabati. Metode
pengujian asam lemak dalam minyak nabati dapat dilihat pada Lampiran 29. Kromatografi gasgas chromatography GC adalah suatu teknik untuk
memisahkan campuran senyawa yang mudah menguap dengan bantuan aliran gas pembawa melewati suatu kolom yang berisikan fase diam stationary phase.
Cuplikan yang berupa campuran akan dipisahkan, disuntikkan ke dalam aliran gas melalui ruang injektor, kemudian cuplikan dibawa gas pembawa ke dalam kolom
dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Pemisahan terjadi akibat perbedaan waktu tambat antara masing-masing cuplikan terhadap fase diam. Pada kromatografi
gas fase diam selalu ditempatkan dalam sebuah kolom. Kolom merupakan jantungnya pemisahan dalam GC.
Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 untuk parameter miristat 1 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 09,
MN 10, dan MN 14; untuk parameter miristat 2 adalah laboratorium MN 05, MN 08, dan MN 09; untuk parameter palmitat 1 adalah laboratorium MN 05, MN 08,
MN 10, MN 12, dan MN 14; untuk parameter palmitat 2 adalah laboratorium MN 05, MN 08, MN 10, MN 11, MN 12, dan MN 14; untuk parameter stearat 1 adalah
laboratorium MN 05, MN 08, MN 10, dan MN 11; untuk parameter stearat 2 adalah laboratorium MN 05 dan MN 08; untuk parameter oleat 1 adalah laboratorium MN
04, MN 05, MN 08, dan MN 10; untuk parameter oleat 2 adalah laboratorium MN 04, MN 05, dan MN 08; untuk parameter linoleat 1 adalah laboratorium MN 03, MN
04, MN 05, dan MN 08; untuk parameter linoleat 2 adalah laboratorium MN 05 dan MN 08. Laboratorium MN 04 menggunakan inhouse method, sehingga informasi
kurang jelas. Laboratorium MN 05 menggunakan metode International Standard
Organization ISO. Laboratorium tidak memuaskan yang lain menggunakan metode AOAC dan AOCS. Semua laboratorium yang memilih metode yang jelas
yang dapat menuliskan dgn jelas metode yang dipilihnya memberikan hasil baik, kecuali MN 10. Outliernya MN 10 kemungkinan disebabkan karena
kesalahankekurang telitian laboratorium. Hampir semua prosedur yang digunakan menggunakan internal standard, kecuali AOCS Official Method Ce 1c-89. Dapat
diduga MN 09, MN 11, dan MN 14 tidak menggunakan internal standard Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum
berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 44. a.
Peralatan
Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam
keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring
timbang harus dibersihkan.
Peralatan gelas : peralatan gelas belum dikalibrasi.
Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan gelas. b.
Langkah pengerjaan
Penimbangan
- Kurang teliti pada saat menimbang.
- Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan
- Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan
- Memegang cawan dengan tangan.
- Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur
kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot
tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai.
Gambar 44 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan asam lemak minyak nabati dengan GC
Preparasi
Pada kromatografi gas terdapat persyaratan bahwa campuran komponen yang akan dipisahkan harus berupa uap atau dapat diuapkan pada temperatur
operasi kolom. Fase gerak pada kromatografi gas digunakan gas. Agar dapat dibawa oleh fase gerak yang berupa gas, maka analit harus diuapkan. Untuk
analit yang tidak mudah menguap seperti asam lemak, maka perlu dilakukan derivatisasi. Derivatisasi adalah reaksi kimia yang diaplikasikan pada suatu
senyawa untuk mengubah senyawa tersebut menjadi derivat atau turunannya yang mempunyai sifat berbeda dengan senyawa asalnya misal metil ester
asam lemak.
Penggunaan internal standar
Internal standar adalah senyawa yang telah diketahui kadarnya dengan pasti, berbeda dengan analit namun memiliki sifat yang hampir mirip.
Pemilihan internal standar Tindakan perbaikan adalah menggunakan internal standar.
Pemilihan senyawa yang digunakan sebagai internal standard kurang tepat, karena memungkinkan terdapat senyawa pengganggu yang memberikan peak
pada waktu retensi yang sama sehingga area internal standard yang dihitung lebih tinggi dari yang seharusnya.
Tindakan perbaikan adalah memilih internal standard dengan tepat.
Pengukuran
Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah
linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan
larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik.
Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja.
Ketrampilan personel.
Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian dengan
GC.
4.4. Implikasi
4.4.1 Metode Evaluasi Hasil Uji Terpilih Berdasarkan Median
APLAC 2004 menyatakan bahwa salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust.
ISO 2005 menyatakan bahwa apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Robust semakin besar. Horwitz memberikan model umum untuk
reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan.
Pada Tabel 55 ditampilkan rekapitulasi hasil statistika berdasarkan metode evaluasi hasil uji terpilih metode 2 untuk masing-masing parameter.
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai CV Robust yang terkecil, maka metode evaluasi hasil uji 2 adalah metode yang terpilih.
Sebagai catatan, untuk beberapa parameter pengujian, nilai CV Robust metode hasil uji 1 adalah sama dengan nilai CV Robust metode evaluasi hasil uji 2. Hal ini
disebabkan karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang
keluar. Namun demikian metode terpilih adalah tetap direkomendasikan metode evaluasi hasil uji 2, dengan alasan bahwa untuk seluruh kumpulan data, rekomendasi
terbaik adalah menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Hal ini berarti bahwa untuk seluruh kumpulan data sebaiknya dilakukan seleksi data berkali-kali,
walaupun mungkin setelah dilakukan seleksi data satu kali, pada seleksi Grubbs berikutnya tidak ada data yang keluar.
4.4.2 Kinerja Tidak Memuaskan dengan Uji Grubbs dan Z-Score
Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah
termasuk outlier. Data diurut dari terkecil hingga terbesar. Kemudian dibuat grafik histogram. Data data histogram tersebut dapat ditetapkan rumus yang sesuai G1,
G2 atau G3. Setelah data yang dinyatakan ekstrim dinyatakan tidak memuaskan dengan Grubbs, maka data yang tersisa diolah dengan Robust Z-score.
Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat
digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R et al 2007 menyatakan bahwa Z- score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung
pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier.
Tabel 55 Rekapitulasi metode evaluasi hasil uji terpilih berdasarkan median
Parameter Jumlah
data Metode
terpilih Median
A Median
B CV
Robust A
CV Robust
B CV
Horwitz A
CV Horwitz
B KAKAO BUBUK
Kadar air 28
Seleksi data Grubbs berkali-
kali
4.88 4.68
14.09 10.10
3.18 3.18
Kadar lemak
28
Seleksi data Grubss berkali-
kali
10.80 10.80
6.66 5.71
2.76 2.76
Kehalusan lolos
ayakan 7
Seleksi data Grubss berkali-
kali
99.70 99.73
0.16 0.18
- -
Kadmium 14
Seleksi data Grubss berkali-
kali
0.29 0.29
15.61 14.70
18.71 18.71
SAUS CABE
Kalium sorbat
30
Seleksi data Grubss berkali-
kali
316.30 315.27
11.68 10.12
6.62 6.73
Natrium benzoat
32
Seleksi data Grubss berkali-
kali
647.97 650.65
10.58 8.77
5.97 6.03
Sakarin 27
Seleksi data Grubss berkali-
kali
61.99 61.61
9.73 9.42
8.89 8.90
Padatan terlarut
17
Seleksi data Grubss berkali-
kali
22.70 22.58
7.87 11.16
9.79 9.80
MINYAK NABATI
Miristat 1 11
Seleksi data Grubss berkali-
kali
4.40 4.46
15.25 14.21
9.05 9.03
Miristat 2 12
Seleksi data Grubss berkali-
kali
5.91 5.91
21.56 21.56
8.66 8.66
Palmitat 1 9
Seleksi data Grubss berkali-
kali
28.37 28.37
10.09 13.77
6.84 6.84
Palmitat 2 8
Seleksi data Grubss berkali-
kali
10.29 10.27
12.82 12.00
7.97 7.97
Stearat 1 9
Seleksi data Grubss berkali-
kali
3.92 4.00
12.48 12.23
9.23 9.22
Stearat 2 10
Seleksi data Grubss berkali-
kali
3.07 3.01
18.05 11.08
9.60 9.59
Oleat 1 11
Seleksi data Grubss berkali-
kali
34.96 32.85
18.87 19.41
6.65 6.64
Oleat 2 11
Seleksi data Grubss berkali-
kali
41.1 49.46
40.65 23.36
6.31 6.30
Linoleat 1 12
Seleksi data Grubss berkali-
kali
8.68 8.63
31.15 37.22
8.09 8.09
Linoleat 2 12
Seleksi data Grubss berkali-
kali
5.52 6.17
42.29 31.83
8.67 8.67
Menurut Qi Zhou et al. 2011 nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi
daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah
daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Z-score adalah tool yang penting untuk mengukur seberapa besar bias nilai laboratorium dari median atau
nilai acuan. Rekapitulasi hasil tidak memuaskan dapat dilihat pada Tabel 56. Sesuai tabel
tersebut terlihat bahwa jumlah kinerja laboratorium tidak memuaskan dengan metode 2 Grubbs berkali-kali adalah yang paling banyak sensitif dibandingkan
dengan metode 1 dan 3. Namun demikian beberapa parameter kadar air, lemak, lolos ayakan kakao bubuk; jumlah padatan terlarut saus cabe; miristat 2, stearat 2,
linoleat 1, linoleat 2 dalam minyak nabati jumlah tidak memuaskan antara metode 1, 2, dan 3 adalah sama persis, dengan nilai Z-score yang sama. Hal ini disebabkan
karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali saja dan pada seleksi Grubbs berikutnya tidak ada lagi data yang keluar.
Terdapat kumpulan data setelah dilakukan beberapa kali uji Grubbs, data yang tersisa diuji dengan Robust Z-score. Ternyata dari uji Robust Z-score tersebut, ada
yang sudah tidak dapat terdeteksi tidak memuaskan, dan ada juga yang masih terdeteksi tidak memuaskan dengan Z-score.
Pada Tabel 56 juga terlihat bahwa metode evaluasi hasil uji 2 merupakan metode yang paling sensitif dalam arti mampu mendeteksi laboratorium tidak
memuaskan paling banyak dibandingkan dengan metode 1 dan 3. Namun demikian metode evaluasi hasil uji 4 mampu mendeteksi laboratorium tidak memuaskan lebih
banyak lagi. Hal ini berarti bahwa metode evaluasi hasil uji 4 adalah yang paling sensitif.
Tabel 56 Rekapitulasi jumlah laboratorium tidak memuaskan
Komoditi parameter N
Grubbs 1 x Grubbs berkali-kali
Langsung Robust Nilai acuan Horwitz
Metode 1 Metode 2
Metode 3 Metode 4
Grubbs Z score
Total Grubbs
Z score Total
Grubbs Z score
Total Grubbs
Z score Total
Kakao bubuk
Kadar air 30
2 2
2 2
T T
15 15
Lemak 30
2 2
2 2
T 2
2 T
15 15
Kehalusan lolos ayakan 8
1 1
1 1
T 1
1 Kadmium
20 1
4 5
6 6
T 5
5 T
4 4
Saus cabe
Kalium sorbat 34
1 3
4 4
1 5
T 4
4 T
12 12
Natrium benzoat 40
3 4
7 8
3 11
T 7
7 T
16 16
Sakarin 31
2 3
5 4
1 5
T 4
4 T
17 17
Jumlah padatan terlarut 19
2 2
2 2
T 2
2 T
3 3
Minyak nabati
Miristat 1 14
1 1
2 2
3 5
T 1
1 Miristat 2
11 1
2 3
1 2
3 T
1 1
Palmitat 1 13
2 2
4 2
6 T
2 2
Palmitat 2 13
1 2
3 5
1 6
T 1
1 Stearat 1
13 2
2 4
4 T
3 3
T 6
6 Stearat 2
12 2
2 2
2 T
2 2
T 4
4 Oleat 1
14 2
1 3
3 1
4 T
3 3
T 7
7 Oleat 2
14 1
1 2
3 3
T 3
3 T
8 8
Linoleat 1 14
2 2
4 2
2 4
T 4
4 T
8 8
Linoleat 2 14
2 2
2 2
T 2
2 T
8 8
4.4.3 Metode Pengujian
Berdasarkan hasil evaluasi metode 2 Grubbs berkali-kali dilanjutkan dengan Robust Z-score, dilakukan rekapitulasi laboratorium yang menggunakan metode
SNI dan dinyatakan kinerjanya memuaskan sesuai Tabel 57 dan Tabel 58.
Tabel 57 Rekapitulasi hasil memuaskan bagi laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI untuk kakao bubuk
No Metode
Parameter pengujian Kadar air
Kadar lemak Lolos ayakan
Kadmium Memuaskan
1. SNI 01-2891-1992
87.50 85.71
2. SNI 01-3747-1995
100 100
100 3.
SNI 01-3747-2009 90
100 80
60 4.
SNI 01-2354.2-2006 100
- 5.
SNI 01-2354.3-2006 100
6. SNI 01-2896-1998
66.67 7.
SNI 01-2896-1992 100
Dari Tabel 57 terlihat bahwa laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar
lemak, lolos ayakan dan kadmium pada kakao bubuk, memperoleh hasil memuaskan rentang 60 - 100. Sebagai gambaran, SNI 01-3747-1995 untuk menguji kadar air
kakao bubuk, digunakan oleh 8 laboratorium, berarti ke 8 laboratorium tersebut memperoleh hasil memuaskan.
Pada Tabel 58 terlihat bahwa laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kalium sorbat,
natrium benzoat dan jumlah padatan terlarut pada saus cabe, memperoleh hasil memuaskan dengan rentang 40 - 100. Untuk persentase memuaskan yang
paling kecil 40 adalah untuk pengujian natrium benzoat dengan menggunakan SNI 01-2894-1992.
Tabel 58 Rekapitulasi hasil memuaskan bagi laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI untuk saus cabe
No Metode
Parameter pengujian Kalium
sorbat Natrium
benzoat Sakarin
Jumlah padatan terlarut
Memuaskan
1. SNI 01-2894-1992
50 40
100 2.
SNI 01-2976-2006 90
3. SNI 01-3546-2004
100
4.
SNI 01-2891-1992 100
5.
SNI 01-2897-1992 100
6.
SNI 06-1136-1989 100
7.
SNI 01-2893-1992 100
4.4.4 Hasil Uji Laboratorium Peserta dan Nilai Acuan
Dilakukan plot data median laboratorium peserta dan nilai acuan sesuai Gambar 38 dan Gambar 39 skala diperkecil. Dari gambar tersebut dapat diketahui
bahwa nilai median laboratorium peserta tidak berbeda jauh dengan nilai acuan dari Jerman. Namun demikian penyebarandistribusi sesuai penjelasan sebelumnya
adalah cukup besar.
Gambar 45 Median laboratorium peserta dan nilai acuan sampel A
Gambar 46 Median laboratorium peserta dan nilai acuan sampel B
Evaluasi hasil uji seluruh parameter dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji secara konsensus metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 berbeda hasilnya
dengan metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan metode evaluasi hasil uji 4 .
4.4.5 Nilai Acuan
Seperti telah disampaikan sebelumnya, satu set sampel kakao bubuk, saus cabe dan minyak nabati, dikirim ke laboratorium di luar negeri. Laboratorium tersebut
merupakan laboratorium acuan dan telah diakreditasi berdasarkan ISOIEC 17025:2005 General Requirement for the Competence of Testing and Calibration
Laboratories dan merupakan laboratorium acuan. Standar tersebut telah diadopsi menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor SNI ISOIEC 17025:2008
Persyaratan Umum untuk Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Beberapa kumpulan data kadmium kakao bubuk, jumlah padatan terlarut saus cabe, menunjukkan jumlah laboratorium tidak memuaskan dengan metode evaluasi
hasil uji terpilih konsensus lebih kecil daripada jumlah laboratorium tidak memuaskan dengan metode evaluasi 4 acuan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan laboratorium penguji di Indonesia untuk melakukan pengujian terkait telah cukup baik. Hal tersebut dibuktikan pula dengan CV Robust yang lebih kecil
daripada CV Horwitz. Dari Tabel 56 terlihat bahwa jumlah laboratorium tidak memuaskan pada
metode evaluasi hasil uji yang terpilih dibandingkan dengan metode evaluasi hasil
uji dengan nilai acuan SD Horwitz metode evaluasi hasil uji 4 sangatlah berbeda jauh, hal ini disebabkan karena SD Horwitz adalah sangat ketat.
Menurut Horwitz 1982, dalam regulasi, kehandalan adalah sangat penting dan reproducibility merupakan kritikal komponen. Between laboratory coefficient
of variation CV dirumuskan sebagai: CV = 2
1-0.5 log C
Setelah CV horwitz diketahui, maka dicari SD Horwitz, yang merupakan perkalian antara CV Horwitz dan median. Nilai SD Horwitz ini lebih kecil
dibandingkan dengan nilai NIQR, sehingga “saringan” adalah lebih kecil, dan tentu saja lebih banyak laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan.
, dimana C dinyatakan dalam fraksi konsentrasi yang nilainya diambil dari nilai acuan.
Sebagian besar kinerja laboratorium untuk pengujian kakao, saus cabe dan minyak nabati masih dianggap belum terlalu baik. Ini diperlihatkan dengan CV
Robust masih lebih besar dibandingkan dengan CV Horwitz CV harapan. Idealnya CV Robust CV Horwitz, yang berarti reproducibility between laboratory adalah
kecil, atau tidak berbeda jauh antara hasil laboratorium yang satu dengan yang lain. CV Robust yang sangat besar bila dibandingkan dengan CV Horwitz
mengindikasikan bahwa kemungkinan evaluasi statistika dengan konsensus yang dilakukan tidak memberikan gambaran nyata real bagi unjuk kerja laboratorium.
Hal ini dapat diartikan bahwa apabila suatu laboratorium dinyatakan memuaskan berdasarkan evaluasi statistika dengan konsensus, belum tentu laboratorium tersebut
memberikan hasil yang valid. Dalam perhitungan menggunakan konsensus, apabila hasil uji peserta
mengandung bias yang mengarah pada suatu kecenderungan tertentu, misal bias yang disebabkab oleh zat yang mudah menguap, maka hasil perhitungan dapat
menyebabkan laboratorium yang sebenarnya mempunyai hasil yang akurat akan menjadi tidak memuaskan, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu assigned value nilai acuan yang telah tertelusur nilai benarnya sangat diperlukan untuk menentukan unjuk kerja laboratorium di
Indonesia. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa nilai acuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan suatu bahan acuan yang telah diketahui
nilai benarnya dan nilai dari expertise laboratories.
Indonesia sudah memiliki lebih dari 550 laboratorium terakreditasi dengan lebih dari 150 laboratorium pangan dan agroindustri. Di Indonesia belum
berkembang laboratorium yang mengkhususkan diri pada bidang spesialisasi tertentu, seperti pangujian residu pestisida, residu antibiotik dalam hewan,
kandungan logam berbahaya, dll. Laboratorium spesialis seperti itu berpotensi dikembangkan sebagai laboratorium rujukan yang dibutuhkan oleh laboratorium-
laboratorium pengujian lain sebagai pembanding. Laboratorium rujukan dapat memperluas fungsinya seperti menyediakan
sampel uji profisiensi yang memiliki nilai acuan, menyediakan in house reference materials bahkan pada tingkat nasional dengan mensertifikasi bahan acuan. Semua
ini digunakan laboratorium pengujian untuk menjamin validitas hasil pengujian yang tertelusur ke SI. Laboratorium rujukan memperoleh ketertelusuran tersebut dari
National Measurement Institute NMI. Pada umumnya kelemahan dari laboratorium pengujian agroindustri
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pengujian dalam suatu matriks yang kompleks. Produk agroindustri mempunyai matriks yang sangat beragam dan
kompleks bergantung pada jenis bahan baku dan proses pembuatannya.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tiga metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta dan satu metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai acuan, dapat
disimpulkan bahwa metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta yang dianggap terbaik, adalah metode yang memberikan nilai Robust Coefficient of
Variation CV yang terkecil. CV Robust menggambarkan seberapa besar penyebaran data dari laboratorium peserta. Metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs
berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score merupakan metode yang memberikan nilai Robust CV yang terkecil. Metode tersebut adalah
juga yang paling sensitif memberikan jumlah laboratorium tidak memuaskan paling banyak apabila dibandingkan dengan metode evaluasi hasil uji yang lain
berdasarkan nilai median peserta. Berdasarkan tingkat keragaman CV yang diperbolehkan menurut persamaan
Horwitz, kemampuan laboratorium Indonesia untuk kadmium pada kakao bubuk serta padatan terlarut pada saus cabe sangat baik CV Robust CV Horwitz; untuk
kadar air dan kadar lemak pada kakao bubuk, kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe, asam lemak pada minyak nabati tidak baik CV Robust
CVHorwitz. Dominasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi untuk
parameter pengujian kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, kadmium pada kakao bubuk serta jumlah padata terlarut saus cabe adalah Standar Nasional
Indonesia SNI. Laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar lemak, lolos ayakan
dan kadmium pada kakao bubuk, serta kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe memperoleh hasil memuaskan 40 - 100 melalui metode
evaluasi hasil uji terpilih untuk sebagian besar parameter pengujiannya. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji yang
terpilih dibandingkan dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan standard deviasi Horwitz SD Horwitz sangat
berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena SD Horwitz sangat ketat. Nilai median
dari metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score tidak berbeda dari nilai acuan. Namun demikian
penyebarandistribusi data cukup besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan laboratorim di Indonesia mempunyai bias.
Penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan adalah dari berbagai faktor, terutama adalah peralatan dan pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan
metode pengujian yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
Lingkup pengujian yang ada sangat luas, sehingga dapat dilakukan penelitian terkait lingkup pengujian lain, terutama dalam melihat kinerja laboratorium yang
menerapkan metode pengujian Standar Nasional Indonesia SNI. Standar Nasional Indonesia SNI untuk komoditi kakao bubuk dan saus
cabe, terkait metode pengujian untuk parameter kadar lolos ayakan dan jumlah padatan terlarut sebaiknya ditinjau ulang.
Penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan dan penetapan certified reference material bahan acuan bersertifikat sangat diperlukan. Dengan adanya
bahan acuan bersertifikat tersebut, maka uji profisiensi mempunyai suatu nilai benar, dan dapat dihindarkan bias.
VI.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan tiga metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta dan satu metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai acuan, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Metode evaluasi hasil uji berdasarkan nilai median peserta yang dianggap terbaik, adalah metode yang memberikan nilai Robust Coefficient of Variation
CV yang terkecil. CV Robust menggambarkan seberapa besar penyebaran data dari laboratorium peserta.
2. Metode evaluasi hasil uji terbaikterpilih adalah metode evaluasi seleksi
Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score untuk seluruh parameter pengujian.
3. Metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali kemudian sisa data diolah
menggunakan Robust Z-score adalah yang paling sensitif memberikan jumlah laboratorium tidak memuaskan paling banyak apabila dibandingkan dengan
metode evaluasi hasil uji yang lain berdasarkan nilai median peserta. 4.
Berdasarkan tingkat keragaman CV yang diperbolehkan menurut persamaan Horwitz, kemampuan laboratorium Indonesia untuk kadmium pada kakao
bubuk serta padatan terlarut pada saus cabe sangat baik CV Robust CV Horwitz; untuk kadar air dan kadar lemak pada kakao bubuk, kalium sorbat,
natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe, asam lemak pada minyak nabati tidak baik CV Robust CVHorwitz.
5. Dominasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi untuk
parameter pengujian kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, kadmium pada kakao bubuk serta jumlah padata terlarut saus cabe adalah Standar
Nasional Indonesia SNI. 6.
Laboratorium yang menggunakan metode pengujian Standar Nasional Indonesia untuk pengujian parameter kadar air, kadar lemak, lolos ayakan dan
kadmium pada kakao bubuk, serta kalium sorbat, natrium benzoat dan sakarin pada saus cabe memperoleh hasil memuaskan 40 - 100 melalui metode
evaluasi hasil uji terpilih metode 2 untuk sebagian besar parameter pengujiannya.
7. Jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji yang
terpilih dibandingkan dengan jumlah laboratorium tidak memuaskan pada metode evaluasi hasil uji dengan nilai acuan standard deviasi Horwitz SD
Horwitz sangat berbeda jauh. Hal ini disebabkan karena SD Horwitz sangat
ketat. Nilai median dari metode evaluasi hasil uji seleksi Grubbs berkali-kali
kemudian sisa data diolah menggunakan Robust Z-score tidak berbeda dari nilai acuan. Namun demikian penyebarandistribusi data cukup besar. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan laboratorim di Indonesia
mempunyai bias.
8. Penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan adalah dari berbagai faktor,
terutama adalah peralatan dan pelaksanaan pengujian yang tidak sesuai dengan metode pengujian yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
1. Lingkup pengujian yang ada sangat luas, sehingga dapat dilakukan penelitian
terkait lingkup pengujian lain, terutama dalam melihat kinerja laboratorium yang menerapkan metode pengujian SNI.
2. Standar Nasional Indonesia SNI untuk komoditi kakao bubuk dan saus cabe,
terkait metode pengujian untuk parameter kadar lolos ayakan dan jumlah padatan terlarut sebaiknya ditinjau ulang.
SISTEM UJI PROFISIENSI PRODUK AGROINDUSTRI UNTUK AKREDITASI
LABORATORIUM NASIONAL
FAJARINA BUDIANTARI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
DAFTAR PUSTAKA
[APLAC] Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation. 2004. Proficiency
Testing Notes. APLAC. Bernard W. Minifie. 1999. Chocolate, Cocoa, and Confectionery Third Edition.
New York. Van Nostrand [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI Wajib Kakao Diberlakukan.
Jakarta. http:www.bsn.go.idnews_detail.php?news_id=1028 diunduh 8 Agustus 2011
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 01-3747-2009 Kakao Bubuk. Jakarta. BSN
Food and Consumer Safety Authority. Protocol for proficiency testing. Groningen: Quality assurance group inspectorate for health protection; 3
rd
Edition 1995. p. 1-50
Edelgard Hund, D. Luc Massart. Johanna Smeyers-Verbeke. 2000. Interlaboratory Studies in Analytical Chemistry. Analtica Chimica Acta 423 2000 145-165
Erilia Yusnitha, Farida, Siti Aidah, Boru DS. 2008. Penetapan Nilai Acuan
Sertifikat sebagai Assign Value Evaluasi Data Hasil Uji Profisiensi. Hasil- Hasil Penelitian EBN. ISBN 0854-5561. Hal. 649-
656 Eriyatno. 1999. Ilmu sistem: Meningkatkan mutu dan efektivitas manajemen. Jilid
satu. Bogor: IPB Press. Frank Baumeister Michael Kohc. 2009. Use of Consensus Means of Reference
Values for the Calculation of the Assign Value in PTS for PAH Analysis. International Proficiency Testing II. 63-71
Herlina. 1997. Analisis Uji Antar Laboratorium PT Sucofindo. Bogor. IPB Iuliana Piciorea. 2009. CRM-Used for Estimate of The Bias. International
Proficiency Testing II. 123-131 Irmawati R.
2001. Persiapan Sistem Mutu Uji Profisiensi Minyak CPO dan Implementasinya. Bogor. IPB
[IPB] Institut Pertanian Bogor. Saus atau Sambal Cabe. Tekno Pangan dan Agroindustri, Volume I, Nomor 1. 1999. Bogor. IPB
[ISO] International Organization for Standardization. 2005. ISOIEC 17025:2005:
General Requirements for The Competence of Testing and Calibration Laboratories. Switzerland. ISO
[ISO] International 0rganization for Standardization. 2005. ISOIEC 13528:2005: S
tatistical Methods for Use in Proficiency Testing by Interlaboratory
Comparisons. Switzerland. ISO
[ISO] International 0rganization for Standardization. 2010. ISOIEC 17043:2010: Conformity Assessment - General Requirements for Proficiency Testing.
Switzerland. ISO [IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry. 2006. The
International Hormonized Protocol for The Proficiency Testing of
Analytical Chemistry Laboratories. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 1, pp.
145–196, 2006. [KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2008. KAN Policies on Proficiency Testing.
Jakarta. KAN [KAN] Komite Akreditasi Nasional. 2011. Laporan Program Uji Profisiensi KAN
2011. Jakarta. KAN [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2011. Info Ekspor Indonesia. Jakarta.
Kemendag [Kementan] Kementerian Pertanian. 2010. Ekspor – Impor Hasil Pertanian.
Jakarta. Kementan [Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao.
Jakarta. Kementerian Perindustrian Michael Kohc. Consensus Mean and Standard Deviation in PT Differences Between
Various Calculation Methods. International Proficiency Testing II: 14-29 Pomeranz. Food Analysis Theory and Practice Third Edition. New York. Chapman
Hall. Pedro Rosario, Jose Luis Martinez, Jose Miguel. 2007. Evaluation of Proficiency
Test Data by Different Statistical Methods Comparison. International Proficiency Testing 1: 95-104
Qi Zhou, Ziyu Shen, Shaonan Li, Xiaopeng Li, Wei Wang, Zhiguo Wang. 2007. Robust and Traditional Statistical Methods in The Establishment of
Immunuglobin E Target Values in External Quality Assessment Program. Clinica Chimica Acta 387 2008 66 - 70
Qi Zhou, Jianping Xu, Wei Xie, Shaonan Li, Xiaopeng Li. 2011. Use of Robust ZB and ZW to Evaluate Proficiency Testing Data. Clinica Chimica Acta 412
2011 936-939 Trevor J. F
. 2006. Practical Statistics for the Analytical Scientist. LGC. UK Thompson, M
. 2006. Fitness for Purpose – The Integrating Theme of The Revised Harmonised Protocol for Proficiency Testing in Analytical Chemistry
Laboratories. Accreditation Quality Assurance 11: 373-378 Tjahja M, Darwin K. 2008. Sistem Jaminan Mutu Pangan. IPB Press. Bogor
Uhlig S.2008. Statistical-Based Performance Characteristics in Laboratory
Performance Studies. Analyst 123: 167-172 Winarno, F.G. 1994. Bahan Tambahan Makanan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta Winarno F, G. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat. Balai Pustaka.
Jakarta
131 Lanjutan
Lampiran 1
No.
Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadar air
Kode lab A
B Metode
1 KB 01
5.41 5.03
SNI 01-2891-1992 2
KB 02 4.81
4.67 SNI 3747:2009 butir A.4
3 KB 03
5.1 5.1
SNI 01-2891-1992 4
KB 04 5.85
5.17 SNI 01-2891-1992
5 KB 05
4.52 4.38
Gravimetri 6
KB 06 4.68
4.66 SNI 3747-2009 butir A.4
7 KB 07
5.17 5.16
AS 2300.1.1.2008 8
KB 08 4.21
4.27 SNI 01-3747-1995
9 KB 09
4.1 4.08
SNI 01-2891-1992 butir 5.1 10
KB 10 5.05
4.95 Gravimetri, SNI 01-3747-1995
butir 7.3 11
KB 11 4.4
4.3 SNI 01-3747-2009
12 KB 12
4.64 4.65
SNI 3747:2009 butir A.4 13
KB 13 4.3
3.61 SNI 01-2891-1992, cara
gravimetri 14
KB 14 4.5
4.52 Gravimetri, SNI 01-2354.2-
2006 15
KB 15 5.36
6.43 SNI 3747:2009
16 KB 16
5.68 4.89
Loss on dry 105OC3 jam 17
KB 17 4.46
4.61 Gravimetri SNI 01-2891-1992
18 KB 18
5.66 5.67
drying oven 19
KB 19 4.54
4.69 SNI 01-2891-1992, gravimetri
20 KB 20
4.35 4.36
SNI 3747:2009 butir A.4, gravimetri oven 100
O
C 21
KB 21 4.95
4.92 SNI 3747:2009 lamp A.4
22 KB 22
4.05 4.06
SNI 3747:2009 butir A.4 23
KB 23 6.14
5.64 SNI 3747:2009
24 KB 24
5.09 5.1
SNI 01-3747-1995 25
KB 25 5.44
4.44 SNI 3747:2009
26 KB 26
5.68 5.57
Gravimetri 27
KB 27 4.46
4.47 SNI 01-3747-1995
28 KB 28
- -
- 30
KB 30 5,54+0,31
5,17+0,24 Oven
31 KB 31
4.61 4.59
SNI 01-2891-1992 32
KB 32 4.97
4.96 Gravimetri
33 KB 33
- -
-
132 Lanjutan
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadar lemak
No. Kode lab
A B
Metode 1
KB 01 10.20
10.76 SNI 01-2891-1992
2 KB 02
10.34 10.56
SNI 3747:2009 butir A.3 3
KB 03 11.76
11.94 SNI 01-2891-1992
4 KB 04
10.78 10.70
SNI 01-2891-1992 5
KB 05 10.49
10.16 Soxhlet
6 KB 06
11.08 11.14
SNI 3747:2009 butir A.3 7
KB 07 11.38
11.33 Hidrolisis Welbull
8 KB 08
9.85 9.65
IKT.03.1-10 9
KB 09 9.85
9.83 SNI 01-2891-1992 butir B.1
10 KB 10
11.45 11.46
Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.6
11 KB 11
10.64 10.63
SNI 01-3747:2009 12
KB 12 10.76
10.67 SNI 3747:2009 butir A.3
13 KB 13
1.45 1.26
SNI 01-2891-1992, cara gravimetric 14
KB 14 10.37
10.36 Sokhlet, SNI 01-2354.3-2006
15 KB 15
11.75 11.57
SNI 3747:2009 16
KB 16 -
- -
17 KB 17
10.48 10.49
Soksletasi-Gravimetri, MA PPOMN 44MM00
18 KB 18
9.59 9.60
acid hydrolysis 19
KB 19 11.43
11,44 SNI 01-2891-1992, gravimetric
20 KB 20
10.78 10.78
SNI 3747:2009 butir A.3, cara hidrolisis
21 KB 21
11.35 11.31
SNI 3747:2009 Lamp. A3 22
KB 22 12.05
12.02 SNI 3747:2009 butir A.3
23 KB 23
10.61 10.84
SNI 3747:2009 24
KB 24 10.82
10.80 SNI 01-3747:1995
25 KB 25
10.19 10.67
SNI 3747:2009 26
KB 26 12.02
12.35 Soxhlet
27 KB 27
10.82 10.80
SNI 01-2891-1992 28
KB 28 5.93
5.70 SNI
30 KB 30
10,99+0,37 11,04+0,44
Soxhlet 31
KB 31 12.33
12.62 AOAC 963,15 2005
32 KB 32
11.42 11.50
Gravimetri 33
KB 33 -
- -
133 Lanjutan
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kehalusan lolos ayakan 200 mesh
No. Kode lab
A B
Metode 1
KB 01 -
- -
2 KB 02
0.35 0.48
SNI 3747:2009 butir A.5 3
KB 03 -
- -
4 KB 04
Sampel tidak cukup
- 5
KB 05 -
- -
6 KB 06
99.7 99.7
SNI 3747:2009 butir A.5 7
KB 07 -
- -
8 KB 08
- -
- 9
KB 09 -
- -
10 KB 10
- -
- 11
KB 11 99.67
99.64 SNI 3747:2009
12 KB 12
- -
- 13
KB 13 -
- -
14 KB 14
- -
- 15
KB 15 100
100 SNI 3747-2009
16 KB 16
- -
- 17
KB 17 -
- -
18 KB 18
99.33 99.32
pengayakan 19
KB 19 -
- -
20 KB 20
- -
- 21
KB 21 99.94
99.98 SNI 3747:2009 Lamp A.5
22 KB 22
- -
- 23
KB 23 -
- -
24 KB 24
99.83 99.84
SNI 01-3747-1995 25
KB 25 -
- -
26 KB 26
99.66 99.73
Mesh sieving 27
KB 27 -
- -
28 KB 28
- -
- 30
KB 30 -
- -
31 KB 31
- -
- 32
KB 32 -
- -
33 KB 33
- -
-
134 Lanjutan
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil uji profisiensi kakao bubuk Parameter : kadmium Cd
No. Kode lab
A mgkg B mgkg
Metode 1
KB 01 0.26
0.28 AOAC Method 999.10
2 KB 02
0.32 0.32
SNI 3747:2009, butir A.7 3
KB 03 -
- -
4 KB 04
0.35 0.32
SNI 01-2896-1998 5
KB 05 -
- -
6 KB 06
0.3 0.3
SNI 3747:2009, butir A.7.1 7
KB 07 0.24
0.25 AAS
8 KB 08
0.28 0.28
IK.T.03.1-20, IK.T.03.1-21 9
KB 09 -
- -
10 KB 10
- -
- 11
KB 11 0.26
0.27 SNI 01-3747-2009
12 KB 12
0.89 0.88
IKUK5007-07 AAS 13
KB 13 0.21
0.2 AOAC Method Ed. 18 th. 2005, cara
AAS 14
KB 14 0.55
0.54 Graphite furnace, AOAC 2005, Chp.9,
18 - 22 15
KB 15 0.47
0.47 AOAC Method 973.34
16 KB 16
0.3117 0.3163
AAS 17
KB 17 0.06
0.06 AAS-SNI 01-2896-1998
18 KB 18
tidak terdeteksi MDL 0.1 ppm
- AAS
19 KB 19
0.26 0.26
SNI 19-2896-1998, AAS 20
KB 20 13.46
12.79 SNI 3747:2009 butir 4.7.1, AAS
tungku karbon 21
KB 21 0.04
0.04 SNI 3747:2009 Lamp A.1
22 KB 22
tidak terdeteksi -
SNI 3747:2009 butir A.7.1 23
KB 23 -
- -
24 KB 24
0.34 0.34
SNI 01-2896-1992 25
KB 25 -
- -
26 KB 26
0.22 0.2
AAS 27
KB 27 -
- -
28 KB 28
0.32 0.33
AOAC 30
KB 30 -
- -
31 KB 31
0,02 0,02
SNI 01-2896-1998 32
KB 32 0.27
0.27 AAS
33 KB 33
- -
-
135 Lanjutan
Lampiran 5 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: pengawet kalium sorbat
No. Kode lab
A mgkg A mgkg
Metode 1
SC 01 -
- 2
SC 02 -
- 3
SC 03 -
- 4
SC 04 817,14
747,83 SNI 01-2894-1992
5 SC 05
422,66 515,86
HPLC 6
SC 06 314,35
385,58 KCKTPPOM 43MA93
7 SC 07
382,7 297,94
KCKT 8
SC 08 250,27
256,97 HPLC
9 SC 09
92,39 91,03
SNI 01-2894-1992 10
SC 10 315,54
314,41 MAPPOMN 43MA93
11 SC 11
322,41 321,21
KCKT 01MA PPOMN07 12
SC 12 222,78
238,43 HPLC
13 SC 13
- -
14 SC 14
156 135,2
HPLC 15
SC 15 295,63
293,38 HPLC 01PPOMN2007
16 SC 16
314,66 341,4
MAPPOMN 43MA93 17
SC 17 304,74
305,21 SOP 07LDJ2004 HPLC
18 SC 18
325,34 320,48
KCKT-MA PPOMN 43MA93 19
SC 19 327,39
302,38 IKUK 5607-07 HPLC
20 SC 20
323,84 318,58
MAPPOMN 43MA93 21
SC 21 357,9
349,85 SNI 01-2894-1992 HPLC
22 SC 22
- -
23 SC 23
311,78 307,68
01PPOMN07 24
SC 24 431,37
432,22 HPLC
25 SC 25
339,45 326,18
KCKT, MA PPOMN No. 26MA98 26
SC 26 negatif
negatif MA PPOMN No. 43MM93, HPLC
27 SC 27
304,95 320,63
MA PPOM 43MA93, HPLC 28
SC 28 276,32
290,79 MA 43MA93
29 SC 29
393,27 302,81
MA PPOM43MA93 30
SC 30 352,57
355,63 18-5-18MUSMMSIG, HPLC
31 SC 31
446,58 399,82
HPLC 32
SC 32 239,85
212,66 PPOM 43MA93; PPOM23MA98
33 SC 33
322,38 316,13
MA 43.MA.1993, HPLC 34
SC 34 413,66
341,33 SNI 01-2894-1992
35 SC 35
- -
36 SC 36
317,06 317,7
HPLC 37
SC 37 -
- 38
SC 38 288,86
307,86 TCLWI 5.4FK15
39 SC 39
290,25 279,13
In house 40
SC 40 269,12
272,04 KCKT, 43 MA 93
41 SC 41
211,57 209,22
HPLC MA PPOMN 43MA1993 42
SC 42 -
- 43
SC 43 -
- 45
SC 45 342,07
345,9 MA PPOM43MA93
46 SC 46
- -
136 Lanjutan
Lampiran 6 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe Parameter: pengawet natrium benzoat
No. Kode lab
A mgkg A mglkg
Metode 1
SC 01 -
2 SC 02
- 3
SC 03 96,73
109,61 Titrimetri
4 SC 04
1189,08 1048,25
SNI 01-2894-1992 5
SC 05 689,02
766,53 HPLC
6 SC 06
642,3 735,01
KCKTPPOM 43MA93 7
SC 07 749,98
641,91 KCKT
8 SC 08
553,71 556,42
HPLC 9
SC 09 105,11
105,38 SNI 01-2894-1992
10 SC 10
661,97 659,03
MAPPOMN 43MA93 11
SC 11 644,62
646,04 KCKT 01MA PPOMN07
12 SC 12
868,87 868,56
HPLC 13
SC 13 -
14 SC 14
309 298,4
HPLC 15
SC 15 630,41
632,19 HPLC 01PA2007
16 SC 16
721,49 745,18
MAPPOMN 43MA93 17
SC 17 590,45
589,97 SOP 07LDJ2004 HPLC
18 SC 18
631,67 621,39
KCKT - MA PPOMN 43MA93 19
SC 19 921,18
938,49 IKUK 5607-07 HPLC
20 SC 20
640,2 637,95
MAPPOMN 43MA93 21
SC 21 657,8
649,6 SNI 01-2894-1992 HPLC
22 SC 22
633,92 648,01
HPLC 23
SC 23 688,35
687,79 01PPOMN07
24 SC 24
631,66 634,27
HPLC 25
SC 25 707,12
707,37 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98
26 SC 26
721,54 711,37
MA PPOMN No. 43MM93, HPLC 27
SC 27 681,49
696,02 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC
28 SC 28
591,28 622,81
MA PPOMN No. 43MA93 29
SC 29 762,17
651,69 MA PPOM43MA93
30 SC 30
684,85 694,94
18-5-18MUSMM-SIG, HPLC 31
SC 31 839,71
788,69 HPLC
32 SC 32
564,45 523,7
PPOM 43MA93; PPOM23MA98 33
SC 33 654,14
654,99 MA 43.MA.1993, HPLC
34 SC 34
554,02 457,15
SNI 01-2894-1992 35
SC 35 -
36 SC 36
524,39 526,46
HPLC 37
SC 37 457,91
1527,61 AOAC Ekstraksi-volumetri
38 SC 38
65,78 67,2
TCLWI 5.4FK11 39
SC 39 403,38
394,6 In house
40 SC 40
651,31 657,29
KCKT, 43 MA 93 41
SC 41 600,74
601,47 HPLC MA PPOMN 43MA1993
42 SC 42
1206,27 1206,45
SNI 01-2894-1992 43
SC 43 531,43
530,68 Titrimetri
45 SC 45
696,41 696,79
MA PPOM43MA93 46
SC 46 -
-
137 Lanjutan
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe
Parameter: pemanis sakarin
No Kode lab
A mgkg A mgkg
Metode 1
SC 01 -
- 2
SC 02 -
- 3
SC 03 -
- 4
SC 04 positif
positif SNI 01-2893-1992
5 SC 05
77,09 76,15
HPLC 6
SC 06 -
- 7
SC 07 -
- 8
SC 08 59,58
60,5 HPLC
9 SC 09
61,14 61,61
SNI 01-2893-1992 10
SC 10 44,96
44,93 MAPPOMN 43MA93
11 SC 11
62,8 63,09
KCKT 01MA PPOMN07 12
SC 12 -
- 13
SC 13 -
- 14
SC 14 77
82 HPLC
15 SC 15
58,3 58,28
HPLC 01PPOMN2007 16
SC 16 74,69
72,74 MAPPOMN 43MM93
17 SC 17
66,86 66,58
SOP 07LDJ2004 HPLC 18
SC 18 68,92
66,31 KCKT - MA PPOMN 43MA93
19 SC 19
60,14 59,23
IKUK 5107-07 HPLC 20
SC 20 61,44
60,05 MAPPOMN 43MA93
21 SC 21
62,56 63,6
SNI 01-2894-1992 HPLC 22
SC 22 -
- 23
SC 23 72,62
71,46 01PPOMN07
24 SC 24
63,52 63,91
HPLC 25
SC 25 57,3
57,18 KCKT, MA PPOMN No. 26MA98
26 SC 26
410,25 395,72
MA PPOMN No. 43MA93, HPLC 27
SC 27 65,12
66,2 MA PPOMN No. 43MA93, HPLC
28 SC 28
55,8 56,95
MA 43MM93 29
SC 29 72,35
75,03 MA PPOM43MA93
30 SC 30
58,91 60,15
18-5-19MUSMM-SIG, HPLC 31
SC 31 67,85
70,81 HPLC
32 SC 32
61,99 59,31
PPOM 45MA92 33
SC 33 45,2
47,05 MA.43.MA.1993 HPLC
34 SC 34
600,34 645,77
Bahan Tambahan Pangan hal 85 dan 88
35 SC 35
- -
36 SC 36
66,14 67,62
HPLC 37
SC 37 -
- 38
SC 38 -
- 39
SC 39 22,57
23,34 In house
40 SC 40
53,75 54,49
KCKT, 43 MA 93 41
SC 41 60,05
60,55 HPLC MA PPOMN 43MA1993
42 SC 42
- -
43 SC 43
315,51 315,97
titrimetri 45
SC 45 59,53
60,64 MA PPOM No.43MM93
45 SC 46
- -
138 Lanjutan
Lampiran 8 Rekapitulasi hasil uji profisiensi saos cabe
Parameter: jumlah padatan terlarut
No. Kode lab
A mgkg A mgkg
Metode 1
SC 01 -
- 2
SC 02 -
- 3
SC 03 -
- 4
SC 04 22,7
21,81 SNI 01-2976-2006
5 SC 05
reagent tidak lengkap
6 SC 06
- -
7 SC 07
- -
8 SC 08
25,53 25,35
SNI 01-2976-2006 lampiran A 9
SC 09 22,8
23,1 SNI 01-3546-2004
10 SC 10
- -
11 SC 11
- -
12 SC 12
- -
13 SC 13
- -
14 SC 14
22,21 21,94
Gravimetri 15
SC 15 -
- 16
SC 16 18,11
18,29 SNI 06-1136-1989
17 SC 17
50,19 50,76
SNI 01-2976-1992 kadar air dg Karl Fischer
18 SC 18
- -
19 SC 19
- -
20 SC 20
- -
21 SC 21
- -
22 SC 22
- -
23 SC 23
- -
24 SC 24
24,62 25,08
Gravimetri 25
SC 25 26,39
25,56 Gravimetri, SNI 01-2891-1992
26 SC 26
26,03 25,65
SNI 01-2897-1992 butir 5.3, gravimetri 27
SC 27 -
- 28
SC 28 -
- 29
SC 29 22,67
22,04 SNI 01-2976-1992, SNI 01-2976-2006
30 SC 30
22,58 22,58
SNI 01-2976-2006 butir A.1, gravimetri 31
SC 31 23,45
23,45 SNI 01-2976-2006
32 SC 32
- -
33 SC 33
- -
34 SC 34
18,62 19,18
SNI 01-2976-2006 butir A.1.5.3 35
SC 35 -
- 36
SC 36 22,26
22,11 Refractometric, AOAC 970.59, Ed.17
37 SC 37
5,16 5,36
AOAC gravimetri 38
SC 38 20,32
20,58 SNI 01-2976-2006
39 SC 39
26,27 26,11
AOAC 40
SC 40 -
- 41
SC 41 21,16
21 Gravimetri SNI 01-2976-2006
42 SC 42
24,49 25,21
SNI 01-2976-2006 43
SC 43 -
- 45
SC 45 -
- 46
SC 46 -
-
139 Lanjutan
Lampiran 9 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati
Parameter : kadar miristat
Kode lab Miristat 1
mg100 mg contoh Miristat 2
mg100 mg contoh Metode
A B
Rata- rata
A B
Rata- rata
MN 01 4,96
4,9 4,93
6,48 6,55
6,52 Gas Chromatography GC
AOCS Ce I b-89 MN 02
4,45 4,47
4,46 6,04
6,05 6,05
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
MN 03 4,4
4,47 4,44
5,85 5,91
5,88 AOCS 969.33 dan 963.22
MN 04 -
- -
- -
- MN 05
7,49 7,9
7,70 10,34
10,31 10,33
ISO Vol 5 Th 2000 MN 06
3,89 3,89
3,89 5,05
5,06 5,06
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th
Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07
4,2 4,11
4,16 5,55
5,47 5,51
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
MN 08
2799,49 2691,11
2745,30 4355,7
4366,49 4361,10
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09
7,12 7,34
7,23 10,65
10,59 10,62
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
MN 10 1,42
1,59 1,51
1,42 5,02
3,22 AOAC Official Method 991.39
2000 MN 11
2,83 2,44
2,64 3,05
3,13 3,09
AOC Ce 2-66 MN 12
4,62 4,46
4,54 4,49
5,9 5,20
AOAC 996.06 MN 14
7,43 11,53
9,48 11,31
7,44 9,38
GC AOCS Method Ce-66, 1993 MN 15
3,88 3,77
3,83 5,01
5,04 5,03
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
140 Lanjutan
Lampiran 10 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : kadar palmitat
Kode lab Palmitat 1
mg100 mg contoh Palmitat 2
mg100 mg contoh Metode
A B
Rata- rata
A B
Rata- rata
MN 01 31,95
31,76 31,86
10,81 10,57
10,69 Gas Chromatography GC
AOCS Ce I b-89 MN 02
31,57 31,5
31,54 11,09
11,07 11,08
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
MN 03 30,14
30,67 30,41
10,53 10,59
10,56 AOCS 969.33 dan 963.22
MN 04 -
- MN 05
73,18 78,68
75,93 24,43
24,31 24,37
ISO Vol 5 Th 2000 MN 06
28,37 28,37
28,37 9,06
9,08 9,07
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th
Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07
29,18 29,68
29,43 10,05
9,97 10,01
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
MN 08
20740, 64
21043, 07
20891, 86
8736, 95
8791, 77
8764, 36
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09
26,4 25,4
25,90 9,2
9,59 9,40
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
MN 10 10,16
10,59 10,38
2,48 8,67
5,58 AOAC Official Method 991.39
2000 MN 11
16,22 17,53
16,88 4,95
5,03 4,99
AOC Ce 2-66 MN 12
7,85 29,59
18,72 29,71
9,97 19,84
AOAC 996.06 MN 14
25,18 10,55
17,87 10,62
25,73 18,18
GC AOCS Method Ce-66, 1993
MN 15 26,28
25,94 26,11
8,83 8,93
8,88 AOAC Official Method 991.39
2005 GC
141 Lanjutan
Lampiran 11 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : stearat
Kode lab
Stearat 1 mg100 mg contoh
Stearat 2 mg100 mg contoh
Metode A
B Rata-
rata A
B Rata-
rata MN 01
4,1 4,09
4,10 3,11
3,08 3,10
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
MN 02 4,37
4,34 4,36
3,4 3,38
3,39 AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
MN 03 4,25
4,32 4,29
3,32 3,3
3,31 AOCS 969.33 dan 963.22
MN 04 -
- MN 05
9,87 10,52 10,20 5,59
4,57 5,08
ISO Vol 5 Th 2000 MN 06
4,13 4,12
4,13 3,37
3,3 3,34
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th Edition, 2000 Chapter
41, p 27 MN 07
3,92 4
3,96 3,03
3,07 3,05
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
MN 08
2845, 88
3059, 27
2952, 58
2129, 72
2162, 57
2146, 15
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09
3,54 3,36
3,45 2,6
2,77 2,69
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2- 62, Ed. 4, 1994
MN 10 1,36
1,33 1,35
0,86 -
- AOAC Official Method 991.39 2000
MN 11 2,24
1,72 1,98
1,71 1,71
1,71 AOC Ce 2-66
MN 12 2,49
3,97 3,23
3,91 2,95
3,43 AOAC 996.06
MN 14 2,8
2,6 2,70
2,58 2,87
2,73 GC AOCS Method Ce-66, 1993
MN 15 3,47
3,46 3,47
2,64 2,67
2,66 AOAC Official Method 991.39 2005
GC
142 Lanjutan
Lampiran 12 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : oleat
Kode lab
Oleat 1 mg100 mg contoh
Oleat 2 mg100 mg contoh
Metode A
B Rata-
rata A
B Rata-
rata MN 01
37,5 37,3
37,40 52,73
52,45 52,59
Gas Chromatography GC AOCS Ce I b-89
MN 02 37,39
37,36 37,38
53,28 53,27
53,28 AOCS method, Ce 1.62 dan
2.66, 2004 MN 03
44,97 46,28
45,63 56,67
56,68 56,68
AOCS 969.33 dan 963.22 MN 04
0,06 0,06
0,06 0,06
0,06 0,06
MN 05 150,64
159,66 155,15 217,11 210,71 213,91 ISO Vol 5 Th 2000 MN 06
35,13 35,23
35,18 50,01
50,44 50,23
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th
Edition, 2000 Chapter 41, p 27
MN 07 34,96
35,35 35,16
49,29 49,46
49,38 AOAC Official Method
991.39 2005 GC MN 08
24247, 58 24800,
11 24523,
85 41199,
58 38525,
91 39862,
75
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09
30,21 29,24
29,73 31,36
33,24 32,30
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
MN 10 14,57
14,42 14,50
15,44 56,45
35,95 AOAC Official Method
991.39 2000 MN 11
17,6 18,52
18,06 20,01
19,43 19,72
AOC Ce 2-66 MN 12
35,97 32,85
34,41 32,79
46,02 39,41
AOAC 996.06 MN 14
26,15 26,45
26,30 26,3
26,44 26,37
GC AOCS Method Ce-66, 1993
MN 15 29,41
29 29,21
41,1 41,31
41,21 AOAC Official Method
991.39 2005 GC
143 Lanjutan
Lampiran 13 Rekapitulasi hasil uji profisiensi minyak nabati Parameter : linoleat
Kode lab Linoleat 1
mg100 mg contoh Linoleat 2
mg100 mg contoh Metode
A B
Rata- rata
A B
Rata- rata
MN 01 10,11
10,1 10,11
6,57 6,57
6,57 Gas Chromatography GC
AOCS Ce I b-89 MN 02
10,1 10,13
10,12 6,47
6,48 6,48
AOCS method, Ce 1.62 dan 2.66, 2004
MN 03 0,28
0,25 0,27
0,3 0,28
0,29 AOCS 969.33 dan 963.22
MN 04 0,44
0,43 0,44
0,2 0,19
0,20 MN 05
40,59 46,88
43,74 26,86
28,51 27,69
ISO Vol 5 Th 2000 MN 06
9,01 9,24
9,13 6,23
6,35 6,29
Official Methpds of Analysis AOAC International 17th
Edition, 2000 Chapter 41, p 27 MN 07
9,25 9,37
9,31 5,83
5,98 5,91
AOAC Official Method 991.39 2005 GC
MN 08
6314, 87
6314, 4
6314, 64
4915, 79
4443, 73
4679, 76
AOAC 33. p 65 33.6.13.2006 MN 09
8,37 8,44
8,41 4,33
4,49 4,41
AOCS.ce 2-66, Ed.4, 1994; AOCS. Ce 2-62, Ed. 4, 1994
MN 10 5,72
6,56 6,14
3,39 13,91
8,65 AOAC Official Method 991.39
2000 MN 11
6,47 5,33
5,90 3,09
3,1 3,10
AOC Ce 2-66 MN 12
5,78 11,92
8,85 11,92
7,45 9,69
AOAC 996.06 MN 14
9,9 4,89
7,40 4,84
9,94 7,39
GC AOCS Method Ce-66, 1993
MN 15 8,99
8,82 8,91
5,59 5,61
5,60 AOAC Official Method
991.39 2005 GC
144 Lanjutan
Lampiran 14 U
No.
ji homogenitas kakao bubuk Parameter uji : kadar air,
a b
a + b a+b-
rerata [a+b-
rerata] a - b
2
a - b - rerata
[a - b- rerata]
2
1 4,93
4,73 9,66
0,095 0,009025
0,2 0,115
0,013225 2
4,94 4,51
9,45 -0,115
0,013225 0,43
0,345 0,119025
3 4,86
4,87 9,73
0,165 0,027225
-0,01 -0,095
0,009025 4
4,93 4,87
9,8 0,235
0,055225 0,06
-0,025 0,000625
5 4,99
4,85 9,84
0,275 0,075625
0,14 0,055
0,003025 6
4,68 4,68
9,36 -0,205
0,042025 -0,085
0,007225 7
4,69 4,48
9,17 -0,395
0,156025 0,21
0,125 0,015625
8 4,63
4,51 9,14
-0,425 0,180625
0,12 0,035
0,001225 9
4,83 4,86
9,69 0,125
0,015625 -0,03
-0,115 0,013225
10 4,77
5,04 9,81
0,245 0,060025
-0,27 -0,355
0,126025 4,825
4,74 9,565
0,63465 0,085
0,30825 4,78
MSB 0,035
MSW 0,015413
F hitung 2,288
Contoh Homogen
F tabel 3,02
145 Lanjutan
Lampiran 15 Uji homogenitas kakao bubuk Parameter uji : kadar lemak,
No. a
b a + b
a+b- rerata
[a+b- rerata]
a - b
2
a - b - rerata
[a - b- rerata]
2
1 11,30
10,90 22,20
0,12 0,0144
0,4 0,358
0,128164 2
11,35 11,18
22,53 0,45
0,2025 0,17
0,128 0,016384
3 10,76
10,85 21,61
-0,47 0,2209
-0,09 -0,132
0,017424 4
11,05 11,31
22,36 0,28
0,0784 -0,26
-0,302 0,091204
5 11,03
11,19 22,22
0,14 0,0196
-0,16 -0,202
0,040804 6
11,17 11,31
22,48 0,4
0,16 -0,14
-0,182 0,033124
7 10,68
10,94 21,62
-0,46 0,2116
-0,26 -0,302
0,091204 8
11,30 11,20
22,50 0,42
0,1764 0,1
0,058 0,003364
9 10,97
10,51 21,48
-0,6 0,36
0,46 0,418
0,174724 10
11,00 10,80
21,80 -0,28
0,0784 0,2
0,158 0,024964
220,80 1,5222
0,42 0,62136
rerata 22,08
rerata 0,042
MSB 0,084567
MSW 0,031068
F hitung 2,721986
F tabel 3,02
Contoh Homogen
146 Lanjutan
Lampiran 16 Uji homogenitas saus cabe Parameter uji : kalium sorbat, mgkg
No. a
b a + b
a+b- rata
[a+b- rata]
2
a - b
2
a - b – rata
[a - b- rata
2 2
]
2
1 268
273 541
-33,9 1149,21
-5 1,3
1,69 2
307 308
615 40,1
1608,01 -1
5,3 28,09
3 252
266 518
-56,9 3237,61
-14 -7,7
59,29 4
307 321
628 53,1
2819,61 -14
-7,7 59,29
5 284
327 611
36,1 1303,21
-43 -36,7
1346,89 6
276 299
575 0,1
0,01 -23
-16,7 278,89
7 308
265 573
-1,9 3,61
43 49,3
2430,49 8
276 276
552 -22,9
524,41 6,3
39,69 9
288 278
566 -8,9
79,21 10
16,3 265,69
10 277
293 570
-4,9 24,01
-16 -9,7
94,09 5749
10748,9 -63
4604,1 Rata
2
574,9 rerata
-6,3 MSB
597,161 MSW
230,205 F hitung
2,59 F tabel
3.02 Contoh Homogen
147 Lanjutan
Lampiran 17 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : miristat 1
Menghitung MSB
No
Hasil analisa mg100mg
MSB A
B ai+bi
[ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi-X ]
ai+bi
]² 1
2.45 2.50
4.95 -0.2230
0.0497 2
2.33 2.50
4.83 -0.3430
0.1176 3
2.48 2.71
5.19 0.0170
0.0003 4
2.32 2.72
5.04 -0.1330
0.0177 5
2.58 2.65
5.23 0.0570
0.0032 6
2.68 2.65
5.33 0.1570
0.0246 7
3.02 2.63
5.65 0.4770
0.2275 8
2.29 2.24
4.53 -0.6430
0.4134 9
2.52 2.50
5.02 -0.1530
0.0234 10
2.58 3.38
5.96 0.7870
0.6194 Total
51.7300 1.4970
Rata-Rata 2.5865
5.1730 MSB =
0.0832 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
A B
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi-X ]
ai-bi
]² 1
2.45 2.50
-0.0500 0.0730
0.0053 2
2.33 2.50
-0.1700 -0.0470
0.0022 3
2.48 2.71
-0.2300 -0.1070
0.0114 4
2.32 2.72
-0.4000 -0.2770
0.0767 5
2.58 2.65
-0.0700 0.0530
0.0028 6
2.68 2.65
0.0300 0.1530
0.0234 7
3.02 2.63
0.3900 0.5130
0.2632 8
2.29 2.24
0.0500 0.1730
0.0299 9
2.52 2.50
0.0200 0.1430
0.0204 10
2.58 3.38
-0.8000 -0.6770
0.4583 Total
-1.2300 0.8938
Rata-Rata 2.5865
-0.1230 MSW =
0.0447 F hitung = 1.8610
F tabel = 3.025
RI
F hitung F tabel
Contoh homogen
148 Lanjutan
Lampiran 18 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : kadar miristat 2
Menghitung MSB No
Hasil analisa mg100mg
MSB A
B ai+bi
[ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi-X ]
ai+bi
]² 1
3.02 2.57
5.59 -0.5400
0.2916 2
2.82 3.35
6.17 0.0400
0.0016 3
2.42 2.64
5.06 -1.0700
1.1449 4
2.74 2.93
5.67 -0.4600
0.2116 5
3.04 3.27
6.31 0.1800
0.0324 6
3.57 3.24
6.81 0.6800
0.4624 7
3.26 3.17
6.43 0.3000
0.0900 8
3.20 2.93
6.13 0.0000
0.0000 9
3.38 2.95
6.33 0.2000
0.0400 10
3.34 3.46
6.80 0.6700
0.4489 Total
61.3000 2.7234
Rata-Rata 3.0650
6.1300 MSB =
0.1513 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
A B
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi-X ]
ai-bi
]² 1
3.02 2.57
0.4500 0.4220
0.1781 2
2.82 3.35
-0.5300 -0.5580
0.3114 3
2.42 2.64
-0.2200 -0.2480
0.0615 4
2.74 2.93
-0.1900 -0.2180
0.0475 5
3.04 3.27
-0.2300 -0.2580
0.0666 6
3.57 3.24
0.3300 0.3020
0.0912 7
3.26 3.17
0.0900 0.0620
0.0038 8
3.20 2.93
0.2700 0.2420
0.0586 9
3.38 2.95
0.4300 0.4020
0.1616 10
3.34 3.46
-0.1200 -0.1480
0.0219 Total
0.2800 1.0022
Rata-Rata 3.0650
0.0280 MSW =
0.0501 F hitung =
3.0195 F tabel =
3.025 F hitung F tabel
Contoh Homogen
149 Lanjutan
Lampiran 19 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : palmitat 1
Menghitung MSB No
Hasil analisa mg100mg
MSB A
B ai+bi
[ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi-X ]
ai+bi
]² 1
15.18 15.64
30.82 -0.1970
0.0388 2
14.49 16.34
30.83 -0.1870
0.0350 3
15.55 17.52
33.07 2.0530
4.2148 4
12.25 17.43
29.68 -1.3370
1.7876 5
16.88 15.96
32.84 1.8230
3.3233 6
16.53 16.90
33.43 2.4130
5.8226 7
18.76 15.94
34.70 3.6830
13.5645 8
12.44 13.76
26.20 -4.8170
23.2035 9
15.20 15.41
30.61 -0.4070
0.1656 10
14.76 13.23
27.99 -3.0270
9.1627 Total
310.1700 61.3184
Rata-rata 15.5085
31.0170 MSB =
3.4066 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
A B
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi-X ]
ai-bi
]² 1
15.18 15.64
-0.4600 0.1490
0.0222 2
14.49 16.34
-1.8500 -1.2410
1.5401 3
15.55 17.52
-1.9700 -1.3610
1.8523 4
12.25 17.43
-5.1800 -4.5710
20.8940 5
16.88 15.96
0.9200 1.5290
2.3378 6
16.53 16.90
-0.3700 0.2390
0.0571 7
18.76 15.94
2.8200 3.4290
11.7580 8
12.44 13.76
-1.3200 -0.7110
0.5055 9
15.20 15.41
-0.2100 0.3990
0.1592 10
14.76 13.23
1.5300 2.1390
4.5753 Total
-6.0900 43.7017
Rata-rata 15.5085
-0.6090 MSW =
2.1851 F hitung =1.5590
F tabel =3.025 F hitung F tabel
Contoh Homogen
150 Lanjutan
Lampiran 20 Uji homogenitas minyak nabati Parameter : palmitat 2
Menghitung MSB No
Hasil analisa mg100mg
MSB ai
bi ai+bi
[ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi-X ]
ai+bi
]² 1
6.43 5.44
11.87 0.2320
0.0538 2
6.13 6.55
12.68 1.0420
1.0858 3
4.62 4.94
9.56 -2.0780
4.3181 4
5.62 6.36
11.98 0.3420
0.1170 5
5.54 6.55
12.09 0.4520
0.2043 6
6.35 5.83
12.18 0.5420
0.2938 7
5.69 5.70
11.39 -0.2480
0.0615 8
5.70 5.17
10.87 -0.7680
0.5898 9
6.03 5.84
11.87 0.2320
0.0538 10
5.83 6.06
11.89 0.2520
0.0635 Total
116.3800 6.8414
Rata-rata 5.8190
11.6380 MSB =
0.3801 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
ai bi
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi- X
]
ai-bi
]² 1
6.43 5.44
0.9900 1.0400
1.0816 2
6.13 6.55
-0.4200 -0.3700
0.1369 3
4.62 4.94
-0.3200 -0.2700
0.0729 4
5.62 6.36
-0.7400 -0.6900
0.4761 5
5.54 6.55
-1.0100 -0.9600
0.9216 6
6.35 5.83
0.5200 0.5700
0.3249 7
5.69 5.70
-0.0100 0.0400
0.0016 8
5.70 5.17
0.5300 0.5800
0.3364 9
6.03 5.84
0.1900 0.2400
0.0576 10
5.83 6.06
-0.2300 -0.1800
0.0324 Total
-0.5000 3.4420
Rata-Rata 5.8190
-0.0500 MSW =
0.1721 F hitung =
2.2085 F tabel =
3.025 F hitung F tabel
Contoh Homogen
151 Lanjutan
Lampiran 21 Uji homogenitas minyak nabati Parameter: stearat 1
Menghitung MSB
No Hasil analisa
mg100mg MSB
A B
ai+bi [ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi- X
]
ai+bi
]² 1
1.79 1.79
3.58 -0.5380
0.2894 2
1.73 1.90
3.63 -0.4880
0.2381 3
1.78 2.35
4.13 0.0120
0.0001 4
1.09 2.17
3.26 -0.8580
0.7362 5
2.12 1.09
3.21 -0.9080
0.8245 6
2.02 2.99
5.01 0.8920
0.7957 7
3.19 2.73
5.92 1.8020
3.2472 8
1.78 2.34
4.12 0.0020
0.0000 9
2.56 1.41
3.97 -0.1480
0.0219 10
2.37 1.98
4.35 0.2320
0.0538 Total
41.1800 6.2070
Rata-Rata 2.0590
4.1180 MSB =
0.3448 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
ai bi
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi-X ]
ai-bi
]² 1
1.79 1.79
0.0000 0.0320
0.0010 2
1.73 1.90
-0.1700 -0.1380
0.0190 3
1.78 2.35
-0.5700 -0.5380
0.2894 4
1.09 2.17
-1.0800 -1.0480
1.0983 5
2.12 1.09
1.0300 1.0620
1.1278 6
2.02 2.99
-0.9700 -0.9380
0.8798 7
3.19 2.73
0.4600 0.4920
0.2421 8
1.78 2.34
-0.5600 -0.5280
0.2788 9
2.56 1.41
1.1500 1.1820
1.3971 10
2.37 1.98
0.3900 0.4220
0.1781 Total
-0.3200 5.5116
Rata-Rata 2.0590
-0.0320 MSW =
0.2756 F hitung = 1.2513
F tabel = 3.025 F hitung F tabel
Contoh Homogen
152 Lanjutan
Lampiran 22 Uji homogenitas minyak nabati Parameter: stearat 2
Menghitung MSB No
Hasil analisa mg100mg
MSB A
B ai+bi
[ai+bi-X
ai+bi
[ai+bi-X ]
ai+bi
]² 1
1.71 0.69
2.40 -0.9620
0.9254 2
1.43 1.74
3.17 -0.1920
0.0369 3
1.14 1.46
2.60 -0.7620
0.5806 4
1.52 1.62
3.14 -0.2220
0.0493 5
1.90 1.88
3.78 0.4180
0.1747 6
2.07 1.77
3.84 0.4780
0.2285 7
1.83 1.88
3.71 0.3480
0.1211 8
1.81 1.76
3.57 0.2080
0.0433 9
1.88 1.86
3.74 0.3780
0.1429 10
1.80 1.87
3.67 0.3080
0.0949 Total
33.6200 2.3976
Rata-rata 1.6810
3.3620 MSB =
0.1332 Menghitung MSW
No Hasil analisa
mg100mg MSW
A B
ai-bi [ai-bi-X
ai-bi
[ai-bi-X ]
ai-bi
]² 1
1.71 0.69
1.0200 0.9640
0.9293 2
1.43 1.74
-0.3100 -0.3660
0.1340 3
1.14 1.46
-0.3200 -0.3760
0.1414 4
1.52 1.62
-0.1000 -0.1560
0.0243 5
1.90 1.88
0.0200 -0.0360
0.0013 6
2.07 1.77
0.3000 0.2440
0.0595 7
1.83 1.88
-0.0500 -0.1060
0.0112 8
1.81 1.76
0.0500 -0.0060
0.0000 9
1.88 1.86
0.0200 -0.0360
0.0013 10
1.80 1.87
-0.0700 -0.1260
0.0159 Total
0.5600 1.3182
Rata-Rata 1.6810
0.0560 MSW =
0.0659 F hitung =
2.0208 F tabel =
3.025 F hitung F tabel
Contoh Homogen
153 Lanjutan
Lampiran 23 Metode pengujian kadar air kakao kubuk sesuai SNI 01-3747-2009
Prinsip
Bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu 100 °C. Bobot hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri.
Peralatan
a eksikator;
b oven;
c neraca analitik
d cawan nikel, platina atau aluminium bertutup.
Cara kerja
a masukkan dengan seksama 2 g contoh ke dalam cawan bertutup yang sudah
diketahui bobot tetapnya, tutup dan timbang; b
keringkan cawan yang berisi contoh dalam oven pada suhu 100 ± 2 °C dalam kondisi tutup dibuka hingga bobotnya konstan;
c tutup cawan pada saat masih dalam oven dan pindahkan ke dalam desikator,
dinginkan selama 20 menit sampai dengan 30 menit kemudian timbang; d
hitung kadar air dalam contoh.
Perhitungan
Kadar air =
100
2 1
× −
m m
m
Keterangan:
m adalah bobot contoh, g;
m
1
adalah bobot contoh sebelum dikeringkan, g; m
2
adalah bobot contoh setelah dikeringkan, g.
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S.
154 Lanjutan
Lampiran 24 Metode pengujian kadar lemak kakao bubuk sesuai SNI 01-3747- 2009
Prinsip
Ekstrak minyak bebas dari contoh kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis.
Peralatan
a neraca analitis ketelitian 0,0001 g;
b labu didih dasar rata kapasitas 250 ml;
c oven pengering listrik;
d penangas listrik;
e alat ekstraksi soxhlet lengkap;
f timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ukuran 33 mm x 80 mm;
g gelas piala 300 ml – 500 ml;
h kaca arloji;
i kertas saring bebas lemak;
j desikator.
Pereaksi
a asam klorida HCl 8 M;
b petroleum ether, titik didih 30 °C – 60 °C;
•c larutan perak AgNO
3
Cara kerja Hidrolisis
a timbang 4 g sampai dengan 5 g contoh dengan ketelitian ke dalam gelas piala;
b tambahkan perlahan 45 ml air suling mendidih sambil diaduk hingga
homogen; c
tambahkan 55 ml HCl 8M 2 bagian HCl ditambah 1 bagian air dan beberapa butir batu didih;
d tutup gelas piala tersebut dengan kaca arloji lalu didihkan perlahan-lahan
selama 15 menit; e
cuci dengan 100 ml air suling dan masukkan air pembilas tersebut ke dalam gelas piala;
f saring endapan melalui kertas saring yang bebas lemak;
Formatt ed: I ndent: Hanging: 1,27 cm, Space After: 0 pt, Line spacing:
1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at:
2 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at:
1,27 cm, Tab stops: 0,95 cm, List tab + Not at 1,27 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,95 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 3,81 cm + Tab after: 4,44
cm + I ndent at: 4,44 cm, Tab stops: Not at 4,44 cm
0,1 N.
155 Lanjutan
g bilas gelas piala 3 kali dengan air suling, lakukan pencucian hingga bebas
khlor yang dapat ditentukan dengan menambahkan 1 tetes sampai dengan 3 tetes AgNO
3
a keringkan selama 1 satu jam labu didih yang berisi beberapa butir batu didih pada suhu 100 °C. Dinginkan dan timbang lalu; sambungkan dengan alat
ekstraksi soxhlet terhadap filtrat, jika tidak terdapat endapan putih AgCl maka
telah bebas khlor; h
pindahkan kertas saring serta isinya ke dalam timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring yang bebas lemak dan keringkan selama 6 jam sampai dengan 18
jam pada suhu 100 °C sampai dengan 101 °C.
Ekstraksi Lemak
b kemudian tempatkan timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ke dalam soxhlet, kemudian tuangkan pelarut petroleum ether sampai kurang dari 23
kapasitas labu didih. Kemudian ekstrak selama 4 jam lalu uapkan pelarut dengan alat penguapan atau dapat dihilangkan dengan cara memanaskan labu di atas
penangas air. c Kemudian keringkan labu didih beserta lemak di dalam oven pada suhu 100 °C
selama 1,5 jam sampai dengan 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang; d ulangi pengeringan sampai perbedaan penimbangan berat lemak yang dilakukan
berturut-turut kurang dari 0,05 .
Perhitungan
Kadar lemak dinyatakan dalam persentase bobot per bobot dan dihitung dalam bobot kering dengan menggunakan rumus:
Kadar lemak =
100
2 1
× −
m m
m
keterangan:
m
1
adalah bobot labu + lemak setelah pengeringan, g m
2
m adalah bobot labu kosong, g
adalah bobot contoh, g
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines,
Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + I ndent at:
1,27 cm, Dont hyphenate, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 0,95 cm +
1,27 cm
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S.
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S.
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, English U.S.
156 Lanjutan
Lampiran 25 Metode pengujian kehalusan lolos ayakan kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009
Prinsip
Pengukuran derajat kehalusan dari contoh menggunakan ayakan mesh 200.
P eralatan
a gelas piala;
b batang pengaduk;
c ayakan mesh 200;
d Erlenmeyer sedot;
e Kertas saring Whatman 41;
f neraca analitik;
g oven 103-105 °C;
h Botol pencuci;
Pereaksi
a Aceton p.a
b Detergen konsentrat-surface active agent
Cara kerja
a timbang kira-kira 10 g contoh ke dalam gelas piala. Tambahkan 1 g detergen
dan 20 ml air suling panas dan aduk dengan batang pengadukl secara hati-hati sampai tidak terdapat gumpalan lagi, kemudian, tambahkan 280 ml air suling
panas 75 ±
5 °C dan aduk dengan kuat selama 2 menit dengan menggunakan pengaduk mekanik.
b tuangkan suspensi ke dalam ayakan mesh 200 goyangkan. Bilasi gelas piala
dan penyaring dengan 1,5 L air suling panas 75 ±
5 °C. Apabila suspensi sulit lolos, tepuk penyaring secara perlahan-lahan sampai tidak ada lagi
partikel yang lolos. c
Bilas saringan dan residu dengan 15 ml
sampai 25 ml aceton untuk menghilangkan residu air dan lemak.
d pindahkan saringan ke dalam kaca arloji dan keringkan selam 45 menit pada
suhu 103
- 105 °C.
e dinginkan dalam desikator selama 45 menit
f timbang kertas saring, residu, dan kaca arloji.
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Not Bold, Swedish
Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Portuguese Brazil
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
157 Lanjutan
Perhitungan
kadar residu dari bahan kering bebas lemak =
100
2 1
× −
m m
m
Kehalusan = 100 - kadar residu
Keterangan:
m
1
m adalah bobot kertas saring, residu kering dan kaca arloji g;
2
m adalah kertas saring dan kaca arloji g;
adalah bobot contoh, g;
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Subscript
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Swedish Sweden
158 Lanjutan
Lampiran 26 Metode pengujian kadmium kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009 AAS
dan Prinsip
Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada 450 °C yang dilanjutkan
dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA dengan panjang gelombang maksimal
228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb.
2 Peralatan
a Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; b cawan porselinplatinakwarsa dengan kapasitas 50 ml sampai dengan 100 ml;
c penangas listrik; d kertas Whatman No. 41;
e tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC °C
; f spektrofotometer Serapan Atom beserta kelengkapannya lampu katoda Cd dan
Pb terkalibrasi sebaiknya menggunakan SSA tungku grafit; g pipet ukur berskala 0,05 ml atau mikro buret terkalibrasi;
h labu ukur 50 ml, 100 ml, dan 1000 ml, terkalibrasi; i gelas ukur kapasitas 10 ml;
j gelas piala 250 ml; dan k penangas air.
2 Pereaksi
a Larutan asam nitrat, HNO
3
b larutan asam klorida, HCl pekat 37 , Bj 1,19 ;
pekat 65 , Bj 1,4;
c larutan asam nitrat, HNO
3
d encerkan 7 ml HNO 0,1 N;
3
e larutan asam klorida, HCl 6N; 65
dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan
encerkan sampai tanda garis. f encerkan 500 ml HCl 37
dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan
encerkan sampai tanda garis. g larutan baku 1
000 mcg
μg ml Cd;
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto,
Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto,
Swedish Sweden
Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Dont adjust space between Latin and Asian text,
Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
159 Lanjutan
h larutkan 1,000 g Cd dengan 7 ml HNO
3
i larutan baku 200 mcg
μg ml Cd;
pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling
sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Cd 1000 μmc
gml siap pakai. j pipet 10 ml larutan baku 1
000 mcg
μg ml Cd ke dalam labu ukur 50 ml
kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi 200
mcg μg
ml Cd. k larutan baku 20
mcg μg
ml Cd; l pipet 10 ml larutan baku 200
mcg μg
ml Cd ke dalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku
ketiga ini memiliki konsentrasi 20 mcg
μg ml Cd.
m larutan baku kerja Cd; n pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,5 ml, 1 ml; 2
ml; 4 ml; 7 ml dan 9 ml larutan baku 20 mcg
μg ml kemudian tambahkan 5 ml
larutan HNO
3
o larutan baku 1000 mcg
μg ml Pb;
1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0
mcg μg
ml; 0,1
mcg μg
ml; 0,2 mcg
μg ml; 0,4
mcg μg
ml; 0,8 mcg
μg ml; 1,4
mcg μg
ml dan 1,8
mcg μg
ml Cd. p larutkan 1,000 g Pb dengan 7 ml HNO
3
q larutan baku 50 mcg
μg ml Pb; dan
pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling
sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Pb 1 000
mcg μg
ml siap pakai. r pipet 5,0 ml larutan baku 1
000 mcg
μg ml Pb ke dalam labu ukur 100 ml dan
encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi Pb 50
mcg μg
ml. s larutan baku kerja Pb;
t pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,2 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml dan 4 ml larutan baku 50
mcg μg
ml kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO
3
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
Formatt ed: I ndent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm, Space After: 0 pt,
Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, …
+ Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,34
cm + I ndent at: 1,34 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 1,34 cm
1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda
160 Lanjutan
garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 mcg
μg ml;
0,1 mcg
μg ml; 0,25
mcg μg
ml; 0,5 mcg
μg ml;
1,0 mcg
μg ml; 1,5
mcg μg
ml dan 2,0
mcg μg
ml Pb.
2 Cara kerja
a Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh dengan teliti dalam cawan
porselinplatinakuarsa m; b tempatkan cawan berisi contoh uji di atas penangas listrik dan panaskan secara
bertahap sampai contoh uji tidak berasap lagi; c lanjutkan pengabuan dalam tanur 450 ± 5
°C °C
sampai abu berwarna putih, bebas dari karbon;
d apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes HNO
3
e keringkan cawan di atas penangas listrik dan masukkan kembali ke dalam tanur pada suhu 450
°C °C kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi putih.
Penambahan HNO pekat
kira-kira 0,5 ml sampai dengan 3 ml;
3
f larutkan abu berwarna putih dalam 5 ml HCl 6N atau 5 ml HNO pekat dapat diulangi apabila abu masih berwarna keabu-
abuan;
3
g siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;
1N sambil dipanaskan di atas penangas listrik atau penangas air selama 2 menit sampai
dengan 3 menit dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian tepatkan hingga tanda garis dengan air suling V, jika perlu, saring larutan menggunakan
kertas saring Whatman No.41;
h baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 228,8 nm untuk
Cd dan 283 nm untuk Pb; i buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam
mcg μg
ml sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y;
Formatt ed: Bullets and Numbering Formatt ed: Bullets and Numbering
Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0
cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm
Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0
cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm, Dont adjust space between
Latin and Asian text
Formatt ed: Space After: 0 pt, Line spacing: 1,5 lines, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0
cm + Tab after: 0,7 cm + I ndent at: 0,7 cm
161 Lanjutan
j plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; dan k hitung kandungan logam dalam contoh.
2 Perhitungan
Kandungan logam mgkg = V
m C ×
Keterangan:
C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, mcg
μg ml;
V adalah volume larutan akhir, ml; m adalah bobot contoh g.
2. Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi RSD maksimal 16 . Jika RSD lebih besar
dari 16 , maka analisis harus diulang.
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto,
Swedish Sweden
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Bold, Font color:
Auto
Formatt ed: Font: Default Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto,
I ndonesian
162 Lanjutan
Lampiran 27 Metode pengujian pengawet natrium benzoat dan kalium sorbat saus
cabe sesuai SNI 01-2894-1992 HPLC atau KCKT
Peralatan
a. Seperangkat HPLC yang terdiri dari pompa, injector kolom analitik. Detektor UV dengan panjang gelombang bervariasi, integrator.
b. Penyaring membrane ukuran 0,45 µm.
Pereaksi
Asam sorbat, asam benzoate pa, methanol HPLC grade, asam sitrat, asam asetat glacial CH
3
a. Persiapan analisis COOH
Cara kerja
Khusus untuk contoh beberapa juicesari buah-buahan atau sejenisnya, saring terlebih dahulu dengan penyaring membrane dan encerkan secukupnya dengan
larutan asam sitrat 1. b. Persiapan standar
Buat larutan masing-masing 10,69 mg sakarin, 4,39 mg asam sorbat dan 6,91 mg asam benzoat dengan larutan asam sitrat 1 dalam labu ukur 40 ml.
c. Encerkan larutan di atas sebanyak 15 kali, 12 kali, 10 kali, 8 kali, 6 kali dan 4 kali sehingga diperoleh konsentrasi yang berbeda untuk keperluan kurva
kalibrasi. d. Buat kurva kalibrasi dengan menyuntikkan 10 µl larutan standar dari setiap
konsentrasi yang berbeda. e. Suntikkan pula larutan contoh yang telah diencerkan.
f. Kondisi kromatografi dipersiapkan