BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan era modern saat ini kebutuhan akan komposit sudah menjadi
kebutuhan pokok yang sangat lazim digunakan dalam kebutuhan industri sehari-
hari.
1
Pemanfaatan polimer sudah meliputi berbagai aspek kehidupan. Industri-industri
polimer berkembang pesat selama beberapa puluh tahun terakhir, bahkan industri polimer
dapat dipandang sebagai industri dasar dalam negara. Faktor utama yang menyebabkan
pesatnya industri polimer adalah bahan-bahan polimer dapat memenuhi spektrum luas dari
kehidupan, kualitasnya dapat ditingkatkan lewat pengubahan struktur kimia, penambahan
aditif seperti pengisi, penstabil dan pewarna serta memiliki sifat yang mengguntungkan
mudah dibentuk easy printability, fleksibel dan tahan karat. Untuk itu komposit tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, sebagai contoh adalah rangka mesin cuci, frame kaca
mata, furnitur, badan mobil, dan sebagainya. Teknologi
pembuatan komposit
telah berkembang secara pesat dewasa ini, karena
material komposit mampu mengabungkan beberapa sifat material yang berbeda
karakteristiknya menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan desain yang
direncanakan.
1
Komposit terdiri atas dua bagian yaitu berdasarkan penguatnya dan matriknya. Salah
satu penguat pada komposit adalah fiber. Jenis fiber sintesis yang banyak digunakan di
industri adalah fiber glass. Fiber glass banyak dipergunakan karena
memiliki banyak keuntungan diantaranya tahan korosi dan aus,
sifat mekanik dan titik leleh Tm yang tinggi. Sementara itu kekurangan dari fiber glass
adalah material sintetis yang unsur-unsur penyusunnya merupakan zat kimia yang
berasal dari minyak bumi, dalam proses pembuatannya meninggalkan residu yang
berbahaya bagi lingkungan, kemudian hari dapat merugikan manusia dan alam. Untuk itu
pengembangan rekayasa material dibutuhkan bahan alternatif penyusun komposit yang
ramah lingkungan salah satunya adalah serat kulit rotan.
2
Ada alasan
penting dalam
pemanfaatan serat alami kulit rotan. Merupakan material ramah lingkungan, dan
densitas rendah ringan. Indonesia memiliki luas hutan 143 juta hektar diperkirakan hutan
yang ditumbuhi rotan seluas kurang lebih 13.20 juta hektar, yang tersebar di Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan pulau-pulau lain yang memiliki hutan alam, yang
pemanfataannya belum maksimal.
3
Dalam penelitian ini dibuat komposit dengan matriks polipropillen PP dengan
filler nanopartikel serat kulit rotan. Komposit
dari jenis ini biasa disebut bionanokomposit. Bionanokomposit dibuat dengan metode cetak
tekan dengan memvariasikan komposisi dari filler
. Bionanokomposit ini dikarakterisasi dengan menggunakan Differential Thermal
Analysis DTA dan Differential Scanning
Calorimetry DSC.
Penelitian ini
diharapkan dapat
menghasilkan bionanokomposit
dengan karakteristik termal yang tidak jauh berbeda
jika dibandingkan dengan komposit yang menggunakan filler fiber glass.
1.2. Rumusan Masalah