Gambar 2.2 Tataguna Lahan Model Von Thunen
1.
Pertanian intensif
2.
Hutan
3.
Pertanian sistem rotasi
4.
Lahan garapan dan peruntukan pada produk perahan
5.
Pertanian sistem rotasi
6.
Peternakan sapi intensif. Pada Gambar 2.2 telihat bahwa pada zona kedua ada semacam kehutanan dan hasilnya
kayu. Pada zona ketiga dipakai untuk menghasilkan tanaman biji-bijian yang wujidnya gandum. Hasil ini dapat tahan lama sedangkan ongkos angkutnya relatif murah. Adapun zona ke empat
diusahakan sebagai lahan garapan dan perumputan dengan tekanan pada hasil perahan, susu, keju dan mentega. Zona kelima diperuntukan pertanian yang hasilnya dapat bergantian wujudnya,
bahkan hingga tiga jenis. Zona ke enam yang letaknya paling pinggir sehingga paling jauh dari pusat pasaran, lahan dipakai untuk perumputan peternakan dan usaha ternak tersebut bersiifat
intensif.
2.2.2 Kritik
Terhadap Model Von Thunen
Analisis lahan pertanian melalui pendekatan Von Thunen pernah sukses di berbagai skala, dari jangkauan interkontinental hingga perusahaan pertanian setempat yang individualis. Namun
demikian ada beberapa kritik yang dilontarkan Chiholm yaitu:
1.
Model Von Thunen merupakan suatu model keseimbangan yang sifatnya partial yang tak memuat interelasi antara variabel yang telah dikhususkan; lagi pula jika membayangkan
adanya perubahan untuk masa mendatang tak mudah dilakukan perhitungannya.
2.
Tak diperhitungkan beranekaragamnya luas perusahaan pertanian atau luas pasaran yang tak menghasilkan ekonomi yang berskala produksi atau pasaran yang bersangkutan, karena itu
dapat merusak suatu pola yang tertata dari zona tataguna lahan. Gambar 2.2 Tataguna Lahan Model Von Thunen
1.
Pertanian intensif
2.
Hutan
3.
Pertanian sistem rotasi
4.
Lahan garapan dan peruntukan pada produk perahan
5.
Pertanian sistem rotasi
6.
Peternakan sapi intensif. Pada Gambar 2.2 telihat bahwa pada zona kedua ada semacam kehutanan dan hasilnya
kayu. Pada zona ketiga dipakai untuk menghasilkan tanaman biji-bijian yang wujidnya gandum. Hasil ini dapat tahan lama sedangkan ongkos angkutnya relatif murah. Adapun zona ke empat
diusahakan sebagai lahan garapan dan perumputan dengan tekanan pada hasil perahan, susu, keju dan mentega. Zona kelima diperuntukan pertanian yang hasilnya dapat bergantian wujudnya,
bahkan hingga tiga jenis. Zona ke enam yang letaknya paling pinggir sehingga paling jauh dari pusat pasaran, lahan dipakai untuk perumputan peternakan dan usaha ternak tersebut bersiifat
intensif.
2.2.2 Kritik
Terhadap Model Von Thunen
Analisis lahan pertanian melalui pendekatan Von Thunen pernah sukses di berbagai skala, dari jangkauan interkontinental hingga perusahaan pertanian setempat yang individualis. Namun
demikian ada beberapa kritik yang dilontarkan Chiholm yaitu:
1.
Model Von Thunen merupakan suatu model keseimbangan yang sifatnya partial yang tak memuat interelasi antara variabel yang telah dikhususkan; lagi pula jika membayangkan
adanya perubahan untuk masa mendatang tak mudah dilakukan perhitungannya.
2.
Tak diperhitungkan beranekaragamnya luas perusahaan pertanian atau luas pasaran yang tak menghasilkan ekonomi yang berskala produksi atau pasaran yang bersangkutan, karena itu
dapat merusak suatu pola yang tertata dari zona tataguna lahan. Gambar 2.2 Tataguna Lahan Model Von Thunen
1.
Pertanian intensif
2.
Hutan
3.
Pertanian sistem rotasi
4.
Lahan garapan dan peruntukan pada produk perahan
5.
Pertanian sistem rotasi
6.
Peternakan sapi intensif. Pada Gambar 2.2 telihat bahwa pada zona kedua ada semacam kehutanan dan hasilnya
kayu. Pada zona ketiga dipakai untuk menghasilkan tanaman biji-bijian yang wujidnya gandum. Hasil ini dapat tahan lama sedangkan ongkos angkutnya relatif murah. Adapun zona ke empat
diusahakan sebagai lahan garapan dan perumputan dengan tekanan pada hasil perahan, susu, keju dan mentega. Zona kelima diperuntukan pertanian yang hasilnya dapat bergantian wujudnya,
bahkan hingga tiga jenis. Zona ke enam yang letaknya paling pinggir sehingga paling jauh dari pusat pasaran, lahan dipakai untuk perumputan peternakan dan usaha ternak tersebut bersiifat
intensif.
2.2.2 Kritik
Terhadap Model Von Thunen
Analisis lahan pertanian melalui pendekatan Von Thunen pernah sukses di berbagai skala, dari jangkauan interkontinental hingga perusahaan pertanian setempat yang individualis. Namun
demikian ada beberapa kritik yang dilontarkan Chiholm yaitu:
1.
Model Von Thunen merupakan suatu model keseimbangan yang sifatnya partial yang tak memuat interelasi antara variabel yang telah dikhususkan; lagi pula jika membayangkan
adanya perubahan untuk masa mendatang tak mudah dilakukan perhitungannya.
2.
Tak diperhitungkan beranekaragamnya luas perusahaan pertanian atau luas pasaran yang tak menghasilkan ekonomi yang berskala produksi atau pasaran yang bersangkutan, karena itu
dapat merusak suatu pola yang tertata dari zona tataguna lahan.
Sementara itu Johnson menekankan kelemahan Von Thunen terletak pada keterkaitannya pada waktu. Disamping itu juga pada keterkaitan antar wilayah. Pada
masa itu sesuai dengan tata pemerintahan semi feodal di Jerman Utara, memang diidealkan adanya satu pusat kota yang
sekaligus sebagai ibu kota daerah yang bersangkutan, yang mengelola segala usaha agraris di sekelilingnya. Jadi tidak direstui munculnya kota-kota pada saat itu yang tersebar sebagai
pendamping kota pusat, pada gejala kemunculan tersebut dapat melahirkan economic utility. Von Thunen hanya melihat keuntungan dari satu kota besar di pusat wilayah yang menjadi pusat
pemerintahan, militer, pendidikan dan kebudayaan yang sekaligus juga menjadi tempat berkumpulnya para rentenir, tuan tanah dan kaum kaya. Tentunya kota semacam itu akan menarik
para pedagang, seminan, pegawai dan buruh.
2.3 Teori Keputusan Penggunaan Lahan Pertanian