Tabel 17 Perbandingan keragaan social usaha perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan.
5.4 Seleksi Unit Penangkapan Ikan Unggulan Berdasarkan Aspek Biologi,
Teknik, Ekonomi dan Sosial
Pemilihan unit penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan menggunakan analisis MCA multi kriteria analisis. analisis
dilakukan terhadap empat aspek yaitu biologi, teknis, ekonomi dan sosial.
5.4.1 Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis
Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan penangkapan terhadap kondisi sumberdaya dan hasil tangkapan yang
diperoleh nelayan. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititikberatkan pada tiga parameter yaitu jumlah trip, komposisi hasil tangkapan
dan ukuran ikan yang tertangkap untuk masing-masing alat tangkap. Kriteria pertama adalah jumlah trip, pemilihan jumlah trip sebagai
parameter penilaian ditujukan untuk melihat mutu hasil tangkap nelayan, bila semakin sedikit jumlah trip dalam satu tahun maka mutu hasil tangkapan nelayan
semakin buruk karena lama trip kegiatan penangkapannya semakin lama sehingga ikan terlalu lama di kapal dan dapat berkorelasi terhadap penurunan kualitas ikan
hasil tangkapan. Alat tangkap yang memiliki prioritas terbaik dari sisi jumlah trip adalah bagan bagan tancap dan bagan perahu, diikuti oleh jaring kembung,
pancing dan jaring millenium.
No. Uraian
Alat tangkap Bagan
Perahu Bagan
Tancap Pancing
Jaring Kembung
Jaring Millenium
1. Jumlah tenaga
kerja orang 3
1 3
4 6
2. Tingkat pendapatan
nelayan Rporangbulan
2.892.778 407.292
271.972 350.000
2.754.167
Kriteria ke-2 adalah komposisi hasil tangkapan unit penangkapan. Penilaian terhadap kriteria ini dilakukan dengan membandingkan jumlah spesies
yang tertangkap jika semakin sedikit, maka selektivitas alat tangkap semakin baik
dan semakin tinggi pula nilai prioritasnya. Berdasarkan Tabel 18 unit
penangkapan pancing merupakan alat tangkap yang lebih diprioritaskan diikuti oleh jaring kembung, bagan dan jaring millenium. Unit penangkapan pancing
lebih diprioritaskan karena unit penangkapan pancing memiliki tingkat selektivitas lebih baik bila dibandingkan dengan 4 jenis alat tangkap lainnya. Hal
ini secara sederhana dapat dilihat dari komposisi ikan yang tertangkap, berdasarkan hasil wawancara hasil tangkapan pancing rata-rata berjumlah 8 jenis.
Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil tangkapan. Kriteria ke-3 ini juga sangat erat kaitannya dengan selektivitas unit
penangkapan, jika unit penangkap berpeluang menangkap ikan dengan ukuran besar dan seragam maka nilai prioritasnya semakin tinggi. Berdasarkan analisis
yang dilakukan terhadap masing-masing unit penangkapan maka, pancing adalah alat tangkap yang diprioritaskan diikuti oleh jaring millenium dan jaring kembung
dan bagan. Secara umum urutan prioritas unit penangkapan unggul berdasarkan
kriteria biologi adalah pancing, jaring kembung, bagan perahu dan bagan tancap serta terakhir jaring millenium. Secara rinci urutan prioritas pengembangan unit
penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Penilaian dan standardisasi aspek biologi dengan fungsi nilai unit penangkapan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan.
No Alat tangkap
Biologi W1
UP2 W2
UP3 W3
UP4 1
Jaring kembung 96
2 9
2 3
2 2
Pancing 84
3 8
1 4
1 3
Jaring millenium 24
4 15
3 3
2 4
Bagan tancap 210
1 13
4 2
3 5
Bagan perahu 210
1 13
4 2
3 Hasil standardisasi
No Alat tangkap
Biologi Total
rata- rata
Urutan VW1
VW2 VW3
1 Jaring kembung
0,39 0,86
0,50 1,74
0,58 3
2 Pancing
0,32 1,00
1,00 2,32
0,77 1
3 Jaring millenium
0,00 0,00
0,50 0,50
0,17 2
4 Bagan tancap
1,00 0,29
0,00 1,29
0,43 5
5 Bagan perahu
1,00 0,29
0,00 1,29
0,43 4
Keterangan : Wl
= Jumlah trip tahun W2
= Komposisi hasil tangkapan jumlah jenis W3
= Ukuran ikan yang tertangkap skor UP
= Urutan prioritas VWl = Jumlah trip yang distandardisasi dengan fungsi nilai
VW2 = Komposisi hasil tangkapan yang distandardisasi dengan fungsi nilai VW3 = Ukuran ikan yang tertangkap yang distandardisasi dengan fungsi nilai
5.4.2 Penilaian aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis