Struktur Komunitas Morfologi Tumbuhan Paku

3 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Gunung Arfak

Gunung Arfak merupakan salah satu gunung dari Cagar Alam Pegunungan Arfak. Kawasan Pegunungan Arfak terletak di sebelah Barat Kota Manokwari wilayah kepala burung Vogelkoop Propinsi Papua Barat. Secara geografis kawasan ini membentang antara 01° 00 sampai 01° 29 LS dan 133° 53- 134° 15 BT dengan kondisi daerah bergunung dan berbukit-bukit dengan ketinggian tempat 30-2.980 m. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.820KptsUmII1982 Pegunungan Arfak ditetapkan sebagai kawasan konservasi seluas 68.320 Ha dengan status cagar alam Hastanti dan Yeni 2009. Gunung Arfak merupakan daerah berbukit dan bergunung dengan ketinggian tempat dari 100 m hingga 2.500 m. Gunung Arfak terbagi dalam tiga zona ketinggian tempat yaitu dataran rendah dan perbukitan 100-1.000 m, basah pegunungan 1.100-2.000 m dan sub alpin 2.100-2.500 m. Masing-masing zona memiliki karakteristik ekosistem yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan aktifitas manusia. Adapun karakteristik tiga zona ketinggian tempat di Gunung Arfak sebagai berikut : Zona I merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan. Daerah ini sebagian besar merupakan hutan sekunder bekas perladangan. Terdapat perkebunan kelapa sawit di ketinggian 200 m. Jenis pohon yang mendominasi zona I adalah jenis pohon hutan sekunder seperti Macaranga spp., Ficus spp., Pometia pinnata, Elaeocarpus sp. Kondisi suhu dan kelembapan di zona I, diperoleh rataan suhu 22,5 C dengan kisaran suhu 21,63 C-22,97 C dan rataan kelembapan 84,8 dengan kisaran kelembapan 82,65-86,95. Zona II merupakan daerah hutan basah pegunungan. Daerah ini sebagian merupakan hutan sekunder bekas perladangan dan sebagian merupakan hutan tertutup primer. Jenis pohon yang mendominasi zona II hutan sekunder adalah Macaranga spp., Ficus spp., Elaeocarpus sp. dan jenis pohon di hutan primer di zona II adalah Castanopsis argentea, Dodonea viscosa, Kondisi suhu dan kelembapan di zona II, yaitu rataan suhu 19,5 C dengan kisaran suhu 18,97 C- 20,03 C dan rataan kelembapan 88 dengan kisaran kelembapan 87,06- 88,94. Zona III merupakan daerah hutan sub alpin. Daerah ini sebagian merupakan hutan primer tertutup dengan komposisi pohon seperti Castanopsis argentea, dan diselumuti lumut yang tebal dan sebagian daerahnya merupakan hutan primer terbuka dengan komposisi semak kecil yang menyebar luas seperti Rhododendron spp. Kondisi suhu dan kelembapan di zona III, yaitu rataan suhu 17 C dan kisaran suhunya 17 C dan rataan kelembapan 93,4 dengan kisaran kelembapan 92,51- 94,29.

2.2 Struktur Komunitas

Komunitas merupakan kumpulan populasi yang hidup di suatu lingkungan tertentu, saling berinteraksi dan bersama-sama membentuk tingkat trofiknya. 4 Interaksi dalam komunitas membentuk organisasi yang menghasilkan pola-pola atau struktur komunitas Odum 1993. Komunitas memiliki lima karakteristik yakni keragaman, dominansi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur trofik Krebs 1985. Keanekaragaman jenis menggambarkan perbandingan yang memadukan jumlah jenis kekayaan jenis dan penyebaran jumlah individu di antara jenis. Kekayaan jenis menggambarkan jenis apa saja yang hidup dalam suatu komunitas. Keragaman dan kekayaan jenis dapat dihitung berdasarkan jumlah dan ragam jenis Rasidi et al. 2006. Komunitas mempunyai struktur jenis yang khas yang terdiri atas beberapa jenis yang melimpah jumlah individunya dan sejumlah besar jenis yang masing- masing jumlahnya sedikit. Jenis yang jumlahnya melimpah disebut dominan dan menjadi ciri khas suatu komunitas Nyabakken 1992. Ekosistem yang masih baik ditandai dengan keanekaragaman komunitas yang tinggi, tidak ada dominansi jenis tertentu, serta pembagian jumlah individu per jenis yang relatif merata.

2.3 Morfologi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dan kerabat paku seperti likofit Isoetes, Selaginellaceae dan Lycopodiaceae, paku ekor kuda Equisetum dan paku sapu Psilotum telah lama dikelompokkan bersama karena ciri-cirinya berbiak dengan spora dan memiliki jaringan pembuluh internal. Tumbuhan paku dikelompokkan bersama dengan tumbuhan bryophyte lumut sejati, lumut hati dan lumut tanduk karena memiliki ciri yang sama yaitu memiliki spora sebagai alat perkembangbiakan, tetapi keduanya dibedakan karena tumbuhan bryophyte tidak memiliki jaringan pembuluh internal. Tumbuhan paku dikelompokkan bersama dengan tumbuhan berbiji Gymnospermae dan Angiospermae karena keduanya memiliki jaringan pembuluh tetapi keduanya dibedakan karena tumbuhan berbiji berkembang biak menggunakan biji Moran 2002. Tumbuhan paku pada umumnya dicirikan oleh pertumbuhan pucuknya yang melingkar, disamping itu pada permukaan bawahnya terdapat bintik-bintik sporangium yang terkadang tumbuh teratur dalam barisan, dapat juga menggerombol atau menyebar. Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Perakaran embrionya dibedakan menjadi kutub atas dan bawah. Kutub atas berkembang menjadi rimpang dan daun, sedangkan kutub bawahnya membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang Holttum 1959; Smith 1979. Akar tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian gugur dan digantikan akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya Tjitrosoepomo 1994. Umumnya pertumbuhan batang tidak nyata, namun pada paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang pinang Sastrapradja et al. 1979. Batang tumbuhan paku umumnya berupa akar tongkat atau rimpang, ada yang berbentuk batang sesungguhnya. Batang tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, merambat atau memanjat. Beberapa tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya tumbuh sejajar dengan permukaan tanah sehingga disebut rimpang Holttum 1959; Smith 1979. Daun pada tumbuhan paku umumnya dikenal dengan istilah ental frond. Daun tumbuhan paku terdiri dari helaian daun lamina dan tangkai stipe. Daun 5 tumbuhan paku umumnya mengumpul atau menyebar di sepanjang stipe dan rachis. Daun muda umumnya menggulung yang dikenal dengan istilah coil atau gelung. Bentuk daun pada daun muda berbeda dengan daun dewasa. Bentuk daun bersirip pinnate, tiap anak daun disebut sirip pinna dan poros tempat sirip berada disebut rakis rachis Loveless 1999. Gambar 1. Marfologi tumbuhan paku Berdasarkan bentuk dan sifatnya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi dua golongan Smith 1979 yaitu: 1. Megaphyllus, yaitu tumbuhan paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun. 2. Microphyllus, yaitu tumbuhan paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya. Berdasarkan fungsinya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga kelompok Tjitrosoepomo 1994 yaitu: 1. Tropofil, yaitu daun berwarna hijau yang berfungsi melaksanakan proses asimilasi 2. Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora. 3. Trofosporofil, yaitu dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora. Tumbuhan paku yang memiliki daun subur fertil dan daun mandul steril yang bentuknya sama disebut paku homofil dan bentuknya bebeda termasuk kedalam paku heterofil. Bermacam tipe daun tumbuhan paku Gambar 2 : Daun tunggal : daun dengan tepi rata hingga lobed tanpa percabangan rachis. Daun Pinnatifid : pinna yang berdekatan menyambung membentuk sinus. Daun 1-pinnate : pinna tidak menyambung, rachis sekali bercabang. Daun 2-pinnate : rachis dua kali bercabang, pinnule tidak menyambung. Daun 3-pinnate : rachis tiga kali bercabang, pinnule tidak menyambung Ental Lamina Stipe Pinna Pinnule Rachis Rimpang 6 Keterrangan : a. daun tunggal; b. daun 1-pinnatifid; c. daun 1-pinnate; d. daun 2-pinnate; e. daun 3-pinnate Gambar 2. Bermacam tipe daun tumbuhan paku Tumbuhan paku berkembang biak dengan spora. Spora terbentuk dalam kotak spora yang disebut sporangium yang berkembang dalam bentuk kelompok yang disebut sorus. Sporangium akan pecah dan mengeluarkan spora. Berkumpulnya sporangium pada tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut : a Sorus : sporangium dalam kotak sporangium terbuka atau berpenutup insidium. letak sorus pada setiap bangsa tumbuhan paku berbeda. b Strobilus : sporangium membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya. c Sporokarpium : sporangium dibungkus oleh daun buah karpelum.

2.4 Ekologi Tumbuhan Paku

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman tumbuhan paku di sekitar curug cikaracak,Bogor,Jawa Barat

9 64 96

Studi Flosristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Hutan Lindung Gunung Dempo Sumatera Selatan

0 12 101

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan Girimanik Kabupaten Wonogiri.

0 1 15

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan Girimanik Kabupaten Wonogiri.

0 0 13

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA-BEDA DI SEKITAR JALUR KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA-BEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN PENDAKIAN GUNUNG MERAPI.

1 3 15

PENDAHULUAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA-BEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN PENDAKIAN GUNUNG MERAPI.

0 2 6

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI SEKITAR JALUR BARAT PENDAKIAN GUNUNG LAWU PADA KETINGGIAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI SEKITAR JALUR BARAT PENDAKIAN GUNUNG LAWU PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA-BEDA.

0 1 12

PENDAHULUAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI SEKITAR JALUR BARAT PENDAKIAN GUNUNG LAWU PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA-BEDA.

0 0 4

PENGEMBANGAN HERBARIUM SHEET TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI TUMBUHAN PAKU DI SMA

2 9 33

Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali Kota Jambi Suraida, Try Susanti, dan Riza Amriyanto

1 0 6