Keanekaragaman tumbuhan paku di sekitar curug cikaracak,Bogor,Jawa Barat

(1)

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI SEKITAR

CURUG CIKARACAK, BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh Gelar Sarjana Sains

JAMSURI

102095026504

PROGRAM STUDI BIOLOGI - JURUSAN MIPA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KEANEKARAGAMANTUMBUHAN PAKU DI SEKITAR CURUG

CIKARACAK, BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

JAMSURI

102095026504

PROGRAM STUDI BIOLOGI - JURUSAN MIPA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ABSTRAK

JAMSURI. Keanekaragaman Tumbuhan Paku di sekitar Curug Cikaracak, Bogor,

Jawa Barat. Skripsi Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Tumbuhan paku pada umumnya hidup di tempat lembab. Curug adalah salah satu

habitat yang baik bagi pertumbuhannya. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis

tumbuhan paku di Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat dilakukan penelitian

dengan cara eksplorasi langsung, yang dilanjutkan identifikasi di laboratorium.

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 30 jenis tumbuhan paku termasuk

kedalam 19 marga dan 15 famili, yaitu

Adiantaceae, Aspleniaceae, Blechnaceae,

Cyatheaceae, Dicksoniaceae, Gleicheniaceae, Hymenophylaceae,

Lomariopsidaceae,

Lycopodiaceae, Marattiaceae, Oleandraceae, Polypodiaceae,

Selaginellaceae, Vittariaceae, Woodsiaceae.

Ada Jenis tumbuhan paku yang

bersifat reofit yaitu

Asplenium salignum.

11 jenis bersifat epifit yaitu

Asplenium

caudatum

,

A. cuneatum, A. nidus, A. tenerum, Drynaria sparsisora,

Hymnenophyllum javanicum, Lycopodium carinatum, Polypodium papillosum,

Pymatodes longissma,

dan 19 jenis bersifat teresterial yaitu

Adiantum tenerum,

Angiopteris avecta, Arcypteris irregularis, Atryrium dilatatum, A. marcocarpum,

A. sorzogonense, Blechnum vulcanicum, Bolbitis sinuata, Cheilanthes tennifolia,

Cyathea contaminans

,

Dicksonia blumei, Gleichenia linearis, G. microphyla,

Lycopodium cernuum, Nephrolepsis bisserata, N. falcata, N. hirsutula, P.

longissima, Selaginella ornata, S. willdenowii.

Terdapat jenis tumbuhan paku

yang dapat hidup epifit dan teresterial yaitu

P. longissima

.


(4)

ABSTRACT

JAMSURI. The Diversity of Fern in Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat. Thesis.

Biology Department, Science and Technology Faculty, Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007.

Fern is a plant which they live in the damp areas. Curug is one habitat for the

growth. The fern research is done in Curug Cikaracak, Bogor Jawa Barat to know

the diversity of fern. Research method is descriptive by direct exploration, and

identified in laboratory. Based on observation and identify, classified into 30

species 19 genera and 15 families, they are

Adiantaceae, Aspleniaceae,

Blechnaceae, Cyatheaceae, Dicksoniaceae, Gleicheniaceae, Hymenophylaceae,

Lomariopsidaceae,

Lycopodiaceae, Marattiaceae, Oleandraceae, Polypodiaceae,

Selaginellaceae, Vittariaceae,

and

Woodsiaceae.

. Rheophyte fern is

Asplenium

salignum

. Epiphyte ferns are 11 species those are

A. caudatum, A. cuneatum, A.

nidus, A. tenerum, Drynaria sparsisora, Hymnenophyllum javanicum,

Lycopodium carinatum, Polypodium papillosum, Pymatodes longissima.

Teresterial ferns are 19 species those are

Adiantum tenerum, Angiopteris avecta,

Arcypteris irregularis, Atryrium dilatatum, A. marcocarpum, A. sorzogonense,

Blechnum vulcanicum, Bolbitis sinuata, Cheilanthes tennifolia, Cyathea

contaminans, Dicksonia blumei, Gleichenia linearis, G. microphyla, Lycopodium

cernuum, Nephrolepsis bisserata, N. falcata, N. hirsutula, P. longissima,

Selaginella ornata, S. willdenowii.

There is

P. longissima

which is founded as

epiphyte and terrestrial fern.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di daerah sekitar

Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat dengan judul

“Keanekaragaman

Tumbuhan Paku di sekitar Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat”.

Pada kesempatan, tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukkan kepada:

1.

Ayahanda H. Raiman (Alm) dan Ibunda tercinta Hj. Icah yang telah

memberikan semangat dan doa yang tiada hentinya.

2.

Ibu Priyanti, M.Si selaku pembimbing ke-1 yang selalu menyempatkan

waktunya untuk memberikan bimbingannya.

3.

Ibu Dasumiati, M.Si selaku pembimbing ke-2 yang telah membimbing dengan

penuh kesabaran.

4.

Ibu Lily Surayya EP, M. Env.Stud selaku ketua prodi biologi dan penguji 1

yang telah meluangkan waktunya.

5.

Ibu Fahma Wijayanti, M.Si selaku penguji 2 yang sudah memberikan kritik

dan sarannya

6.

Ela atas cintanya yang tulus dan mendalam serta kasih sayangnya yang tiada

henti.


(6)

7.

Unes, Azis, Irfan,S.Si, Waryanti,S.Si, dan Novi Patty, S.Si yang telah

membantu dalam penelitian ini dengan penuh semangat dan kebersamaan.

8.

Mahasiswa/i biologi angkatan 2002 dan adik kelas, serta para laboran dalam

kebersamaannya.

9.

Bapak/Ibu dosen yang tulus ikhlas mengajar dan mendidik penulis dengan

penuh kesabarannya.

10.

Laboran di Lab Biologi yang sudah membantu dalam penyelasaian studi di

program studi biologi.

11.

Buat Badrul, Dayat dan kru STMJ yang selalu ada dikala tak ada.

Jakarta, Februari 2007


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar Belakang ... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 2

1.3.

Tujuan Penelitian ... 2

1.4.

Hipotesis... 3

1.5.

Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1.

Botani Tumbuhan Paku... 4

2.2.

Cara Hidup dan Penyebaran Tumbuhan Paku... 6

2.3. Siklus Hidup Tumbuhan Paku ... 8

2.4. Manfaat dan Khasiat Tumbuhan Paku ... 10

2.5.

Gambaran Umum Curug Cikaracak... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1.

Tempat dan Waktu penelitian ... 12

3.2.

Bahan dan Alat... 12

3.3.

Cara Kerja ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15


(8)

4.2.

Deskripsi jenis-jenis Tumbuhan Paku... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1.

Kesimpulan ... 56

5.2.

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Paku pada beberapa Cara Hidup

di Curug Cikaracak, Bogor, Jawa barat ... 15


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus Hidup Tumbuhan Paku... 9

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ... 12

Gambar 3. Jenis Tumbuhan Paku Rumpun (

Adiantum tenerum

) ... 18

Gambar 4. Jenis Tumbuhan Paku Lumut (

Cheilanthes tennifolia

)... 19

Gambar 5. Jenis Tumbuhan Paku Kelor (

Asplenium cuneatum)

... 21

Gambar 6. Jenis Tumbuhan Paku Sarang Burung (

A. nidus)...

23

Gambar 7. Jenis Tumbuhan Paku Antu (

A. salignum)...

25

Gambar 8. Jenis Tumbuhan Paku Gunung (

Blechnum vulcanicum)....

27

Gambar 9. Jenis Tumbuhan Paku Pohon (

Cyathea contaminans)...

28

Gambar 10. Jenis Tumbuhan Paku Kidang (

Dicksonia blumei) ...

30

Gambar 11. Jenis Tumbuhan Paku Rasam (

Gleichenia linearis) ...

31

Gambar 12. Jenis Tumbuhan Paku Batu (

H. javanicum)...

34

Gambar 13. Jenis Tumbuhan Paku Bengbem (

Bolbitis sinuate)...

35

Gambar 14. Jenis Tumbuhan Paku Kawat (

Lycopodium cernuum)...

38

Gambar 15. Jenis Tumbuhan Paku Teresterial ... 39

Gambar 16. Jenis Tumbuhan Paku Harupat (

Angiopteris avecta)...

41

Gambar 17. Jenis Tumbuhan Paku Kapal (

Arcypteris irregularis) ...

44

Gambar 18. Jenis Tumbuhan Paku Langlayangan (

D. Sparsisora) ...

45

Gambar 19. Jenis tumbuhan Paku Leyat (

P. longissima). ...

47

Gambar 20. Jenis Tumbuhan Paku Papila (

P. papillosum)...

47

Gambar 21. Jenis Tumbuhan Paku Lumut (

S. ornata) ...

49

Gambar 22. Jenis Tumbuhan Paku Halus (

S. willdenoweii) ...

51

Gambar 23. Jenis Tumbuhan Paku Beunyeur (

A. dilatatum)...

53

Gambar 24. Jenis Tumbuhan Paku

Atryum marcocarpum ...

54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku Curug Cikaracak,

Bogor, Jawa Barat ... 60

Lampiran 2. Foto Lokasi Penelitian ... 62

Lampiran 3. Foto Letak Sori Tumbuhan Paku... 65


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

... Latar

Belakang... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 2

1.3.

Tujuan Penelitian ... 2

1.4.

Hipotesis ... 3

1.5.

Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1.

Botani Tumbuhan Paku ... 4

2.2.

... Cara

Hidup dan Penyebaran Tumbuhan Paku ... 6

2.3.

Siklus Hidup Tumbuhan Paku ... 8

2.4.

Manfaat dan Khasiat Tumbuhan Paku... 10

2.5.

Gambaran Umum Curug Cikaracak ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1.

...

Temp

at dan Waktu penelitian ... 12

3.2.

...

Baha

n dan Alat... 12

3.3.

...

Cara

Kerja... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1.

...

Jenis-jenis Tumbuhan Paku... 15


(13)

4.2.

...

Desk

ripsi jenis-jenis Tumbuhan Paku... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1.

...

Kesi

mpulan ... 56

5.2.

...

Saran

... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN... 60


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Paku pada beberapa Cara Hidup


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus Hidup Tumbuhan Paku... 9

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ... 12

Gambar 3. Jenis Tumbuhan Paku Rumpun (

Adiantum tenerum

) ... 18

Gambar 4. Jenis Tumbuhan Paku Lumut (

Cheilanthes tennifolia

)... 19

Gambar 5. Jenis Tumbuhan Paku Kelor (

Asplenium cuneatum)

... 21

Gambar 6. Jenis Tumbuhan Paku Sarang Burung (

A. nidus)...

23

Gambar 7. Jenis Tumbuhan Paku Antu (

A. salignum)...

25

Gambar 8. Jenis Tumbuhan Paku Gunung (

Blechnum vulcanicum)...

27

Gambar 9. Jenis Tumbuhan Paku Pohon (

Cyathea contaminans)...

28

Gambar 10. Jenis Tumbuhan Paku Kidang (

Dicksonia blumei) ...

30

Gambar 11. Jenis Tumbuhan Paku Rasam (

Gleichenia linearis) ...

31

Gambar 12. Jenis Tumbuhan Paku Batu (

H. javanicum)...

34

Gambar 13. Jenis Tumbuhan Paku Bengbem (

Bolbitis sinuate)...

35

Gambar 14. Jenis Tumbuhan Paku Kawat (

Lycopodium cernuum)...

38

Gambar 15. Jenis Tumbuhan Paku Teresterial ... 39

Gambar 16. Jenis Tumbuhan Paku Harupat (

Angiopteris avecta)...

41

Gambar 17. Jenis Tumbuhan Paku Kapal (

Arcypteris irregularis) ...

44

Gambar 18. Jenis Tumbuhan Paku Langlayangan (

D. Sparsisora) ...

45

Gambar 19. Jenis tumbuhan Paku Leyat (

P. longissima) ...

47

Gambar 20. Jenis Tumbuhan Paku Papila (

P. papillosum)...

47

Gambar 21. Jenis Tumbuhan Paku Lumut (

S. ornata) ...

49

Gambar 22. Jenis Tumbuhan Paku Halus (

S. willdenoweii) ...

51

Gambar 23. Jenis Tumbuhan Paku Beunyeur (

A. dilatatum)...

53

Gambar 24. Jenis Tumbuhan Paku

Atryum marcocarpum ...

54


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku Curug

Cikaracak, Bogor, Jawa Barat... 60

Lampiran 2. Foto Lokasi Penelitian ... 62

Lampiran 3. Foto Letak Sori Tumbuhan Paku... 65


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang besar di dunia. Satu di antara kelompok tumbuhan yang kaya akan jenis tersebut adalah paku (Pteridophyta). Sampai saat ini kelompok tumbuhan paku masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lainnya, karena masyarakat menganggap tumbuhan ini kurang memberikan manfaat yang berarti bagi kehidupan. Meskipun banyak jenis dari kelompok tumbuhan paku ini sebenarnya memiliki fungsi ekologis yang sangat penting serta dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya. Tumbuhan paku yang masih ada diperkirakan mencapai sekitar 11.000 jenis. Kepulauan Indonesia diperkirakan memiliki koleksi tumbuhan paku tidak kurang dari 1.300 jenis (Raven et al., 1992).

Pada umumnya tumbuhan paku menyukai tempat yang lembab , terutama di daerah dataran tinggi. Populasi jenis di daerah seperti ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dataran rendah (Sastrapradja et al., 2002). Meskipun tumbuhan paku memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi serta mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi, beberapa jenis tertentu terancam kelestariannya karena rusaknya ekosistem akibat tekanan ekonomi dan teknologi. Sebagai gambaran, tumbuhan paku yang hidup sebagai epifit kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada pohon yang menjadi


(18)

tempat hidupnya. Sementara pohon-pohon di hutan yang menjadi tempat hidupnya banyak ditebang oleh manusia.

Tumbuhan paku memiliki daerah penyebaran yang terbatas, namun ada pula yang sangat luas, sehingga dapat dijumpai diberbagai belahan bumi mulai dari daerah pantai (hutan mangrove), dataran rendah, rawa, sawah, tegalan, kebun sampai ke kawasan pegunungan, bahkan dapat ditemukan di tebing-tebing yang curam, tepi sungai, maupun dekat sumber air panas, baik yang hidup di tanah, merambat atau menumpang pada pohon.

Salah satu tempat yang merupakan vegetasi tumbuhan paku di Indonesia adalah Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat. Tumbuhan paku di daerah ini belum dieksplorasi keanekaragaman jenisnya, dan masyarakat di sekitar Curug Cikaracak belum menunjukkan aktifitas yang merusak tumbuhan paku di sekitar curug untuk dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bahan makanan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah jenis - jenis tumbuhan paku apa saja yang terdapat di sekitar Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat.


(19)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis, ciri, morfologi dan pola penyebaran tumbuhan paku di kawasan Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat jenis tumbuhan paku di sekitar Curug Cikaracak, Bogor, Jawa Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang tumbuhan paku sebagai bahan pembelajaran, serta memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar curug untuk lebih mengembangkan potensi sumber daya alamnya seperti pemanfaatan tumbuhan paku sebagai pupuk hayati bagi para petani setempat.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku pada umumnya dicirikan oleh pertumbuhan pucuknya yang melingkar, disamping itu pada permukaan bawah daunnya terdapat bintik-bintik (spora) yang kadang-kadang tumbuh teratur dalam barisan, dapat juga menggerombol atau menyebar. Seperti halnya dengan kelompok tumbuhan lainnya, tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun. Berdasarkan poros bujurnya, embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan kutub bawah membentuk akar.

Tjitrosoepomo (1989) mengatakan bahwa adanya akar merupakan sifat yang karakteristik bagi Pteridophyta dan Spermatophyta, oleh sebab itu dunia tumbuhan sering juga dibedakan dalam dua golongan yaitu :

a. Rhizophyta (Tumbuhan akar) yang terdiri atas Pteridophyta dan

Spermatophyta.

b. Arhizophyta (Tumbuhan tak berakar) yang tediri atas Schizophyta, Thallophyta, dan Bryophyta.

Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Akar pada tumbuhan paku tidak berkembang dari kutub akar. Berlainan dengan

Spermatophyta yang lembaganya bersifat bipolar, zigot Pteridophyta

dikatakan unipolar. Akar yang keluar pertama tidak dominan, melainkan segera disusul oleh akar-akar lain yang semuanya keluar dari batang,


(21)

sehingga pembentukan akar seperti ini dikatakan homorhizie sedang pada Spermatophyta yang akar-akarnya keluar dari kutub akar dan seringkali tidak sama besar itu dinamakan allorhizie (Idrus and Syukur, 1996). Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar yang pertama kali keluar tidak dominan, tetapi segera disusul oleh akar-akar yang lain (Holttum, 1959; Smith, 1979).

Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang, pendek , merambat atau memanjat. Batang tumbuhan paku bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-cabang ke samping, cabang-cabang baru itu tidak pernah keluar dari ketiak daun. Pada tumbuhan paku terdapat banyak daun, yang dapat tumbuh terus sampai lama.

Dalam akar, batang, dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang tersusun atas bagian floem dan xilem, yang belum terdapat pada tumbuhan lain yang lebih rendah tingkat perkembangannya seperti pada lumut. Sebagai jalan pengangkut air telah terdapat trakea (kecuali pada

Pteridium). Berkas-berkas pengangkut itu umumnya tersusun konsentris amfikribral(xilem di tengah dikelilingi oleh floem). Dalam batang seringkali terdapat lebih dari satu berkas pengangkut, seperti adanya trakeida. Dinding trakeida berkayu untuk menambah kekuatan untuk mendukung tunas-tunas sehingga berkembang menjadi tumbuhan darat yang bercabang-cabang bahkan seringkali berbentuk pohon seperti pada paku tiang (Idrus dan Syukur, 1996).

Daun tumbuhan paku terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai dan helaian daun. Helaian daun ini dapat tunggal, tetapi umumnya majemuk


(22)

bersirip, pada gilirannya tiap pina kadang-kadang berlekuk lagi dalam berbagai bentuk. Cara tumbuh daun paku-pakuan merupakan salah satu cirinya yang paling menonjol. Daun tumbuhan bunga memulai pertumbuhannya dengan fase permulaan yang singkat, dicirikan dengan aktifitas meristem ujung. Pertumbuhan dilanjutkan secara merata pada seluruh bagian daun. Pada daun paku-pakuan, seluruh jaringannya terbentuk melalui pertumbuhan ujung yang lama dan terus-menerus. Daun-daun pada tumbuhan paku biasanya disebut ental (frond). Pada umumnya ental mengumpul atau menyebar di sepanjang rimpang. Ental pada tumbuhan paku biasanya menggulung oleh karenanya disebut coil

atau gelung. Ental terdiri atas stipe, rachis, dan lamina. Stipe merupakan bagian pangkal ental yang strukturnya berkayu; stipe analog dengan

petiola. Setiap jenis tumbuhan paku memiliki bentuk ental yang khas (Idrus dan Syukur, 1996).

2.2. Cara Hidup dan Penyebaran Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku umumnya hidup di daerah beriklim basah. Keanekaragaman jenisnya paling banyak ditemukan di hutan hujan tropis dibandingkan dengan kawasan hutan lainnya. Jones (1987) mengelompokkan hutan hujan tropis sebagai vegetasi tumbuhan paku mulai dari hutan dataran rendah, hutan ketinggian sedang, dan hutan dataran tinggi. Menurut Parris (1993) bahwa tumbuhan paku juga tumbuh di vegetasi tumbuhan lainnya, termasuk di hutan mangrove, seperti jenis paku Acrostichum speciosum Wild. Pada daerah padang rumput di dekat pantai yang ditumbuhi oleh alang-alang juga terdapat sedikit tumbuhan paku.


(23)

Berdasarkan cara hidupnya Holttum (1966) mengelompokan tumbuhan paku menjadi 6 kelompok, yaitu :

1. Tumbuhan paku yang akarnya di tanah dan tidak memanjat; terdiri dari tumbuhan paku yang menyukai cahaya dan tahan naungan.

2. Tumbuhan paku panjat memulai hidupnya di tanah, kemudian

memanjat pohon, terkadang dapat mencapai bagian-bagian pohon yang sangat tinggi.

3. Tumbuhan paku yang hidup di pohon (epifit) terdiri dari tumbuhan paku yang hidup di bawah naungan, seringkali menempel pada batang pohon dekat dengan permukaan tanah, serta jenis-jenis yang hidup di tempat-tempat terbuka.

4. Jenis-jenis yang menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tertentu seperti batu-batuan dan daerah pinggiran sungai.

5. Tumbuhan paku yang hidup di air (reofit)

6. Tumbuhan paku yang hidup di pegunungan yang tinggi.

Tumbuhan paku teresterial terdiri dari jenis-jenis yang menyukai cahaya dan jenis-jenis yang membutuhkan naungan. Kelompok tumbuhan paku yang suka cahaya dominan adalah dari jenis-jenis Nephrolepis dan

Gleichenia, sedangkan jenis tumbuhan paku tahan naungan yang mencolok adalah jenis-jenis dari Angiopteris. Jenis-jenis Angiopteris

memiliki ukuran yang besar, bahkan lebih besar dibandingkan paku pohon (Bambang, 2002).

Tumbuhan paku epifit bersama-sama dengan anggrek merupakan komunitas epifit yang dominan di hutan Dipterocarpaceae, baik dalam hal ruang yang ditempati maupun jumlah individunya (Azemi et al., 1996).


(24)

Menurut Partomihardjo (1991), jumlah jenis tumbuhan paku epifit relatif lebih sedikit, dan umumnya tersebar merata pada berbagai jenis pohon.

Secara umum kolonisasi epifit dibatasi oleh penyebaran biji (spora) atau adanya tempat yang sesuai untuk pertumbuhan. Jenis-jenis hutan yang berbeda akan menghasilkan variasi epifit yang berbeda. Sedangkan variasi tipe-tipe vegetasi ditentukan oleh iklim dan ketinggian tempatnya (Shaw and Bergstrom, 1997).

Mengingat jumlah jenisnya yang banyak, tumbuhan paku dapat dijumpai dari tepi pantai sampai pegunungan yang tinggi. Pada umumnya penyebaran tumbuhan paku ini cukup luas karena dilakukan melalui spora. Organ ini sangat efisien untuk kepentingan penyebaran karena dapat mencapai tempat-tempat yang jauh dengan bantuan angin serta dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak. Dengan cara demikian sebagian dari spora tersebut dapat menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya (Bambang, 2002).

Pola penyebaran tumbuhan paku juga tergantung pada sifat fisik kimia lingkungan maupun keistimewaan biologis masing-masing individu. Michael (1994) mengelompokkan pola penyebaran ini menjadi tiga kategori yaitu (1) penyebaran teratur atau seragam, individu-individu terdapat pada tempat-tempat tertentu dalam komunitas; (2) penyebaran acak, individu-individu menyebar pada beberapa tempat dan mengelompokan pada tempat-tempat lainnya; serta (3) penyebaran berumpun, individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri atau terpisah.


(25)

2.3. Siklus Hidup Tumbuhan Paku

Pembentukan spora merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup tumbuhan paku. Spora-spora yang ukurannya kecil dihasilkan dalam kotak spora. Berdasarkan bentuk spora yang dihasilkan, tumbuhan paku digolongkan ke dalam paku homospora, paku heterospora, dan paku peralihan. Tumbuhan paku mempunyai dua generasi yang bergantian. Tumbuhan paku homospora yang dicirikan oleh bentuk tubuh yang besar dan berdaun, merupakan generasi sporofit yang menghasilkan spora. Spora yang jatuh ke permukaan tanah akan berkecambah dan

berkembang menjadi struktur yang berbentuk jantung, pipih, dan berwarna hijau yang disebut protalium. Protalium ini membentuk organ kelamin jantan (anteridium) dan kelamin betina (arkegonium) akan menghasilkan gamet-gamet yang merupakan struktur utama gametofit


(26)

Gambar 1. Siklus Hidup Tumbuhan Paku (Banjamin Cummings, 2005)

Pada tahap fertilisasi air dan kelembaban memiliki peran yang sangat penting. Dengan jumlah air yang sedikit saja sudah memungkinkan sperma berenang mendekati telur dan membuahinya (Holttum, 1959; Piggott and Piggott, 1988). Setelah terbentuk zigot akan melakukan pembelahan mitosis di dalam arkegonium, kemudian berkembang menjadi embrio. Zigot yang terbentuk membelah diri menjadi empat kuadran yang kemudian berkembang menjadi daun, batang, akar, dan kaki sporofit muda. Kaki adalah struktur yang hanya berkembang pada embrio tidak terdapat pada sporofit dewasa. Organ ini menembus jaringan protalium,

menyerap air dan makanan untuk keperluan akar, rimpang dan daun selama organ-organ ini belum mandiri. Protalium merupakan tumbuhan autotrof yang mandiri, bahkan dapat menunjang tahap awal kehidupan sporofit embrionya. Protalium kemudian mati setelah sporofit mampu hidup sendiri. Sporofit yang sudah dewasa dicirikan oleh munculnya

sporangium pada permukaan bawah daunnya (Sastrapradja et al., 1985).

2.4. Manfaat dan Khasiat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dapat bermanfaat dalam berbagai hal diantaranya tumbuhan paku dapat dijadikan objek yang menarik sebagai tanaman hias, tumbuhan paku ini misalnya marga Adiantum (suplir), Platycerium

(paku tanduk rusa), dan jenis Asplenium nidus (paku sarang burung). Pada beberapa jenis tumbuhan paku juga dapat dimanfaatkan sebagai sayuran seperti Diplazium esculentum (paku sayur), Aspedium repandum


(27)

(paku tikus). Dalam hal untuk pengobatan jenis tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan adalah Selaginella plana (paku rane) digunakan sebagai pembersih darah dan Eqeuisetum debile (paku ekor kuda) digunakan sebagai obat analgesik. Dalam bidang pertanian, Azolla pinata

(paku air) yang bersimbiosis dengan Anabaena (ganggang hijau) digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan cara mengikat nitrogen bebas dari udara (Heyne, 1987; Ogata et al., 1985).

2.5. Gambaran Umum Curug Cikaracak

Curug Cikaracak merupakan hutan terbuka hijau yang sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar karena terdapat air terjun. Curug ini terletak di bagian Barat dari Gunung Gede Pangrango, yang berada di desa Cinagara Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dengan jarak lebih kurang 10 km dari pusat kota Bogor. Bagian Timur, Selatan dan Utara berbatasan dengan Gunung Gede Pangrango, dan bagian Barat berbatasan dengan daerah persawahan warga sekitar.

Iklim di sekitar Curug ini mempunyai tipe iklim A sampai tipe iklim C. Area dengan tipe iklim ini dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kering. Hujan pada kawasan ini relatif panjang yakni berkisar antara Januari sampai Juli, sedangkan musim kering sangat pendek yakni berkisar antara bulan Agustus sampai Nopember. Curah hujan antara 1500 - 2000 mm/tahun, dengan suhu rata-rata 230 C – 29,50 C dan kelembabannya sekitar 40%. Topografi wilayah umumnya datar bergelombang dengan sisi-sisinya bertebing sampai berbukit, terletak


(28)

pada ketinggian ± 60 m di atas permukaan laut. Tanahnya termasuk tanah podsolik dengan variasi merah sampai kecokelatan.

Vegetasi Curug Cikaracak didominasi oleh tanaman tingkat tinggi yaitu pohon pinus dan cemara. Selain itu terdapat tumbuhan air seperti alga. Fauna yang dapat ditemukan yaitu jenis-jenis ikan air tawar, pacet, keong dan beberapa serangga seperti capung, belalang, kupu-kupu dan laba-laba.


(29)

BA B III

ME TO DE PE NE LIT IAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekitar Curug Cikaracak, Bogor, Jawa barat. Dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai September 2006. Pada peta dibawah ini dapat di lihat gambaran lokasi Curug Cikaracak Bogor.


(30)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (Gunther, 2003)

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah spesimen tumbuhan paku yang ditemukan di sekitar Curug Cikaracak Bogor dan alkohol 70 %. Alat-alat yang digunakan adalah gunting stek untuk memotong spesimen, kantong plastik berukuran 50 x 75 cm, buku catatan, alat tulis, kamera, kertas koran, dan tali rapia, altimeter untuk mengukur ketinggian area sekitar, termometer untuk mengukur suhu, dan mikroskop untuk pengamatan di laboratorium.

3.3. Cara Kerja

Metode untuk mengetahui semua jenis paku di Curug Cikaracak adalah dengan melakukan eksplorasi, yaitu dengan menjelajahi area Lokasi

ngambilan Sampel


(31)

Curug Cikaracak. Rute penjelajahan dimulai dari titik air terjun curug sampai ke daerah persawahan mengikuti daerah aliran sungai dengan radius 20 m dari tepi kiri dan kanan sungai. Selain itu juga dikumpulkan spesimen tumbuhan untuk dibuat herbarium sebagai bahan penelitian.

Cara kerja yang akan di lakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Pengambilan sampel untuk masing-masing jenis tumbuhan paku, yang ada dan ditemukan di area sekitar Curug Cikaracak. Data lapangan yang dicatat adalah cara hidup (epifit, reofit, dan teresterial), warna daun, tempat tumbuh (terbuka atau bawah naungan) dan faktor eksternal lainnya seperti suhu, kelembaban dan ketinggiannya.

2. Pembuatan herbarium tumbuhan paku dibuat dengan menggunakan teknik herbarium kering. Spesimen yang akan dibuat herbarium harus lengkap, terdiri dari akar, batang dan daun yang disertai spora. Spesimen yang akan dibuat akan dibuat herbarium di seleksi yang terbaik untuk setiap jenis paku. Selanjutnya spesimen tersebut dirapihkan dan diletakkan pada sehelai lipatan kertas koran sambil dibasahi dengan alkohol 70 %, tujuannya agar proses pengeringan lebih cepat dan terhindar dari serangan jamur. Spesimen yang telah dibasahi dan ditata rapi dalam kertas koran diapit atau dipres dengan kardus, kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung dengan posisi berdiri sambil dibolak-balik kemudian ditutup dengan koran. Spesimen tetap dijemur sampai benar-benar kering.

Spesimen yang telah kering ditempel (mounted) pada kertas tebal atau karton dengan cara dijahit atau dilem bagian-bagian tertentu selanjutnya pada sisi kanan karton yang telah ditempeli spesimen diletakkan label yang berisi keterangan-keterangan nama


(32)

famili, jenis/spesies, nama kolektor, tanggal, tempat dan deskripsi tumbuhan.

3. Di laboratorium dilakukan identifikasi terhadap semua jenis tumbuhan paku yang ditemukan dan diambil di Curug Cikaracak, Bogor. Indentifikasi dengan melakukan pengamatan terhadap semua bagian atau sifat dari tumbuhan paku tersebut seperti spora, daun dan batangnya. Selain itu juga identifikasi menggunakan pustaka acuan diantaranya Holttum (1991), Duncan dan Isac (1986), Sastrapradja dan Afriastini (1985), Piggot and Piggot (1988). Indentifikasi juga dibantu dengan memanfaatkan koleksi material herbarium di Herbarium Bogoriense.


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-jenis Tumbuhan Paku

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan di Curug Cikaracak, Bogor ditemukan 15 famili, 19 marga dari 30 jenis tumbuhan paku dengan tiga cara hidup yaitu reofit, epifit dan teresterial (tabel 1). Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Brummit tahun 1999 jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Curug Cikaracak adalah sebagai berikut

Tabel 1 : Jenis Tumbuhan Paku dan Cara Hidupnya di Curug Cikaracak, Bogor, Jawa barat.

Cara Hidup

No. Famili Jenis (Spesies) Reofit Epifit Teresterial

1 Adiantum tenerum +

Adiantaceae

Cheilanthes tennifolia +

Asplenium caudatum +

A. cuneatum +

A. nidus +

A. salignum +

2 Aspleniaceae

A. tenerum +

3 Blechnaceae Blechnum vulcanicum + 4 Cyatheaceae Cyathea contaminans + 5 Dicksoniaceae Dicksonia blumei + 6 Gleicheniaceae Gleichenia linearis +


(34)

G. microphyla +

7 Hymenophyllaceae Hymnenophyllum

javanicum +

8 Lomariopsidaceae Bolbitis sinuata +

9 Lycopodium carinatum +

Lycopodiaceae

L. cernuum +

10 Marattiaceae Angiopteris avecta +

11 Nephrolepsis bisserata +

N. falcata +

Oleandraceae

N. hirsutula +

12 Arcypteris irregularis +

Drynaria sparsisora +

Phymatodes longissima + +

Polypodiaceae

Polypodium papillosum +

13 Selaginella ornata +

Selaginellaceae

S. willdenowii

14 Vittariaceae Vittaria elongata +

15 Atryrium dilatatum +

A. marcocarpum +

Woodsiaceae

A. sorzogonense +

Total 1 11 19

Dari 30 jenis paku tersebut termasuk ke dalam 15 famili, dimana

Aspleniaceae merupakan famili yang memiliki keanekaragaman jenis yang paling tinggi yaitu 5 jenis. Famili Polypodiaceae memiliki keanekaragaman jenis sebanyak 4 jenis. Oleandraceae dan Woodsiaceae

ditemukan masing-masing 3 jenis. Adiantaceae, Gleicheniaceae,

Lycopodiaceae dan Selaginellaceae adalah famili yang memiliki keanekaragaman jenis sebanyak 2 jenis. Famili dengan satu jenis adalah


(35)

Blechnaceae, Cyatheaceae, Dicksoniaceae, Hymenophyllaceae, Lomariopsidaceae, Marattiaceae,dan Vittariaceae (tabel 1).

Cara hidup tumbuhan paku yang ditemukan pada Curug Cikaracak ini ada tiga yaitu reofit, epifit dan teresterial. Sebagian besar tumbuhan paku ini teresterial (19 jenis) yaitu tumbuhan paku yang hidup dipermukaan tanah. Hanya satu jenis paku reofit (pada permukaan/dalam air) yaitu Asplenium salignum. Pada tahun 2002 telah dilakukaon penelitian oleh Oktavianingsih tentang paku reofit di sepanjang sungai di sukabumi dan diperoleh sebanyak 6 jenis. Tumbuhan paku reofit di curug Cikaracak hanya ditemukan satu jenis, hal ini dikarenakan debit air di curug pada saat pengambilan sampel tidak banyak. Tumbuhan paku yang ditemukan secara epifit yaitu menempel di pohon diantaranya Asplenium caudatum, Asplenium cuneatum, Asplenium nidus, Asplenium tenerum, Lycopodium carinatum, Lycopodium cernuum, Drynaria sparsisora, Polypodium papillosum, Pymatodes longissima, dan Vittaria elongata

(tabel 1).

Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Curug Cikaracak, Bogor umumnya hanya tumbuh dengan satu tipe cara hidup yang berbeda. Ada beberapa jenis yang bisa hidup pada beberapa cara hidup, yaitu Pymatodes longissima yang hidup secara epifit dan teresterial. Jenis tumbuhan paku ini dapat hidup pada tipe cara hidup reofit dan teresterial (Sastrapradja, et.al, 2002). Namun pada penelitian ini jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan umumnya hidup pada satu cara hidup. Hal ini disebabkan oleh penyebaran spora yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu dan ketinggian, angin dan karakter


(36)

tumbuhan paku itu sendiri seperti bentuk spora, daya lenting spora dan rimpang tumbuhan paku.

4.2. Deskripsi jenis-jenis Tumbuhan Paku

Famili Adiantaceae

Paku tanah, Akar menjalar. Rimpang tegak. Batang hitam mengkilap. Daun majemuk. Sori pada sisi bawah daun, di bawah tepi taju daun yang menggulung, juga berfungsi sebagai selaput penutup (Brummit, 1999)

1. Adiantum tenerum

Jenis tumbuhan paku ini tumbuh berumpun dengan anakan yang banyak dan rapat. Batangnya tidak nampak, Sering membentuk rimpang di dalam tanah. Dari rimpang keluar anakan dan daun (ental). Daun yang ditemukan di Curug Cikaracak memilki panjang 26–50 cm, sementara Sastrapradja, et.al (2002) mengatakan ukuran daun jenis tumbuhan ini sekitar 35–60 cm. Tangkai hitam mengkilat dan licin. Bentuk helaian daun agak memanjang, dengan tepi bagian bawah agak rata, daun melekuk membentuk delta yang merupakan tempat spora dalam indusia.


(37)

Gambar 3. Jenis Tumbuhan Paku Rumpun (Adiantum tenerum)

Distribusi : di seluruh daerah yang beriklim tropis (Sastrapradja, et.at. 2002).

Nama daerah : Paku Rumpun

Manfaat : Sebagai tanaman hias.

Catatan : Dari semua jenis Adiantum, Adiantum tenerum merupakan jenis yang paling dulu dikenal sebagai tanaman hias. Di alam sering ditemukan tumbuh di tepi-tepi sungai bersama dengan jenis paku lainnya. Menyukai tempat-tempat yang lembab pada tanah cadas yang agak kering dan berbatu-batu (Sastrapradja,et.al. 2002).


(38)

2. Cheilanthes tennifolia

Jenis tumbuhan paku ini mempunyai bentuk yang ramping. Rimpang jenis ini menjalar pendek dan bercabang. Cabang-cabang dari tumbuhan paku ini banyak sekali dan keras seperti kawat. Jenis tumbuhan paku ini memiliki tangkai daun yang berwarna ungu gelap. Tangkai daun ini ditumbuhi oleh bulu-bulu yang memiliki warna cokelat. Bulu-bulu akan menghilang bila tanaman sudah mulai dewasa. Daun tumbuh dengan tegak yang beralur pada permukaan bagian atas. Panjang daun jenis yang ditemukan di curug yaitu 48 cm. Ukuran ini lebih pendek dengan apa yang dikatakan oleh Sastrapradja, et.al (2002) yaitu 80 cm. Daun ini menyerupai bentuk segi tiga, menyirip ganda dua sampai tiga. Helaian masing-masing daun sempit dan bentuk daun tumbuhan ini adalah jorong dan tumpul pada bagian ujung daun. Daun tersebut tipis, akan tetapi kuat. Sori terdapat di bawah permukaan daun, yang letaknya menyebar sepanjang tepi daun.

Distribusi : Amerika, Polinesia, Asia, Australia dan Pasifik. (Sastrapradja,


(39)

Gambar 4. Paku Lumut (Cheilanthes tennifolia) (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah: Paku Lumut.

Manfaat : Air rebusan dari daun dan tangkai digunakan untuk mencuci kepala, dapat mempercepat pertumbuhan rambut, dapat digunakan sebagai obat panas untuk anak-anak dan sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Catatan : Jenis ini pada umumnya tumbuh di tempat-tempat berbatu pada tanah-tanah merah yang mendapat sinar matahari banyak, tidak menyukai tempat yang berair (Sastrapradja, et.al, 2002). Sering dijumpai tumbuh bersama-sama alang-alang atau rerumputan, dihutan savana, hutan sekunder dan juga pada hutan-hutan kayu putih (Sastrapradja, et.al, 2002).


(40)

Paku epifit. Akar pendek menjalar, halus bersisik tebal berwarna cokelet. Batang pendek, tegak, cokelat dan hitam. Daun majemuk tunggal atau majemuk. Bentuk daun roset, segitiga, jorong, tepi daun bergigi ujung runcing. Sori terletak di permukaan bawah, tepi, dan tulang anak daun.

1....A splenium caudatum

Jenis tumbuhan ini memiliki rimpang yang pendek. Ujung tunas bersisik dengan warna coklat dan sisik tersebut dapat mencapai panjang 1 cm. Pada setiap pohon memiliki jumlah daun yang cukup banyak. Daun-daun ini menyirip yang tumbuhnya tegak. Panjang tiap Daun-daun mencapai 65 cm lebih dan tiap daun terdiri atas anak-anak daun yang letaknya saling berpasangan. Anak daunnya tidak bertangkai, bercuping dangkal dan tepinya bergigi. Pangkal anak daunnya besar sebelah, sedangkan ujungnya lancip. Permukaan atas daunnya berwarna hijau gelap, mengkilap. Sori tumbuhan paku ini terletak di kiri dan kanan bagian tengah tulang daun, menyusun diri dengan rapat-rapat dan hampir sejajar dengan tulang daun. Bentuk sorinya memanjang. Perbanyakan diri dapat dilakukan melalui rimpang dan sporanya. Kedua cara tersebut menghasilkan pertumbuhan yang cepat. (Sastrapradja, et.at. 2002).

Distribusi : Sumatra, Jawa, Sulawesi (Sastrapradja, et.at. 2002).


(41)

Manfaat : Tumbuhan paku ini dapat digunakan sebagai tanaman hias dengan media tanam menggunakan tanah yang berbatu dicampur dengan pecahan-pecahan tembok (Sastrapradja, et.at. 2002).

2....A

splenium cuneatum

Gambar 5. Paku kelor atau Asplenium cuneatum (Sastrapradja, et.at.

2002).

Rimpang dari tumbuhan paku ini memiliki bentuk yang pendek, sehingga letak antara daun satu dengan yang lainnya saling berdekatan. Bentuk daun segitiga tersusun atas anak-anak daun yang susunannya menyirip ganda dua atau lebih. Daun yang ditemukan di Curug Cikaracak memiliki panjang antara 15- 67 cm dengan struktur daun yang kaku, dan


(42)

permukaan atasnya mengkilap. Bentuk helaian anak daun seperti kipas sempit yang tepinya bergerigi. Anak daun letaknya di pangkal yang umumnya bercuping dalam sampai berbagi dan bertangkai pendek sekali, sedangkan yang letaknya di ujung menyatu, menjadi ujung ental yang bentuknya lancip sekali. Akar tumbuhan paku ini berukuran kecil, kaku seperti kawat dan memiliki warna yang hitam. Sori atau kantong sporanya tumbuh pada tulang daun bagian tengah, dan bentuknya memanjang. Perbanyakan tumbuhan paku ini melalui rimpang karena lebih cepat dewasa daripada bila diperbanyak melalui spora.

Distribusi: jenis tumbuhan paku ini berasal dari Brazil dan sekarang tersebar luas di daerah tropis (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah: Paku kelor

Manfaat : Bentuk daun dari tumbuhan paku yang indah serta jumlahnya yang banyak memungkinkan jenis ini dijadikan tanaman hias, dengan menempelkannya pada batang-batang pohon atau lempengan paku tihang karena paku ini bersifat epifit (Sastrapradja, et.al, 2002).


(43)

Gambar 6. A. nidus Jenis Tumbuhan Paku Epifit

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang tegak, seluruh permukaan ditutupi oleh sisik dengan warna coklat. Tangkai daun berwarna hitam dengan panjang sampai 2,8 cm. Bentuk helaian daun sederhana, panjang sampai 43 cm, berumbai, bentuk roset dengan ujung runcing, tekstur keras dan licin. Sori linear, pada setiap tulang daun, terletak submarginal pada setiap tepi urat-urat daun. Warna daun bagian bawah lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daunnya. Pada garis-garis ini spora melekat. Tangkainya sangat pendek dan tidak tampak karena tertutup oleh bulu-bulu halus. Letak daun tersusun pada batang yang sangat pendek, melingkar membentuk


(44)

keranjang. Tertancapnya daun yang melingkar pada batang jika dilihat dari samping tampak seperti sarang burung.

Distribusi ; Queensland bagian utara-Timur, Afrika, Asia selatan sampai Cina, New Guinea sampai Tahiti dan Hawaii (Andrews, 1990). Dapat tumbuh di daerah pantai sampai di daerah pegunungan dengan ketinggian 2.500 m dpl. Di alam bebas sering ditemukan tumbuh menumpang pada batang-batang pohon yang tinggi (epifit). Jenis menyukai tempat yang lembab dan tidak tahan terhadap sinar matahari langsung (Sastrapradja,

et.al, 2002).

Nama daerah: Paku Sarang burung.

Manfaat : Digunakan sebagai obat penyubur rambut. Daun dari paku ini ditumbuk sampai halus dan dicampur dan parutan kelapa, kemudian airnya disaring dan digunakan untuk mencuci rambut. Selain itu juga sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Catatan : Menurut Holttum (1966) A. nidus memiliki masa akar yang besar (termasuk humus yang terperangkap di dalamnya) yang dapat menyerap air hujan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan lain sering kali mengambil keuntungan dari kondisi ini. Pada batang yang ada di bawah Paku Sarang Burung sering kali ditemukan adanya lumut atau jenis-jenis tumbuhan paku lainnya yang memanfaatkan kelebihan air yang selalu menetes dari daun penyangganya (Bambang, 2002).


(45)

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang berukuran pendek dan tumbuh menjalar. Rimpang-rimpang ini tahan terhadap genangan air. Pada saat masih muda paku ini memiliki daun tunggal, bentuknya seperti pita dengan ujung yang lancip. Pada saat dewasa, daun tersebut menyirip dengan anak-anak daun yang jumlahnya sekitar 7 helai dan panjang daun kurang lebih 24 cm. Tiap helaian anak daun berukuran antara 7-17 cm dengan panjang tangkai 1 cm, helaian anak daun berbentuk lanset dengan ujung yang lancip. Helaian anak daun yang letaknya di ujung, berukuran lebih besar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau gelap mengkilap. Spora tumbuh pada tulang anak-anak daun dan berbentuk memanjang. Bila masih muda kumpulan spora tersebut ditutupi oleh selaput daun tipis dan akan membuka ke atas apabila telah dewasa. Dalam pengamatan, tampak bahwa sori tumbuhan paku ini tersusun menjadi dua baris dan terpusatkan pada area tengah daunnya. Pangkal anak daunnya sering menghasilkan tunas baru. Tunas ini bermanfaat untuk perbanyakan diri, selain melalui spora.

Distribusi : Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi Jenis ini dapat tumbuh mulai dari ketinggian 100 m sampai pada ketinggian 2.100 m lebih (Sastrapradja, et.al, 2002).


(46)

Gambar 7. Paku antu atau Asplenium salignum (Sastrapradja, et.al, 2002)

Nama daerah : Paku antu

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.at. 2002).

Catatan : Umumnya jenis paku ini tumbuh ditanah (teresterial), tetapi dapat pula tumbuh menempel pada batang-batang pohon besar. Bila tumbuh secara epifit, daun-daun tumbuhan paku ini berjumabai ke bawah.

5. Asplenium tenerum

Rimpang yang dimiliki tumbuhan paku ini berukuran pendek, tumbuh tegak. Akar-akar jenis paku ini banyak, berambut halus dan tebal, warnanya coklat, dengan tangkai beralur pada permukaan bagian atas dan bersisik jarang. Daun jenis paku ini memiliki panjang 20 – 29 cm bersirip sederhana yang letaknya berdekatan sekali akan tetapi tidak saling menutupi, terdapat 20 – 30 pasang daun, tangkai daun pendek atau daun duduk. Siripnya semakin mengecil dan akhirnya membentuk satu daun. bentuk daun jorong, tepinya bergigi, warnanya hijau terang. Spora


(47)

terdapat di bawah permukaan daun, letaknya sejajar dengan anak tulang daun.

Distribusi : mempunyai daerah penyebaran yang luas, meliputi kawasan Srilangka, Polinesia dan Tonkin bagian utara (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah: Paku Alai.

Manfaat : Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah (Sastrapradja, et.a,

2002).

Famili Blechnaceae

Paku tanah atau teresterial. Akar tebal, banyak. Batang pendek. Daun menyirip. Sori terletak di bawah permukaan daun.

1. Blechnum vulcanicum


(48)

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang pendek, tetapi tebal. Rimpang ini tertutup oleh bulu-bulu yang kasar. Akar tumbuhan paku ini mempunyai jumlah yang banyak. Jenis paku ini memiliki dua macam daun, yaitu yang subur dan yang mandul. Kedua daun tersebut tersusun oleh anak-anak daun yang letaknya menyirip. Di bagian tulang daun utama, anak-anak daun ini menyatu, yang sebenarnya anak-anak daun ini hanya merupakan lekukan daun utama yang sangat dalam. Ukuran daun tanpa tangkai adalah antara 15 – 28 cm. daun subur jenis ini memiliki anak-anak daun yang sempit. Kumpulan kantong spora tumbuhan paku ini berada dibagian bawah daun subur ini. Tumbuhan paku ini memiliki bentuk barisan yang memanjang, tersebar, kecuali di sepanjang tulang anak daunnya.

Distribusi : Asia, Asutralia, malesia dan Pasifik (Andrews, 1990).

Nama daerah : Paku Gunung.

Famili Cyatheaceae

Paku teresterial. Akar kasar, rapat dan tebal. Batang panjang hitam. Daun tunggal, helaian daun berpasangan.


(49)

Gambar 9. Paku pohon atau Cyathea contaminans

(Sastrapradja, et.al, 2002).

Bentuk yang ramping dimiliki oleh jenis tumbuhan paku ini dengan warna batang hitam yang ditutupi oleh akar-akar kasar, rapat dan tebal. Pada batang tumbuhan paku ini terdapat lekukan-lekukan dangkal bekas tangkai daun melekat. Jenis tumbuhan paku ini memiliki batang yang tinggi sampai mencapai ukuran antara 4 – 5 m. Tetapi Sastrapradja, et.al.

(2002) mengatakan ukuran jenis tumbuhan paku ini sekitar 6 – 7 meter.

Pada bagian ujung batang bercabang dengan panjang tangkai daun jenis tumbuhan paku ini sampai 1 m, berwarna pucat, berduri keras, berbulu coklat halus dan menyirip ganda. Daun jenis ini tak bertangkai, dengan helaian daun bertoreh dalam dan letak helaian daun


(50)

berpasang-pasangan. Jenis tumbuhan paku ini tidak mempunyai indusia, yaitu penutup kantung spora. Kantung-kantung spora terletak di antara anak tulang daun, berkelompok-kelompok berbentuk bulat.

Distribusi : Asia, Australia (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah: Paku pohon.

Manfaat : Jenis tumbuhan paku ini sering dijadikan sebagai tanaman hias dan pada pangkal batang dapat digunakan sebagai obat (Sastrapradja.

et.al. 2002).

Catatan : Di alam jenis tumbuhan paku ini tumbuh tidak menyendiri, melainkan bercampur dengan jenis-jenis lain. Kadang-kadang berkelompok dan banyak dijumpai pada lereng-lereng pegunungan baik yang terbuka maupun tempat-tempat yang terlindungi (Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Dicksoniaceae

Paku teresterial. Akar tebal, rapat dan kuat. Batang panjang. Daun lurus panjang dan mengkilap.

2. Dicksonia blumei

Bentuk dari jenis tumbuhan paku ini adalah ramping, dengan mahkota daun yang seperti pohon kelapa. Jenis tumbuhan paku ini memiliki panjang sampai 2 meter, melengkung ke bawah, dan meyirip ganda dua, serta terdapat duri-duri kasar dan pendek. Daun-daun yang


(51)

masih kuncup ditutupi oleh bulu-bulu halus, panjang, lurus dan mengkilat, dengan warna coklat muda sampai coklat tua. Bulu-bulu ini masih tetap ada terutama pada bagian pangkal daun sampai daun itu dewasa. Anak-anak daun jenis tumbuhan paku ini berlekuk dalam. Indusia terletak pada tepi daun, berderet, dengan bentuk yang bulat.

Biasanya banyak terdapat di lereng-lereng gunung pada tanah-tanah cadas. Jenis ini pernah dilaporkan dapat dipergunakan sebagai obat pencegah pendarahan selain itu juga ditanam sebagai tanaman hias.

Distribusi : Tumbuhan ini dapat hidup pada ketinggian di atas 100 m dpl. Asia, Australia, Pasifik (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah: Paku kidang.

Manfaat : Sebagai obat untuk mencegah pendarahan dan sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).


(52)

(Sastrapradja, et.al,

Famili Gleicheniaceae

Paku tanah atau teresterial. Akar panjang, merayap. Batang ramping, menjalar. Daun menggarpu tunggal/ganda bentuk oblong dengan tepi berlobus. Sori di dekat ibu tulang daun.

1. Gleichenia linearis

Gambar 11. Paku rasam atau Gleichenia linearis

(Sastrapradja, et.al, 2002).

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang panjang dengan ditutupi sisik berwarna coklat. Tangkai daun tegak, sangat panjang,


(53)

dengan warna coklat sampai ungu kecoklatan. Rakis utama memiliki ukuran yang panjang dan tumbuh tunas pada bagian ujung. Cabang rakis tumbuh setelah ruas pertama. Helaian daun jenis ini memiliki bentuk oblong dengan tepi berlobus dalam dan ujung daun membulat, pada daun muda ditutupi oleh rambut-rambut berwarna merah kecoklatan. Sori terletak dekat ibu tulang daun pada setiap segmen, dan penyebaran sori terbatas disepanjang tulang daun. Masing-masing sorus terdiri atas kira-kira 10 -15 sporangia. Jenis paku ini tidak memiliki indusia, oleh karena itu perkembangbiakkan dengan spora sangat mudah dilakukan.

Jenis paku ini banyak ditemukan di pegunungan rendah, hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa pada vegetasi tersebut telah mengalami gangguan yang disebabkan adanya penebangan liar, perambah hutan terutama terdapat di lokasi yang berbatasan langsung dengan tempat pemukiman transmigrasi untuk dijadikan lahan persawahan, yang nantinya meninggalkan ruang-ruang terbuka. Pada kondisi yang demikian Gleichenia linearis dapat tumbuh dan subur dan berkembang lebih cepat.

Jenis tumbuhan paku ini menutupi hampir seluruh permukaan tanah yang ada di sekitar tempat tumbuhnya. Holttum (1966) mengamati bahwa tumbuhan ini dapat melindungi tanah dari erosi, karena akar dari tumbuhan paku ini dapat menembus tanah dengan tidak terlalu dalam. Dalam keadaan ternaungi, G .linearis juga masih dapat bertahan hidup dengan cara merambat ke batang pohon yang ada di dekatnya sampai ketinggian lebih dari 10 meter untuk mendapatkan cahaya matahari.


(54)

Nama daerah: Paku rasam.

Manfaat : Sebagai tanaman hias penutup tanah (Sastrapradja, et.al. 2002).

Catatan : Piggott and Piggott (1988) menyelidiki bahwa tumbuhan paku dari Gleicheniacea pada umumnya merupakan tumbuhan perintis di daerah terbuka.

2. Gleichenia microphyla

Jenis tumbuhan paku ini dicirikan dengan rimpangnya yang tumbuh menjalar dan berbentuk ramping. Rimpang-rimpang muda bersisik serta berambut kaku yang memiliki bentuk seperti bintang. Sisik itu berwarna merah coklat. Daun dari tumbuhan paku ini menggarpu tunggal atau ganda dan bertekstur kasar seperti kulit. Jenis tumbuhan paku ini memiliki sori yang tumbuh di bagian bawah daun, dengan masing-masing sori terdiri atas 2 - 3 daun spora.

Distribusi : Asia, Amerika, Australia, Pasifik, Malesia. Di Indonesia jenis paku ini sering ditemukan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Irian. Vegetasi dari tumbuhan paku ini adalah tumbuh di hutan-hutan yang ketinggiannya sekitar 100 – 3.350 m dpl, membentuk kelompok besar pada tebing-tebing batu di tempat terbuka.


(55)

Manfaat : sebagai tanaman yang dapat menahan curah hujan dengan baik (Sastrapradja, et.al. 2002).

Catatan : Pada umumnya jenis ini tumbuh di daerah yang datar serta terbuka dan tidak jarang membentuk padang paku pada bekas kawah atau di sekitar kawah yang masih aktif (Sastrapradja, et.al, 2002).

FamiliHymenophyllaceae

Paku epifit. Akar pendek, menjalar. Batang panjang, ramping tetapi kaku. Daun menyirip ganda tiga bentuk segitiga. Sori terletak di ujung anak daun.


(56)

Gambar 12. Paku Batu atau Hymnenophyllum javanicum (Sastrapradja, et.al, 2002).

Rimpang yang panjang dimiliki oleh jenis tumbuhan paku ini dengan bentuk langsing, tetapi kaku seperti kawat. Pada rimpang ini tumbuh daun-daun yang letak satu sama lainnya berjarak. Panjang tangkai daun jenis tumbuhan paku ini sekitar 3 – 4 cm. Pangkal daun ini tidak bersayap. Daun jenis tumbuhan paku ini sendiri tersusun menyirip ganda tiga dengan bentuk keseluruhan hampir seperti segitiga yang memanjang. Ukuran daun antara 5 – 13 cm dengan panjang dan 3 – 7 cm lebar, tanpa gagang. Helaian anak daun berukuran sempit dengan tekstur tipis seperti selaput, berwarna hijau gelap. Kantong spora tumbuhan paku ini terletak diujung anak-anak daun yang tertutup oleh 2 helai indusia yang memiliki bentuk yang bundar seperti telur, atau agak lonjong, dengan tepi yang bergigi tidak beraturan atau berlekuk pada bagian atasnya.

Distribusi : Jawa, Kep. Nusa Tenggara, Maluku dan Sumatra (Sastrapradja, et.al, 2002). Menurut Holttum, 1959 mengatakan penyebarannya terdapat pula di Srilangka, Australia dan Kepulauan Fiji.

Nama daerah : Paku Batu.

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).


(57)

Paku epifit atau teresterial, Akar pendek, menjalar. Batang panjang dan berdaging. Daun tunggal/menyirip ganda. Sori tidak ditemukan pada penelitian ini.

1. Bolbitis sinuata

Gambar 13. Paku Bengbem atau Bolbitis sinuate hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Ukuran daun tumbuhan paku ini umumnya lebih. Tangkai daun jenis paku ini tebal dan berdaging dengan panjang dapat mencapai 32 cm. Daun tumbuhan paku ini memiliki bentuk tunggal atau berganda menyirip 1 – 5 pasang. Helaian anak daun mandul berbentuk elips sampai lanset, dengan tepi daun rata atau agak bergelombang, dan berujung runcing. Tekstur daun tumbuhan paku ini tebal dan berdaging dengn warna hijau gelap. Daun subur lebih sempit daripada daun yang mandul. Anak-anak


(58)

daun berjumlah 12 – 15 pasang. Permukaan bawah daun subur ditutupi oleh spora yang warnanya coklat.

Distribusi : Jenis ini dapat ditemukan mulai dari daerah dataran rendah 20 m – 1.600 m dpl diantaranya Sumatra, Filipina, Siam (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah : Paku bengbem.

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.at. 2002).

Catatan : Pada bulan Mei spora tumbuhan paku ini dapat dijumpai. Tumbuhan paku ini dapat tumbuh di tepi sungai, pada batu yang tertutup lumut, di tempat yang rimbun. Selain itu juga dapat tumbuh di tanah yang berlumpur dan berhumus, humus berpasir, tanah berbatu yang agak becek serta pada batang pohon yang berlumut (Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Lycopodiaceae

Paku epifit. Akar menjalar. Batang kecil, menjalar kaku seperti kawat. Daun kecil, runcing dan keras. Sori tidak ditemukan pada penelitian.

1. Lycopodium carinatum

Jenis tumbuhan paku ini memiliki daun yang berukuran kecil. Ujung daun runcing dan keras. Daun-daun ini tumbuh melingkari batang. Batang jenis tumbuhan paku ini sendiri memiliki ukuran yang panjang


(59)

menjuntai, hal inilah yang menambah keindahan dari tumbuhan ini. Batang yang tergantung ini dapat mencapai 18 cm dan batang ini bercabang dua, dan setiap cabang akan bercabang dua lagi. Daun-daun subur jenis tumbuhan jenis ini tumbuhan paku ini tersusun dalam karangan yang disebut strobili. Letak strobili berada diujung percabangan batang. Strobili ini dapat mencapai panjang 20 cm. Tidak terdapat percabangan seperti pada batang.

Distribusi : Malesia, Borneo, Malaya Peninsula, Sumatra (Holttum, 1959). Dataran rendah hingga ketinggian 400 m dpl.

Nama daerah: Paku kumpai lubang.

Manfaat : Sebagai tananam hias (Sastrapradja, et.al. 2002).

2. Lycopodium cernuum

Jenis tumbuhan paku ini tumbuh di tanah (teresterial). Batang dari jenis tumbuhan ini berukuran kecil menjalar, kaku seperti kawat. bercabang-cabang tak beraturan. Daun kecil dan tumbuh rapat menutupi batang. Jenis tumbuhan paku ini memiliki daun-daun subur yang tersusun dalam bentuk bulir yang disebut strobili. Strobili tumbuh pada akhir percabangan, terletak tegak dan memiliki bentuk seperti bumbung.

Distribusi : india, Indonesia, Australia, Malesia.

Nama daerah: Paku kawat.

Manfaat : Dalam ubat-ubatan tradisional, paku-pakis ini berguna sekali. Air rebusannya apabila diminum dapat mengubati atau menyembuhkan batuk


(60)

dan lelah. Di samping itu, campuran daripada paku-pakis ini dengan sejenis getah yang disebut Lemon Swanggi (Heyne,1987) apabila ditumbuh halus dan dipanaskan dapat digunakan untuk mengubati luka atau kudis pada kulit dengan cara menampalkannya pada bahagian tersebut. Jenis tumbuhan paku ini banyak dijadikan sebagai tanaman hias, tetapi jenis ini juga dapat digunakan sebagai obat bisul, batuk dan sesak nafas (Sastrapradja, et.al. 2002).

Catatan : Jenis tumbuhan paku ini mudah dijumpai karena tumbuhan ini banyak terdapat tumbuh di daerah Asia tropika pada daerah terbuka maupun tertutup, bahkan tumbuhan ini masih bisa tumbuh di daerah-daerah yang kering dan ditanah yang miskin hara (Sastrapradja, et.al.

2002).

Gambar 14. Paku kawat atau Lycopodium cernuum (Sastrapradja, et.al.


(61)

Famili Marattiaceae

Paku teresterial. Akar tebal dan menjalar. Batang tidak nampak. Daun bersirip ganda. Sori terletak di sepanjang tepi bawah daun.

1. Angiopteris avecta

Gambar 15 Jenis Tumbuhan Paku dengan Cara Hidup Teresterial.

Jenis tumbuhan paku ini mempunyai perawakan yang besar tetapi tidak berbatang, pangkal batangnya menggembung sehingga mudah untuk membedakannya dengan jenis paku yang lain. Daun bersirip ganda, setiap daun memiliki beberapa percabangan dan setiap cabang mempunyai beberapa helaian daun sehingga paku ini tumbuh dengan rimbun. Daun yang ditemukan di curug memiliki panjang kurang lebih 1 – 2 meter, sedangkan lebarnya 1 meter, dimana tangkai daun berwarna hijau, bersisik jarang dan berbulu, terutama pada permukaan bagian bawah


(62)

daun. Tepi daun bersayap sempit dan bergigi tumpul dan halus, semakin ke ujung bergigi kasar dan melancip dengan tekstur daun yang umumnya tipis. Bentuk pangkal daun sangat bervariasi. Sori terdapat di sepanjang tepi daun bagian bawah, berkelompok secara memanjang dengan jumlah sampai 12 sporangia, antara kelompok yang satu dengan yang lainnya saling berdekatan sehingga bila di lihat sepintas, kelompok-kelompok tersebut merupakan garis memanjang yang membatasi tepi daun.

Distribusi : tersebar luas dari Afrika, Asia. Pasifik dan Australia (Sastrapradja, et. al. 2002).

Nama daerah : Paku Gajah

Manfaat : Akar dari paku ini dapat mengobati penyakit beri-beri setelah direbus bersama-sama dengan kacang hijau dan airnya diminum. Selain itu, bagi mereka yang termakan racun dapat diobati dengan mengunyah rizom dan akarnya bersama-sama dengan sirih lalu airnya diminum dan sebagai obat batuk serta tanaman hias (Sastrapradja, et.al. 2002).

Famili Oleandraceae

Paku tanah atau teresterial. Akar panjang menjalar. Batang padat, panjang, tegak dan ditutupi sisik. Daun tunggal, runcing, bersisik cokelat. Sori terletak di bagian bawah daun dan tepi daun.


(63)

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang tegak, kokoh, ditutupi sisik yang halus, berwarna coklat. Tangkai daun memiliki panjang 10 – 21 cm, kuat, tertutup oleh sisik yang mudah rontok. Helaian daun panjang 32 -54 cm dengan bentuk lanset, kerap kali melengkung sampai menggantung. Anak daun dari jenis tumbuhan paku ini sederhana dengan tepi rata, ujung tumpul, berhadapan dan memiliki panjang kurang dari 4 cm, lebar 0.5-1 cm, serta bertekstur tipis. Urat daun sejajar, berdekatan rapat dengan sori di tengah mendekati anak tulang daun.

Distribusi : Pantropik, Malesia (Holttum, 1959).

Nama daerah: Paku Harupat.

Manfaat : Sebagai

tanaman hias


(64)

Gambar 16. Jenis Tumbuhan Paku harupat (Nephrolepsis bisserata)

2. Nephrolepsis falcata

Jenis tumbuhan paku ini tumbuh berumpun dengan rimpang yang padat dan panjang. Rimpang-rimpang ini dapat membantu berkembang biak dengan cepat. Daun yang panjang dimiliki oleh jenis tumbuhan paku ini, dapat mencapai 2 m. Daun tunggal, yang terletak agak berselang-seling, dan memiliki bentuk daun yang meruncing dan panjang daun ini antara 10 – 22 cm. sementara Sastapradja, et.al (2002) mengatakan jenis tumbuhan ini memiliki panjang daun 10 – 30 cm. Pada permukaan tangkai daun terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua. Daun yang mandul lebih besar ukurannya daripada daun yang subur. Indusia terdapat di tepi daun bagian bawah. Bentuk indusial ini hampir bulat, dengan letak yang berderet. Jarak antara satu indusia dengan yang lainnya berjauhan 1 – 1,5 cm.

Distribusi : Malesia, Siam, Indochina, Kuba, Meksiko, Peru, Brazil sampai Angola dan Australia (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah : Paku Cecerenean.

Manfaat : Sebagai tanaman hias yang berfungsi untuk penutup tanah dan pembatas pekarangan rumah (Sastrapradja, et.al, 2002).


(65)

Catatan : Di alam sering ditemukan tumbuh di hutan – hutan dataran rendah sampai pegunungan. Jenis tumbuhan paku ini dapat tumbuh berkelompok atau bercampur dengan tumbuhan lainnya. Bila tumbuh secara epifit, dapat hidup di sela-sela batang pohon, di ketiak batang pohon aren atau jenis palem lainnya. Menyukai tanah yang berbatu-batu, tanah gembur di tepi-tepi sungai dan tebing.

3. Nephrolepsis hirsutula

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang pendek, tegak dan ditutupi sisik yang rapat pada bagian pangkal. Tangkai daun pendek dengan jumlah yang banyak, bentuk bulat dan ditutupi sisik-sisik yang halus berwarna cokelat, panjang 7-15 cm, helaian daun panjang 25-42 cm, lebar 12-14 cm. Anak daun steril panjang lebih dari 4 cm, lebar 0.8-2 cm sedangkan anak daun fertil lebar sampai 1 cm, pangkal anak daun berbentuk seperti daun telinga. Tepi bergig dengan tekstur yang tipis dan kuat. Sori terletak pada bagian tepi daun, mendekati sinus, bentuk bulat. Indusia terdapat di tepi daun bagian bawah. Bentuk indusia bundar seperti ginjal dan bersudut sempit. terletak berderet-deret, antara satu indusia dan lainnya berjarak 0,5 cm.

Biasanya tumbuh berkelompok atau bercampur dengan jenis tumbuhan lain. Tanah-tanah yang berbatu-batu, tanah cadas atau batu kapur adalah tempat yang disukai oleh jenis tumbuhan paku ini.

Distribusi : Queensland Timur, Australia, Tropikal Asia sampai di kepulauan Pasifik (Andrews, 1990). Banyak dijumpai terutama pada hutan-hutan basah di dataran rendah.


(66)

Nama daerah : Paku Kinca.

Manfaat : Daun mudanya dapat digunakan untuk sayuran, bahan untuk kerajinan tangan dan sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Polypodiaceae

Paku teresterial atau epifit. Akar menjalar. Batang pendek, kokoh dab ditutup oleh sisik keras. Daun menyirip ganda, warna hijau terang. Sori terletak di bagian bawah daun, tepi daun, permukaan bawah daun dan diantara tulang daun.

1. Arcypteris irregularis

Jenis tumbuhan paku ini mempunyai rimpang yang pendek dan berdaging, dengan posisi tegak atau agak tegak. Tangkai daun memiliki panjang sampai 75 cm, pada bagian pangkal daun tertutup sisik-sisik yang rapat demikian juga pada ujung tunas yang berwarna cokelat tua. Helaian daun memiliki panjang sampai 55 cm, lebar 28 cm dan tidak bertangkai, dengan anak-anak daun tersusun secara menyirip yang panjangnya sampai 12 cm, lebar sampai 3,5 cm ujung helaian daun runcing, berlobus dengan tepi bergerigi. Helaian daun yang letaknya di ujung melekat antara satu dengan yang lain, berwarna hijau gelap, dengan tekstur yang kaku. Sori tumbuhan paku ini berupa bintik-bintik yang menyebar dengan tidak beraturan pada permukaan bawah daun.


(67)

Gambar 17. Paku Kapal atau Arcypteris irregularis

(Sastrapradja, et.at. 2002).

Distribusi : Siam, Cambodia, Malesia: Sumatra, Java, Malaya Peninsula, Borneo, Sulawesi, irian (Holttum 1966).

Nama daerah : Paku kapal

Manfaat : Sebagai bahan sayuran (Sastrapradja, et.at. 2002).


(68)

Gambar 18. Paku Langlayangan atau Drynaria sparsisora

(Sastrapradja, et.at. 2002).

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang pendek, kokoh dan ditutupi oleh sisik yang pendek dan keras. Helaian daun monomorf atau pada umumnya dimorf, pangkal dengan daun-daun lebar. Helaian daun yang tereduksi, membulat sampai bulat telur-menjorong, tepi berlobus, anak daun berganti setiap tahun, rakis umumnya kokoh. Helaian daun fertil serupa dengan daun steril. Sorinya kecil-kecil terletak di antara anak tulang daun dan tersebar tak beraturan.

Distribusi : Asia selatan sampai Australia, malesia ( Holttum, 1991)

Nama daerah: Paku langlayangan.

Manfaat : Getah dari akarnya dapat digunanya sebagai obat tetes mata. Sementara penderita biri-biri dapat disembuhkan dengan mengunyah


(69)

akar paku ini untuk diminum getahnya. Akarnya juga boleh dihaluskan dan dimasak hingga hancur seperti bubur dapat dipakai untuk menghilangkan tahi lalat di badan dengan cara menempelkannya pada bagian tersebut. Apabila akar ini direbus dengan air bersama kulit Inocarpus edulis dan diminum airnya dapat mengobati gonorea dan sebagai obat untuk mengompres luka memar, bercak-bercak di muka dan dapat digunakan sebagai sayuran (Sastrapradja, et.at. 2002).

3. Phymatodes longissima

Bentuk yang ramping dimiliki oleh jenis tumbuhan paku ini dengan rimpang yang menjalar dan berdaging dengan garis tegak 1 cm lebih. Rimpang ini berwarna hijau, rimpang ini ditutupi oleh sisik-sisik yang lebar dan kasar, kecuali pada bagian ujung rimpang. Jenis tumbuhan paku ini memiliki Sisik-sisik dengan warna cokelat. Panjang daun sampai 1 m dengan tangkai berwarna hijau keunguan, berlekuk dalam sehingga membentuk helaian-helaian daun yang berpasangan. Ukuran daun 15-26 cm dengan lebar 2.5 cm. Helaian daun ini semakin ke ujung semakin sempit dan lancip. Tekstur daun tipis, kuat dan berwarna hijau terang. Kantong-kantong spora terletak di bawah permukaan, bagian atas berbenjol-benjol sesuai dengan letak kantung-kantung spora.

Distribusi : Kawasan Assam, Indochina dan Malesia. Dapat hidup sampai ketinggian 900 m dpl (Sastrapradja, et.al, 2002).


(70)

Manfaat : Digunakan untuk mengobati gigitan binatang melata. Akarnya dikunyah sampai lumat dan kemudian ditempelkan kepada luka gigitan tersebut dan juga sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Gambar 19. Paku Leyat atau Phymatodes longissima

(Sastrapradja, et.al, 2002).


(71)

Gambar 20. Paku Papila atau Polypodium papillosum

(Sastrapradja, et.al, 2002).

Jenis tumbuhan paku ini mempunyai tonjolan-tonjolan kecil dipermukaan atas daun. Tonjolan-tonjolan ini yang dikenal dengan nama jenis papillose yang artinya berpapil atau bertonjol. Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Permukaan rimpang tersebut bersisik, antara daun yang satu dengan daun yang lain berjarak sekitar 3 cm. sisik-sisik daun ini berwarna coklat keunguan dan buram. Tangkai daun ramping dan ujung daun bersayap sempit dengan panjang antara 7-18 cm. Anak-anak daun tersusun menyirip, berbentuk memanjang. Panjang daun secara keseluruhan sampai 43 cm. pangkal anak-anak daun bersatu dengan yang lainnya sehingga daun membentuk lekukan-lekukan dalam. Tekstur daun ini tipis dengan spora yang berkumpul menjadi sori yang terletak dekat tepi daun,


(72)

berbaris teratur pada ujung urat daun. Sori tersebut masuk ke dalam lekukan yang menonjol di atas permukaan daun sehingga berupa benjolan ramping, yang memiliki panjang sekitar 1 mm. benjolan-benjolan seperti ini dapat diketemukan sepanjang tahun.

Distribusi : Sumatra, Jawa, sampai ke Filipina, dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1.500 m dpl (Sastrapradja,

et.al, 2002).

Nama daerah : Paku Papila

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Catatan : Jenis tumbuhan paku ini tumbuh menumpang. Artinya tumbuh dengan menempel pada batang pohon yang masih hidup atau yang sudah mati, serta di batu-batuan atau bahkan batuan kapur. Untuk hidup yang lebih baik, paku ini menghendaki temapt yang berhawa sejuk dan terlindung (Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Selaginellaceae

Paku tanah atau teresterial. Akar menjalar. Batang tegak, bersisik halus. Daun bulat lonjong, kecil dan kaku. Sori tidak ditemukan pada penelitian ini.


(73)

Gambar 21. Paku Lumut atau Selaginella ornata

(Sastrapradja, et.al, 2002).

Jenis tumbuhan paku ini memiliki bentuk daun yang kecil dengan panjang daun kira-kira 2 mm dan lebar 1 mm. Tumbuh menjalar di tanah menyerupai lumut. Daun tersusun berselang-seling di sepanjang batangnya. Daun-daun ini bertekstur halus. Batang jenis tumbuhan paku ini sendiri bercabang dua dan tiap cabang bercabang dua lagi, demikian seterusnya. Daun-daun subur jenis tumbuhan paku ini tersusun di dalam karangan yang menyerupai bulir. Karangan atau bulir ini disebut strobilus. Strobili terletak di ujung percabangan dengan bentuk seperti kumpai yang berwarna hijau keputihan.

Distribusi : Asia, Australia (Sastrapradja, et.al, 2002).


(74)

Manfaat : Sebagai tanaman hias yang berfungsi untuk menutup tanah dekat kolam (Sastrapradja, et.al, 2002).

2. Selaginella willdenowii

Daun jenis tumbuhan ini memiliki warna yang mudah berubah. Pada umumnya daun berwarna hijau tetapi pada keadaan tertentu misalnya di tempat yang teduh warna itu akan berubah menjadi kebiruan. Daun memiliki bentuk yang bulat lonjong, kecil dan kaku, menggerombol di ujung batang sehingga tampak menutupi batang tumbuhan paku ini. Jenis tumbuhan paku ini baik digunakan untuk tanaman hias sebagai penutup tanah. Batang tegak dan bersisik halus, mempunyai percabangan menyirip. Seringkali jenis tumbuhan paku ini membentuk belukar yang cukup lebat. Daun-daun subur tersebut pendek, melebar dan tumpul.

Distribusi : Malaya, Indonesia, Filipina, china (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah : Paku Halus.

Manfaat : Digunakan sebagai obat penyakit kulit. Membuat ramuan bersama kemenyan, adas pulasari dan sedikit air. Setelah ditumbuk halus ditempelkan pada bagian yang sakit seperti gatal-gatal dan kurap. Daun mudanya dapat digunakan sebagai sayuran, digunakan juga untuk jamu dan obat bagi masyarakat Jawa. Jenis ini juga sering dijadikan sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).


(75)

Gambar 22. Paku Halus atau Selaginella willdenowii

(Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Vittariaceae

Paku epifit. Akar menjalar. Batang menjalar, memanjang, ditutupi sisik dengan warna cokelat. Daun berwarna hijau mengkilap.

1. Vittaria elongata

Jenis-jenis tumbuhan paku ini ditandai oleh daun tunggal yang berbentuk memita seperti daun rumput. Pada kedua tepi daun terdapat celah memanjang tempat sorus jenis ini tumbuh. Rimpang menjalar agak panjang dengan permukaan yang ditutupi oleh sisik-sisik yang bagian


(76)

ujungnya seperti rambut, berwarna cokelat gelap, kehitaman. Sastrapradja, et.al (2002) mengatakn daun jenis ini memiliki ukuran yang terpanjang di antara daun jenis-jenis Vittaria lainnya, yaitu mencapai 1.5 m. sementara panjang daun yang ditemukan di Curug Cikaracak adalah 96 cm. Permukaan atas daun berwarna hijau gelap mengkilap. Bila dewasa, daun ini tumbuh berjumbai karena panjang daunnya. Tepi daun agak melengkung ke permukaan bagian bawah, menutupi kumpulan spora-spora yang terdapat di sepanjang tepi daun.

Distribusi : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah : Paku Ahaka

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.al, 2002).

Catatan : Pada umumnya tumbuh menempel pada batang pohon yang tua, dan batu-btuan yang tertutup lumut. Pertumbuhan akan lebih subur di tempat-tempat yang ternaungi atau lembab (Sastrapradja, et.al, 2002).

Famili Woodsiaceae

Paku teresterial. Akar pendek dan menjalar. Batang kuat, bersisik warna cokelat. Daun menyirip dengan ujung meruncing. Sori terletak di sepanjang urat-urat daun.


(77)

Jenis tumbuhan paku ini memiliki rimpang yang tegak dan kokoh. Tangkai daun pada pangkalnya bersisik banyak dengan panjang 0.7 mm, berwarna cokelat. Helaian daun menyirip dengan anak-anak daun yang tidak bertangkai, panjang sampai 78 cm, lebar sampai 18 cm, tepi daun berlobus, bergigi, pada bagian ujung anak-anak daun tidak memisah sehingga merupakan ujung yang bergerigi. Tekstur daun tipis, kaku dengan warna hijau gelap. Sori pada permukaan bawah tiap anak daun yang tersusun disepanjang urat-urat daun.

Distribusi : Siam, Hainan, Filipina, New Guinea, Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawesi (Sastrapradja, et.al, 2002).

Nama daerah : Paku Beunyeur

Manfaat : Daun mudanya dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk dibuat sebagai sayur tumis (Sastrapradja, et.al, 2002).


(78)

Gambar 23. Paku Beunyeur atau (Sastrapradja, et.al, 2002).

3. Atryrium marcocarpum

Jenis Paku ini memiliki rimpang yang pendek dengan bagian ujung rimpang ditutupi oleh sisik yang berwarna coklat muda. Panjang gagang daun kurang lebih 10 cm. Daun tersebut bersisik jarang. Bentuk daun lanset, yang panjangnya ± 27 cm dengan lebar 4 cm dan tersusun oleh anak-anak daun yang berbentuk segi tiga yang pada bagian tepi daun berlekuk. Paling besar ukuran anak daun berkisar antara 2 cm. Hampir setiap daun yang sudah dewasa memiliki indusia yang memiliki bentuk bulat atau berbentuk ginjal. Indusia tertumpuk sepanjang urat daun. Pada saat indusia masak dan memecah, hampir semua permukaan daun tertutup spora. Jenis tumbuhan paku ini memiliki spora yang berwarna coklat muda, berbentuk butiran-butiran kecil.

Distribusi : Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatra dan Jawa (Sastrapradja,

et.al, 2002).

Nama Daerah : -

Manfaat : Sebagai tanaman hias (Sastrapradja, et.at. 2002).

Catatan : Sastrapradja, et.al (2002) mengatakan pada bulan-bulan Desember dan Januari mudah ditemukan daun yang berspora. Memang, paku ini mudah berkembang biak dengan sporanya, meskipun dapat pula melakukannya dengan anakan. Anakan yang muncul di sekitar batang, jarang ditemukan.


(79)

Gambar 24. Atryrium marcocarpum (Sastrapradja, et.al, 2002).

4. Atryrium sorzogonense

Daun pada jenis tumbuhan paku ini memiliki ukuran yang bervariasi, ada yang berukuran pendek tetapi juga ada berukuran panjang sampai 55 cm. Tangkai daun jenis paku ini kuat, dan tertutup oleh sisik-sisik, berbentuk seperti rambut yang memiliki warna coklat. Sisik-sisik tumbuh pada ujung tunas daun. Daun menyirip dengan bagian ujung tunggal. Jumlah anak-anak daun dapat mencapai 20 pasang. Bentuk tiap anak daun seperti garis yang tidak bertangkai. Tiap anak daun bergerigi dalam dan bertekstur kaku dengan warna daun hijau gelap. Sori tumbuhan paku ini tersebar sepanjang urat-urat anak daun, yang jumlahnya tak terhitung banyaknya. Batang jenis paku ini tumbuh dengan tegak, didukung oleh akar-akar yang kuat seperti kawat.

Distribusi : Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi (Sastrapradja, et.al, 2002).


(1)

(2)

Deskripsi : Lokasi Penelitian dengan Cara Hidup Teresterial Lampiran 3. Foto Letak Sori Tumbuhan Paku


(3)

(4)

Deskripsi : Letak Sori pada Marga Nephrolepsis.


(5)

(6)