Distribusi Larva Ikan TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Distribusi Larva Ikan

Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme didalamnya, tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan keperluan yang berbeda-beda terhadap lingkungan tempatnya hidup. Menurut Nikolsky 1963 ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu: 1. Sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2. Ketersediaan sumber makanan yang cukup, 3. Cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Larva ikan biasanya memanfaatkan daerah yang terlindung sebagai habitat pengasuhan. Secara umum distribusi ikthioplankton ditentukan oleh faktor-faktor dari tingkah laku seperti faktor-faktor fisik seperti sirkulasi pasang surut Laprise and Dodson, 1989, suhu, salinitas dan turbiditas Able, 1978, keberadaan predator Brodeur and Rugen, 1993 dan ketersediaan makanan. Selain itu juga ada pergerakan berdasarkan waktu dan cahaya Mantiri, 1995 Ekosistem laguna merupakan tipe ekosistem yang dimanfaatkan oleh banyak biota laut sebagai habitat pengasuhan bagi larva dan juvenile Williams, 1983; Dufour and Galzin, 1997; Kaswadji, 1997; Renjaan, 2003. Ekosistem laguna biasanya dibatasi oleh terumbu karang yang menyebabkan masa air yang ada di dalam laguna tidak tercampur secara langsung dengan masa air di sekitarnya, dan tidak terkspos secara langsung oleh faktor fisik perairan sekitarnya seperti arus dan ombak Choat and Bellwood, 1991. Kondisi seperti ini dapat memberikan perlindungan bagi larva dan juvenile ikan yang masih lemah dan memiliki pergerakan terbatas. Beberapa Ikan karang dari family Pomacentridae Williams, 1983; Wilson, 2003, Labriidae, Scaridae, dan Gobiidae Dufour and Galzin, 1997 dan beberapa larva moluska Renjaan, 2003 ditemukan berlindung di perairan laguna. Larva- larva ikan biasanya bergerombol memasuki laguna pada saat sore hingga malam hari terutama pada waktu bulan gelap Dufour and Galzin, 1997. Selain larva yang berasal dari luar laguna, di dalam laguna juga dihasilkan larva-larva ikan, yang berasal dari ikan karang yang memijah di dalam laguna. Sulistiono et al., 2000 menyatakan bahwa sebagian besar ikan di ekosistem terumbu karang adalah ikan-ikan yang bersifat diurnal aktif pada siang hari. Mereka mencari makan dan tinggal di permukaan karang dan memakan plankton yang lewat di atasnya. Ikan-ikan diurnal ini seperti Famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Acanthuridae, Labridae, Lutjanidae, Balistidae, Serranidae, Cirrhitidae, Tetraodontidae, Blennidae, dan Gobiidae. Sebagian kecil lainnya adalah ikan-ikan bersifat nocturnal aktif pada malam hari. Ikan ini pada siang hari menetap di gua-gua dan celah-celah karang. Yang termasuk dalam kelompok ikan ini adalah Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae, Muraenidae, Scorpaenidae dan termasuk juga Famili Serranidae dan Labridae. Ada pula sebagian kecil jenis-jenis ikan yang sering melintasi ekosistem terumbu karang seperti Famili Scombridae, Sphyraenidae dan Caesionidae. Ikan-ikan karang mempunyai hubungan keterkaitan yang sangat kuat dengan terumbu karang dan mempunyai pola pergerakan yang sangat terbatas, contohnya adalah ikan dari famili Scaridae, Acanthuridae, Siganidae, Chaetodontidae, Pomachantidae dan beberapa spesies dari family Labriidae dan Pomacentridae Choat and Bellwood, 1991. Dengan banyaknya jenis ikan yang memanfaatkan laguna sebagai daerah asuhan, maka laguna harus memiliki kemampuan untuk mendukung keberhasilan hidup larva-larva ikan tersebut melalui jaminan ketersediaan makanan berupa fitoplankton dan zooplankton.

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Nopember 2010. Sampling dilakukan setiap bulan dengan ulangan dua kali setiap bulan. Lokasi sampling meliputi daerah laguna dan tubir disekitar Pulau Pari dan pulau-pulau di sekelilingnya Pulau Burung, Pulau Tikus dan Pulau Kongsi. Ada 5 stasiun pengambilan sampel Gambar 4. Stasiun pengambilan sampel ditentukan berdasarkan karakter fisik yaitu kedalaman dan input massa air. Setiap goba mempunyai kedalaman dan luas yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan lima stasiun pengamatan, yaitu: Stasiun 1 di goba Soa besarP. Tikus kedalaman maks 15 m, Stasiun 2 di goba Labangan pasir kedalaman maks 5 mP. Burung, Stasiun 3 di goba CiarisP. Kongsi kedalaman maks 1 m stasiun 4 di goba BuntuLIPI kedalaman maks 0,5 m dan Tubir . Gambar 4. Peta lokasi penelitian