ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA KUD SUSU SUMBER MAKMUR NGANTANG

(1)

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA KUD SUSU SUMBER MAKMUR NGANTANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Sarjana Ekonomi

OLEH :

OLEH:

Ari Wibowo

(201010160311342)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA KUD SUSU SUMBER MAKMUR NGANTANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Sarjana Ekonomi

OLEH:

Ari Wibowo

(201010160311342)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang “Evaluasi Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang”.

Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Atas berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberikan segala yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Dr. Marsudi, M.M. selaku Ketua Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Malang atas kebijakan dalam penyusunan mata kuliah sesuai konsentrasi penjurusan.

3. Dr. Fien Zulfikarijah, M.M. dan Dra Sri Nastiti A. M.M. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan pengarahan, saran serta dukungan hingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Dicky Wisnu Usdek Riyanto M.M, selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.


(4)

5. Ibunda dan Ayahku, Ibu Indrawati dan Ayah ta’at serta kakaku Adi widiyanto, Atik Widiyati dan Anita yang selalu memberikan doa, dukungan, fasilitas, serta kasih sayang yang luar biasa hingga terselesaikan skripsi ini.

6. Meilea Callista yang selalu memberikan semangat, canda tawa, dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang yang bersedia memberikan informasi serta semangat untuk menunjang penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari akan kurang sempurnanya penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Malang, Oktober 2014 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR………… ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DARTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu ... 7

B. Landasan Teori ... 8

1. Manajemen Rantai Pasokan ... 8

2. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan ... 14

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 23

B. Jenis Penelitian ... 23

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 23

D. Populasi dan Sampel ... 26

E. Jenis dan Sumber Data ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Analisis Data Penelitian ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 35

B. Analisis Data ... 50

1. Analisis kriteria variabel manajemen rantai pasokan. ... 50

2. Pemberian nilai bobot pada masing masing variabel ... 53

a. Dilevery Performance ... 53

b. Fill Rate ... 54

c. Perfect Order Fulfillment ... 55

d. Order Fulfillment Lead Time ... 56

e. Production Flexibility ... 57

f. Cash To Cash Cycle Time ... 58


(6)

4. Penarikan kesimpulan sesuai analisis data kuesioner ... 61 C. Hasil Pembahasan ... 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Implikasi ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Alur Manajemen Rantai Pasokan Heizer dan Render ... 4

Gambar 2.1 : Rantai Pasokan ... 10

Gambar 2.2 : Kerangka Pikir ... 22

Gambar 3.1 : Tahapan Penelitian Analisis Data ... 30

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi KUD Susu Sumber Makmur Ngantang ... 38


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Performance Metrik Level 1 ... 20

Tabel 3.1: Kriteria Metrik Kinerja Rantai Pasokan yang Digunakan ... 32

Tabel 3.2: Variabel Dimensi Aktifitas Kinerja Rantai Pasokan ... 33

Tabel 3.3: Contoh Pembobotan Nilai Pada Metrik Dilevery Performace ... 34

Tabel 3.4: Perhitungan Pembobotan Nilai Kinerja Rantai Pasokan ... 34

Tabel 4.1: Susunan Pengurus KUD Sumber Makmur Ngantang ... 40

Tabel 4.2: Data Produksi KUD Susu Sumber Makmur Ngantang ... 48

Tabel 4.3: Kriteria Metrik Kinerja Rantai Pasokan Pada KUD Susu ... 51

Tabel 4.4: Variabel Dimensi Aktifitas Kinerja Rantai Pasokan ... 52

Tabel 4.5: Pembobotan Nilai Pada Metrik Dilevery Performance ... 54

Tabel 4.6: Pembobotan Nilai Pada Metrik Fill Rate ... 55

Tabel 4.7: Pembobotan Nilai Pada Metrik Perfect Order Fulfillment ... 56

Tabel 4.8: Pembobotan Nilai Pada Metrik Order Fulfillment Lead Time ... 57

Tabel 4.9: Pembobotan Nilai Pada Metrik Production Flexibility ... 58

Tabel 4.10: Pembobotan Nilai Pada Metrik Cash To Cash Cycle Time ... 59

Tabel 4.11: Total Penilaian Dari Keseluruhan Variabel ... 60


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Lembar kuesioner beserta perhitungan data nilai dari para responden pada kegiatan rantai pasokan KUD Susu Sumber Makmur Ngantang


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Agung Cahya Nugraha (2011). Analisis rumusan strategi rantai pasokan minyak akar wangi di kabupaten garut, jawa barat. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institute Pertanian Bogor.

Ana Oktiya (2006). Analisis rantai pasokan terhadap produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institute Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik ( 2013 ) tentang perkembangan susu import di indonesia

Chopra, S dan P. Meindhl. 2004. Supply Chain Management, Strategy, Planing, and Operation.

Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Cooper, Donald R. 1996. Metode Penelitian Bisinis. Jakarta: Erlangga

Hamidi, M. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press

Heizer, J dan B Render. 2010. Operations Management. Person Education, Inc. New Jersey. Indrajit Richardus Eko dan Richadus Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain,

Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta KUD Susu Sumber Makmur Ngantang ( 2014 ). Data Perkembangan Susu KUD

Marlin R. A. dan Kasmari (2008). Analisis kinerja supply chain management (SCM) untuk meningkatkan keunggulan kompetitif pada pt. Perkebunan Nusantara ix – pg. Sragi pekalongan. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank

Morissan, M.A. 2012. Metode Penelitian Survey. Jakarta : Kencana Pujawan, I.N. 2010. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya


(11)

Russell, R.S dan B.W Taylor.2003. Operations Management. Person Education,Inc.

Safirin M.T. (2005). Analisi kinerja supply chain pada perusahaan gula. Skripsi Jurusan Teknik Industry UPN “Veteran” Jawa Timur.

Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Malang: CV Cahaya Press

Widya Anggraeni (2009). Pengukuran kinerja pengelolaan rantai pasokan pada PT. CROWN CLOSURES INDONESIA. Skripsi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis. mengakibatkan persaingan di dunia industry semakin meningkat, salah satunya dengan berkembangnya KUD Susu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya perusahaan baru yang bergerak dalam bidang pengolahan susu. Disisi lain pemerintah memanfaatkan KUD Susu untuk mendukung program pembangunan industry, sebagai sarana dalam meningkatkan perekonomian Negara. (www.peternakan.litbang.deptan.go.id)

Tercatat bahwa kurun waktu terakhir ini Impor susu Indonesia pada periode Januari hingga April 2013 dicatat merosot dibandingkan periode yang sama pada 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume Nilai impor susu turun hingga 9,43 persen pada Januari hingga April 2013 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari hingga April 2012, impor susu sudah mencapai US$ 250,2 juta. Sementara pada periode yang sama tahun 2013, impor susu dicatat US$ 226,81 juta. Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana memperkirakan penurunan ini disebabkan melonjaknya harga susu dunia sejak Februari 2013.

Teguh memperkirakan harga susu internasional masih akan bertahan tinggi hingga tahun depan. Dengan kondisi ini, Teguh mengatakan permintaan susu dari dalam negeri yang harganya lebih rendah meningkat. "Di tingkat bawah sudah terasa ada perebutan pasokan karena masing-masing industri pengolah susu


(13)

2

membutuhkan bahan baku. Selain itu juga ada pemain baru di industri pengolah susu sehingga permintaan mengalami peningkatan. Meskipun demikian, Teguh mengatakakan belum terjadi perbaikan harga susu segar di tingkat peternak dan koperasi. Karena, harga susu segar di Indonesia masih tergantung kepada industri pengolah susu yang terkadang masih panjangnya jaringan rantai pasokan yang digunakan.

Pada kondisi seperti ini, salah satu strategi yang bisa digunakan adalah manajemen rantai pasokan yang sangat penting dalam menyelesaikan permsalahan perusahaan, mengenai keputusan aktifitas supplier, produsen (perusahaan) dan konsumen. Sehingga Suatu system produksi yang efektif dan efesien merupakan keharusan yang dimiliki oleh para pelaku bisnis agar dapat memenangkan persaingan (Sidarto, 2008). Untuk bisa memenangkan persaingan tersebut, maka rantai pasokan harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi Pujawan (2010).

Suatu keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari strategi manajemen rantai pasokan yang merupakan pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Manajemen rantai pasokan mencakup aktivitas untuk menentukan penyediaan transportasi, transfer uang secara kredit dan tunai, para pemasok, distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan persediaan, pemenuhan pesanan, serta berbagai informasi pelanggan, prediksi, dan produksi (Heizer dan Render, 2010).


(14)

3

Seperti penelitian yang dilakukan Nugraha (2011) menyebutkan hasil bahwa manajemen rantai pasokan merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan daya saing. Begitu juga penelitian yang dilakukan Oktiya (2006) yang bertujuan untuk menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok dengan hasil bahwa manajemen rantai pasokan dapat meningktakan produktifitas secara signifikan dengan menggunakan variabel kerjasama.

Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan pada perusahaan sangatlah dibutuhkan, agar kinerja rantai pasokan perusahaan dapat diketahui apakah sudah sesuai dengan yang ditargetkan apa belum. Menurut (Pujawan I.N.,2010), dengan melakukan pengukuran kinerja rantai pasokan, perusahaan dapat mengontrol kinerja perusahaan secara langsung maupun tidak langsung dan perusahaan dapat mengetahui tingkat kinerja perusahaan saat ini, apakah tujuan yang ditetapkan sudah tercapai atau tidak

Seperti penelitian yang dilakukan oleh oleh Marlin (2008) mengenai kinerja manajemen rantai pasokan pada PT Perkebunan Nusantara IX - PG. Sragi Pekalongan, dengan hasil bahwa variabel kebersihan tebu, umur tebu, kerusakan tebu, dan rendemen tebu dapat meningkatkan nilai produktivitas pada kinerja manajemen rantai pasokan. Sedangkan Safirin (2005) dengan hasil penelitiannya menunjukan dimensi delivery mempunyai bobot tertinggi, diikuti system produksi, supplier dan terakhir design produk dengan metode analytical hierarchy process (AHP) sebagai alat analisisnya. Penelitian yang lain yaitu Anggraeni (2009) menemukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, PT. Crown Closures


(15)

4

Indonesia melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok untuk satu jenis bahan baku.

Sebagai salah satu kud susu di kecamatan ngantang, kud susu sumber makmur ngantang merupakan pemasok susu untuk perusahaan nestle, yang dalam aktifitas operasionalnya juga menggunakan manajemen rantai pasokan untuk mengintegrasikan seluruh aktifitas operasionalnya mulai dari pengadaan supplier susu, pengepul/penampungan susu, produsen (koperasi susu), dan pengiriman kepada konsumen. Dari proses inilah masih terdapat permasalahan dan minimnya kerjasama yang dilakukan oleh anggota rantai pasokan yang mengakibatkan kurangnya jumlah susu saat di produksi untuk memenuhi permintaan konsumen. sehingga di butuhkan suatu manajemen rantai pasokan dalam mengolaborasikan berbagai tahapan rantai pasokan untuk mendukung tercapainya produktifitas kinerja dan memperoleh efesiensi biaya rendah yang terdapat pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang.

Gambar 1.1 Alur Manajemen Rantai Pasokan (Heizer dan Render, 2010). Sumber : diolah dari (Heizer dan Render, 2010)

Berdasarkan fenomena yang di alami KUD Sumber Makmur Ngantang, maka kinerja rantai pasokan perlu di tingkatkan, terutama antara supplier susu dengan Koperasi di perlukan manajemen rantai pasokan yang baik agar dapat mendukung tercapainya kinerja yang lebih tinggi dalam memenuhi permintaan


(16)

5

konsumen. Untuk itu di butuhkan suatu hubungan keterikatan dan kedisiplinan antara pemasok( supplier), produsen, dan konsumen yang terjadi pada Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Makmur Ngantang. Berdasarkan fenomena tersebut maka judul penelitian yang akan dilakukan yaitu Analisis Kinerja Manajemen Rantai Pasokan pada KUD Sumber Makmur Ngantang”.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Dimensi aktivitas kinerja mana yang memiliki bobot penilaian paling tinggi dalam upayah meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang”.

C.Batasan masalah

Dalam penelitian kali ini akan membatasi permasalahan manajemen rantai pasokan cukup dari petani susu, penampungan susu, dan koperasi (produsen) dari Koperasi Sumber Makmur Ngantang agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas dalam pembahasannya.

D.Tujuan penelitian

Untuk menganalisis dan mengetahui dimensi aktivitas kinerja mana yang memiliki bobot penilaian paling tinggi dalam upayah meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang”.


(17)

6

E.Kegunaan penelitian

kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Koperasi

Penelitian ini akan memberikan masukan dan kebijakan baru yang dilakukan KUD Susu Sumber Makmur Ngantang untuk melakukan perubahan, demi tercapainya suatu efisiensi biaya operasional, yang diharapkan mampu meningkatkan produksi susu dan melakukan pengurangan biaya operasional secara maksimal.

2.Peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan menjadi referensi penelitian khususnya manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya di bidang manajemen rantai pasokan tentang kinerja rantai pasokan.


(18)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Penelitian Terdahulu

Penelitian Oktiya (2006) dengan tujuan menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok agar memberikan solusi mengenai produktifitas. dengan alat analisis regresi logistic dan regresi stepwise menunjukan hanya terdapat satu variabel yang berhubungan secara signifikan dengan produktifitas, yaitu variabel kerjasama. Solusi dalam penerapan manajemen rantai pasokan di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan koordinasi diantara pemasok dan perusahaan manufaktur.

Nugraha (2011) yang bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai pasok minyak akar wangi dan Mengusulkan alternatif rekomendasi strategi rantai pasokan minyak akar wangi untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi. Dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis SWOT dengan hasil yang di peroleh adalah Analisis faktor internal dan eksternal (IFE dan EFE) menunjukan bahwa faktor kekuatan yang paling dominan adalah potensi wilayah penanaman masih cukup luas.

Faktor kelemahan yang paling dominan adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal. Alternatif strategi yang berhasil di bangkitkan dari matriks SWOT dan hasil pembobotan


(19)

8

menggunakan AHP adalah peningkatan mutu minyak akar wangi, peningkatan kualtas SDM, penguatan aspek financial, peningkatan kemitraan diantara

stakeholder, meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru, dan fasilitasi pemerintah.

B. Landasan Teori

1. Manajemen Rantai Pasokan

a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan manajemen rantai pasokan (supply chain management) terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa definisi menurut beberapa ahli tentang manajemen rantai pasokan. Menurut Chopra dan Meindl (2007) rantai pasokan melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang,

retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan secara memaksimalkan

Sedangkan pendapat yang di kemukakan oleh Indrajit dan Djokopranoto (2005) rantai pasokan adalah rangkaian hubungan antar perusahan atau aktifitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau pelanggan. Pendapat lain mengenai rantai pasokan menurut Russel dan taylor (2003) menyatakan


(20)

9

bahwa suatu rantai pasokan terdiri atas organisasi yang saling berhubungan, sumber daya dan proses yang menciptakan dan menyerahkan produk dan jasa kepada pelanggan akhir.

Pada dasarnya semua pendapat yang di kemukakan para ilmuan mempunyai hubungan yang erat dalam suatu jaringan integrasi rantai pasokan, seperti pendapat yang di kemukakan Heizer dan Render (2010) rantai pasokan mencakup seluruh interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor dan pelanggan. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan,transfer kredit, dan uang tunai serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat.

Sedangkan pendapat menurut Pujawan I.N. (2010) menyatakan rantai pasokan merupakan jaringan perusahaan yang secara bersama sama untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko ataupun retailer, serta perusahaan perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistic. Rantai pasokan menurut Pujawan I.N. dapat dilihat pada gambar 2.1


(21)

10

Finansial: invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi: kapasitas, status pengiriman, quatation

Finansial: pembayaran

Material: retur, recycle, repair Informasi: order, ramalan, RFQ/RFP

Gambar 2.1 Rantai pasokan (Pujawan I.N., 2010) Sumber : (Pujawan I.N., 2010)

Pada suatu rantai pasokan biasanya terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir. Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk slesai di produksi, mereka dikrim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang atau sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.

Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering di butuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status Supplier tier1 Supplier tier2 manufacture distributor Toko/ritel


(22)

11

pengiriman bahan baku sering dibutuhan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima Pujawan I.N. (2010).

b. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

Dalam menyususn strategi operasional terdapat beberapa hal yang perlu dipahami menurut Menurut Heizer and Render (2010) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi tersebut antara lain:

1) Banyak Pemasok

Dengan strategi banyak pemasok, pemasok menanggapi permintaan dan spesifikasi permintaan penawaran, dengan pesanan yang umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran rendah.

2) Sedikit Pemasok

Strategi yang memiliki sedikit pemasok mengimplikasikan bahwa dari pada mencari atribut jangka pendek, seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok yang setia. Penggunaan pemasok yang hanya sedikit dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok memiliki skala ekonomi dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. 3) Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal mengembangkan kemampuan untk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor. Integrasi vertikal dapat mengambil bentuk


(23)

12

integrasi maju atau mundur. Integrasi mundur menyarankan perusahaan untuk membeli pemasoknya. Integrasi maju menyarankan produsen komponen untuk membuat produk jadi.

4) Jaringan Keiretsu

Keiretsu merupakan sebuah istilah bahasa Jepang untuk menggambarkan para supplier menjadi bagian dari sebuah perusahaan. Anggota keiratsu dipastikan memiliki hubungan jangka panjang dan karenanya diharapkan dapat berperan sebagai mitra yang memberikan keahlian teknis da kestabilan mutu produksi.

5) Perusahaan Virtual

Perusahaan yang mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai korporasi berongga atau perusahaan jaringan.

Berdasarkan dari strategi diatas dapat disimpulkan bahwa Strategi pada hakekatnya bukanlah sebuah keputusan atau aksi tunggal, melainkan adalah sekumpulan berbagai keputusan dan aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan secara bersama sama dalam memenuhi suatu target dan tujuan yang telah ditetapkan.


(24)

13

c. Mengelola Rantai Pasokan

Pada dasarnya dalam mengeola rantai pasokan bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan ketelitian dan kedisiplinan dalam menjalankan proses operasionalnya. Menurut Heizer dan Rander (2010), pengelolaan rantai pasokan yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya organisasi yang sejalan.

1) Kesepakatan tujuan bersama

Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang terintegrasi menambah nilai ekonomi dan memaksimalkan isi total produk.

2) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan hal penting dalam rantai pasokan yang efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam hubungan dan saling berbagi informasi. Hubungan yang dibangun berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan berhasil, jika risiko dan penghematan biaya dibagi. Aktivitas seperti penelitian konsumen,


(25)

14

analisis penjualan, prediksi, dan perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.

3) Budaya organisasi yang sejalan

Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih baik.

Dalam aktifitas operasional, sering kali tidak bisa terlepas dengan integritas rantai pasokan mulai dari pengadaan bahan baku sampai pengiriman kepada konsumen. Oleh karena itu untuk mengelola rantai pasokan dibutuhkan kesepakatan tujuan bersama, diikuti dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya organisasi yang sejalan.

2. Pengukuran kinerja rantai pasokan

Untuk mengukur kinerja rantai pasoakan sebaiknya kita mengetahui apa yang menjadi sumber pembahasan dalam kinerja rantai pasokan, yang meliputi pendekatan proses dalam pengukuran kinerja rantai pasokan, dan matrik untuk mengukur kinerja rantai pasokan menurut Pujawan (2010).

a. Pendekatan proses dalam pengukuran kinerja rantai pasokan

Aspek fundamental dalam manajemen rantai pasokan adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu adanya sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain secara holistik, yang diperlukan untuk :melakukan monitoring dan


(26)

15

pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Untuk merancang sistem pengukuran kinerja berdasar proses, Chan & Li dalam pujawan I.N.,(2010) menyarankan tujuh langkah sebagai berikut:

1). Identifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat secara baik yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.

2). Definisikan dan batasi proses inti, karena tidak semua proses yang ada dalam rantai pasokan membutuhkan perhatian yang sama dari manajemen. Pada tahap ini perlu didefinisikan proses- proses inti serta batasan sampai mana proses-proses tersebut akan dianalisis.

3).Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari proses inti. Langkah ini perlu dilakakukan sebagai acuhan untuk menentukan mana aktivitas atau proses yang tidak memberikan value-added sehingga bisa dieliminasi. 4).Uraikan dan identifikasi sub-proses karena biasanya setiap proses inti

biasanya merupakan agregasi dari sejumlah sub-proses.

5).Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub-proses dan definisikan dengan jelas.


(27)

16

6).Uraikan lebih lanjut sup-proses menjadi aktivitas. Langkah ini tidak selalu dilakukan, namun biasanya bisa bermanfaat karena sub-proses bisa jadi masih terlalu umum dan sulit diukur.

7).Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses sampai ke aktivitas, karena manajemen puncak biasanya memiliki target yang umum.

b. Metrik Untuk Mengukur Kinerja Supply Chain

salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta perkembangannya adalah dengan melakukan pengukuran kinerja rantai pasokan

1). Model POA (Performance of Activity)

Pada prinsipnya POA adalah model yang digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas yang menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi (Pujawan I.N., 2010), yaitu :

a). Ongkos

Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Ongkos ini bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Ongkos bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap suatu nilai acuhan.


(28)

17

b). Waktu

Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan kecepatan respon pada supply chain. c). Kapasitas

Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode tertentu. Besar kecilnya kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan produksi atau pengiriman dan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap rata-rata permintaan memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain.

d). Kapabilitas.

Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu supply chain untuk melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk kapabilitas supply chain. Beberapa sub-dimensi


(29)

18

kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja supply chain adalah kehandalan, ketersediaan dan fleksibilitas.

e). Produktivitas

Produktifitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada supply chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi uotput. Secara mekanis produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi.

f). Utilisasi

Utilitas yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply chain. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi ratarata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 am dikatakan memiliki utilitas sebesar 75 %. Pada supply chain yang siklus hidup produknya relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, utilitas menjadi salah satu ukuran yang penting untuk dimonitor.

g). Outcome

Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. Outcome tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak berwujud.


(30)

19

c. Model Scor ( Supply Chain Operations Reference)

Berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja berdasarkan SCOR, secara umum adalah : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Costs, dan

Asset. Dari metrik level 1 yang ada pada model SCOR dibagi lagi menjadi 13 metrik, misalnya customer-facing, yang artinya penting bagi pelanggan, dan ada juga internal-facing, yang artinya penting untuk monitoring internal, tetapi tidak langsung menjadi perhatian pelanggan.

Sebagai contoh, pelanggan sangat berkepentingan terhadap kinerja pengiriman, keterlambatan dan kerusakan saat proses pengiriman menjadi perhatian sangat penting bagi pelanggan sehingga delivery performance

adalah metrik yang customer-facing. Sebaliknya pelanggan tidak perlu repot memonitor jumlah persediaan yang dimiliki pelanggan, tetapi secara internal perusahaan sangat berkepentingan untuk memiliki jumlah persediaan yang cukup dan tidak berlebihan, sehingga inventory days of supply yang merupakan ukuran tingkat persediaan, merupakan metrik yang internal-facing.


(31)

20

Tabel 2.1 Performance metriks level 1

Performance attribute Customer-facing Internal-facing Reliability Responsivenees Flexibility Cost Assets

Delivery performance 

Fill rate 

Perfect order fulfillment

Order fulfillment lead time 

S-Chain response time

Production flexibility 

S-chain management cost

Cost of goods sold 

Value-added productivity

Waranty cost or return processing cost

Cash-to-cash cycle time

Inventory days cycle time

Asset turns

Sumber : Pujawan I.N. (2010)

Reliability adalah kinerja rantai pasokan dalam mengirimkan produk yang sesuai ke tempat yang ditetukan pada waktu yang tepat dalam kondisi dan kemasan baik, dengan jumlah dan dokumen yang tepat kepada customer. Responsivenees adalah kecepatan sebuah rantai pasokan menyediakan produk untuk customer. Flexibility adalah keceptan rantai pasokan dalam merespon perubahan permintaan pasar untuk memperoleh atau menjaga keunggulan kompetitif. Cost adalah biaya yang terkait dengan pengoprasian rantai pasokan. Asset manajemen rantai pasokan adalah efektifitas sebuah organisasi dalam mengelola asset untuk memuaskan permintaan customer.


(32)

21

C. Kerangka pikir penelitian

Pada dasarnya manajemen rantai pasokan sangat membantu dalam perusahaan untuk menjalakn proses operasionalnya, guna mendapatkan efisiensi biaya yang paling rendah dan mendapatkan keuntungan secara maksimal. Dengan beberapa variebel yang terdapat pada matrik kinerja rantai pasokan yang sebenarnya menggunakan metrik kinerja pada model Scor dengan ketentuan seperti model Chan & Li yang memiliki berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja diantaranya adalah reliability, responsivenees, flexibility, cost, dan asset.

Tetapi dalam kerangka pikir penelitiani kali ini saya lebih menggunakan pengukuran kinerja model Chan & Qi (2003) dengan memiliki berbagai variabel dimensi aktifitas kinerja mulai dari Ongkos, Waktu, Kapasitas, Kapabilitas, Produktifitas, Utilitas, dan Outcome dalam bukunya Pujawan (2010). Karena dengan meggunakan model performance of activity (POA) ini, pada dasarnya digunakan untuk mengukur kinerja aktifitas yang menjadi bagian dari rantai pasokan dengan lebih menunjukan proses kegiatan operasionalnya dibandingkan dengan model metrik yang lain. Kinerja aktifitas rantai pasokan kali ini diukur dalam berbagai dimensi seperti yang terlihat pada bagan di bawah ini.


(33)

22

Gambar 2.2 kerangka pikir penelitian manajemen rantai pasokan Sumber : Diolah dari Pujawan I.N. (2010)

Mengukur kinerja rantai pasokan pada model performance of activity

(POA) dapat memberikan alternative mengenai efisiensi biaya produksi, sehingga mampu memberikan keuntungan secara maksimal pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang. Adapun langkah langkah yang dilakukan adalah dengan menentukan besaran variabel yang terdapat pada model POA, yang terdiri dari Ongkos, Waktu, Kapasitas, Kapabilitas, Produktifitas, Utilitas, dan Outcome menurut Pujawan (2010) yang nantinya akan dikaitkan dengan kriteria metrik kinerja rantai pasokan yang telah ditentukan seperti pada gambar di atas, untuk melihat dan menetukan mana variabel yang memiliki bobot penilaian paling tinggi dalam kinerja rantai pasokan pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang.

Dimensi aktifitas kinerja Ongkos

Waktu Kapasitas Kapabilitas Produktifitas Utilisasi outcome Metric kinerja rantai pasokan

Delivery performance Fill rate

perfect order fulfillment order fulfillment lead time Production Flexibility cash to cash cycle time


(1)

b). Waktu

Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam konteks supply chain management terutama untuk supply chain yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan kecepatan respon pada supply chain. c). Kapasitas

Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode tertentu. Besar kecilnya kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan produksi atau pengiriman dan sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang relatif terhadap rata-rata permintaan memberikan informasi fleksibilitas pada supply chain.

d). Kapabilitas.

Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu supply chain untuk melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa sub-dimensi yang membentuk kapabilitas supply chain. Beberapa sub-dimensi


(2)

kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja supply chain adalah kehandalan, ketersediaan dan fleksibilitas.

e). Produktivitas

Produktifitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada supply chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi uotput. Secara mekanis produktivitas merupakan ratio antara keluaran yang efektif terhadap keseluruhan input yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi.

f). Utilisasi

Utilitas yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan supply chain. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi ratarata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8 am dikatakan memiliki utilitas sebesar 75 %. Pada supply chain yang siklus hidup produknya relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar inovasi, utilitas menjadi salah satu ukuran yang penting untuk dimonitor.

g). Outcome

Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas. Pada proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. Outcome tidak selalu mudah diukur karena sering kali tidak berwujud.


(3)

c. Model Scor ( Supply Chain Operations Reference)

Berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja berdasarkan SCOR, secara umum adalah : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Costs, dan

Asset. Dari metrik level 1 yang ada pada model SCOR dibagi lagi menjadi 13 metrik, misalnya customer-facing, yang artinya penting bagi pelanggan, dan ada juga internal-facing, yang artinya penting untuk monitoring internal, tetapi tidak langsung menjadi perhatian pelanggan.

Sebagai contoh, pelanggan sangat berkepentingan terhadap kinerja pengiriman, keterlambatan dan kerusakan saat proses pengiriman menjadi perhatian sangat penting bagi pelanggan sehingga delivery performance

adalah metrik yang customer-facing. Sebaliknya pelanggan tidak perlu repot memonitor jumlah persediaan yang dimiliki pelanggan, tetapi secara internal perusahaan sangat berkepentingan untuk memiliki jumlah persediaan yang cukup dan tidak berlebihan, sehingga inventory days of supply yang merupakan ukuran tingkat persediaan, merupakan metrik yang internal-facing.


(4)

Tabel 2.1 Performance metriks level 1

Performance attribute Customer-facing Internal-facing Reliability Responsivenees Flexibility Cost Assets

Delivery performance 

Fill rate 

Perfect order fulfillment

Order fulfillment lead time 

S-Chain response time

Production flexibility 

S-chain management cost

Cost of goods sold 

Value-added productivity

Waranty cost or return processing cost

Cash-to-cash cycle time

Inventory days cycle time

Asset turns 

Sumber : Pujawan I.N. (2010)

Reliability adalah kinerja rantai pasokan dalam mengirimkan produk yang sesuai ke tempat yang ditetukan pada waktu yang tepat dalam kondisi dan kemasan baik, dengan jumlah dan dokumen yang tepat kepada customer. Responsivenees adalah kecepatan sebuah rantai pasokan menyediakan produk untuk customer. Flexibility adalah keceptan rantai pasokan dalam merespon perubahan permintaan pasar untuk memperoleh atau menjaga keunggulan kompetitif. Cost adalah biaya yang terkait dengan pengoprasian rantai pasokan. Asset manajemen rantai pasokan adalah efektifitas sebuah organisasi dalam


(5)

C. Kerangka pikir penelitian

Pada dasarnya manajemen rantai pasokan sangat membantu dalam perusahaan untuk menjalakn proses operasionalnya, guna mendapatkan efisiensi biaya yang paling rendah dan mendapatkan keuntungan secara maksimal. Dengan beberapa variebel yang terdapat pada matrik kinerja rantai pasokan yang sebenarnya menggunakan metrik kinerja pada model Scor dengan ketentuan seperti model Chan & Li yang memiliki berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja diantaranya adalah reliability, responsivenees, flexibility, cost, dan asset.

Tetapi dalam kerangka pikir penelitiani kali ini saya lebih menggunakan pengukuran kinerja model Chan & Qi (2003) dengan memiliki berbagai variabel dimensi aktifitas kinerja mulai dari Ongkos, Waktu, Kapasitas, Kapabilitas, Produktifitas, Utilitas, dan Outcome dalam bukunya Pujawan (2010). Karena dengan meggunakan model performance of activity (POA) ini, pada dasarnya digunakan untuk mengukur kinerja aktifitas yang menjadi bagian dari rantai pasokan dengan lebih menunjukan proses kegiatan operasionalnya dibandingkan dengan model metrik yang lain. Kinerja aktifitas rantai pasokan kali ini diukur dalam berbagai dimensi seperti yang terlihat pada bagan di bawah ini.


(6)

Gambar 2.2 kerangka pikir penelitian manajemen rantai pasokan Sumber : Diolah dari Pujawan I.N. (2010)

Mengukur kinerja rantai pasokan pada model performance of activity

(POA) dapat memberikan alternative mengenai efisiensi biaya produksi, sehingga mampu memberikan keuntungan secara maksimal pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang. Adapun langkah langkah yang dilakukan adalah dengan menentukan besaran variabel yang terdapat pada model POA, yang terdiri dari Ongkos, Waktu, Kapasitas, Kapabilitas, Produktifitas, Utilitas, dan Outcome menurut Pujawan (2010) yang nantinya akan dikaitkan dengan kriteria metrik kinerja rantai pasokan yang telah ditentukan seperti pada gambar di atas, untuk melihat dan menetukan mana variabel yang memiliki bobot penilaian paling tinggi dalam kinerja rantai pasokan pada KUD Susu Sumber Makmur Ngantang.

Dimensi aktifitas kinerja

Ongkos

Waktu

Kapasitas

Kapabilitas

Produktifitas

Utilisasi

outcome Metric kinerja rantai pasokan

Delivery performance Fill rate

perfect order fulfillment order fulfillment lead time Production Flexibility cash to cash cycle time