145 dalam penerbitan SIPPA Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air untuk
industri yang banyak mengkonsumsi air dalam proses produksinya. Secara keseluruhan terlihat bahwa hasil analisis kebutuhan air untuk irigasi
padi sawah sangat mendominasi kebutuhan air di wilayah ini apabila dibandingkan dengan kebutuhan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Pola ini masih akan
terus berlangsung sampai di masa yang akan datang selama masih ada pembukaan lahan pertanian beririgrasi yang baru. Akan tetapi kebutuhan air untuk irigasi masih
bisa diatur melalui teknologi yang telah ada misalnya melalui pengaturan irigasi dengan irigasi tetes, intermitten, sprinkler dan lain-lainnya. Karena untuk pertanian
semakin sedikit penggunaan air semakin baik. Sedangkan untuk keperluan industri, air harus tersedia karena digunakan sebagai proses produksi dan tidak bisa tidak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk industri, air merupakan potensi. Agar ketersediaan air tetap bisa mencukupi kebutuhan diperlukan upaya untuk
melakukan perbaikan terhadap kondisi sumber daya air diantaranya konservasi daerah tangkapan hujan dan efisiensi dalam penggunaan air.
Dalam upaya efisiensi sumber daya air telah dilakukan optimasi kebutuhan
air menggunakan software OptiWaSh, sehingga dapat ditentukan alokasi
kebutuhan air optimal domestik, industri, pertanian pada waktu tertentu dan di
wilayah tertentu. Sehingga software OptiWaSh dapat digunakan dalam menyusun
rekomendasi optimal water sharing antar sektor pengguna air untuk meminimalisir
konflik penggunaan air.
5.3.4 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Business as Unusual
Dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga, yang kedua adalah
pemenuhan kebutuhan industri, dan yang ketiga adalah pemenuhan kebutuhan air irigasi dan sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan lain termasuk untuk pengelolaan
kualitas air sungai dan pembangkit listrik tenaga air. Seiring dengan perkembangan kebutuhan air untuk rumah tangga dan industri maka kebutuhan untuk irigasi
seringkali menjadi tidak cukup terutama untuk musim tanam kedua atau ketiga dimana hujan yang turun sudah tidak terlalu banyak. Konflik sering terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan antar pengguna sumber daya air sehingga perlu
146 adanya suatu pengelolaan sumber daya air yang terpadu. Untuk itu diperlukan
upaya optimalisasi penggunaan air sehingga tercapai optimal water sharing untuk meminimalkan konflik penggunaan air antara stakeholders pengguna air di DAS
Cicatih dengan mengembangkan perangkat lunak OptiWaSh. Tampilan perangkat lunak OptiWaSh disajikan pada Lampiran 3.
Skenario yang dilakukan adalah: a Ketersediaan air, dilakukan saat kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim, b Kebutuhan air pertanian,
dilakukan untuk tanam padi sekali, dua kali, dan tiga kali, c Kebutuhan air total, dilakukan saat kondisi existing dan peningkatan kebutuhan 4, 5, 6, dan 7
seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dan d Kebutuhan air pertanian, dihitung untuk kondisi irigasi konvensional dan aplikasi irigasi intermittent.
5.3.4.1 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional
untuk Sekali Tanam Padi
A. Irigasi Konvensional
Pada Gambar 100-101 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air de ngan irigasi konvensional pada kondisi normal dan saat terjadi perubahan iklim
untuk sekali tanam padi. Pada Gambar 102-105 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal
untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada kondisi normal dengan irigasi konvensional.
Gambar 100 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada kondisi normal untuk sekali tanam padi
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3 M
ill io
n s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Normal
Total Ketersediaan Air Normal Kebutuhan non AMDK
Proyeksi Kebutuhan non AMDK
147
Gambar 101 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk sekali tanam padi
Pada Lampiran 7 dan 8 berturut-turut disajikan alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada kondisi
normal dan saat terjadi tren perubahan iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air dan sumber air. Optimasi dilakukan berdasarkan skenario bahwa air
permukaan dan mata air dialokasikan untuk ketiga pengguna domestik, industri, dan pertanian, sedangkan air tanah seluruhnya dialokasikan untuk industri non
AMDK.
Gambar 102 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional
pada kondisi normal Gambar 103 Persentase optimal water sharing
existing tahun 2010
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3
Mi ll
io n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragaman Iklim Kebutuhan non AMDK
Optimasi Kebutuhan non AMDK
148
Gambar 104 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 105 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Pada Gambar 106-109 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada saat terjadi
tren perubahan iklim dengan irigasi konvensional
Gambar 106 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional saat
terjadi tren perubahan iklim Gambar 107 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 108 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 109 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
149 Sedangkan rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 110
dan berdasarkan sumber air pada Gambar 111.
Gambar 110 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan
pengguna air Gambar 111 Alokasi air untuk sekali tanam
padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air
Ketersediaan dan kebutuhan air pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi konvensional untuk sekali tanam padi terlihat bahwa
pada kondisi normal, apabila tidak dilakukan optimasi, maka akan terjadi defisit air mulai tahun 2029 dimana kebutuhan melebihi ketersediaan sampai tahun 2030.
Akan tetapi kondisi ini dapat diantisipasi apabila dilakukan optimasi kebutuhan air sehingga didapatkan alokasi penggunaan yang optimal Gambar 100. Pada kondisi
normal, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 29,5 -30,0 domestik yang berturut-turut berasal dari air permukaan 19,3 - 19,8 dan mata
air 10,2 - 10,3. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 6,3 - 6,9 berasal dari air permukaan 1,2 - 1,3, dari mata air 1,3
– 1,4, dan dari air tanah 3,8 - 4,3. Dan alokasi untuk pertanian dengan sekali tanam padi berkisar antara 63,2
- 64,2 19,3 - 19,8 dari air permukaan dan 43,9 - 44,4 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 73.400.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 41.500.000 m
3
dan air tanah 31.900.000 m
3
. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim apabila tidak dilakukan
optimasi, maka akan terjadi defisit air mulai tahun 2017 dimana kebutuhan melebihi ketersediaan sampai tahun 2030 Gambar 101. Alokasi optimal antara tahun 2010-
2030 untuk domestik berkisar antara 37,6 -37,7 yang berturut-turut berasal dari air permukaan 18,8 - 18,9 dan mata air 18,8 - 18,9. Alokasi untuk industri
non AMDK sebesar 4,2 - 4,3 berasal dari air permukaan 1,1 - 1,2, dari mata air 1,2
– 1,3, dan dari air tanah 1,9 - 2,0. Dan alokasi untuk pertanian
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Sekali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
M a
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Domestik
Industri Pertanian
Domestik Industri
Pertanian Normal
Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Sekali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
150 dengan sekali tanam padi berkisar antara 58,0 - 58,2 39,2 - 39,5 dari air
permukaan dan 18,8 - 18,9 dari mata air. Tidak ada alokasi untuk AMDK. Apabila dibandingkan dengan kondisi normal, saat terjadi tren perubahan iklim
alokasi untuk AMDK jauh lebih kecil. Pada kondisi existing ternyata pada tahun 2030, alokasi AMDK sudah negatif, ini mengindikasikan bahwa apabila tidak
segera dilakukan pengaturan alokasi air, maka alokasi AMDK sebagai penyumbang PAD Pendapatan Asli Daerah akan sangat berkurang, hal ini akan berdampak pada
pemasukan daerah. Di sisi lain, dengan diketahuinya alokasi air optimal untuk AMDK, maka PEMDA akan lebih selektif dalam menerbitkan SIPPA untuk
industri AMDK. Selain itu seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka
kebutuhan akan air juga akan meningkat. Untuk itu apabila ada pertumbuhan ekonomi 4, maka alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar
antara 29,3 - 29,9 domestik yang berasal dari 18,9 - 19,4 air permukaan dan 10,4 - 10,5 mata air, 4,6 - 4,7 industri non AMDK yang berasal dari
1,3 - 1,4 yang berasal dari air permukaan dan 1,3 - 1,4 dari mata air dan 2,1 – 2,2 dari air tanah, 65,1 - 66,5 pertanian yang berasal dari 19,0 - 19,4
yang berasal dari air permukaan dan 46,1 - 47,0 dari mata air. Sedangkan alokasi untuk AMDK 56.700.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 50.700.000 m
3
dan air tanah 28.300.000 m
3
. Untuk pertumbuhan ekonomi 5, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 29,4 - 29,8
domestik yang berasal dari 19,0 - 19,3 air permukaan dan 10,4 - 10,5 mata air, 4,6 - 4,7 industri non AMDK yang berasal dari 1,3 - 1,4 yang
berasal dari air permukaan dan 1,3 - 1,4 dari mata air dan 2,1 – 2,2 dari air
tanah, dan 65,3 - 66,5 untuk pertanian sekali tanam yang berasal dari 19,0 - 19,3 yang berasal dari air permukaan dan 46,3 - 47,2 dari mata air.
Sedangkan alokasi untuk AMDK 56.500.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 50.200.000 m
3
dan air tanah 28.500.000 m
3
. Dan untuk pertumbuhan ekonomi 6, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 30,5 -
31,1 domestik yang berasal dari 19,6 - 20,0 air permukaan dan 10,9 - 11,1 mata air, 4,8 - 5,0 industri non AMDK yang berasal dari 1,3 -
1,4 yang berasal dari air permukaan dan 1,3 - 1,4 dari mata air dan 2,2 –
2,3 dari air tanah, dan 63,7 - 65,0 untuk pertanian sekali tanam yang berasal
151 dari air permukaan sebesar 18,7 - 18,9 dan 43,9 - 44,8 dari mata air.
Sedangkan alokasi untuk AMDK 46.300.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 37.200.000 m
3
dan air tanah 29.000.000 m
3
. Selanjutnya untuk pertumbuhan ekonomi 7, alokasi kebutuhan air optimal periode 2010-2030 berkisar antara
30,8 - 31,4 domestik yang berasal dari 19,7 - 20,2 air permukaan dan 11,1 - 11,2 mata air, 4,9 - 5,0 industri non AMDK yang berasal dari
1,3 - 1,4 yang berasal dari air permukaan dan 1,4 - 1,5 dari mata air dan 2,2
–2,3 dari air tanah, dan 63,2 - 64,6 untuk pertanian sekali tanam yang berasal dari 19,8-20,2 dari air permukaan dan 43,5 - 44,4 dari mata air.
Alokasi untuk AMDK 49.200.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 42.400.000 m
3
dan air tanah 29.100.000 m
3
.
B. Irigasi Intermittent
Pada Gambar 112-113 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi irigasi intermittent pada kondisi normal dan saat terjadi tren
perubahan iklim untuk sekali tanam padi. Sedangkan pada Gambar 114-117 masing-masing disajikan grafik alokasi air
optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada kondisi normal dengan irigasi intermittent. Pada Lampiran 9 dan 10 berturut-
turut disajikan alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan
iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air dan sumber air.
Gambar 112 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada kondisi normal untuk sekali tanam padi
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3
Mi lli
o n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Normal
Total Ketersediaan Air Norm al Kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
Proyeksi kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
152
Gambar 113 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim untuk sekali tanam padi
Gambar 114 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent
pada kondisi normal Gambar 115 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 116 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 117 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Aplikasi irigasi intermittent secara terpadu untuk padi sawah di wilayah studi dilakukan melalui teknologi SRI. SRI Sistem of Rice Intensification adalah teknik
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3 Mi
lli o
n s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragaman Iklim Kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
Optimasi kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
153 budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50, bahkan di beberapa tempat
mencapai lebih dari 100. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar
antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh
penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer
dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina ATS, sebuah LSM Malagasy
untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development CIIFAD, mulai bekerja sama
dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International
Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Irigasi intermittent Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff Director CIIFAD. Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang
merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana
mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang
sesuai dengan pertumbuhannya. Sehingga metode SRI mempunyai keunggulan, antara lain: 1. Tanaman
hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimum 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode
pengeringan sampai tanah retak irigasi terputus, hemat air tidak digenang, kebutuhan air hanya 20-30 dari kebutuhan air untuk cara konvensional, 2.
Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kgha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll, 3. Hemat
waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hst, dan waktu panen akan lebih awal, 4. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 tonha, 5. Ramah
154 lingkungan,
tidak menggunaan
bahan kimia
dan digantikan
dengan mempergunakan pupuk organik kompos, kandang dan mikroorganisme lokal,
begitu juga penggunaan pestisida Mutakin, 2005. Pada Gambar 118-121 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal
untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi intermittent.
Gambar 118 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent
saat terjadi tren perubahan iklim Gambar 119 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 120 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 121 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 112 dan berdasarkan sumber air pada Gambar 113.
Gambar 122 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan
pengguna air Gambar 123 Alokasi air untuk sekali tanam
padi pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
Air Perm ukaan
Mata Air Air Tanah
Air Perm ukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Sekali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Domestik Industri
Pertanian Domestik
Industri Pertanian
Norm al Perubahan Iklim
A L
o ka
si A
ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Sekali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
155 Pada penelitian ini dilakukan skenario dengan irigasi intermittent, kemudian
dilakukan optimasi kebutuhan air untuk pertanian dengan asumsi bahwa kebutuhan airnya 30 dari kebutuhan irigasi konvensional.
Hasil optimasi menunjukkan bahwa baik pada kondisi normal maupun saat terjadi tren perubahan iklim saat ini terlihat bahwa dengan aplikasi irigasi
intermittent mengakibatkan total penggunaan air untuk pertanian menjadi lebih hemat. Hal ini juga mengakibatkan total kebutuhan air non AMDK lebih kecil
apabila dibandingkan dengan irigasi konvensional. Sehingga total kebutuhan air non AMDK antara tahun 2010
– 2030 selalu lebih rendah dari ketersediaan air Gambar 112-113. Pada kondisi normal, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 berkisar
antara 57,0 - 57,4 domestik yang berturut-turut berasal dari air permukaan 38,0 - 38,3 dan mata air 19,0 - 19,1. Alokasi untuk industri non AMDK
sebesar 8,4 - 8,6 berasal dari air permukaan 2,3 - 2,4, dari mata air 2,3 - 2,4, dan dari air tanah 3,7 - 3,9. Dan alokasi untuk pertanian dengan sekali
tanam padi berkisar antara 33,7 - 34,6 23,8 - 24,2 dari air permukaan dan 10,2 - 10,4 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 163.900.000 m
3
yang berasal dari air permukaan 30.200.000 m
3
, mata air sebesar 106.500.000 m
3
dan air tanah 27.200.000 m
3
. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, alokasi optimal antara
tahun 2010-2030 untuk domestik berkisar antara 50,1 -50,2 yang berturut-turut berasal dari air permukaan 23,0 - 24,1 dan mata air 26,1 - 27,1. Alokasi
untuk industri non AMDK sebesar 11,8 - 11,9 berasal dari air permukaan 3,2 - 3,3, dari mata air 3,3
– 3,4, dan dari air tanah 5,3 - 5,4. Dan alokasi untuk pertanian dengan sekali tanam padi berkisar antara 37,9 - 38,1 23,1 - 24,2
dari air permukaan dan 13,9 - 14,8 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 84.700.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 62.100.000 m
3
dan air tanah 22.600.000 m
3
. Apabila dibandingkan dengan kondisi normal, saat terjadi tren perubahan
iklim alokasi untuk AMDK jauh lebih kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila tidak segera dilakukan pengaturan alokasi air, maka alokasi AMDK sebagai
penyumbang PAD Pendapatan Asli Daerah akan sangat berkurang, hal ini akan berdampak pada pemasukan daerah. Di sisi lain, dengan diketahuinya alokasi air
optimal untuk AMDK, maka PEMDA akan lebih selektif dalam menerbitkan
156 SIPPA untuk industri AMDK. Penerimaan pajak bagi Daerah KabupatenKota dari
pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah danatau air permukaan telah diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 6 tahun 2001 tentang “ Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan” bab V pasal 10 yang berisi “Hasil penerimaan pajak diserahkan kepada Daerah KabupatenKota
paling sedikit 70 tujuh puluh persen dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi Daerah”.
Dengan sistem irigasi intermittent, alokasi air untuk kebutuhan padi sawah menjadi lebih kecil 30 - 40 apabila dibandingkan dengan irigasi konvensional
yang mencapai 60-70. Sehingga pertanian bisa lebih banyak menghemat penggunaan air, dimana dari segi lingkungan sangat menguntungkan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa apabila dengan irigasi konvensional, alokasi untuk AMDK relatif lebih kecil dibandingkan dengan irigasi intermittent yang menyisakan
alokasi untuk AMDK relatif cukup banyak. Sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan.
5.3.4.2 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional
untuk Dua Kali Tanam Padi
A. Irigasi Konvensional
Pada Gambar 124-125 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air irigasi konvensional saat kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim
untuk dua kali tanam padi.
Gambar 124 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada kondisi normal untuk dua kali tanam padi
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3
M ill
io n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Normal
Total Ketersediaan Air Normal Kebutuhan non AMDK
Proyeksi Kebutuhan non AMDK
157
Gambar 125 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk dua kali tanam padi
Sedangkan pada Gambar 126-129 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk dua kali tanam
pada kondisi normal dengan irigasi konvensional. Pada Lampiran 11 dan 12 berturut-turut disajikan alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK,
dan pertanian untuk dua kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna dan sumber air.
Gambar 126 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional
tahun normal Gambar 127 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 128 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 129 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3
M ill
io n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragam an Iklim Kebutuhan non AMDK
Proyeksi Kebutuhan non AMDK
158 Pada Gambar 130-133 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk
penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk dua kali tanam pada saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi konvensional.
Gambar 130 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional
saat terjadi tren perubahan iklim Gambar 131 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 132 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 133 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Sedangkan rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 134 dan berdasarkan sumber air pada Gambar 135.
Gambar 134 Alokasi air untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan
pengguna air Gambar 135 Alokasi air untuk dua kali
tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air
- 50 100 150 200 250 300
Domestik Industri
Pertanian 2x tanam
Volume m
3
Millions
Ke bu
tu ha
n
Optimal Water Sharing
Air Tanah Mata Air
Air Permukaan Existing
Domestik 30,7
Industri 6,4
Pertanian 2x tanam
62,8
Persentase Optimal Water Sharing Existing Tahun 2010
Domestik 24.587.443
47,5
Industri 2.464.717
4,8 Pertanian
2x tanam 24.678.992
47,7
Persentase Optimal Water Sharing Air Permukaan
Domestik 49.213.291
48,5
Industri 3.053.303
3,0 Pertanian
2x tanam 49.167.517
48,5
Persentase Optimal Water Sharing Mata Air
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
s ti
k In
d u
s tr
i P
e rt
a n
ia n
D o
m e
s ti
k
In d
u s
tr i
P e
rt a
n ia
n
D o
m e
s ti
k In
d u
s tr
i P
e rt
a n
ia n
D o
m e
s ti
k
In d
u s
tr i
P e
rt a
n ia
n
D o
m e
s ti
k In
d u
s tr
i P
e rt
a n
ia n
D o
m e
s ti
k In
d u
s tr
i
P e
rt a
n ia
n
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
k a
s i
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Dua Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Domestik
Industri Pertanian
Domestik Industri
Pertanian Normal
Perubahan Iklim
A lo
k a
s i A
ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Dua Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
159 Untuk pertanian dua kali tanam, pada kondisi normal terlihat bahwa apabila
tidak dilakukan optimasi, maka akan terjadi defisit air mulai tahun 2021 dimana kebutuhan melebihi ketersediaan. Akan tetapi dengan optimasi kebutuhan air akan
didapatkan alokasi penggunaan yang optimal Gambar 124. Pada kondisi normal, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara
25,3 -25,5 domestik yang berturut-turut berasal dari air permukaan 16,8 - 17,0 dan mata air 8,4 - 8,5. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 3,7 -
3,8 berasal dari air permukaan 1,0 - 1,1, dari mata air 1,0 - 1,1,, dan dari air tanah 1,7 - 1,8. Dan alokasi untuk pertanian dengan dua kali tanam padi
berkisar antara 70,7 - 71,0 22,0 - 22,1 dari air permukaan dan 48,8 - 49,0 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 58.000.000 m
3
. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, terjadi defisit air mulai
tahun 2010 dimana kebutuhan melebihi ketersediaan Gambar 125. Alokasi optimal antara tahun 2010-2030 untuk domestik berkisar antara 29,4 -29,5 yang
berturut-turut berasal dari air permukaan 15,8 - 16,0 dan mata air 13,5 - 13,6. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 3,5 - 3,6 berasal dari air
permukaan 0,9 - 1,0, dari mata air 1,0 – 1,1, dan dari air tanah 1,6 - 1,7.
Dan alokasi untuk pertanian untuk dua kali tanam padi berkisar antara 66,9 - 67,2 45,8 - 46,0 dari air permukaan dan 21,1 - 21,2 dari mata air. Tidak
ada alokasi untuk AMDK. Sehingga perlu segera dilakukan pengaturan alokasi air khususnya untuk AMDK.
Selain itu seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan air juga akan meningkat. Untuk itu pada kondisi normal apabila
ada pertumbuhan ekonomi 4, maka alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 21,9 - 22,1 domestik yang berasal dari 14,6 -
14,7 air permukaan dan 7,3 - 7,5 mata air, 3,2 - 3,3 industri non AMDK yang berasal dari 0,9 - 1,0 yang berasal dari air permukaan dan 0,9 -
1,0 dari mata air dan 1,4 – 1,5 dari air tanah, 74,6 - 74,9 pertanian yang
berasal dari 32,4 - 32,5 yang berasal dari air permukaan dan 42,2 - 42,4 dari mata air. Sedangkan alokasi untuk AMDK 56.700.000 m
3
yang berasal dari mata air sebesar 57.800.000 m
3
. Untuk pertumbuhan ekonomi 5, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 25,5 - 25,7
domestik yang berasal dari 17,0 - 17,1 air permukaan dan 8,5 - 8,6
160 mata air, 3,7 - 3,9 industri non AMDK yang berasal dari air permukaan
1,0 - 1,1, sebesar 1,1 - 1,2 dari mata air dan 1,7 – 1,8 dari air tanah.
Sedangkan untuk pertanian dua kali tanam alokasinya 70,4 - 70,7 yang berasal dari air permukaan sebesar 21,1 - 21,2 dan 46,3 - 47,2 dari mata air.
Sedangkan alokasi untuk AMDK 51.300.000 m
3
. Dan untuk pertumbuhan ekonomi 6, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 25,3 -
25,5 domestik yang berasal dari 16,9 - 17,0 air permukaan dan 8,4 - 8,5 mata air, alokasi untuk industri non AMDK sebesar 3,7 - 3,8 yang
berasal dari air permukaan 1,0 - 1,1, dari mata air 1,0 - 1,1 dan 1,7 – 1,8
dari air tanah. Alokasi untuk pertanian dua kali tanam sebesar 70,7 - 71,0 yang berasal dari air permukaan sebesar 21,9 - 22,0 dan 48,8 - 49,0 dari mata
air. Sedangkan alokasi untuk AMDK tidak ada. Selanjutnya untuk pertumbuhan ekonomi 7, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara
22,1 - 22,2 domestik yang berasal dari 14,7 - 14,8 air permukaan dan 7,4 - 7,5 mata air, alokasi untuk industri non AMDK sebesar 3,2 - 3,3
yang berasal dari air permukaan 0,9 - 1,0, dari mata air 0,9 - 1,0 dan 1,4 – 1,5 dari air tanah. Alokasi untuk pertanian dua kali tanam sebesar 74,6 -
74,7 yang berasal dari air permukaan sebesar 31,9 - 32,3 dan 42,3 - 42,8 dari mata air.
B. Irigasi Intermittent
Pada Gambar 136-137 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air irigasi sistem irigasi intermittent saat kondisi normal dan saat terjadi tren
perubahan iklim untuk dua kali tanam padi. Sedangkan pada Gambar 138-141 masing-masing disajikan grafik alokasi air
optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk dua kali tanam pada kondisi normal dengan irigasi intermittent. Pada Lampiran 13 dan 14 berturut-
turut disajikan alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan
iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air dan sumber air.
161
Gambar 136 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada kondisi normal untuk dua kali tanam padi
Gambar 137 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk dua kali
tanam padi
Gambar 138 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent
tahun normal Gambar 139 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3
Mi lli
o n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Normal
Total Ketersediaan Air Norm al Kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
Proyeksi kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V ol
um e
m
3
Mi lli
on s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragam an Iklim Kebutuhan non AMDK dengan irigasi interm ittent
Proyeksi kebutuhan non AMDK dengan irigasi interm ittent
162
Gambar 140 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 141 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Pada Gambar 142-145 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk dua kali tanam pada
saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi intermittent.
Gambar 142 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent saat
terjadi tren perubahan iklim Gambar 143 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 144. Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 145. Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
163 Rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 146 dan
berdasarkan sumber air pada Gambar 147.
Gambar 146 Alokasi air untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan
pengguna air Gambar 147 Alokasi air untuk dua kali
tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air
Hasil optimasi menunjukkan bahwa baik pada kondisi normal terlihat bahwa dengan aplikasi irigasi intermittent mengakibatkan total penggunaan air untuk
pertanian menjadi lebih hemat. Hal ini juga mengakibatkan total kebutuhan air non AMDK lebih kecil apabila dibandingkan dengan irigasi konvensional. Sehingga
total kebutuhan air non AMDK pada kondisi normal antara tahun 2010 – 2030
selalu lebih rendah dari ketersediaan air Gambar 136. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, untuk kondisi existing dan
pertumbuhan ekonomi naik 4 dan 5, ketersediaan air masih melebihi kebutuhan, tetapi pada pertumbuhan ekonomi 6 dan 7, kebutuhan air non AMDK sudah
melebihi ketersediaan. Pada kondisi normal, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 50,6 - 50,7 domestik yang berturut-turut berasal dari air
permukaan 33,7 - 33,8 dan mata air 16,9 - 17,0. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 7,4 - 7,6 berasal dari air permukaan 2,0 - 2,1, dari mata air
2,1 – 2,2, dan dari air tanah 3,3 - 3,4. Dan alokasi untuk pertanian dengan
dua kali tanam padi berkisar antara 41,6 - 42,0 29,1 - 29,4 dari air permukaan dan 12,5 - 12,6 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 142.600.000
m
3
yang berasal dari air permukaan 14.700.000 m
3
, mata air sebesar 127.900.000 m
3
dan air tanah 27.200.000 m
3
. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 untuk domestik berkisar antara 47,6 -
47,7 yang berturut-turut berasal dari air permukaan 21,8 - 22,9 dan mata air 24,8 - 25,7. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 11,2 - 11,3 berasal
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Dua Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Domestik Industri
Pertanian Domestik
Industri Pertanian
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Dua Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
164 dari air permukaan 3,0 - 3,1, dari mata air 3,2
– 3,3, dan dari air tanah 5,0 - 5,1. Dan alokasi untuk pertanian dengan dua kali tanam padi berkisar antara
41,1 - 41,2 21,9 - 22,9 dari air permukaan dan 18,3 - 19,2 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 71.100.000 m
3
yang berasal dari mata air. Apabila dibandingkan dengan kondisi normal, saat terjadi tren perubahan iklim alokasi
untuk AMDK jauh lebih kecil. Dengan sistem irigasi intermittent, alokasi air untuk kebutuhan padi sawah
untuk dua kali tanam sebesar 40 - 50. Alokasi ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan irigasi konvensional yang mencapai 70 - 75. Sehingga
pertanian bisa lebih banyak menghemat penggunaan air, dimana dari segi lingkungan sangat menguntungkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila
dengan irigasi konvensional, alokasi untuk AMDK relatif lebih kecil dibandingkan dengan irigasi intermittent yang menyisakan alokasi untuk AMDK relatif cukup
banyak, sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan.
5.3.4.3 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional
untuk Tiga Kali Tanam Padi
A. Irigasi Konvensional
Pada Gambar 148-149 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air irigasi konvensional saat kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim
untuk tiga kali tanam padi.
Gambar 148 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional saat kondisi normal untuk tiga kali tanam padi
100 150
200 250
300 350
400
2010 2015
2020 2025
2030
V o
lu m
e m
3 M
ill io
n s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Normal
Total Ketersediaan Air Normal Kebutuhan non AMDK
Proyeksi Kebutuhan non AMDK
165
Gambar 149 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk tiga kali tanam padi
Sedangkan pada Gambar 150-153 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk tiga kali tanam
pada kondisi normal dengan irigasi konvensional. Pada Lampiran 15 dan 16 berturut-turut disajikan alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK,
dan pertanian untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna dan sumber air.
Gambar 150 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi
konvensional tahun normal Gambar 151 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 152 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 153 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
100 150
200 250
300 350
400
2010 2015
2020 2025
2030
V ol
u m
e m
3
M ill
io n
s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Konvensional Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragam an Iklim Kebutuhan non AMDK
Proyeksi Kebutuhan non AMDK
166 Pada Gambar 154-157 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal
untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk tiga kali tanam pada saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi konvensional.
Gambar 154 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional
saat terjadi tren perubahan iklim Gambar 155 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 156 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 157 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Sedangkan rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 158 dan berdasarkan sumber air pada Gambar 159.
Gambar 158 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional
berdasarkan pengguna air Gambar 159 Alokasi air untuk tiga kali
tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
k a
s i A
ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Tiga Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0
Ai r
Pe rm
u ka
a n
M a
ta Ai
r Ai
r T
a n
a h
Ai r
Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r
T a
n a
h Ai
r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T
a n
a h
Ai r
Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r
T a
n a
h Ai
r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r
T a
n a
h Ai
r Pe
rm u
ka a
n M
a ta
Ai r
Ai r
T a
n a
h Domestik
Industri Pertanian
Domestik Industri
Pertanian Normal
Perubahan Iklim
A lo
k a
s i A
ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Tiga kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Konvensional
167 Untuk pertanian tiga kali tanam, baik pada kondisi normal maupun saat
terjadi tren perubahan iklim saat ini terlihat bahwa kebutuhan air non AMDK sudah melebihi ketersediaan sehingga alokasi untuk AMDK sudah tidak ada.
Walaupun demikian, masih terdapat alokasi optimal pada kondisi normal antara tahun 2010-2030 yang berkisar antara 17,8 -17,9 domestik yang berturut-
turut berasal dari air permukaan 11,7 - 11,8 dan mata air 5,9 - 6,0. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 2,7 - 2,8 berasal dari air permukaan 0,7 -
0,8, dari mata air 0,7 - 0,8, dan dari air tanah 1,2 - 1,3. Dan alokasi untuk pertanian dengan tiga kali tanam padi berkisar antara 79,6 - 79,7 41,5 -
42,8 dari air permukaan dan 37,0 - 38,1 dari mata air. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 untuk
domestik berkisar antara 20,1 - 20,5 yang berturut-turut berasal dari air permukaan 13,4 - 13,7 dan mata air 6,7 - 6,8. Alokasi untuk industri non
AMDK sebesar 2,9 - 3,2 berasal dari air permukaan 0,8 - 0,9, dari mata air 0,8 - 0,9, dan dari air tanah 1,3 - 1,4. Dan alokasi untuk pertanian dengan
tiga kali tanam padi berkisar antara 76,1 - 77,3 47,9 - 48,8 dari air permukaan dan 28,2 - 28,5 dari mata air. Karena tidak ada alokasi untuk
AMDK, maka perlu segera dilakukan pengaturan alokasi air khususnya untuk AMDK.
Selanjutnya pada kondisi normal dengan pertumbuhan ekonomi 4, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 18,1 - 18,2
domestik, 2,7 - 2,8 industri non AMDK, dan 79,0 - 79,2 untuk pertanian tiga kali tanam dengan irigasi konvensional. Sedangkan pada saat terjadi
tren perubahan iklim, alokasi kebutuhan air optimal sebesar 13,6 - 13,9 domestik, 2,9 - 3,2 untuk industri non AMDK, dan 70,4 - 71,5 untuk padi
dengan tiga kali tanam. Dengan pertumbuhan ekonomi 5, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi normal dan saat terjadi tren
perubahan iklim maisng-masing berkisar antara 18,0 - 18,7, 28,2 - 28,7 domestik, 2,6 - 2,8, 2,9 - 3,2 industri non AMDK, dan 77,3 - 79,3,
68,1 - 69,2, pertanian. Selanjutnya dengan pertumbuhan ekonomi 6, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi normal dan saat terjadi
tren perubahan iklim maisng-masing berkisar antara 18,1 - 18,2, 21,6 - 22,6 domestik, 2,6 - 2,7, 3,4 - 3,6 industri non AMDK, dan 79,0 -
168 79,3, 74,1 - 75,3 pertanian. Lebih lanjut dengan pertumbuhan ekonomi 7,
alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan iklim masing-masing berkisar antara 17,3 - 17,6, 21,5
- 22,0 domestik, 6,2 - 6,3, 3,2 - 3,5 industri non AMDK, dan 76,1 - 76,3, 74,5 - 75,6 pertanian.
B. Irigasi Intermittent
Pada Gambar 160-161 disajikan optimasi ketersediaan dan kebutuhan air irigasi sistem irigasi intermittent saat kondisi normal dan saat terjadi tren
perubahan iklim untuk tiga kali tanam padi.
Gambar 160 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada kondisi normal untuk tiga kali tanam padi
Gambar 161 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk tiga kali
tanam padi
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V ol
u m
e m
3 Mi
lli o
n s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Normal
Total Ketersediaan Air Norm al Kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
Proyeksi kebutuhan non AMDK dengan irigasi intermittent
100 150
200 250
300
2010 2015
2020 2025
2030
V ol
um e
m
3
Mi lli
on s
Tahun
Proyeksi Ketersediaan Kebutuhan Air pada Irigasi Intermittent Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim
Total Ketersediaan Air Keragam an Iklim Kebutuhan non AMDK dengan irigasi interm ittent
Proyeksi kebutuhan non AMDK dengan irigasi interm ittent
169 Sedangkan pada Gambar 162-165 masing-masing disajikan grafik alokasi air
optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dengan irigasi intermittent. Pada Lampiran 17 dan 18 berturut-
turut disajikan alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan
iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air dan sumber air.
Gambar 162 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent
pada kondisi normal Gambar 163 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 164 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 165 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Pada Gambar 166-169 masing-masing disajikan grafik alokasi air optimal untuk penduduk, industri non AMDK, dan pertanian untuk tiga kali tanam pada
saat terjadi tren perubahan iklim dengan irigasi intermittent.
170
Gambar 166 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent saat
terjadi tren perubahan iklim Gambar 167 Persentase optimal water
sharing existing tahun 2010
Gambar 168 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010
Gambar 169 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010
Sedangkan rata-rata alokasi air berdasarkan pengguna disajikan pada Gambar 170 dan berdasarkan sumber air pada Gambar 171.
Gambar 170 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent
berdasarkan pengguna air Gambar 171 Alokasi air untuk tiga kali
tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
D o
m e
st ik
In d
u st
ri Pe
rt a
n ia
n D
o m
e st
ik In
d u
st ri
Pe rt
a n
ia n
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Air Permukaan
Mata Air Air Tanah
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Tiga Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
M a
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Ai r Pe
rm u
ka a
n Ma
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
M a
ta Ai
r Ai
r T a
n a
h Ai
r Pe rm
u ka
a n
Ma ta
Ai r
Ai r T
a n
a h
Domestik Industri
Pertanian Domestik
Industri Pertanian
Normal Perubahan Iklim
A lo
ka si
A ir
Alokasi Air untuk Kebutuhan Tiga Kali Tanam Padi pada Aplikasi Irigasi Intermittent
171 Hasil optimasi menunjukkan bahwa baik pada kondisi normal maupun saat
terjadi tren perubahan iklim saat ini terlihat bahwa dengan aplikasi irigasi intermittent mengakibatkan total penggunaan air untuk pertanian menjadi lebih
hemat. Hal ini juga mengakibatkan total kebutuhan air non AMDK lebih kecil apabila dibandingkan dengan pada irigasi konvensional. Sehingga total kebutuhan
air non AMDK pada kondisi normal antara tahun 2010 – 2030 selalu lebih rendah
dari ketersediaan air Gambar 160 dan 161. Pada kondisi normal, alokasi optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 46,9 - 47,2 domestik yang berturut-
turut berasal dari air permukaan 30,7 - 31,2 dan mata air 16,0 - 16,3. Alokasi untuk industri non AMDK sebesar 7,15 - 7,16 berasal dari air
permukaan 1,9 - 2,0, dari mata air 2,02 – 2,03, dan dari air tanah 3,3 -
3,4. Dan alokasi untuk pertanian dengan tiga kali tanam padi berkisar antara 45,6 - 45,9 30,7 - 31,2 dari air permukaan dan 14,4 - 15,2 dari mata
air. Alokasi untuk AMDK 219.700.000 m
3
yang berasal dari air permukaan 15.900.000 m
3
, mata air sebesar 176.600.000 m
3
dan air tanah 27.200.000 m
3
. Sedangkan pada saat terjadi tren perubahan iklim, alokasi optimal antara tahun
2010-2030 untuk domestik berkisar antara 45,4 - 45,8 yang berturut-turut berasal dari air permukaan 20,8 - 22,0 dan mata air 23,8 - 24,5. Alokasi
untuk industri non AMDK sebesar 10,8 - 10,9 berasal dari air permukaan 2,9 - 3,0, dari mata air 3,0
– 3,1, dan dari air tanah 4,8 - 4,9. Dan alokasi untuk pertanian dengan tiga kali tanam padi berkisar antara 43,5 - 43,8 20,8 -
22,0 dari air permukaan dan 21,5 - 23,0 dari mata air. Alokasi untuk AMDK 71.200.000 m
3
yang berasal dari mata air. Apabila dibandingkan dengan kondisi normal, saat terjadi tren perubahan iklim alokasi untuk AMDK jauh lebih kecil.
Selanjutnya pada kondisi normal dengan pertumbuhan ekonomi 4, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 berkisar antara 46,9 - 47,2
domestik, 7,15 - 7,16 industri non AMDK, dan 45,6 - 45,9 untuk pertanian tiga kali tanam dengan irigasi intermittent. Sedangkan pada saat terjadi
tren perubahan iklim, alokasi kebutuhan air optimal sebesar 45,4 - 45,8 domestik, 10,8 - 10,9 untuk industri non AMDK, dan 43,5 - 43,8 untuk
padi dengan tiga kali tanam. Dengan pertumbuhan ekonomi 5, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi normal dan saat terjadi tren
perubahan iklim masing-masing berkisar antara 46,8 - 47,1, 45,3 - 45,7
172 domestik, 7,3 - 7,4, 11,0 - 11,1 industri non AMDK, dan 45,5 -
45,8, 46,3 - 47,3 pertanian. Selanjutnya dengan pertumbuhan ekonomi 6, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi normal dan saat
terjadi tren perubahan iklim masing-masing berkisar antara 46,8 - 47,0, 45,4 - 46,2 domestik, 7,4 - 7,5, 11,0 - 11,1 industri non AMDK, dan
45,4 - 45,8, 43,3 - 43,7 pertanian. Lebih lanjut dengan pertumbuhan ekonomi 7, alokasi kebutuhan air optimal antara tahun 2010-2030 pada kondisi
normal dan saat terjadi tren perubahan iklim masing-masing berkisar antara 46,8 - 47,0, 45,4 - 46,2 domestik, 7,5 - 7,6, 3,3 - 3,4 industri non
AMDK, dan 45,4 - 45,7, 46,3 - 47,3 pertanian. Dengan sistem irigasi intermittent, alokasi air untuk kebutuhan pertanian
untuk tiga kali tanam sebesar 40 - 50. Alokasi ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan irigasi konvensional yang mencapai 70 - 80. Sehingga
pertanian bisa lebih banyak menghemat penggunaan air, dimana dari segi lingkungan sangat menguntungkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila
dengan irigasi konvensional, alokasi untuk AMDK relatif lebih kecil dibandingkan dengan irigasi intermittent yang menyisakan alokasi untuk AMDK relatif cukup
banyak. Sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan.
5.4 Hasil Survei Sosial Ekonomi