Permasalahan dalam Water Sharing

28 kesempatan yang dihasilkan dengan demikian hanya sebagian kecil dari beberapa tuntutan ekonomi neo-klasik yang terjadi.

2.2.2 Rekomendasi Alokasi Air

Tujuan penting pengelolaan air adalah untuk mencocokkan atau menyeimbangkan permintaan dengan ketersediaan air, melalui pengaturan alokasi air yang sesuai. Keseimbangan kebutuhan air dengan ketersediaan air adalah daerah tangkapan spesifik dan karenanya tidak ada satu metode tertentu yang dapat direkomendasikan. Keseimbangan penawaran dengan permintaan akan sering melibatkan proses pengambilan keputusan di mana kompromi yang sulit harus dibuat. Dalam semua kasus, proses alokasi air memerlukan pemahaman kuantitatif baik ketersediaan air dan permintaan air. Selain itu, aspek-aspek berikut harus mendapatkan perhatian yang cermat, dan kemungkinan kombinasi terbaik win win solution yaitu:  kewajiban konstitusional untuk memberikan jumlah dasar air tawar untuk penduduk;  hukum atau perjanjian kewajiban untuk mempertimbangkan persyaratan hilir di luar daerah yang sedang dipertimbangkan untuk alokasi air;  kewajiban hukum untuk menyediakan kebutuhan air lingkungan hidup;  Kehilangan air harus dianalisis dengan mempertimbangkan skala spasial yang berbeda, dan fungsi-fungsi yang tidak disengaja dimana kerugian ini dapat melayani;  Prinsip alokasi harus mencakup ketentuan-ketentuan yang jelas untuk ekstrim saat kekeringan;  Prinsip alokasi air yang harus meningkatkan pengguna air serta minat untuk berinvestasi dalam infrastruktur air dan untuk meningkatkan efisiensi.

2.3 Water Sharing Berbagi Air

2.3.1 Permasalahan dalam Water Sharing

Berbagi Air Permasalahan yang tidak bisa dipisahkan dari upaya untuk menyediakan akses masyarakat terhadap air bersih adalah kompetisi, alokasi dan distribusi penggunaan air untuk keperluan pertanian, industri dan kebutuhan domestik, yang 29 semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sementara pasokan dan ketersediaan air yang utilizable cenderung menurun. Permasalahannya semakin kompleks dengan adanya keragaman ketersediaan air antar waktu dan antar wilayah pada musim kemarau yang mengakibatkan penurunan kemampuan waduk dalam memasok air untuk keperluan pertanian, domestik dan industri. Permasalahan alokasi dan distribusi air sering muncul meskipun alokasi dan distribusi air antar sektorpengguna sudah ditetapkan, namun dalam implementasi di lapangan sangat beragam terutama pada musim kemarau. Hal ini terjadi akibat alokasi yang sudah direncanakan tidak selalu tepat sasaran dalam hal kuantitas dan waktu pendistribusian, sehingga sangat merugikan sektor pertanian. Sebagai contoh Perum Jasa Tirta II sudah memperkirakan bahwa tidak akan terjadi defisit air sampai dengan musim kemarau 2004, tetapi Kompas 2004 mengungkapkan bahwa sebagian besar kawasan pertanian di pantura Jawa Barat mengalami keterlambatan tanam sekitar satu hingga satu setengah bulan pada awal musim tanam I 20032004. Dari total lahan seluas 240.000 ha yang mendapat air irigasi terdapat sekitar 30.738 ha yang belum ditanami padi hingga akhir Januari 2004. Daerah yang mengalami keterlambatan paling parah adalah Karawang, bahkan ada beberapa petani yang tidak bisa menanam selama setahun akibat keterlambatan tanam tahun lalu. Penyalahgunaan air untuk kepentingan satu pihak terlihat di mata air Desa Pager Rejo, Daerah Aliran Sungai DAS Kali Garang Hulu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, telah terjadi pengambilan air yang berlebihan untuk keperluan industri dan air minum mulai tahun 1997 sampai sekarang. Hal itu berdampak terhadap penurunan intensitas tanam dan luas areal tanam serta produktivitas pertanian. Informasi ini dapat dengan jelas divalidasi dengan menggunakan citra dengan resolusi spatial dan temporal yang memadai seperti spot image multitemporal. Kasus serupa terjadi di DAS yang sama, yaitu di mata air Desa Nyatnyono, akibat pengambilan air yang berlebihan oleh produsen air kemasan. Fenomena yang identik juga terjadi di DAS Kali Kuning, Kaliurang, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan mata air Cokrotulung, Klaten, Jawa Tengah, yang mulai mengeksploitasi sumber mata air mulai tahun 2002 dan beroperasi penuh tahun 2004 Irianto, 2004. 30 Tingginya kebutuhan air untuk irigasi dengan tingkat efisiensi rata-rata nasional yang masih di bawah 50 menyebabkan world water forum menuding bahwa sektor pertanian yang boros air perlu diprivatisasi. Pemikiran tersebut sangat kurang tepat dan membahayakan, karena sektor pertanian sebenarnya hanya memerlukan air irigasi pada musim kemarau, sementara pada musim hujan sepenuhnya tergantung pada air hujan. Produksi tanaman musim kemarau secara faktual kualitas dan produktivitasnya tinggi dengan pasar yang relatif bagus, karena pasokan terbatas sementara permintaan tetap.

2.3.2 Konsep Water Sharing