Proyeksi Ketersediaan dan Kebutuhan Air

16 untuk keperluan domestik dan industri secara teoritis tetap untuk suatu periode dan bahkan cenderung meningkat. Pada Tabel 2 disajikan pasokanketersediaan air per pulau di Indonesia Departemen Kimpraswil, 2000. Tabel 2 Ketersediaan sumber daya air di pulau-pulau di Indonesia Sumber: Departemen Kimpraswil 2000 Ket: NA: tidak tersedia DMI: Domestic, Municipal and Industri Banyak negara dan wilayah di dunia yang sudah mencapai titik kritis. Dari 180 negara yang diberi rankingperingkat dalam laporan tersebut menurut ketersediaan sumber daya air yang dapat diperbaharui renewable water resources pernegara perkapita, negarawilayah yang paling parah ketersediaan airnya berada pada peringkat terbawah, 176-180 adalah Kuwait, Jalur Gaza, Emirat Arab, Bahamas, dan Qatar. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat 58, dimana tersedia 13.381 m 3 air pertahunnya, perkapita penduduk Indonesia. Tetapi, meskipun Indonesia berada pada peringkat yang “lumayan” dalam hal ketersediaan airnya, dibandingkan dengan Kuwait hanya 10 m 3 atau Emirat Arab 58 m 3 misalnya, namun jika dilihat dari kualitas airnya, ternyata Indonesia berada pada peringkat yang cukup mengkhawatirkan, yaitu urutan ke 110 dari 122 negara yang terdata. Berarti, tingkat polusi, sistem pembuangan dan sanitasi berada pada tingkat yang cukup parah sehingga jaminan agar rakyat bisa mendapatkan air bersih yang layak, kecil sekali Hadad, 2003.

2.1.3 Proyeksi Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Menurut proyeksi International Food Policy Research Institute IFPRI 1997 kebutuhan air Indonesia tahun 2020 untuk keperluan pertanian, industri dan domestik dibandingkan tahun 1995 meningkat berturut-turut 25, 400 dan Pulau Luas Wilayah Potensi air permukaan m 3 dt Potensi air bumi m 3 dt Low flow tersedia m 3 dt Permintaan m 3 dt Irigasi DMI Total JawaBali 139 6199 95 786 950 124 1074 Nusa Tenggara 81 1777 21 90 70 3 73 Sumatera 470 23660 NA 4704 271 26 297 Kalimantan 535 32279 NA 6956 19 7 26 Sulawesi 187 2488 44 561 120 6 126 Maluku 78 3373 9 391 5 1 6 Papua Barat 414 28061 NA 4140 2 1 1 Total 1904 97837 17628 1437 1168 1603 17 300. Sementara itu, secara kuantitas volume air yang ada relatif konstan bahkan yang dapat digunakan utilizable cenderung menurun antara lain akibat pencemaran, rusaknya kondisi biofisik DAS. Salah satu indikatornya adalah tingginya fluktuasi debit pada musim hujan dan kemarau serta rentannya susceptible pasokan air akibat deraan anomali iklim seperti El-Niño dan La-Niña. Masalah air di Indonesia cukup kritis. Untuk menjamin keberlanjutan ketersedian air perlu upaya-upaya pengelolaan air yang baik, terpadu dan profesional. Masalah utama pengelolaan sumber daya air di Indonesia antara lain: 1 Kelangkaan lokal dalam alokasi air di beberapa sektor karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan permintaan air bersih, khususnya di perkotaan. Meskipun total ketersediaan air bersih di Indonesia masih cukup tinggi sekitar 13000 m 3 kapitatahun, tetapi ketersediaan di beberapa wilayah tidak sama. Misalnya di Jawa, dengan hanya 4,5 dari total potensial air bersih nasional, harus menyokong 65 penduduk Indonesia dari total 210 juta orang. Akibatnya terjadi krisis air selama musim kemarau. Di sisi lain, permintaan air bersih terutama di Jawa meningkat setiap tahun. Menurut data dari Kimpraswil permintaan air bersih meningkat 220 antara 1990 dan 2020 Sarwoko dan Anshori, 2003. 2 Kemampuan akses untuk air bersih dari institusi pengelola dan kemampuan infrastruktur air bersih di perkotaan untuk menyediakan cepatnya permintaan air bersih. Penelitian WATSAL menyebutkan bahwa di perkotaan, hanya sekitar 40 dari seluruh wilayah perkotaan yang mendapatkan akses dari air PAM. Sehingga, masyarakat mengandalkan air tanah untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan untuk industri. Diperkirakan 80 keperluan air bersih penduduk perkotaan dan pedesaan disuplai dari air tanah dan 90 industri juga menggunakan air bersih Yousana OP Siagian, 2003. 3 Kecerobohan perencanaan dengan tidak adanya perhatian pada kelangsungan lingkungan dan budaya lokal menyebabkan stres pada lingkungan. Sedangkan industrialisasi dan urbanisasi akan menambah stres. Rata-rata tahunan curah hujan atau ketersediaan air di Indonesia cukup berlimpah, tetapi terdapat variasi antar wilayah dan antar waktu, sehingga sering terjadi kekurangan air di wilayah rawan kekeringan, dan banjir di tempat lain atau 18 waktu lain. Hal ini jelas mengganggu keberlanjutan sistem produksi pertanian nasional, termasuk bahan pangan. Kebutuhan air pertanian relatif terpenuhi di wilayah irigasi teknis yang telah dilengkapi dengan bendungan dan saluran-saluran irigasinya. Itupun pada akhir- akhir ini mengalami kekurangan air apabila terjadi anomali iklim, yang sering tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sedangkan pertanian tadah hujan, terutama di wilayah beriklim kering seperti Indonesia Bagian Timur, selalu terancam oleh risiko kekurangan air. Dewasa ini, masalah meningkatnya tekanan terhadap sumber daya air di beberapa tempat sudah semakin besar, disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan permintaan akibat pertumbuhan ekonomi dan proses urbanisasi Pasandaran, 1996. Karena ketersediaan air secara kualitas cenderung menurun, maka akan mempengaruhi pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga, sektor pertanian, industri, dan lingkungan. Pada saat ini, permintaan air tersebut masih dapat dipenuhi karena ketersediaan air jauh lebih besar dari permintaannya Tabel 3. Bahkan kebutuhan air sampai tahun 2020 masih dapat dipenuhi dari air yang tersedia saat ini. Neraca kebutuhan air tahun 2003 dan 2020 disajikan pada Tabel 4 dan 5. Secara global sampai dengan tahun 2020 diperkirakan kebutuhan produksi padi nasional meningkat hingga 71,55 juta ton dengan peningkatan kebutuhan pengembangan sumber daya air sebesar 45-57,5 dibanding tahun 1998 Pasandaran dan Sugiharto, 1999. Selanjutnya menurut Napitupulu 1999 kebutuhan air irigasi sawah di Indonesia pada tahun 1998 diperkirakan ± 71,676 juta meter kubik MMCtahun, sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam 10 tahun mendatang dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk nasional 1,6tahun diperlukan air 90-100 MMCtahun. Sebagai gambaran kapasitas waduk Jatiluhur hanya 2 juta MMC, sehingga paling tidak perlu dibangun 45-50 buah waduk sejenis untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, apalagi dengan kondisi pendanaan yang tampaknya semakin sulit. Disisi lain pada saat ini persaingan penggunaan air antar sektor sedemikian meningkat akibat peningkatan pertumbuhan penduduk. Apalagi ada indikasi bahwa gejala anomali iklim, baik El- Nino maupun La-Nina semakin kerap terjadi. 19 Tabel 3 Ketersediaan dan permintaan air aktual untuk keperluan rumah tangga, perkotaan, industri dan irigasi No Propinsi Ketersediaan Permintaan Saat Ini 2002 dalam m 3 dt Rata-rata R.Tangga Perkotaan Industri Irigasi Total 1 N. Aceh D. 3,042.21 9.34 3.98 - 126.54 139.86 2 Sumatra Utara 2,948.79 87.46 37.32 9.42 166.51 300.71 3 Sumatra Barat 1,670.69 8.00 3.41 93.01 - 104.42 4 Riau 5,020.67 15.76 6.73 - 74.42 96.91 5 Jambi 2,680.65 6.17 2.63 - 31.14 39.94 6 Sumsel BangkaBelitung 4,793.82 26.96 11.50 - 62.67 101.13 7 Bengkulu 1,662.20 2.97 1.27 - 41.96 46.20 8 Lampung 1,528.41 17.82 7.60 - 94.67 120.09 SUMATRA 23,347.44 174.48 74.44 102.43 597.91 949.26 9 DKI Jakarta 317.45 31.41 13.77 14.14 75.85 135.17 10 Banten 252.38 1.11 0.49 1.59 29.05 32.24 11 Jawa Barat 2,171.14 24.00 9.00 20.00 372.00 425.00 12 Jawa Tengah 1,665.18 17.95 7.87 - 337.28 363.10 13 DI Yogyakarta 175.23 3.89 1.71 - 50.01 55.61 14 Jawa Timur 1,354.95 24.99 10.96 11.55 419.26 466.76 JAWA 5,936.33 103.35 43.80

47.28 1,283.45