37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih
Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan teknologi
untuk kegiatan produksinya. Spesies jamur yang dibudidaya adalah jamur tiram putih yang memiliki ciri warna daging yang berwarna putih.
Usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi memiliki luas lahan kurang lebih 1.200 m
2
, yang terdiri dari bangunan kumbung dengan luas rata-rata dari kedua kecamatan 800 m
2
sebagai tempat growing atau penumbuhan jamur tiram. 400 m
2
luas lahan selain bangunan kumbung digunakan sebagai tempat penyimpanan sarana pendukung produksi.
Ada beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya jamur tiram putih antara lain :
Sosial Ekonomi Umumnya aspek sosial ekonomi berkaitan dengan lingkungan masyarakat
sekitar lokasi kegiatan budidaya dilakukan. Beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dari aspek sosial ekonomi adalah sebagai berikut :
- Lingkungan harus terjaga dengan baik. Artinya, usaha budidaya jamur tiram
putih tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada. Kondisi iklim cuaca di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama. Suhu dari kedua daerah tersebut
berkisar antara 15 - 22 C dengan kelembaban 90.
- Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan
Ciampea dan Ciawi berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar
lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
- Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, yakni sarana produksi,
sarana transportasi, sarana penerangan listrik, dan sarana telekomunikasi seperti telepon guna menunjang kelancaran usaha. Dari lokasi usaha
budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi yang menjadi objek penelitian telah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana bagi
keberlangsungan usaha budidaya jamur tiram. Seperti kelengkapan sarana produksi yang berupa alat-alat kebersihan, masker, sepatu boot, dan lain
38
sebagainya. Untuk transportasi menggunakan motor maupun sepeda, dan sarana-sarana yang penunjang yang lainnya.
- Lokasi aman dan mendapat jaminan dari pihak-pihak yang berwenang di
daerah setempat. Pada lokasi usaha di Kecamatan Ciampea yang telah berlangsung selama kurang lebih 5 tahun, tidak terjadi konflik dengan
masyarakat sekitar. Begitu pun dengan lokasi usaha yang ada di Kecamatan Ciawi. Masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha terlihat tidak terganggu
dengan adanya usaha budidaya jamur tiram tersebut.
Proses Budidaya Jamur Tiram Putih
Aspek budidaya mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya jamur tiram putih. Untuk lokasi bangunan dipilih lahan dengan tanah
yang stabil. Untuk budidaya jamur tiram pada lokasi penelitian, responden memilih lahan yang berhawa sejuk dengan suhu 10 - 22
C dengan kelembaban udara cukup tinggi berkisar 90. Dari kedua lokasi usaha yang berada di
Kecamatan Ciampea dan Ciawi, kegiatan usaha buidaya jamur tiram telah memenuhi kriteria yang baik untuk lokasi usaha. Hal ini terlihat dari hasil
produksi yang cukup baik. Pembudidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi telah mengukur suhu dan kelembaban yang ideal, sehingga dari segi
pemilihan iklim cuaca untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sudah cukup memenuhi untuk standar produksi.
Sarana Produksi
Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, antara lain bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku
maupun bahan tambahan. ·
Bangunan Secara umum bangunan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur
tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi seperti terlihat pada Gambar 2. Dalam usaha budidaya jamur tiram bangunan yang digunakan untuk budidaya jamur
tiram putih disebut kumbung.
39
Gambar 2. Bangunan kumbung pemeliharaan di Kecamatan Ciampea. Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa
bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman
dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat
dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan
suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaring anyaman, dapat
mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun.
· Rak-Rak Bambu
Bagian dalam bangunan kumbung terdapat rak-rak yang terbuat dari bahan utama bambu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur. Dari
lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi struktur rak- rak yang digunakan sama dari bahan dan bentuk. Yang berbeda hanya tingkatan
dari setiap rak di Kecamatan Ciampea umumnya rak yang digunakan memilki 3 tingkat dengan masing-masing tingkat ditumpuk bibit jamur. Untuk lokasi usaha
di Kecamatan Ciawi menggunakan rak sebanyak 4 - 5 tingkat. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang cukup sempit sehingga bentuk rak sedikit ditambah
tingkatannya agar memenuhi kebutuhan produksi jamur tiram.
40
Gambar 3. Rak tempat penyimpanan baglog jamur di Kecamatan Ciampea. Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam
dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bedeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak
setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log bibit jamur disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi
ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut.
· Peralatan
Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Peralatan yang digunakan pada usaha
budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama, yang membedakan hanya pada kelengkapan peralatan yang dipakai dan teknologi alat
yang dipakai. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu :
· Jarum Inokulasi
Jarum Inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, dengan cara mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi
miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar. ·
Sprayer
41
Gambar 4. Peralatan budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70 ke dalam ruangan
agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan 1 jam sebelum melakukan inokulasi.
· Timbangan
Gambar 5. Timbangan panen jamur tiram di Kecamatan Ciawi. Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 100 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur.
42
· Alkohol 70
Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan
melakukan pekerjaan inokulasi. ·
Saringan Pengayak Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar
seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan
berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. ·
Autoklaf Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang
dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500
baglog.
43
Gambar 6. Autoklaf yang sedang diloading dengan baglog yang akan disterilkan di Kecamatan Ciampea.
· Termometer
Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan atau kumbung jamur.
Bahan-bahan
Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan.
· Bahan baku
Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan
jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat,
sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif zat pengawet alami yang terdapat pada kayu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang
digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu
44
yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut :
- Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya: oli, solar,
minyak dan lain-lain. -
Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah.
- Serbuk kayu kering.
Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, rataan setiap harinya digunakan sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan
sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp. 1.500.
· Bahan tambahan
- Bekatul
Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk
pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh
bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini
dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp. 1000 per kg.
- Kapur
Kapur digunakan untuk mengatur pH media. Disamping itu, kapur juga
sebagai sumber kalsium Ca. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk
produksi 500 baglog tanam per hari setiap sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp. 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk
meningkatkan mineral
yang dibutuhkan
jamur tiram
putih bagi
pertumbuhannya.
45
Teknis Budidaya Jamur Tiram Putih
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi usaha, teknis kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tidak ada kegiatan yang
berbeda jauh. Hasil pengamatan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ciampea dan Ciawi secara umum memiliki
kegiatan yang sama. Kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 7. Alur Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus.
Tahap 1. Persiapan Media
Persiapan media merupakan tahap awal untuk menghasilkan jamur tiram putih yang berkualitas baik sehingga menentukan keberhasilan budidaya jamur
tiram putih. Mutu media yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang baik dan jumlah
yang mencukupi. Adapun kegiatan persiapan media meliputi : ·
Persiapan substrat Bahan baku media pembuatan jamur tiram putih ini pada umumnya terdiri
dari serbuk gergaji, kapur, bekatul dedak padi, dengan komposisi yang disesuaikan dengan besarnya produksi jamur yang akan dihasilkan, masing-
masing dari bahan baku. Tahap 1. Persiapan media
Tahap 3. Inkubasi Tahap 4. Penumbuhan
Tahap 5. Pemanenan Tahap 2. Inokulasi
Tahap 6. Pemasaran
46
· Pengayakan serbuk kayu
Pengayakan serbuk kayu dilakukan sebelum serbuk kayu dicampur bersama bahan-bahan yang lain. Tujuan dari pengayakan serbuk kayu untuk
menghasilkan serbuk kayu yang halus dan seragam. Dalam artian, serbuk ini tidak terlalu bercampur dengan benda-benda asing seperti kerikil, potongan kayu kecil,
pecahan kaca ataupun plastik dan lain sebagainya. ·
Pencampuran media Semua bahan baku yang diperlukan untuk membentuk media dicampur
dengan air dan diaduk secara merata dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dari hasil penelitian kebutuhan baglog per hari kurang lebih
300 baglog yang didapat dari pencampuran serbuk kayu sebanyak 100 kg, bekatul 15 kg, dan kapur 5 kg.
· Pengomposan media
Proses pengomposan media perlu dilakukan untuk menguraikan senyawa- senyawa komplek dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga
diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengomposan media adalah kira-
kira 1 - 2 hari. ·
Pembungkusan atau pengantongan media Media yang siap dimasukan ke dalam kantong plastik yaitu media yang
tidak pecah atau terurai bila kepalan tangan dilepas. Plastik pembungkus yang digunakan yaitu plastik polipropilen pp karena plastik ini relatif tahan panas.
Setelah media dibungkus, maka selanjutnya ujung plastik ujung plastik dapat disatukan dengan cincin yang terbuat dari potongan bambu pada leher plastik,
sehingga bungkusan menyerupai botol. ·
Sterilisasi media Kegiatan selanjutnya adalah mensterilkan media yang telah dibungkus.
Tujuan dari mensterilkan media tersebut adalah untuk menghambat perkembangbiakan kontaminan atau benda asing yang tidak diinginkan yang
47
masuk ke dalam media atau bahan baku. Hal ini perlu dilakukan pada suhu 90 - 95 C selama kurang lebih 8 jam.
· Pendinginan media
Setelah kegiatan strelilisasi selasai selama hampir 8 jam. Media yang dikeluarkan dari alat sterilisasi lalu didinginkan agar supaya bibit jamur tidak mati
pada saat dilakukan pembibitan.
Tahap 2. Inokulasi
Sebelum kegiatan inokulasi dilakukan, ruangan untuk inokulasi, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu dengan
menyemprotkan alkohol 70. Umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara tusukan yaitu dengan membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin
sekitar
3 4
dari tinggi media. Alat tusuk dapat berupa lidi atau kayu dengan diameter 1 inci. Media kemudian ditutup dengan kapas setelah diinokulasi.
Tahap 3. Inkubasi
Tahap inkubasi ini dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diinokulasi agar bibit jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan selama proses
inkubasi ini berkisar 20 - 25 C. Kegiatan ini dilakukan hingga seluruh media
berwarna putih karena ditutupi oleh miselia jamur. Setelah seluruh media memutih karena ditutupi oleh miselia jamur selama kurang lebih 40 - 60 hari
dibuka tutup baglognya dan sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Pada dasarnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup
bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik.
Tahap 4. Penumbuhan
Satu sampai dua minggu setelah media dibuka maka tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2 -
3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan terlalu lama maka bentuk jamur tersebut akan kurang
baik dan daya simpannya akan menurun.
48
Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu 16 - 22
C dengan kelembaban 80 - 90. Kondisi tersebut dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik. Oleh
karena itu, apabila suhu terlalu tinggi sedangkan kelembaban terlalu rendah hal ini terjadi pada musim panas perlu dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan sprayer atau dengan menggunakan pengabut yang bekerja dengan mesin pompa air.
Tahap 5. Pemanenan
Panen dilakukan sebanyak 4 sampai 8 kali panen, dimana keadaannya tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur serta lingkungan selama
pemeliharaan. Panen jamur dilakukan pada pagi hari ketika jamur sudah memenuhi syarat untuk dipanen. Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar
dengan diameter rata-rata antara 5 - 10 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat atau mencabut jamur yang dipanen. Bekas batang jamur dalam
substrat tanam harus dibersihkan. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang
menempel pada bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan jamur pun akan lebih lama. Hasil panen
jamur tiram dapat langsung dipasarkan dalam kondisi segar.
Tahap 6. Pemasaran
Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 20 kghari. Untuk mempertahankan
kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko
kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Harga jual jamur tiram putih segar adalah Rp 7.000 per kilogram. Harga ini dilihat dari rata-rata harga
yang biasa dipakai oleh penjual jamur itu sendiri. Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal
seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke
tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen
49
yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta.
Analisis Finansial
Analisis finansial adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyekusaha melalui pengujian. Aspek finansial
dalam penelitian ini berkaitan dengan nilai dari manfaat dan biaya dalam usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat
memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi untuk usaha budidaya jamur tiram putih meliputi bangunan, sekop, timbangan pembibitan, pengayak, cidukan
serbuk, alat strerilisasi, oven drum, lampu spiritus, sendok tanam, sprayer strerilisasi, cangkul, pompa air, nostle, selang air, cutter, sprayer budidaya, sapu,
pisau, timbangan pemanenan, dan keranjang.
Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No
Komponen Investasi Jumlah
unit Harga per
Unit Rp Total Biaya
Rp Umur
Teknis tahun
1 Bangunan
1 90.000.000
90.000.000 10
2 Sekop
2 65.000
130.000 3
3 Timbangan Pembibitan
1 75.000
75.000 3
4 Pengayak
1 50.000
50.000 3
5 Cidukan Serbuk
- -
- 6
Alat Sterilisasi 1
10.000.000 10.000.000
5 7
Oven Drum -
- 3
8 Lampu Spriritus
2 15.000
30.000 5
9 Sendok Tanam
3 15.000
45.000 5
10 Sprayer Sterilisasi
3 7.000
21.000 3
11 Cangkul
- -
- 12
Pompa air 1
150.000 150.000
5 13
Nostle 1
12.000 12.000
2 14
Selang air 1
250.000 250.000
5 15
Cutter -
- 1
16 Sprayer Budidaya
- -
3
50
Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea.
17 Sapu
- -
3 18
Pisau 3
5.000 15.000
3 19
Timbangan Pemanenan 1
85.000 85.000
3 20
Keranjang 2
60.000 120.000
3 Total
23 100.789.000 100.983.000 Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciampea rata-rata adalah
sebesar Rp. 100.983.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.100 m
2
. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih
untuk investasi ini berasal dari modal sendiri.
Tabel 3. Investasi budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.
No Komponen Investasi
Jumlah unit
Harga per Unit Rp
Total Biaya
Rp Umur
Teknis tahun
1 Bangunan
1 14.000.000 14.000.000
5 2
Sekop 2
65.000 130.000
3 3
Timbangan Pembibitan 1
75.000 75.000
3 4
Pengayak 1
50.000 50.000
3 5
Cidukan Serbuk -
- -
6 Alat Sterilisasi
4 80.000
320.000 5
7 Oven Drum
4 350.000
1.400.000 3
8 Lampu Spriritus
1 25.000
25.000 5
9 Sendok Tanam
2 17.500
35.000 5
10 Sprayer Sterilisasi
1 6.000
6.000 3
11 Cangkul
- -
- 12
Pompa air 1
175.000 175.000
5 13
Nostle 1
13.000 13.000
2 14
Selang air 1
200.000 200.000
5 15
Cutter -
- 1
16 Sprayer Budidaya
- -
3 17
Sapu -
- 3
18 Pisau
4 2.500
10.000 3
19 Timbangan Pemanenan
1 75.000
75.000 3
20 Keranjang
7 55.000
385.000 3
21 Tabung Gas
4 500.000
2.000.000 10
Total 32
15.689.000 18.899.000
51
Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciawi rata-rata adalah sebesar Rp 18.899.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.000 m
2
. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih
untuk investasi ini berasal dari modal sendiri.
Biaya operasional
Biaya operasional yang dikeluarkan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
·
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya output. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih terdiri
atas gaji karyawan, dan penyusutan. Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp 13.133.944. Jumlah biaya tetap yang
dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya tetap usaha tahunan budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
No. Jenis
Total Biaya Rp Ciampea
Ciawi
1 Gaji Tenaga Kerja Tetap
6.140.000 5.600.000
2 Penyusutan
6.993.944 5.719.211
Total 13.133.944
11.319.211
Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp 11.319.211. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha
budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 4. ·
Biaya Variabel
Biaya vaiabel adalah biaya yang berubah dengan adanya perubahan jumlah output. Biaya variabel yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih di
Kecamatan Ciampea dan Ciawi meliputi serbuk gergaji, kapur pertanian, dedak, tepung jagung, bibit jamur, spiritus, alkohol 70, cincin, kapas sintetis, plastik
baglog, masker, kayu bakar, plastik packing, tali rafia. Rincian biaya variabel Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.
52
Tabel 5. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea.
No Jenis
Jumlah unit
Harga per Unit Rp
Total Biaya Rp
1 Serbuk Gergaji
1.500 2.500
3,750,000 2
Kapur Pertanian 100
500 50.000
3 Dedak
1.000 1.000
1.000.000 4
Tepung Jagung 17
4.000 68.000
5 Bibit Jamur
30,000 27
810.000 6
Spiritus 1
7.000 7.000
7 Alkohol 70
1 16.000
16.000 8
Cincin 35.000
25 875.000
9 Kapas Sintetis
250 6.000
1.500.000 10
Plastik Baglog 90
12.000 1.080.000
11 Masker
12 3.000
36.000 12
Gas 1
150.000 150.000
13 Plastik Packing
5 45.000
225.000 14
Tali Rafia 1
15.000 15.000
Total 67.978
262.052 9.582.000
Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea selama satu bulan adalah sebesar
Rp. 9.582.000. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, dapat
diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 3.750.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu
merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah
spiritus yaitu sebesar Rp. 7.000.
Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.
No Jenis
Jumlah unit
Harga per Unit Rp
Total Biaya Rp
1 Serbuk Gergaji
6.000 2.500
15.000.000 2
Kapur Pertanian 2
500 1.000
3 Dedak
3 1.000
3.000 4
Tepung Jagung 1
4,500 4.500
53
Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.
5 Bibit Jamur
25.000 27
675.000 6
Spiritus 1
6.000 6.000
7 Alkohol 70
1 16.000
16.000 8
Cincin 23.000
40 920.000
9 Kapas Sintetis
250 6.000
1.500.000 10
Plastik Baglog 90
12.000 1.080.000
11 Masker
- -
- 12
Gas 4
13.000 52.000
13 Koran
5 4.000
20.000 14
Plastik Packing 5
11.600 58.000
15 Tali Rafia
1 15.000
15.000 Total
54.363 92.167
19.350.500 Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha
budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi selama satu bulan adalah sebesar Rp. 19.350.500. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur
tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu
serbuk kayu sebesar Rp. 15.000.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya
terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 6.000.
Penerimaan
Hasil produksi dari usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Produksi usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
Produksi Kecamatan
Ciampea Ciawi
Jamur Baglog
1.200 kgbln 12.000 baglogbln
1.205 kgbln 25.000 baglogbln
Penerimaan yang diperoleh pengusaha budidaya jamur tiram putih berasal dari nilai produksi jamur tiram putih segar yang merupakan perkalian antara
54
produksi jamur tiram putih segar yang dihasilkan dengan harga jamur tiram putih yang berlaku di pasaran.
Tabel 8. Penerimaan dari hasil penjualan Jamur Tiram Segar dan Baglog di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
Kecamatan Jumlah
Harga per satuan Rp
Nilai Rpbulan
Ciampea 1.200 kgbulan
7.000 8.400.000
12.000 Baglogbln 1.500
18.000.000
Total 26.400.000
Ciawi 1.205 kgbulan
7000 8.435.000
25.000 Baglogbln 1.500
37.500.000
Total 45.935.000
Berdasarkan Tabel 8, penerimaan usaha budidaya jamur tiram putih yaitu sebesar Rp. 8.400.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 18.000.000
merupakan seluruh penerimaan usaha di Kecamatan Ciampea. Sedangkan penerimaan usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp.
8.435.000 dan penerimaan dari baglog sebesar Rp. 37.500.000. Hasil penerimaan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi adalah total penerimaan selama satu bulan
usaha budidaya jamur tiram berjalan.
Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan.
Kelayakan finansial untuk usaha budidaya jamur tiram putih dapat dilihat pada kriteria-kriteria investasi yang dianalisis meliputi net present value NPV, net
benefit-cost ratio Net B C serta internal rate of return IRR, sehingga dapat diketahui layak tidaknya usaha yang dijalankan atau dikembangkan.
Alat ukur kriteria investasi tersebut dihitung dengan menggunakan suatu arus kas yang lebih dikenal dengan istilah cashflow. Berikut tabel hasil
perhitungan analisis kriteria investasi pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.
55
Tabel 9. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010.
Lokasi Kriteria
Nilai Ciampea
NPV Rp. 534.025.601
BCR 1,5
IRR 104
Payback Periode 2 tahun
BEP 21.126 baglogthn
Ciawi NPV
Rp. 1.073.313.595 BCR
1,4 IRR
1.095 Payback Periode
1,6 tahun BEP
58.236 baglogthn Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur
tiram di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp. 534.025.601 nilai tersebut memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur
proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp. 534.025.601.
Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,5. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek dengan seluruh
kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,5 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai
IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 104. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini mampu memberikan
tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 104 dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek.
Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp. 1.073.313.595 nilai tersebut
memberikan pengertian bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp.
1.073.313.595. Nilai BCR yang diperoleh sebesar 1,4. Nilai ini merupakan perbandingan antara seluruh keuntungan yang diperoleh selama umur proyek
dengan seluruh kerugian yang dialami umur proyek. Nilai BCR 1,4 mengandung pengertian pula bahwa selama umur proyek penerimaan lebih besar dari pada
pengeluaran. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih ini adalah 1.095. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini
56
mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan per tahunnya sebesar 1095 dari seluruh investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur
proyek.
Analisis sensitivitas
Tabel 10 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario berupa peningkatan harga input yaitu harga serbuk kayu sebesar 10 persen, maka
budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih
besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek.
Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan bahan baku serbuk kayu sebesar 10.
Kriteria kelayakan usaha Ciampea
Ciawi IRR
101 993
BCR 1,5
1,3 NPV
Rp. 553.198.058 Rp. 977.235.988
PBP 2 tahun
1,1 tahun Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan
Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan harga bahan
baku yaitu serbuk kayu sebesar 10 persen. Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan upah tenaga kerja dan
buruh sebesar 15.
Kriteria kelayakan usaha Ciampea
Ciawi IRR
103 999
BCR 1,5
1,3 NPV
Rp. 524.994.501 Rp. 981.000.238
PBP 1,4 tahun
1,4 tahun Tabel 11 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario
berupa peningkatan upah tenaga kerja dan buruh 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan. Kelayakan ini dicerminkan dari nilai
57
NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period yang lebih kecil dari umur proyek. Baik
usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama- sama layak dilaksanakan meskipun terjadi peningkatan upah tenaga kerja dan
buruh sebesar 15 persen. Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual produk jamur
tiram dan baglog sebesar 15.
Kriteria kelayakan usaha Ciampea
Ciawi IRR
99 838
BCR 1,4
1,5 NPV
Rp. 419.454.707 Rp. 872.650.304
PBP 1,4 tahun
1,5 tahun Tabel 12 memperlihatkan bahwa apabila terjadi perubahan skenario
berupa penurunan harga produk berupa jamur tiram segar dan baglog sebesar 15 persen, maka budidaya jamur tiram putih masih layak untuk dilaksanakan.
Kelayakan ini dicerminkan dari nilai NPV yang positif, BCR yang lebih dari 1, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, payback period
yang lebih kecil dari umur proyek. Baik usaha budidaya jamur tiram yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sama-sama layak dilaksanakan meskipun
terjadi penurunan harga jual produk sebesar 15 persen.
Kriteria Investasi Jika Menghasilkan 1 produk
Dari hasil perhitungan, jika di Kecamatan Ciampea hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.506.994.493, BCR sebesar 2,49, IRR sebesar
461, Payback period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 363.908.581, BCR sebesar 2,47, IRR sebesar 450, dan
Payback period selama 1,2 tahun.
58
Tabel 13. Analisis kriteria investasi pada usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tahun 2010.
Lokasi Produk
NPV Rp BCR
IRR PBP
Ciampea Baglog
506.994.493 2,49
461 1,2
Jamur 363.908.581
2,47 450
1,2 Ciawi
Baglog 1.157.201.601
1,55 452
1,2 Jamur
282.465.164 1,85
487 1,2
Sedangkan di Kecamatan Ciawi hanya memproduksi baglog saja besar NPV adalah Rp. 1.157.201.601, BCR sebesar 1,55, IRR sebesar 452, Payback
period selama 1,2 tahun. Sedangkan untuk produksi jamur saja besar NPV adalah Rp. 282.465.164, BCR sebesar 1,85, IRR sebesar 487, dan Payback period
selama 1,2 tahun.
Dampak Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi
Pertumbuhan dan perkembangan suatu bisnis akan selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya, baik bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, besar
kemungkinan usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat menyebabkan beberapa dampak terhadap lingkungan, masyarakat dan
secara luas bagi negara. Lingkungan merupakan komponen yang terkena dampak secara langsung
dari adanya usaha budidaya jamur tiram putih ini. Hal ini dikarenakan usaha ini bergerak di bidang pertanian yang mengandalkan bahan-bahan dari alam dan
faktor lingkungan sebagai komponen utamanya, sedangkan dampak terhadap masyarakat lebih dikarenakan adanya peran utama masyarakat sebagai konsumen
dan penyedia faktor-faktor produksi terutama tenaga kerja. Secara lebih luas lagi, usaha ini juga memberikan dampak bagi negara, karena secara tidak langsung
negara merupakan pihak yang menaungi dan bertanggung jawab atas semua aktivitas yang terjadi di dalam negara tersebut. Dampak-dampak tersebut antara
lain:
59
- Dampak terhadap lingkungan
Usaha budidaya jamur tiram putih ini sangat mendukung pelestarian lingkungan karena tidak menggunakan bahan produksi yang dapat
membahayakan lingkungan. Usaha ini berperan dalam pemanfaatan sumberdaya yang tidak bernilai
ekonomi menjadi bernilai ekonomi, yaitu serbuk kayu yang merupakan bahan utama pembuatan media tanam.
- Dampak terhadap masyarakat
Usaha budidaya jamur tiram ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya karena sebagian besar tenaga kerja yang
dibutuhkan berasal dari masyarakat sekitar. Dengan adanya usaha ini juga dapat memberdayakan sumberdaya manusia
yang kurang memiliki keterampilan dan berpendidikan rendah terutama kebutuhan tenaga kerja tidak tetap. Hal ini dikarenakan usaha budidaya jamur
tiram putih ini relatif sederhana untuk dilakukan. -
Dampak terhadap negara Usaha budidaya ini dapat memberikan kontribusi bagi negara dalam
mengurangi angka pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja baru. Usaha ini juga dapat memberikan inspirasi dalam kegiatan pemberdayaan
sumber daya manusia melalui peningkatan jiwa kewirausahaan.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN