PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG AYAM SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG AYAM SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA

MERAH (Oreochromis niloticus)

Oleh

AFAT ABDIGUNA

Penelitian dilakukan untuk mengetahui persentase subsitusi tepung daging dan tulang (TDT) terhadap tepung ikan (TI) untuk pertumbuhan nila merah (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan. Pakan A (kontrol/TI), pakan B (TDT 20%), pakan C (TDT 25%), pakan D (TDT 30%) dan pakan E (TDT 35%). Ikan uji yang digunakan adalah nila merah sebanyak 225 ekor, dengan berat total 4 ± 0,4 gram. Akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm yang berisi nila merah sebanyak 15 ekor digunakan untuk percobaan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan feeding rate 5% selama 60 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan E (TDT 35%) memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan nila merah. Pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 ± 0,43 gram, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17±0,01gram/hari, dan efisiensi pakan 44,37 ± 3,32%. Tingkat kelangsungan hidup nila merah rata - rata mencapai 97,3% dan kualitas air pada semua perlakuan masih dalam keadaan optimum untuk budidaya.

Kata kunci: Pakan Buatan, Substitusi, Tepung Tulang Dan Daging, Pertumbuhan, Efisiensi Pakan, Nila Merah.


(2)

ABSTRACT

USE OF MEAT AND BONE MEAL OF CHICKEN AS AN ALTERNATIVE PROTEIN SOURCE IN ANIMAL FOR RED TILAPIA (Oreochromis niloticus)

CULTURED

By

AFAT ABDIGUNA

The study was conducted to determine the percentage substitution of meat and bone meal (TDT) for fish meal (TI) for the growth of red tilapia (Oreochromis niloticus). The study was conducted using a completely randomized design with 5 treatments. Feed A (control/TI), feed B (TDT 20%), feed C (TDT 25%), feed D (TDT 30%) and feed E (TDT 35%). Test fish used were as many as 225 head of red tilapia, weighing a total of 4 ± 0,4 grams. Aquarium measures 60 x 40 x 40 cm containing as many as 15 tails red tilapia used for the experiment. Feeding three times a day with a feeding rate of 5% for 60 days of maintenance. The results showed that the feed E (TDT 35%) gave the best results for the growth of red tilapia. Absolute growth rate of 10,34 ± 0,43 grams, daily growth rate of 0,17 ± 0,01 g / day, and feed efficiency of 44,37 ± 3,32%. The survival rate of red tilapia average - average reached 97.3% and the quality of water in all treatments still in optimum condition for cultivation.

Keywords: Artificial Feed, Substitution, Meat And Bone Meal, Growth, Feed Efficiency, Red Tilapia.


(3)

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG AYAM SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Oleh

AFAT ABDIGUNA

0814111021 Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Perikanan

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penggunaan Tepung Daging dan Tulang Ayam

Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).

Nama : Afat Abdiguna

NPM : 0814111021

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Limin Santoso, S.Pi., M.Si. Wardiyanto, S.Pi., M.P.

NIP. 197703272005011001 NIP. 196907052001121001

Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Limin Santoso, S. Pi., M. Si. .………...

Sekretaris : Wardiyanto, S. Pi., M. P. .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Suparmono, M.T.A. ………....

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungai Langka, Gedong Tataan Pesawaran pada tanggal 13 Juni 1990 yang dilahirkan dari pasangan Bapak Supriyanto dan Ibu Nurbaiti R. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Sungai Langka, Gedong Tataan Pesawaran pada tahun 1996, SD Negeri 3 Sungai Langka diselesaikan pada tahun 2002. SLTP Negeri I Gedong Tataan diselesaikan pada tahun 2005, SMA Perintis 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008, dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi pengurus HIDRILA sebagai Kepala Bidang Pengkaderan periode 2010-2011. Awal Januari 2012 penulis pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BP2BIH) Depok dengan judul ”Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio linn)”. Tahun 2013, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis

skripsi yang berjudul “Penggunaan Tepung Daging Dan Tulang Ayam Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Pada Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis


(7)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penggunaan Tepung Daging dan Tulang Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Pada Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.

Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta untuk setiap doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetes keringat yang selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku. 2. Adikku Ririn Oktarika dan adikku Maya Mardani untuk setiap doa,

dukungan, keceriaan, kebersamaan, dan kebahagiaan kita yang menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung.


(8)

5. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini serta memberi motivasi yang besar.

6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen pembimbing kedua yang membimbing dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.

7. Bapak Ir. Suparmono, M.T.A., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembahas yang memberikan saran-saran yang membangun.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian, khususnya Jurusan Budidaya Perairan .

9. Teman-teman seperjuangan: Nasyir, Lagen, Arip, Septi, Selpiana, Romaria, terimakasih untuk saran-saran, perhatian, kebersamaan, dan semangat yang teman-teman berikan.

10.Teman-teman angkatan 08 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk setiap support yang kalian berikan.

11.Angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010 yang telah memberikan motivasi kepadaku.

Bandar Lampung, Mei 2013


(9)

Kupersembahkan karyaku ini kepada :

Ayah, Ibu, dan kedua adikku tercinta..

Sahabatku Hatiku, Teman-temanku tercnta

dan Almamaterku tercinta


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Kerangka Pemikiran ... 4

1.5. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Nila Merah ... 7

2.2. Kebutuhan Nutrien Ikan Nila ... 10

2.2.1. Kebutuhan Protein ... 11

2.2.2. Kebutuhan Karbohidrat ... 12

2.2.3. Kebutuhan Lemak ... 13

2.2.4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral ... 13

2.3. Tepung Daging dan Tulang (TDT) ... 14

2.4. Kualitas Air ... 15

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 17

3.3. Desain Penelitian ... 17

3.4. Prosedur Penelitian ... 19

3.4.1. Persiapan ... 19

3.4.2. Pelaksanaan ... 20

3.4.3. Pengamatan ... 20

3.4.3.1. Pertumbuhan Mutlak ... 21

3.4.3.2. Laju Pertumbuhan Harian ... 21


(11)

3.4.3.4. Efesiensi Pakan ... 22

3.4.3.5. Kualitas Air... 22

3.4.4. Analisis Data ... 23

3.4.4. Roadmap ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 25

4.2. Laju Pertumbuhan Harian ... 29

4.3. Kelangsungan Hidup ... 31

4.4. Efisiensi Pakan ... 33

4.5. Kualitas Air... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 37

5.2. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kebutuhan Asam Amino Essensial Ikan Nila ... 11

2. Kandungan Nutrien Tepung Daging dan Tulang (TDT)... 14

3. Kandungan Asam Amino Esensial Pada Tepung daging dan tulang ... 15

4. Komponen Bahan Baku Pakan... 18

5. Hasil Uji Proksimat Pakan Pada Berbagai Perlakuan ... 26


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5

2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 7

3. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Merah ... 25

4. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah ... 29

5. Grafik laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah selama Pemeliharaan ... 30

6. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah ... 32


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Pembuatan MBM ...43

2. Proses Pembuatan Pakan Ikan ...44

3. Prosedur Analisis Proksimat ...45

(1) Prosedur Analisis Kadar Protein (Metoda Gunning) ...45

(2) Prosedur Analisis Kadar Serat Kasar ...46

(3) Prosedur Analisis Kadar Lemak (Metode soxhlet) ...47

(4) Prosedur Analisis Kadar Air dan Abu ...48

(a) Kadar Air (Metoda Oven/AOAC1970, Ranggana 1979) ...48

(b) Kadar Abu ...49

4. Penempatan Akuarium Secara Acak Selama Penelitian ...50

5. Data Mentah Hasil Penelitian...51

6. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila Merah ...58

7. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah ...59

8. Analisis Ragam Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah ...60

9. Data Analisis Proksimat Tepung Daging dan Tulang ...61

10. Uji Proksimat Pakan dan Tepung (ikan, jagung kedelai) ...62


(15)

1

1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan nila merah Oreochromis niloticus merupakan ikan konsumsi yang

digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan pertumbuhan yang relatif cepat menyebabkan petani ikan Indonesia banyak memilih ikan nila merah sebagai komoditas yang potensial untuk dikembangkan dan termasuk dalam 10 komoditas yang menjadi target produksi perikanan budidaya pada tahun 2014 sebesar 353% (KKP, 2010). Produksi ikan nila pada tahun 2008 sebesar 291.037 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 378.300 ton. Kenaikan rata-rata produksi ikan nila selama tahun 2008-2009 sebesar 29,98% (KKP, 2010). Akan tetapi, dalam kegiatan budidaya ikan nila masih mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala yang dihadapi para budidaya adalah dalam memenuhi ketersediaan pakan yang memiliki kualitas baik dan harga yang terjangkau.

Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan kegiatan budidaya karena kandungan pakan yang baik akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan membutuhkan makanan dalam jumlah cukup serta berkualitas untuk dapat tumbuh dan berkembang. Kualitas pakan akan dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang digunakan, sehingga semakin tinggi kandungan sumber proteinnya, maka semakin baik


(16)

2 kualitas pakan tersebut. Halver (1989) menyatakan komponen organik terbesar dalam jaringan tubuh ikan mengandung protein ±65-75% dari total tubuh ikan. Oleh sebab itu pemakaian bahan baku dengan kandungan protein yang sesuai dengan kebutuhan ikan sangat baik dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan ikan.

Tepung ikan merupakan sumber protein utama dalam kegiatan industri pengolahan pakan ikan, karena tepung ikan (TI) memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu berkisar 50-70% dan merupakan sumber mineral penting terutama kalsium dan fosfor. Perannya sebagai sumber protein utama pakan menyebabkan permintaan akan tepung ikan semakin meningkat dan muncul permasalahan dalam hal ketersediaanya. Saat ini tepung ikan masih mengandalkan impor dari luar negeri yaitu: Chili, Peru dan Thailand, yang menyebabkan harga tepung ikan semakin tinggi. Pada Januari 2011, kenaikan harga pakan sudah meningkat Rp.508/kg. Bahan baku yang mengalami kenaikan harga diantaranya tepung ikan, tepung terigu, tepung kedelai, dan tepung tulang sapi. Harga tepung ikan impor mencapai Rp.16.500/kg, naik 516/kg pada Desember 2010. Sedangkan untuk produksi tepung ikan lokal menurun, karena bahan baku lokal susah didapatkan salah satunya ikan Lemuru. Menurunya hasil tangkapan nelayan karena kondisi cuaca buruk dan peralatan yang kurang menunjang dalam kegiatan penangkapan ikan (Anonim, 2012).

Dengan harga bahan baku yang mahal, maka harga pakan buatan akan naik sehingga akan meningkatkan biaya produksi dalam budidaya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan bahan baku pengganti yang tersedia dalam jumlah banyak dan kontinyu serta memiliki harga


(17)

3 yang relatif murah dan kualitasnya yang mendekati kualitas tepung ikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan tepung daging dan tulang(TDT).

Saat ini di Lampung ketersediaan TDT sangat melimpah karena banyak perusahaan pengolahan daging ayam yang menghasilkan produk sampingan berupa bahan baku pembuatan TDT dan secara ekonomis belum termanfaatkan secara efesien hingga sekarang, sehingga dengan penelitian ini diharapkan para praktisi budidaya mengetahui bahwa TDT dapat digunakan sebagai bahan baku pakan. Bahan dasar TDT dari tulang ayam dan untuk dagingnya dari sela-sela tulang ayam yang tidak dapat terambil oleh mesin. Harga bahan baku TDT dalam bentuk pasta Rp.2.000/kg. Sedangkan untuk harga TDT berkisar Rp.4.000-5.000/kg, harga tersebut cukup murah bila dibandingkan dengan tepung ikan. Penggunaan TDT sebagai pengganti tepung ikan dalam kegiatan budidaya diharapkan dapat menurunkan harga pakan serta menekan biaya produksi. TDT mengandung protein sekitar 45-55% (Lovell, 1989). Penelitian Hasibuan (2007) menunjukkan bahwa pakan yang mengandung TDT dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius sp.) hingga 50%.

Pada penelitian ini, dilakukan percobaan terhadap ikan nila merah (O.

niloticus) yang diberi pakan dengan bahan baku dasar TDT yang berasal dari

rumah potong ayam. Dengan penggunaan pakan berbahan baku TDT ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi para pembudidaya.


(18)

4

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan yang berbahan baku tepung daging dan tulang (TDT) dengan proporsi berbeda terhadap pertumbuhan ikan nila (O. niloticus).

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada praktisi budidaya mengenai penggunaan TDT sebagai bahan baku pakan buatan untuk ikan nila.

1.4. Kerangka Pemikiran

Ikan nila merah merupakan 10 komoditas yang menjadi target produksi perikanan budidaya pada tahun 2014 sebesar 353% (KKP, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan manajemen budidaya yang intensif, salah satunya dengan pemanfaatan pakan yang berkualitas dan bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan ikan nila serta harga yang murah.

Namun dalam kenyataan bahan baku pakan masih mahal, khususnya tepung ikan, sehingga diperlukan bahan baku pengganti yang lebih murah dan tentunya kandungan proteinnya tidak jauh berbeda. Bahan baku alternatif tersebut antara lain adalah TDT (Tepung Daging dan Tulang) yang merupakan sumber protein hewani pada pakan yang diharapkan mampu menjadi bahan pengganti (subtitusi) bagi tepung ikan.

Saat ini di Lampung ketersediaan TDT sangat melimpah karena banyak perusahaan pengolahan daging ayam yang menghasilkan produk sampingan


(19)

5 berupa bahan baku pembuatan TDT dan saat ini bahan baku tersebut belum dapat diolah secara optimal, sebenarnya hanya dengan sedikit teknologi TDT dapat dimanfaatkan. TDT memiliki kandungan protein sekitar 45-55% tidak jauh berbeda dengan kandungan tepung ikan sekitar 50-70% sehingga TDT dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani dalam pembuatan pakan ikan. Namun perbandingan efisiensi pakan yang berbahan baku TDT terhadap pertumbuhan ikan nila belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian secara berkesinambungan. Secara umum kerangka pikir dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Budidaya ikan nila (O. niloticus)

Pakan alami Pakan Buatan

Sumber Protein Sumber Karbohidrat

Sumber Lemak Sumber Vitamin dan Mineral

Protein Nabati Protein Hewani

Tepung ikan :

- Kandungan protein 50-70%

- Harga mahal: Rp 15.000-17.000,00 per kg

- Bahan baku impor

- Sulit didapatkan

TDT (Tepung daging dan tulang)

- Kandungan protein 45-55%

- Harga murah: Rp 4.000- 5.000/kg

- Mudah didapatkan dan ketersediannya kontinu

Pakan ikan yang berkualitas dengan harga yang murah

Laju pertumbuhan ikan lebih cepat


(20)

6

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : σi = 0 Penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan pada ikan nila.

H1: σi≠ 0 Setidaknya ada dosis penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani


(21)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila Merah

Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina

reddish-orange Mozambique (Oreochormis mossambicus) dengan ikan nila jantan

normal (Oreochormis niloticus) (Pompma dan Maseer, 1999). Ikan nila merah

merupakan ikan yang dapat beradaptasi pada kisaran salinitas yang cukup besar sehingga dapat beradaptasi di air tawar dan air payau (Syaripudin, 2008). Dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu lebar tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh. Gurat sisi atau Linea lateralis pada ikan

lengkap atau tidak terputus, maksudnya garis yang dibentuk oleh pori-pori ikan nila merah pada siripnya tidak terputus (Afrianto dan Liviawaty, 2005).


(22)

8 sumber:

http://seputarperikanan.wordpress.com/2012/05/12/budida-ikan-nila-gift-oreochromis-niloticus-bleeker/ikan-nila-merah-red-tilapia/

Menurut Cholik (2005), ikan nila merah dapat diklasifisasikan sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

Ikan nila merah (O. niloticus) berasal dari Sungai Nil dan danau-danau

sekitarnya. Ikan ini diintroduksi dari Afrika untuk didatangkan ke Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) pada tahun 1969 dan menjadi ikan peliharaan populer di kolam air tawar serta beberapa waduk di Indonesia. Nila merah merupakan nama khas yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan. Ikan nila merah potensial untuk dikembangkan karena pertumbuhannya yang cepat, disukai masyarakat karena enak dagingnya. Ikan ini, juga merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia (Suyanto, 1994). Sucipto (2007) menyatakan bahwa komoditas ikan nila merah memiliki keunggulan, yaitu: (a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap penyakit, (b) memiliki toleransi terhadap kondisi lingkungan, (c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian, (d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, serta (e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.Chervinski (1982) melaporkan bahwa nila merah


(23)

9 (tilapia) merupakan salah satu komoditi yang dapat dikembangkan, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya selain tumbuh cepat, juga toleran terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat euryhalin.

Saat ini ikan nila hampir dapat ditemukan di setiap perairan termasuk parit dan perairan tenang, dimana ikan-ikan lainnya hanya sedikit yang bisa hidup di perairan tersebut (Bardach, 1972). Beberapa spesies ikan nila dibudidayakan secara komersial, tetapi O. niloticus merupakan spesies yang utama

dibudidayakan di seluruh dunia (FAO, 2008). Secara alami ikan nila dapat ditemukan di negara Syria di Utara hingga Afrika Timur, Kongo dan Liberia yaitu: di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Karena mudahnya dipelihara dan dikembangbiakan, ikan ini dibudidayakan oleh banyak negara sebagai ikan konsumsi termasuk di Indonesia (Anonim, 2012).

Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, antara lain : sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, dan tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37°C. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi ikan ini adalah 25-30°C. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14°C atau di atas 38°C. Selain suhu, faktor lain yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila dapat tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29 ‰. Ikan ini masih dapat tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan dengan salinitas 29-35‰. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat


(24)

10 menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang berukuran besar (Affandi, 1992).

Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena ikan nila sangat mudah dibudidayakan ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Moina sp. dan Daphnia sp. selain itu

benih ikan nila juga memakan alga dan lumut yang menempel di bebatuan yang ada disekitar habitatnya dan ketika dibudidayakan, ikan nila memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini dapat diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Anonim, 2012).

2.2. Kebutuhan Nutrien Ikan Nila

Ikan membutuhkan energi untuk dapat tumbuh dan berkembang, energi tersebut berasal dari nutrien yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Lovell (1989) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrien pada ikan diantaranya adalah jumlah dan jenis asam amino essensial, kandungan protein yang dibutuhkan, serta kandungan energi pada pakan dan faktor fisiologis ikan. Campuran yang seimbang dari bahan penyusun pakan serta kecernaan pakan merupakan dasar untuk penyusunan formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan pakan ikan (Watanabe, 1997). Menurut Fitzsimmons (1997) ikan nila akan memperlihatkan pertumbuhan yang baik apabila diberi pakan dengan kandungan nutrisi yang seimbang, di dalamnya terkandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan serat kasar.


(25)

11

2.2.1. Kebutuhan Protein

Halver (1989) menyebutkan bahwa protein merupakan komponen organik terbesar pada jaringan tubuh ikan, karena sekitar 65-75% dari total bobot tubuh ikan terdiri dari protein. Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh komposisi asam amino pakan. Asam amino essensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus tersedia dalam pakan. Pada dasarnya ikan nila tidak memiliki kebutuhan protein yang mutlak tetapi memerlukan suatu campuran yang seimbang antara asam amino essensial dan non-essensial (NRC, 1983). Menurut Watanabe (1988) kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran ikan, suhu air, kadar pemberian pakan, energi dalam pakan dan kualitas protein.Kebutuhan asam amino essensial bagi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Asam Amino Essensial Ikan Nila*

Asam Amino Esensial % Dalam Protein

Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Methionin** Penilalanin*** Treonin Triptopan Valin 4,20 1,72 3,11 3,39 5,12 2,68 3,75 3,75 1,00 2,80 *) Sumber : S2antiago dan Lovell (1988) dalam Webster dan Lim (2002) **) ditambah Cystin, kebutuhan sebesar 3,21% dalam pakan

***) ditambah Tyrosin, kebutuhan sebesar 5,54% dalam pakan

Kemampuan ikan nila dalam mencerna pakan alami cukup tinggi seperti fitoplankton, zooplankton, detritus dan organisme bentik. Selain itu, berdasarkan


(26)

12 hasil analisa Lovell (1989) terhadap usus ikan nila yang dipelihara pada kolam intensif, ditemukan bahwa 50% isi usus merupakan pakan alami.

2.2.2. Kebutuhan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam makanan ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati, sedangkan kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat dalam pakan disebut dengan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) atau Nitrogen Free Extract (NFE). BETN

ini mengandung karbohidrat, gula, pati dan sebagian besar berasal dari hemiselulosa. Daya cerna karbohidrat sangat bervariasi tergantung dari kelengkapan molekul penyusunnya. Kandungan karbohidrat pakan yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk ikan omnivora pada kisaran 30-40%, dan untuk ikan karnivora berkisar 10-20% (Furuichi, 1988).

Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar antara 10%-50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amylase). Ikan

karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai 50% (Almatser, 2009). Bahan baku pakan yang mengandung karbohidrat antara lain : jagung, beras, dedak, tepung tapioka, dan sagu. Selain berperan sebagai bahan sumber karbohidrat, juga sebagai alat perekat (binder) untuk mengikat komponen bahan baku dalam pakan.

Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati (Afrianto dan Liviawaty, 2005).


(27)

13

2.2.3. Kebutuhan Lemak

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang tinggi dalam pakan ikan. Lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K dan sumber asam lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat. Lemak terutama dalam bentuk fosfolipid dapat berperan dalam struktur sel dan memelihara fleksibilitas serta permeabilitas membran. Lemak dalam satu unit yang sama mengandung energi dua kali lipat dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Jika lemak yang dikonsumsi dapat memberikan energi yang cukup untuk kebutuhan metabolisme, maka sebagian protein yang di konsumsi dapat digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bukan digunakan sebagai sumber energi (NRC 1993). Menurut Chou dan Shiau (1996), kadar lemak 5% dalam pakan sudah mencukupi kebutuhan ikan nila, namun kadar lemak pakan sebesar 12% akan menghasilkan perkembangan yang maksimal (Anonim, 2012).

2.2.4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah senyawa organik kompleks, biasanya ukuran molekulnya kecil. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit sehingga keberadaannya dalam pakan dalam jumlah yang sedikit pula (1-4% dari total komponen pakan). Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, mempertahankan kondisi tubuh dan reproduksi. Kekurangan vitamin dalam pakan ikan selain akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan reproduksi serta dapat menimbulkan gejala penyakit kekurangan vitamin (Lim, 2002). Mineral merupakan komponen pakan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yakni sebagai pembentuk struktur tubuh (rangka), memelihara sistem kaloid (tekanan osmotik


(28)

14 viskositas) dan regulasi keseimbangan asam basa (Halver, 1989). Mineral merupakan 45 komponen penting dari hormon dan aktivator enzim (kofaktor). Kebutuhan ikan akan mineral bervariasi, tergantung pada jenis ikan, stadia dan status reproduksi (Halver 1989).

2.3. Tepung daging dan tulang (TDT)

Tepung daging dan tulang (TDT) merupakan hasil pengolahan limbah yang berasal dari rumah potong ayam, sapi, kambing, dan domba. Pengolahan tersebut biasanya dilakukan dengan pemanasan pada suhu dan tekanan tertentu. Jika hasilnya diperoleh kandungan fosfor di atas 4,4%, maka produk tersebut disebut tepung daging dan tulang (TDT). Namun jika kandungan fosfornya kurang dari 4,4%, maka disebut tepung daging saja. TDT hasil perebusan dan pengeringan memiliki kandungan protein ±50%, lemak 8%, abu 28%, Ca 10% dan P 5%. Bahan ini mengandung asam amino lisin dalam jumlah yang cukup, tetapi miskin metionin dan sistein. Kandungan nutrisinya bervariasi tergantung pada proses pemasakan, pengeringan, dan kadar gelatin (Scott, 1982). Kandungan nutrien TDT menurut Milles and Jacob (2003) tersaji pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Kandungan Nutrien Tepung Daging dan Tulang (TDT)

Nutrien Nilai

Protein 49,0-52,8 %

Lemak 8,5-14,8%

Kalsium 6,0-12,0%

Fosfor 3,5-5,0%

Lisin 2,2-30%

Hendrikset al (2002) menyatakan bahwa tepung daging dan tulang (TDT)


(29)

15 protein pakan. Disamping sebagai sumber protein TDT juga berpotensi sebagai sumber energi dan sumber mineral seperti : Ca, P dan trace mineral lainnya.

Merantica (2007) menyatakan bahwa kualitas TDT sangat beragam, tergantung kepada cara pembuatan dan bagian tubuh yang digunakan sebagai bahan pembuat tepung. Dalam kasus terbaik, kandungan protein TDT mencapai 45-65%. Penggunaan bagian organ badan untuk pembuatan TDT memiliki nilai nutrien yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan jaringan lainnya. TDT mengandung jaringan penghubung seperti kolagen, gelatin dan umumnya defisiensi terhadap asam amino seperti tirosin, sistin dan triptofan (Parson, 1997). Guillaume (1999) menyatakan sekitar 8% dan 10% dari produk TDT adalah lemak, termasuk asam lemak jenuh dan tak jenuh, kecuali asam arachidonat.

Komposisi asam amino essensial dari TDT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Asam Amino Essensial pada Tepung Daging dan Tulang*

Asam Amino Esensial % Dalam Protein

Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Methionin** Penilalanin Treonin Triptopan Valin 3,28 0,96 1,54 3,28 2,61 0,78 1,81 1,74 0,27 2,36 *) Sumber : NRC (1993)

**) ditambah Cystin, kebutuhan sebesar 3,21%

2.4. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang penting dalam budidaya ikan nila antara lain : suhu, pH, DO, dan kadar amoniak. Suhu mempengaruhi aktifitas ikan nila, seperti


(30)

16 pemanasan, pertumbuhan, dan reproduksi. Boyd (1990) menjelaskan bahwa ikan tropis dan subtropis tidak akan tumbuh dengan baik ketika temperatur turun di bawah 26 atau 28°C dan pada suhu di bawah 10 atau 15°C akan menyebabkan kematian ikan. Suhu untuk pertumbuhan maksimum ikan nila berada pada kisaran 25-30°C. Disamping itu ikan nila dapat mentolerir pH pada kisaran 5-11 (Boyd, 1982). Pescod et al. (1973) menyatakan bahwa kandungan O2 terlarut yang baik

untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2 ppm. Ikan nila dapat bertahan dalam kondisi buruk dan dapat bertahan hidup dalam perairan yang mengandung 0,1 mg/L O2 terlarut, sedangkan kadar amoniak yang baik untuk kehidupan ikan nila

adalah kurang dari 1 mg/L (Maeda, 1985).

Stickney (1993) menyatakan bahwa ikan nila lebih toleran terhadap kandungan amoniak apabila dibandingkan dengan ikan lainnya. Amoniak yang tidak terionisasi (NH3) memiliki pengaruh meracuni bagi ikan (Hepher, 1988).

Stickney (1993) menemukan bahwa salah satu spesies nila mengalami kondisi kematian sebanyak 50% pada konsentrasi NH3 2,4 mg/liter. Boyd (1990)

menyimpulkan bahwa konsentrasi maksimum amoniak yang aman untuk ikan belum diketahui, tetapi kadar amoniak pada level di atas 0,012 mg/liter masih diperbolehkan dan pada umumnya dapat diterima oleh organisme budidaya.


(31)

17

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2012 di Laboratorium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Sedangkan untuk uji proksimat dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium uji Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur Bogor.

2.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain : akuarium berukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 15 buah, aerator, selang aerasi, batu aerasi, pH meter, termometer, DO meter, timbangan digital, penggaris, mesin penepung, mesin pencetak pakan, baki, gelas ukur, ember plastik, scoopnet, selang sipon, kertas label, plastik, dan alat

tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila merah berukuran 5-7 cm padat tebar 15 ekor per akuarium dengan bobot rata-rata 4±0,4 gram sebanyak 225 ekor dan pakan uji.

2.3. Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga kali ulangan dengan


(32)

18 penempatan akuarium terdapat pada Lampiran 4. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Perlakuan A penggunaan Tepung Ikan : 30% (kontrol) - Perlakuan B penggunaan TDT : 20% (tanpa tepung ikan) - Perlakuan C penggunaan TDT : 25% (tanpa tepung ikan) - Perlakuan D penggunaan TDT : 30% (tanpa tepung ikan) - Perlakuan E penggunaan TDT : 35% (tanpa tepung ikan)

Komposisi bahan-bahan baku yang akan dijadikan formulasi pakan meliputi tepung kedelai, tepung ikan, TDT, tepung jagung, tepung tapioka, minyak ikan, minyak jagung, dan premix (Tabel 4).

Tabel 4. Komponen bahan baku pakan

Bahan Pakan Perlakuan(gram)

A B C D E

Tepung kedelai 525 525 525 525 525

Tepung Ikan 450 0 0 0 0

TDT 0 300 375 450 525

Tepung jagung 300 300 300 300 300 Tepung tapioka 105 105 105 105 105 Minyak ikan 45 45 45 45 45 Minyak jagung 45 45 45 45 45

Premix 30 30 30 30 30

Model linear yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji Annova yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + ∑ij

Keterangan :

i : Perlakuan A, B, C, D, dan E j : Ulangan 1, 2, dan 3

Yij : Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan pada ulangan ke-j


(33)

19 µ : Nilai tengah umum

τi : Pengaruh pemberian pakan dengan persentase TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan .

∑ij : Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan persentase TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan pada ulangan ke-j.

Anilsisi ragam digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda nyata (Steel dan Torrie, 2001).

2.4. Prosedur Penelitian 2.4.1. Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan bahan baku dasar TDT tahapnya antara lain yaitu : daging dan tulang ayam dalam bentuk pasta yang diperoleh dari rumah potong ayam kemudian dilakukan proses pengukusan (steam) selama ±60 menit, pengovenan selama 60-120 menit dengan suhu 60-70oC atau bila cuaca mendukung di jemur selama 2-3 hari di bawah sinar matahari, penggilingan (Grinding) TDT dan diayak hingga homogen, proses terakhir dilakukan uji

proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien.

Dalam proses pembuatan pakan, menimbangan bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasi perlakuan, dan pencampuran semua bahan baku hingga homogen. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan nila merah, pengeringan dengan penjemuran selama tiga hari. Proses terakhir yaitu analisa proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi formulasi pakan uji.


(34)

20 Persiapan tempat pemeliharaan meliputi : pembersihan dan pengeringan akuarium, pengaturan tata letak, penyiapan aerasi dan pengisian air. Setiap akuarium diisi air sebanyak 30 liter dan diberi aerasi. Sebelum digunakan, air tersebut ditampung dalam bak tandon dan diberi aerasi selama 24 jam. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ikan nila merah yang berasal dari petani ikan di Natar Lampung dengan bobot rata-rata 4±0,4 gram. Ikan uji ini terlebih dahulu diaklimatisasi selama 3 hari untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

2.4.2. Pelaksanaan

Benih ikan nila merah ditebar dalam akuarium sebanyak 15 ekor. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari dengan pemberian pakan dengan feeding

rate (FR) 5% dari bobot tubuh sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB

13.00 WIB dan 17.00 WIB. Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling atau pengukuran berat benih ikan nila setiap 10 hari sekali. Pada saat pemeliharaan, feses ikan nila merah diambil dengan cara disipon dan dikeringkan setelah itu ditimbang untuk mengetahui sisa pakan.

2.4.3. Pengamataan

Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati yaitu: pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, efisiensi pakan dan kualitas air.


(35)

21

2.4.3.1. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan rumus Effendi (1997).

� = � – ��

Keterangan :

Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt : Bobot rata-rata akhir (g) Wo : Bobot rata-rata awal (g)

2.4.3.2. Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al (1991).

= � − ��

Keterangan :

GR : Laju pertumbuhan harian (g/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (g) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (g) t : Waktu pemeliharaan (hari)

2.4.3.3. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus Effendi (1997) :


(36)

22 � � � � � = �

��x 100 % Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) No : Jumlah ikan awal (ekor)

2.4.3.4. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan selisih bobot biomassa benih ikan saat penimbangan (Wt) dan biomassa benih ikan yang mati (Wm) dengan bobot biomassa awal (Wo) dan dibandingkan dengan jumlah pakan (F) yang telahdimakan sampai saat penimbangan. Untuk menghitung efisiensi pakan digunakan rumus Zonneveld et a (1991).

Keterangan :

EP : Efisiensi Pakan (%)

Wt : Bobot akhir pemeliharaan (g) Wm : Bobot ikan mati (g)

Wo : Bobot awal pemeliharaan (g) F : Jumlah pakan yang dihabiskan

2.4.3.5. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang ukur selama penelitian adalah pH, Suhu, oksigen terlarut (DO) yang diukuar setiap 10 hari, sedangkan amoniak (NH3)

diukur pada tengah, dan akhir pemeliharaan.


(37)

23

2.4.4. Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan mengunakan analisis ragam (Annova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata, maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 95%.


(38)

Roadmap Penelitian

a. Pembuatan tepung daging dan tulang (TDT)

 Pengukusan (Steam)

Drying (oven)

Grinding (Penggilingan) menjadi tepung b. Uji Proksimat TDT

c. Penimbangan TI danTDT : A = 30% TI (kontrol)

B = 20% TDT (tanpa tepung ikan) C = 25% TDT (tanpa tepung ikan) D = 30% TDT (tanpa tepung ikan) E = 35% TDT (tanpa tepung ikan) d. Pencampuran bahan-bahan pakan e. Pencetakan pakan sesuai ukuran mulut

f. Pengeringan dengan penjemuran hingga kering g. Pengujian proksimat

PERSIAPAN PENELITIAN

Pembuatan Pakan

Persiapan Wadah dan media

a. Sterilisasi akuarium 60x40x40 cm3 (pencucian dan pengeringan) b. Pengisian air dan pemberian aerasi

a. Air  sumur tanah

b. Air diendapkan dan diareasi selama 2-3 hari

Persiapan Ikan Uji

a. Strain ikan nila merah

b.Benih berasal dari petani ikan yang ada di Natar, Lampung c. Bobot tubuh 4±0,4 gram

d.Jumlah 15 ekor/akuarium

e. Aklimatisasi ikan uji di aquarium dan diberi pakan komersil

PELAKSANAAN PENELITIAN

a. Pemberian pakan

Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pukul 08.00, 13.00, 17.00 WIB dengan feeding rate 5% dari bobot ikan

b. Penyiponan setiap pagi sebelum pemberian pakan

c. Penggantian air 20% dari total volume media pemeliharaan

Parameter Pengamatan

a. Pertumbuhan Mutlak b. Laju pertumbuhan harian c. Kelangsungan hidup d. Efesiensi pakan e. Kualitas air

Analisis Data

a. Uji sidik ragam b. Uji BNT

PENYUSUNAN LAPORAN Pemeliharaan Ikan


(39)

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengunaan TDT dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan dengan proporsi pakan TDT sebesar 35%. Pakan E (TDT 35%) memperlihatkan hasil terbaik dengan pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 g, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17 g/hari dan efisinsi pakan 44,37% terhadap pertumbuhan ikan nila merah (O. niloticus)

dengan kelangsungan hidup rata-rata 97,3%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai penambahan TDT dalam pakan buatan pada spesies ikan yang berbeda.


(40)

38

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M dan Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosiavogelii J.D. Hooker (Leguminosae) danekstrakbuah Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomiapavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12. Affandi, R., D.S.,Sjafei, Rahardjo, M.F., dan Sulistiono.1992. Iktiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan, IPB.

Adelina, Mokoginta, I., Affandi, R., Jusadi, D. 2000. Pengaruh kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum. J.II.Pert.Indo.Vol 9(2).

Affandi, R., DS Sjafei, Rahardjo, M. F., dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2005.Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 148 Hal.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gamedia Pustaka Utama. Jakarta. 337 hal.

Anonim. 2012. Air. Dikutipdarihttp://id.wikipedia.org/wiki/Air . Pada tanggal 27 Juni 2012

Anonim. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. 47 halaman.

Arief, M., Mufidah dan Kusriningrum. 2008. Pengaruh Pertambahan Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Nila GIFT (Oreochromi sniloticus).Berkala Ilmiah Perikanan,3 (2)

Bardach, J. E., Ryther., J. H.,and Larney.,W. O. 1972. Aquaculture : The Farming and Husbandary of Freshwater and Marine Organism. John Willey and Son. New York. 868 pp

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama

Chervinski, J. 1982. Environmental Physiology Of Tilapia, p: 119-128. In R.S.V. Pulin, T. Bhukaswan, K. Thongtai & J.L. Mackan (Eds.). The Second International Symposium on Tilapia in Aquaculture. ICLARM. Conference Proceeding. Department of Fisheries. Bangkok, Thailand and Int. Centre for Living Aquatic Resources Managment. Manila. Philipines.


(41)

39 Cholik, F., Jagatraya, A., Poernomo, R., dan Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri : Jakarta. Hal 176-180.

Chou, B. S., dan Shiau, S. Y. 1996. Optimal Dietary Lipid Level for Growth of Juvenile Hybrid Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York.USA

Djajasewaka, H. Y. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal.

Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.

Effendi. M. I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.

Fitzsimmons, K. 1997. Introduction to Tilapia Nutrition in Tilapian Aquaculture. Proceeding From the Fourth Internetional Symposium on Tilapia Aquaculture. Orlando, Florida Vol (1) : 9 – 12 Guillaume, Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK

[FHO] Food and Agriculture Organization. 2008. Cultured Aquatic Species

Information Programme.

Htt:;//www.fao.org/fishery/culturedspecies/Cherax_quadricrinatus/en.

Furuichi M. 1988. Fish nutrition. pp. 1-78. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture, JICA textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo. Kanagawa International Fisheries Training Center.

Guillaume and Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK

Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan. PT Citra Aditya Bakti: Bandung .964 hal.

Gusrina. 2000. Budidaya ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 355 hal.

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Academic Press, Inc. California.822 pp

Hasibuan, R. D. 2007. Penggunaan Meat Bone Meal (MBM) Sebagai Bahan Substitusi Tepung Ikan Dalam Pakan Ikan Patin Pangasius sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

Hendriks, W. H., Butts. C. A., Thomas. D. V., James. K. A. C., Morel. P. C. A., and Verstegen. M. W. A. 2002. Nutritional quality and variation of meat and bone meal. Asian-Australian J. of. Anim. Sci. 15 (10): 1371-1522.

Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge University Press. Cambridge.Pp. 217-252.


(42)

40 Khairuman dan Amri, K. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta Smallcrab.com. 2012. kandungan nutrisi bahan baku nabati pakan ikan. http://www.smallcrab.com/forex/495-kandungan-nutrisi-bahan-baku-nabati-pakan-ikan

KKP. 2010. Kelautan dan perikanan dalam angka 2009. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. 260 pp

Maeda. 1985. Studies on the physiology of shell formation in molluscan larvae, with special ´reference to Crepidula fornicata. PhD Thesis, University of Southampton, UK, 155 pp.

Millamena, O. M., Relicado M. C., and Felicitas P. P. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center. Tigbauan, Iloilo, Philippines

Miles, R. D., and J. P. Jacob. 2003. Using Meat and Bone Meal in Poultry Diets. Journal. The Animal Science Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.

Merantica, W. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

National Research Council [NRC]. 1993. Nutrient Requirements of Fish Subcomittee on Fish Nutrition, National Research Council. National Academies Press (USA). 124 pp. http://www.nap.edu/catalog/2115.html.

Parson, C., Castanon. M.F., and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. P.361-368

Pescod, M. B. 1973. Investigation OF Rational Efflient and Stream Standards for Tropical Countries.AIT. Bangkok

Pompma, T., and Maseer. M. 1999. Tilapia life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center.SRCA Publication. No. 283

Scott, M. L., Nesheim M. C., and Young. R. J. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M.L Scott and Associates Ithaca. New York

Stickney and Robert R. 1993. Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes. Second Edition. CRC Press Inc. Florida

Steel G. D, Torrie. J. H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A BiometricalApproach, Mc Graw-Hill Inc. New York.


(43)

41 Sucipto, A .2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral

Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.

Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Manggot Terhadap Pertumbuhan dan Efesiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (O. Gouramy) [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor

Suyanto. S. R, 1994. Nila. Penerbit Swadaya. Jakarta, 105 halaman.

Syaripudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Watanabe, T., Kiron. V. dan Satoh. S. 1997. Trace Minerals in Fish Nutrition. Aquaculture, 151 : 185-207.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Text Book. The General Aquaculture Course. Departemen of Aquaculture Bioscience. Tokyo University of Fisheries

Webster, C. D., and Lim. C. E. 2002. Nutrien Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing, New York.

Zakaria, M. W. 2003. Pengaruh Suhu Media Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochilus hasselti, C.V.) Hingga Umur 35 Hari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Zonneveld, N. E. A. Huinsman., dan Boon. J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.


(1)

Roadmap Penelitian

a. Pembuatan tepung daging dan tulang (TDT)

 Pengukusan (Steam)

Drying (oven)

Grinding (Penggilingan) menjadi tepung b. Uji Proksimat TDT

c. Penimbangan TI danTDT : A = 30% TI (kontrol)

B = 20% TDT (tanpa tepung ikan) C = 25% TDT (tanpa tepung ikan) D = 30% TDT (tanpa tepung ikan) E = 35% TDT (tanpa tepung ikan) d. Pencampuran bahan-bahan pakan e. Pencetakan pakan sesuai ukuran mulut

f. Pengeringan dengan penjemuran hingga kering g. Pengujian proksimat

PERSIAPAN PENELITIAN

Pembuatan Pakan

Persiapan Wadah dan media

a. Sterilisasi akuarium 60x40x40 cm3 (pencucian dan pengeringan) b. Pengisian air dan pemberian aerasi

a. Air  sumur tanah

b. Air diendapkan dan diareasi selama 2-3 hari

Persiapan Ikan Uji

a. Strain ikan nila merah

b.Benih berasal dari petani ikan yang ada di Natar, Lampung c. Bobot tubuh 4±0,4 gram

d.Jumlah 15 ekor/akuarium

e. Aklimatisasi ikan uji di aquarium dan diberi pakan komersil

PELAKSANAAN PENELITIAN

a. Pemberian pakan

Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pukul 08.00, 13.00, 17.00 WIB dengan feeding rate

5% dari bobot ikan

b. Penyiponan setiap pagi sebelum pemberian pakan

c. Penggantian air 20% dari total volume media pemeliharaan

Parameter Pengamatan

a. Pertumbuhan Mutlak b. Laju pertumbuhan harian c. Kelangsungan hidup d. Efesiensi pakan e. Kualitas air

Analisis Data

a. Uji sidik ragam b. Uji BNT

PENYUSUNAN LAPORAN Pemeliharaan Ikan


(2)

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengunaan TDT dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan dengan proporsi pakan TDT sebesar 35%. Pakan E (TDT 35%) memperlihatkan hasil terbaik dengan pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 g, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17 g/hari dan efisinsi pakan 44,37% terhadap pertumbuhan ikan nila merah (O. niloticus) dengan kelangsungan hidup rata-rata 97,3%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai penambahan TDT dalam pakan buatan pada spesies ikan yang berbeda.


(3)

38 DAFTAR PUSTAKA

Abizar M dan Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosiavogelii J.D. Hooker (Leguminosae) danekstrakbuah Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomiapavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12. Affandi, R., D.S.,Sjafei, Rahardjo, M.F., dan Sulistiono.1992. Iktiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan, IPB.

Adelina, Mokoginta, I., Affandi, R., Jusadi, D. 2000. Pengaruh kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum. J.II.Pert.Indo.Vol 9(2). Affandi, R., DS Sjafei, Rahardjo, M. F., dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan.

Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2005.Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 148 Hal. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gamedia Pustaka Utama.

Jakarta. 337 hal.

Anonim. 2012. Air. Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Air . Pada tanggal 27 Juni 2012

Anonim. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. 47 halaman.

Arief, M., Mufidah dan Kusriningrum. 2008. Pengaruh Pertambahan Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Nila GIFT (Oreochromi sniloticus).Berkala Ilmiah Perikanan,3 (2)

Bardach, J. E., Ryther., J. H.,and Larney.,W. O. 1972. Aquaculture : The Farming and Husbandary of Freshwater and Marine Organism. John Willey and Son. New York. 868 pp

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama

Chervinski, J. 1982. Environmental Physiology Of Tilapia, p: 119-128. In R.S.V. Pulin, T. Bhukaswan, K. Thongtai & J.L. Mackan (Eds.). The Second International Symposium on Tilapia in Aquaculture. ICLARM. Conference Proceeding. Department of Fisheries. Bangkok, Thailand and Int. Centre for Living Aquatic Resources Managment. Manila. Philipines.


(4)

39 Cholik, F., Jagatraya, A., Poernomo, R., dan Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri : Jakarta. Hal 176-180.

Chou, B. S., dan Shiau, S. Y. 1996. Optimal Dietary Lipid Level for Growth of Juvenile Hybrid Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York.USA

Djajasewaka, H. Y. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal. Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

157 Hal.

Effendi. M. I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.

Fitzsimmons, K. 1997. Introduction to Tilapia Nutrition in Tilapian Aquaculture. Proceeding From the Fourth Internetional Symposium on Tilapia Aquaculture. Orlando, Florida Vol (1) : 9 – 12 Guillaume, Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK

[FHO] Food and Agriculture Organization. 2008. Cultured Aquatic Species

Information Programme.

Htt:;//www.fao.org/fishery/culturedspecies/Cherax_quadricrinatus/en.

Furuichi M. 1988. Fish nutrition. pp. 1-78. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture, JICA textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo. Kanagawa International Fisheries Training Center.

Guillaume and Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK

Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan. PT Citra Aditya Bakti: Bandung .964 hal. Gusrina. 2000. Budidaya ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 355 hal. Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Academic Press, Inc. California.822 pp

Hasibuan, R. D. 2007. Penggunaan Meat Bone Meal (MBM) Sebagai Bahan Substitusi Tepung Ikan Dalam Pakan Ikan Patin Pangasius sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

Hendriks, W. H., Butts. C. A., Thomas. D. V., James. K. A. C., Morel. P. C. A., and Verstegen. M. W. A. 2002. Nutritional quality and variation of meat and bone meal. Asian-Australian J. of. Anim. Sci. 15 (10): 1371-1522. Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge University Press.


(5)

40 Khairuman dan Amri, K. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta Smallcrab.com. 2012. kandungan nutrisi bahan baku nabati pakan ikan. http://www.smallcrab.com/forex/495-kandungan-nutrisi-bahan-baku-nabati-pakan-ikan

KKP. 2010. Kelautan dan perikanan dalam angka 2009. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. 260 pp

Maeda. 1985. Studies on the physiology of shell formation in molluscan larvae, with special ´reference to Crepidula fornicata. PhD Thesis, University of Southampton, UK, 155 pp.

Millamena, O. M., Relicado M. C., and Felicitas P. P. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center. Tigbauan, Iloilo, Philippines

Miles, R. D., and J. P. Jacob. 2003. Using Meat and Bone Meal in Poultry Diets.

Journal. The Animal Science Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.

Merantica, W. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

National Research Council [NRC]. 1993. Nutrient Requirements of Fish Subcomittee on Fish Nutrition, National Research Council. National Academies Press (USA). 124 pp. http://www.nap.edu/catalog/2115.html.

Parson, C., Castanon. M.F., and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. P.361-368

Pescod, M. B. 1973. Investigation OF Rational Efflient and Stream Standards for Tropical Countries.AIT. Bangkok

Pompma, T., and Maseer. M. 1999. Tilapia life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center.SRCA Publication. No. 283

Scott, M. L., Nesheim M. C., and Young. R. J. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M.L Scott and Associates Ithaca. New York

Stickney and Robert R. 1993. Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes. Second Edition. CRC Press Inc. Florida

Steel G. D, Torrie. J. H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A BiometricalApproach, Mc Graw-Hill Inc. New York.


(6)

41 Sucipto, A .2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral

Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.

Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Manggot Terhadap Pertumbuhan dan Efesiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (O. Gouramy) [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor

Suyanto. S. R, 1994. Nila. Penerbit Swadaya. Jakarta, 105 halaman.

Syaripudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Watanabe, T., Kiron. V. dan Satoh. S. 1997. Trace Minerals in Fish Nutrition. Aquaculture, 151 : 185-207.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Text Book. The General Aquaculture Course. Departemen of Aquaculture Bioscience. Tokyo University of Fisheries

Webster, C. D., and Lim. C. E. 2002. Nutrien Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing, New York.

Zakaria, M. W. 2003. Pengaruh Suhu Media Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochilus hasselti, C.V.) Hingga Umur 35 Hari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Zonneveld, N. E. A. Huinsman., dan Boon. J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.