melalui pemecahan glikogen. Setelah 8-12 jam tanpa makan, hati membentuk glukosa dari zat-zat selain karbohidrat yang mencakup asam-asam amino
Corwin, 2009.
2.2.3 Penilaian Pengontrolan Glukosa Darah
Metode yang digunakan untuk menentukan pengontrolan glukosa pada semua tipe DM adalah pengukuran glikat hemoglobin HbA1c. Hemoglobin pada keadaan
normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang Price dan Wilson, 2006. Untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
dapat digunakan pengukuran control kadar glukosa darah berdasarkan kadar glukosa darah puasa PERKENI, 2006. Berikut ini merupakan kriteria control
glukosa darah pengendalian DM :
Tabel 1. Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang
Buruk
Glukosa darah puasa mgdl 80-100
100-125 ≥126
Glukosa darah 2 jam mgdl 80-144
145-179 ≥180
A1C 6,5
6,5-8 8
Kolesterol Total mgdl 200
200-239 ≥240
Kolesterol LDL mgdl 100
100-129 ≥130
Kolesterol HDL mgdl Pria: 40
Wanita: 50 Trigeliserida mgdl
150 150-199
≥200 IMT kgm2
18,5- 23 23-25
25 Tekanan darah mmHg
≤13080 130-140
80-90 14090
Sumber: PERKENI, 2006
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol; system
reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan Subari, 2008.
Mekanisme kerja dari insulin puasa yaitu dengan menghambat produksi glukosa endogen yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glukogenolisis. Insulin
puasa ini berperan melalui efek inhibisi hormon glukagon terhadap mekanisme produksi endogen secara berlebihanan. Semakin tinggi tingkat resistensi insulin,
semakin tinggi tingkat kadar glukosa darah puasa oleh karena semakin tinggi tingkat resistensi insulin akan menyebabkan semakin rendahnya kemampuan
inhibisinya terhadap proses glukoneogenesis dan glukogenolisis Sudoyo, 2006. Disamping dipengaruhi oleh hormon, kadar glukosa darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat meningkatkan ambilan glukosa oleh otot dan tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin. Saat melakukan aktivitas fisik
yang berlebihan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu latihan jasmani secara teratur merupakan salah satu pilar dari pengelolaan DM khususnya
hiperglikemia PERKENI, 2006. Usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah
karena usia mempengaruhi kadar insulin. Pertambahan umur merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan toleransi tubuh terhadap glukosa karena kadar
insulin juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Satriono 2008, testosterone
memiliki hubungan yang positif dengan kadar insulin dan glukosa serum. Pada pria tua dengan toleransi glukosa terganggu memiliki total testosterone yang lebih
rendah sedangkan pada wanita tua dengan toleransi glukosa terganggu memiliki total testosterone yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki toleransi
glukosa normal. Rentang usia dewasa tengah merupakan rentang usia yang berisiko tinggi terjadinya peningkatan kadar glukosa darah PERKENI, 2006.
Asupan makanan terutama melalui makan berenergi tinggi atau kaya karbohidrat dan serat rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam
memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan insulin. Selain itu, kadar glukosa
darah puasa juga dipengaruhi oleh penyakit organ seperti gagal jantung, ginjal akut maupun kronis, penyakit hati akut maupun kronis, penyakit paru obstruksi
menahun COPD, penyakit kelenjar tiroid, menderita oenyakit peradangan akut maupun kronis, dan penyakit keganansan Sudoyo, 2006.
Mengkonsumsi belimbing wuluh juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Kandungan zat aktif buah belimbing adalah flavonoid dan saponin Sudarsono
dkk, 2002. Selain itu, belimbing wuluh juga tersusun dari berbagai vitamin dan mineral. Kandungan zat aktif dalam belimbing wuluh yang diduga kuat
menurunkan kadar glukosa darah adalah flavonoid dan saponin. Flavonoid berfungsi sebagai penghambat enzim alfa glikosidase sehingga dapat menunda
penyerapan glukosa Hery, 2006. Sedangkan saponin bekerja untuk mencegah penyerapan glukosa dengan cara mencegah transport glukosa menuju brush border
intestinal di usus halus yang merupakan tempat untuk penyerapan glukosa Yoshikawa, 2006.
2.3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus