Latar Belakang Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Hiperglikemik Yang Diinduksi Aloksan.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 4 pilar yaitu latihan, terapi farmakologis, edukasi dan melakukan modifikasi diet. Modifikasi diet pada penderita diabetes sangat penting untuk menyeimbangkan konsumsi karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh penderita diabetes. Sedangkan olahraga diperlukan bagi penderita diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Latihan yang disarankan bagi penderita diabetes yaitu olahraga yang bersifat CRIPE Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, and Endurance Training Waspadji, 2007; Yuliani, 2009; PERKENI, 2006. Penanganan diabetes melitus tidak terlepas dari terapi farmakologis. Namun terapi farmakologis memiliki efek merugikan bila dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama Dalimartha, 2013. Oleh sebab itu, saat ini untuk mengobati Diabetes Melitus banyak dikembangkan terapi herbal dengan menggunakan tanaman obat tradisional. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tentunya juga kaya akan tanaman obat tradisional Kertia, Heribertus dan Deshita, 2005. Tanaman obat tradisional terdapat sekitar 30.000 jenis, namun kurang dimanfaatkan secara optimal, karena hanya sekitar 1.200 tanaman yang diteliti sebagai tanaman obat tradisional. Selain itu obat-obatan tradisional belum diakui dalam praktek-praktek pengobatan modern karena masih sedikit yang mengalami uji preklinik dan uji klinik. Hal ini sangat disayangkan, karena sebenarnya potensi tanaman obat tradisional Indonesia sangatlah besar. Selain itu tanaman obat tradisional juga memiliki kelebihan yaitu ekonomis sehingga sangat memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya Kontranas,2007. Tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan atau terapi diabetes melitus jumlahnya cukup banyak. Tanaman tersebut diantaranya adalah, daun mimba, brotowali, sambiloto, daun salam, tapak dara, semangka, mentimun, daun pegagan, kulit manggis, daun sirsak dan belimbing wuluh Prapti, 2003. Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman obat yang sangat gampang dijumpai. Belimbing wuluh memang bukan buah yang bisa disantap sebagai buah segar apalagi sampai dipajang di meja makan. Namun demikian, manfaatnya juga banyak mulai dari bumbu sayur, penghapus noda pakaian, obat tradisional sampai manisan. Kandungan zat aktif buah belimbing adalah flavonoid dan saponin Sudarsono dkk, 2002. Saponin dan Flavonoid yang terkandung dalam belimbing wuluh dapat menurunkan kadar glukosa darah Kusumadewi, 2008. Flavonoid disebut sebagai agen antidiabetes yang potensial karena bersifat insulinomimetic dan antihiperglikemik yang memiliki efek untuk memperbaiki kondisi penderita diabetes melitus. Flavonoid merupakan senyawa seperti fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman sebagai inhibitor glukosidase. Glukosidase inhibitor merupakan agen potensial untuk terapi DM karena glukosidase mempengaruhi proses biologis secara relevan. Enzim glukosidase berlokasi di brush border di dalam usus halus dan dibutuhkan untuk pemecahan karbohidrat sebelum diserap sebagai monosakarida. Inhibitor alfa-glukosidase menunda absorbsi dari karbohidrat yang didapatkan dari makanan, sehingga mengurangi kadar glukosa dalam darah setelah makan. Dari hal ini, jelas bahwa flavonoid dapat bertindak melalui beberapa jaringan untuk meregulasi homeostasis glukosa darah Hery, 2006. Saponin merupakan senyawa kimia yang banyak terdapat pada tanaman. Strukturnya terdiri dari aglycone triterpene atau steroid dan gugus glukosa. Saponin memiliki banyak fungsi biologi dan farmakologi diantaranya sebagai hemolisa, kardiotonik, hipoglikemik, hipokolesterolemik, modulator imun, hepatoproteksi, antioksidan, dan antikardiogenik. Saponin dimetabolisme di dalam tubuh oleh mikroflora yang berada di usus halus dan metabolitnya akan diabsorbsi lewat gastrointestinal kemudian bekerja secara sistemik. Saponin berfungsi sebagai antihiperglikemik adalah triterpene saponin dengan mekanismenya yaitu untuk mencegah pengosongan lambung dan mencegah peningkatan uptake glukosa pada brush border membran di intestinal. Selain itu saponin juga bekerja untuk mencegah penyerapan glukosa dengan cara mencegah transport glukosa menuju brush border intestinal di usus halus yang merupakan tempat penyerapan glukosa Yoshikawa, Masayuki, dan Matsuda, 2006. Penelitian tentang ektrak belimbing wuluh dalam penanganan diabetes sudah pernah dilakukan sebelumnya. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Stefani Candra 2012 mengenai “Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan”, dimana dikatakan bahwa ekstrak belimbing wuluh yang diberikan pada tikus wistar memiliki efek penurunan kadar glukosa yang bermakna dengan nilai p0,05. Pelarut yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah alcohol 96. Penelitian lainnya dilakukan oleh Armenia dkk, 2004 “Efek Penurunan Gula Darah Air Perasan Buah Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi Linn pada Mencit Diabetes Melitus Yang Diinduksi Aloksan dan Mencit Yang Dibebani Glukosa” juga dikatakan bahwa adanya efek penurunan gula darah pada mencit yang diberikan air perasan belimbing wuluh. Untuk dapat lebih memberikan bukti ilmiah dari manfaat belimbing wuluh dalam menurunkan kadar glukosa darah, maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penurunan kadar glukosa darah dari ektrak methanol belimbing wuluh. Ekstraksi merupakan penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstrak tidak hanya mengandung satu unsur saja, tetapi berbagai macam unsur Ansel, 1989. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan hal yang paling penting dalam proses ekstraksi. Dalam penelitian ini menggunakan pelarut methanol, karena methanol merupakan pelarut yang bersifat polar yang memiliki indek polaritas 5,1 Watson,2009. Penelitian Suryanto dan Wehantouw 2009 menunjukkan bahwa metanol mampu menarik lebih banyak jumlah metabolit sekunder yaitu senyawa fenolik dibandingkan dengan etanol. Flavonoid merupakan bagian dari senyawa fenolik, oleh karena itu golongan flavonoid dapat tertarik dalam pelarut metanol yang bersifat universal. Sedangkan saponin merupakan bentuk glikosida dari sapogenin sehingga akan bersifat polar. Senyawa saponin tersebut akan cenderung tertarik oleh pelarut yang bersifat semi polar seperti metanol Kristanti dkk., 2008. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, karena penetian sebelumnya menggunakan alcohol 96 dan air sebagai pelarutnya. Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Pemberian Ektrak Methanol Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Wistar Hiperglikemik Yang Diinduksi Aloksan” dengan harapan penelitian ini dapat dimanfaatkan dikalangan masyarakat sebagai salah satu penatalaksanaan diabetes mellitus.

1.2 Rumusan Masalah