Terapi Farmakologis Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Prinsip latihan fisik yang dilakukan menurut Sigal 2005 : 1. Continuous : Latihan fisik harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti. 2. Rhytmical : Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.

3. Interval :

Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan

4. Progresive :

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit

5. Endurance :

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan jogging dan sebagainya. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya.

2.3.4 Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan PERKENI, 2006. Terapi farmakologis dengan menggunakan insulin, masih menjadi obat utama untuk DM 1 dan beberapa type diabetes mellitus type 2. Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui intramuscular, intravena atau penggunaan jangka panjang yang dapat dilakukan melalui subkutan Suharti, 2009 Tujuan pemberian insulin adalah untuk memperbaiki aspek metabolik penderita. Namun pemberian insulin juga dapat menimbulkan efek samping antara lain hipoglikemi yang sangat sering terjadi pada penderita DM, dan bisa juga terjadi reaksi alergi Sudoyo, 2010. Penanganan diabetes melitus tidak terlepas dari terapi farmakologis. Namun terapi farmakologis memiliki efek merugikan bila dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama Dalimartha, 2013. Oleh sebab itu, saat ini untuk mengobati Diabetes Melitus banyak dikembangkan terapi herbal dengan menggunakan tanaman obat tradisional. Namun penggunaan tanaman obat masih menimbulkan pro dan kontra dikalangan medis. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tentunya juga kaya akan tanaman obat tradisional Kertia, Heribertus dan Deshita, 2005. Terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman obat tradisional, namun kurang dimanfaatkan secara optimal, karena hanya sekitar 1.200 tanaman yang diteliti sebagai tanaman obat tradisional. Selain itu obat-obatan tradisional belum diakui dalam praktek-praktek pengobatan modern karena masih sedikit yang mengalami uji preklinik dan uji klinik. Hal ini sangat disayangkan, karena sebenarnya potensi tanaman obat tradisional Indonesia sangatlah besar. Selain itu tanaman obat tradisional juga memiliki kelebihan yaitu mudah didapatkan dan ekonomis sehingga sangat memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya Depkes RI,2007. Tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan atau terapi diabetes melitus jumlahnya cukup banyak. Tanaman tersebut diantaranya adalah, daun mimba, brotowali, sambiloto, daun salam, tapak dara, semangka, mentimun, daun pegagan, kulit manggis, daun sirsak dan belimbing wuluh Prapti, 2003. 2.4 Belimbing Wuluh 2.4.1 Taksonomi Belimbing Wuluh Belimbing wuluh atau Averrhoa Bilimbi L. kedudukannya dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut : Divisi : Spermtophyta Subdivisi : Angispermae Kelas : Dicolyledonae Bangsa : Gerantales Suku : Oxallidacenae Marga : Averrhoa Jenis : Averrhoa bilimbi L. Gembong, 1998