Dari kedua contoh kalimat di atas penggunaan setsuzokushi aruiwa dan soretomo memiliki arti yang serupa ketika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Tetapi jika diteliti lebih dalam akan muncul perbedaan secara sintaksis dan semantik. Untuk lebih jelasnya penelitian ini akan menjelaskan
mengenai penggunaan sentaku no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Melalui penelitian ini diharapkan
dapat memudahkan pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya dalam bidang ilmu linguistik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi
aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami ?
2. Bagaimanakah makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo
dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menambah khasanah linguistik bahasa Jepang yang dapat memberikan informasi
kepada para pembaca. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terutama dalam bidang kajian semantik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Untuk mengetahui struktur kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, dalam novel Norwei no Mori karya
Haruki Murakami. 2.
Untuk memahami makna sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.
1.4 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu pasti mempunyai manfaat. Begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat dari
penelitian ini dapat dijabarkan menjadi dua yaitu secara teoretis dan praktis, yaitu sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai penggunaan
sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam kalimat lisan maupun tulisan. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penggunaan setsuzokushi ini
pada konteks yang tidak seharusnya. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat menjadi masukan kepada para pembelajar bahasa Jepang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui penggunaan dari sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo bagi pembelajar
bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo memiliki arti yang hampir sama namun berbeda secara struktur dalam
kalimat. Hal tersebut kerap kali menyulitkan para pembelajar bahasa Jepang untuk membedakan dalam penggunaannya. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberi kemudahan dalam memahami struktur kalimat dan makna dari sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo.
Dengan mengetahui penggunaan sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo, baik penulis maupun pembaca diharapkan dapat menggunakan
setsuzokushi tersebut dengan tepat sesuai konteks dari kalimat sehingga tercipta suasana komunikasi yang baik.
1.5 Ruang Lingkup
Dari permasalahan yang ada, penulis menganggap perlu adanya pembatasan dalam pembahasan agar permasalahan tidak meluas. Adapun ruang
lingkup pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai struktur kalimat dan makna dari sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo. Untuk masing-masing
setsuzokushi aruiwa dan soretomo dibahas dalam contoh kalimat yang diambil dari novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.
1.6 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Semua data yang dianalisis dalam tulisan ini diambil dari novel asli yang berjudul
Norwei no Mori karya Haruki Murakami jilid pertama dengan tebal 302 halaman terdiri dari lima bab yaitu bab1-5, dan jilid kedua dengan tebal 293 halaman
terdiri dari enam bab yaitu bab 6-11 yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh Kondansha, Tokyo.
1.7 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan kerja yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan
teknik penyajian hasil analisis data. Metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat. Metode simak yaitu metode yang dilakukan
dengan menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993:133. Penggunaan metode simak dalam penelitian ini yaitu, pertama-tama menyimak penggunaan
bahasa yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo pada novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Data-data yang telah terkumpul
melalui metode simak kemudian diinventarisasi dengan menggunakan teknik catat yakni dengan cara mencatat data-data yang telah disimak kemudian dilanjutkan
dengan mengklasifikasikan data Sudaryanto, 1993:135. Penggunaan teknik catat dalam penelitian ini yaitu, dengan mencatat kalimat yang mengandung sentaku no
setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat pada novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami, setelah data-data terkumpul, dilanjutkan dengan
pengklasifikasian data.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya adalah
bagian dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1993:15. Dalam penelitian ini, data- data yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang
terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami menjadi penentu dari bahasa sasaran dalam penelitian ini. Dilanjutkan dengan teknik dasar dari
metode agih, yaitu teknik bagi. Teknik bagi dilakukan dengan cara membagi satuan lingual tertentu menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang
bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud Sudaryanto, 1993:37. Penggunaan dari teknik ini yaitu data-data
yang terkait dengan sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami dibagi satuan
kebahasaannya menjadi beberapa bagian yang membentuk satuan lingual, kemudian disusul dengan analisis.
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah semua data selesai dianalisis selanjutnya dilakukan penyajian hasil analisis data. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode informal. Metode informal yaitu cara penyajiannya melalui kata-kata biasa berupa tulisan dan tidak menggunakan bentuk angka ataupun bagan atau
statistik Sudaryanto, 1993:145. Teknik yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah teknik informal, yaitu dengan menyajikan hasil analisis data
dengan kata-kata dalam bentuk laporan penelitian.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, belum ditemukan hasil penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel
Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Anggraini 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aida ni, dan Kagiri Yang Berfungsi Sebagai
Setsuzokushi dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba”. Penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini membahas mengenai bentuk serta makna yang terkandung dalam uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya
Ryotaro Shiba dengan menggunakan teori makna dari Pateda 2001. Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah metode
simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menunjukkan bahwa uchi ni, aida ni, dan kagiri yang
berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kata lain dalam bahasa Jepang yaitu, verba, adjektiva, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti
yang hampir sama namun didalamnya mengandung makna yang berbeda. Setsuzokushi uchi ni dan aida ni mengandung makna adanya dua buah peristiwa
atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya suatu
perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu
persyaratan agar suatu hal terjadi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini adalah menggunakan metode dan teknik penelitian yang
sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat, sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian serta sumber data yang dianalisis. Anggraini
membahas mengenai setsuzokushi uchi ni, aida ni, dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Ryotaro Shiba sedangkan penelitian ini membahas mengenai
sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.
Dwita 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa
Ryuunosuke”. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai fungsi dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet
Kappa dan perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak dan
teknik simak bebas libat cakap dalam pengumpulan datanya, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik
baca markah, dalam penyajian analisis penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Dalam penelitian ini, Dwita menggunakan beberapa teori yaitu
fungsi setsuzokushi oleh Sudjianto 1996, teori setsuzokushi ga oleh Takayuki
1993, teori setsuzokushi keredomo oleh Takayuki 1993, dan teori gramatikal oleh Abdul Chaer 1995. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Dwita yaitu
setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan
menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki satu fungsi yang tidak dimiliki oleh ga yaitu
menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo.
Selain itu ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Dwita dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama membahas mengenai setsuzokushi, sehingga dapat dijadikan bahan referensi
dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dwita terletak pada setsuzokushi yang dibahas dan sumber data yang dianalisis. Penelitian yang
dilakukan oleh Dwita membahas mengenai setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke, sedangkan penelitian ini
membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.
Purnamasari 2011 melakukan penelitian mengenai fukujoshi bakari dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Fukujoshi Bakari dalam
novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito ”. Penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari membahas mengenai variasi bentuk dan makna fukujoshi bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito dengan menggunakan teori
bakari yang dikemukakan oleh Naoko Chino dan teori makna kontekstual. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari adalah bakari memiliki beberapa makna yaitu menunjukkan suatu perkiraan jumlah terendah, menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang
mendahuluinya, menekankan alasan atau sebab dalam frase bakari ni, dan juga memiliki arti “tidak hanya…tetapi juga…”. Bakari dapat digunakan setelah verba
bentuk ~ta bentuk lampau, setelah bentuk ~te iru, dan juga dapat digunakan setelah verba bentuk kamus. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Melalui penelitian yang
dilakukan oleh Purnamasari dapat dipahami metode dan teknik tersebut diterapkan sehingga dapat dijadikan acuan maupun referensi dalam penelitian ini. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian serta sumber data yang berbeda. Purnamasari membahas
mengenai Fukujoshi Bakari dalam novel 1 Rittoru no Namida karya Aya Kito, sedangkan penelitian ini membahas mengenai sentaku no setsuzokushi aruiwa dan
soretomo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.
2.2 Konsep