Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 116 penurunan prosentase jumlah penduduk miskin secara bertahap menjadi 11,50 dan lima tahun kedepan ditargetkan prosentase penduduk miskin di Kabupaten Landak menjadi satu digit 7,00 . c. Pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong membuka kesempatan kerja sekaligus upaya pengurangan angka pengangguran. Prosentase angka pengangguran terbuka tahun 2011 sebesar 3,18 , dan pada tahun 2012 dan tahun 2013 angka penggangguran diproyeksikan akan turun pada kisaran 3,00 . d. Secara kewilayahan upaya mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah kecamatan dan secara sektoral diupayakan untuk mendorong pencapaian sasaran peningkatan IPM dan target MDGs.

3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah. Reformasi politik di Indonesia telah mewarnai sistem kehidupan ketatanegaraan Indonesia, kesan pemerintah daerah yang selama ini tertutup dalam pengelolaan keuangan telah mulai ditinggalkan. Isu penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik BC D DE C DFGHI J I K G L menjadi tuntutan dalam pelaksanaan pemerintahan sekarang ini. Penciptaan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dalam mewujudkan CDD E C D F G H I J I KG telah ditetapkan melalui berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah beserta peraturan pelaksanaannya. Peraturan tersebut mengisyaratkan bahwa azas umum pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan serta manfaat untuk masyarakat. Ketentuan yang diatur dalam Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 117 peraturan tersebut dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya di dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, maka kaidah-kaidah tersebut diperlukan sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu peraturan tersebut, selain menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan keuangan pada tingkat pemerintah pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian pula peraturan tersebut memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Implikasi dari azas umum ini adalah fokus keuangan daerah tidak hanya pada proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran saja, tetapi juga pada pertanggungjawaban keuangan daerah.

3.3.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Arah kebijakan pendapatan lebih ditekankan dalam rangka peningkatan kemandirian keuangan daerah dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah terhadap APBD melalui upaya menggali potensi penerimaan daerah dengan tujuan agar dapat mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Namun, arah kebijakan pengelolaan pendapatan tersebut tetap mengacu pada azas umum pengelolaan keuangan daerah yaitu dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan serta manfaat untuk masyarakat. Arah kebijakan pengelolaan pendapatan daerah meliputi : 1. Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan mengoptimalkan perolehan Dana Perimbangan yang lebih adil dan proporsional, melalui penyederhanaan proses administrasi pemungutan dan penyempurnaan sistem palayanan, optimalisasi pelaksanaan landasan hukum yang berkaitan dengan penerimaan daerah, sosialisasi Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 118 dan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa mengenai ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah, peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan penerimaan daerah, peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan unit SKPD yang terkait agar penerimaan yang bersumber dari PAD dan Dana Perimbangan dapat diiperoleh secara optimal. Upaya peningkatan potensi dan realisasi PAD khususnya dari pajak daerah merupakan konsep dinamis atau berkesinambungan. Sifat dinamis ini menyangkut aspek intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada satu sisi, tahap perencanaan dan pengendalian operasional harus mampu meningkatkan kualitas sistem dan prosedur yang ada sehingga total biaya administratif dapat diminimalisir. Pada sisi yang lain, tahap perencanaan dan pengendalian operasional harus mampu pula mengidentifikasi jenis- jenis pajak baru untuk ekstensifikasi selaras dengan perkembangan dinamis perekonomian. Saat ini pemerintah Kabupaten Landak telah menetapkan peraturan daerah tentang pungutan retribusi dan pajak daerah sebagai amanat dari Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Meningkatkan kinerja dan efektifitas SKPD yang bertanggungjawab menangani penerimaan daerah melalui pelayanan birokrasi secara profesional dan transparan serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan usaha dan investasi. Dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dilarang menetapkan perda tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan imporekspor. 3. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintah Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain- lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah untuk Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 119 menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangan, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan tranfer dana dari pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh. DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang-undang ini merupakan penyelarasan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000. Dalam Undang-undang ini dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan PPh pasal 25 dan psl 29 Wajib Pajak Dalam Negeri dan PPh pasal 21 serta sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah. Daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan kecil akan memperoleh alokasi DAU kecil dan sebaliknya, terkandung maksud sebagai pemerataan kapasitas fiskal. DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 120 prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah sendiri serta stabilitas ekonomi dan moneter secara nasional. Oleh karena itu, pinjaman daerah perlu mengikuti kriteria, persyaratan, mekanisme, dan sanksi pinjaman daerah yang diatur dalam undang-undang termasuk larangan melakukan pinjaman langsung ke luar negeri. Pinjaman yang bersumber dari luar negeri hanya dapat dilakukan melalui Pemerintah dengan mekanisme penerusan pinjaman. Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat prinsip kehati-hatian dan kesinambungan fiskal dalam kebijakan fiskal dan moneter oleh Pemerintah. Di lain pihak, pinjaman daerah tidak hanya dibatasi untuk membiayai prasarana dan sarana yang menghasilkan penerimaan, tetapi juga dapat untuk membiayai proyek pembangunan prasarana dasar masyarakat walaupun tidak menghasilkan penerimaan. Selain itu, dilakukan pembatasan pinjaman dalam rangka pengendalian defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah. Selain itu daerah juga dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah dengan persyaratan tertentu, serta mengikuti peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal dan memenuhi ketentuan nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang mendapatkan persetujuan Pemerintah. Segala bentuk akibat atau risiko yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dalam lain-lain pendapatan yang sah termasuk dana hibah yang berasal dari pemerintah negara asing, badanlembaga asing, badanlembaga internasional, Pemerintah, badanlembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah, maupun dalam bentuk Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 121 barang danatau jasa termasuk tenaga ahli, dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Selain dana hibah, dalam lain-lain pendapatan yang sah memungkinkan pencantuman pemberian dana darurat kepada daerah karena bencana nasional danatau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana APBD. Di samping itu, Pemerintah juga dapat memberikan dana darurat pada daerah yang mengalami krisis solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis keuangan berkepanjangan. Untuk menghindari menurunnya pelayanan kepada masyarakat setempat, Pemerintah dapat memberikan Dana Darurat kepada daerah tersebut setelah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dewan Perwakilan Rakyat. 4. Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dengan peningkatan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan BPHTB, dan mengoptimal potensi Pajak Penghasilan PPh Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal 29, sehingga akan diperoleh secara maksimal sesuai dengan potensi daerah yang ada berupa 64,8 dari 90 dan 65 dari 10 total penerimaan PBB, 64 dari 80 dan pemerataan dari 20 Total seluruh penerimaan BPHT, 60 dari 20 total penerimaan PPh Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal 29. 5. Melakukan kerjasama dengan pihak terkait dalam rangka peningkatan Iuran Hak Pengusahaan Hutan IHPH dan Provisi Sumber Daya Hutan PSDH dan dana Reboisasi, sehingga 64 dari 80 IHPH dan 32 dari 80 penerimaan PSDH serta pemerataan 32 dari pemerataan PSDH dengan Kabupaten dalam Provinsi, dana Reboisasi yaitu sebesar 40 dari keseluruhan dana Reboisasi dapat diperoleh secara maksimal sesuai dengan potensi daerah yang ada, demikian pula dengan pendapatan dari sumber sumber pertambangan umum yang ada di Kabupaten Bengkayang. 6. Menghitung secara cermat Celah Fiskal berupa kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah berupa kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum yang diukur secara Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 122 berturut-turut dengan jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Kontruksi, PDRB Per Kapita dan Indek Pembangunan Manusia IPM, demikian pula dengan Alokasi Dasar yang dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk memperoleh Dana Alokasi Umum DAU secara optimal dan tepat. 7. Secara Maksimal memperjuangkan Dana Alokasi Khusus DAK dengan mempertimbangkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis yang sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan standar kualitas dan kuantitas konstruksi yang dibutuhkan daerah. Sebagai gambaran pada tahun 2011 jumlah Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Landak sebesar Rp. 20,642,138,260.22; sedangkan pada tahun 2012 PAD Kabupaten Landak meningkat sebesar Rp. 27,698,132,743.98. Pada tahun 2013 diproyeksi sebesar Rp. 26.135.758.566,40. Demikian juga untuk tahun 2014 diproyeksi meningkat menjadi Rp. 32.118.006.992,56. Angka ini menunjukan trend peningkatan dalam penerimaan PAD Kabupaten Landak. Sebagai ilustrasi PAD tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 7.055.994.483,76 jika dibandingkan penerimaan PAD pada tahun 2011. Kondisi seperti ini tentunya menguntungkan dari segi penerimaan daerah Kab. Landak, karena dalam era otonomi sumber penerimaan asli daerah sangat dibutuhkan dan menjadi komponen utama daerah dalam membiayai kegiatan pembangunan di wilayahnya. Komponen Dana Perimbangan pada tahun 2011 sebesar Rp. 508,270,779,218.00; sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi Rp. 590,136,429,135.00. Pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi sebesar Rp. 661.869.811.525,00. Untuk tahun 2014 diproyeksi sebesar Rp. 658.905.063.821,50. Komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada tahun 2011 sebesar Rp. 27.970.700.000,00; sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 31.953.010362,63. Bappeda Kabupaten Landak Tahun 2012 Bab III Halaman 123 Tabel 30. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Landak Tahun 2011 2014 NO URAIAN REALISASI PROYEKSI TAHUN 2011 Setelah Audit TAHUN 2012 Sebelum Audit TAHUN 2013 PAGU INDIKATIF TAHUN 2014 TAHUN 2015 1 2 3 4 5 6 7 1 PENDAPATAN 652,721,987,470.20 715,470,607,275.13 841.669.951.364,40 854.040.840.666,82 -

1.1 Pendapatan Asli Daerah